Anda di halaman 1dari 204

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR DENGAN

PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

ACUAN PERANCANGAN
Tugas Akhir 477D5106
Periode IV
Tahun 2013 2014
Sebagai Persyaratan Untuk Ujian
Sarjana Arsitektur

Oleh :

SYAMSU ALAM
D511 07 043

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

PENGESAHAN
ACUAN PERANCANGAN
PROYEK

TUGAS SARJANA ARSITEKTUR

JUDUL

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA

PENYUSUN

Syamsu Alam

NO. STB

D511 07 043

PERIODE

IV Tahun 2013-2014

Menyetujui
DosenPembimbing

Ir. Muh. Taufik Ishak, MT

Moh. Mochsen Sir, ST., MT

NIP. 19600119 1989031002

NIP. 19690407 1996031003

Mengetahui,
KetuaJurusanArsitektur
FakultasTeknik
UniversitasHasanuddin

Baharuddin Hamzah, ST,M.Arch, Ph.D

NIP. 196903081995121001

ii

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam kepada
Nabiullah Muhammad SAW atas Quran, Hadits, rahmat, karunia, serta
segenap ilmu yang tersebar di muka bumi, sehingga penyusunan Acuan
Perancangan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa Acuan Perancangan ini masih jauh dari
kesempurnaan.

Pada

akhirnya,

dengan

segala

kekurangan

dan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan


yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu kepada :
1. Bapak Ir. Muh.Taufik Ishak, MT selaku pembimbing I

dan Bapak

Moh.Mochsen Sir, ST,.MT selaku pembimbing II, yang telah


meluangkan waktu dan pikiran selama proses bimbingan dan
penulisan Acuan Perancangan ini.
2. Bapak Baharuddin Hamzah, ST.,M.Arch.,Ph.D, selaku Ketua
Jurusan Arsitektur dan Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST, MT,
selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur.
3. Ibu Hj. Nurmaida Amri, ST,.MT, selaku Penasehat Akademik,
terima kasih atas nasehat dan masukannya selama ini.
4. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Bapak Ir. H. Muh.
Fathien Azmy, M.Si, selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, atas segenap
bimbingan

dan

arahan,

serta

segala

kearifan

dan

kebijaksanaannya.
5. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Unversitas Hasanuddin, atas semua ilmu dan pengetahuan
yang diberikan, serta yang telah membantu segala prosedur yang
disyaratkan.
6. Ayahanda H. Muh. Dahlan dan Hj.Siti Aminah, terima kasih atas
curahan kasih sayang, perhatian, dan segenap doanya yang
senantiasa menjadi sumber kekuatan dalam perjuangan penulis.
iii

7. Warga Jati No.7 terima kasih atas segala kasih sayang, doa, serta
semua bantuan yang tidak terhingga selama ini.
8. Teman-teman Arsitektur Unhas 07, Hamzah Samuda ST, Jazmine
Zulkarnain ST, Reza Nur Sjadzali, Andi Rahim Gaffar, Ikrom,
Anti,

Ikram,

Bams,

Sambo

dan

semua

angkatan

2007

ARSITEKTUR UNHAS yang tidak dapat penulis sebutkan satu


persatu terima kasih atas doa, semangat, motivasi,kebersamaan
dan bantuannya selama ini.
9. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir periode IV, terima kasih
atas saran, semangat, dan bantuannya selama studio.
Akhir kata, semoga Acuan Perancangan ini dapat memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan studi di Jurusan Arsitektur dan bermanfaat bagi
perkembangan pendidikan dan Arsitektur dimasa yang akan datang.
Makassar,

Agustus 2014

SYAMSU ALAM
D511 07 043

iv

ABSTRAKSI
Dalam perkembangan zaman, pola pemikiran setiap individu akan
semakin berkembang sejalan dengan arus globalisasi yang semakin
pesat. Pola pemikiran yang menuntut akan kebebasan semakin menguat,
setiap orang berharap dapat bebas mengekspresikan pendapat dan
bakatnya. Dimana salah satu bentuk perwujudan ekspresi yang paling
dinamis dan fleksibel adalah melalui media 2 dimensi. Melalui media inilah
setiap orang dapat menuangkan segala ide, gagasan, dan karyanya
dengan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya.
Setiap

manusia

telah

mengalami

berbagai

peristiwa

dalam

kehidupannya, baik itu peristiwa yang sifatnya penting ataupun biasabiasa saja. Namun dibalik penting atau tidaknya peristiwa yang dialami,
keinginan untuk merekam atau mengabadikannya pasti selalu ada. Esensi
fotografi sebagai media perekam sangat berperan aktif. Fotografi salah
satu media komunikasi yang mampu memberikan suatu potret gambaran
nyata yang mudah dipahami orang lain.
Fotografi diberbagai penjuru dunia dan juga diindonesia menunjukkan
pertumbuhan

yang signifikan.

Dengan perkembangan

yang terus

meningkat dalam bidang fotografi, dan keterkaitan antara fotografi dengan


bidang-bidang lainnya seperti bidang teknologi, ilmu pengetahuan. Serta
jumlah karya yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam serta
dengan melihat banyaknya kegiatan fotografi yang bermunculan seperti
pameran-pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta seminar

atau

workshop fotografi yang diadakan di Kota Makassar.


Sehingga dibutuhkan suatu wadah berupa Pusat Kegiatan Fotografi di
Makassar yang memiliki fasilitas pameran sebagai fasilitas utamanya,
dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fasilitas pelatihan, penjualan
perangkat fotografi, studio foto, dan museum fotografi.
Kata kunci : Ekspresi, Peristiwa, Media, Fotografi, Perkembangan,
Pameran
ii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul

Halaman Pengesahan ..

ii

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

xiii

Daftar Skema ..

xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...

B. Ungkapan Masalah ..........

1. Non- Arsitektural ..................................................................

2. Arsitektural .

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan .

1. Tujuan pembahasan ...

2. Sasaran pembahasan .

D. Lingkup dan Batasan Pembahasan .

1. Lingkup pembahasan ..

2. Batasan pembahasan ..

E. Metode dan Sistematika Pembahasan ..

1. Metode pembahasan ..

2. Sistematika pembahasan

BAB II TINJAUAN UMUM PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA
A. Pengertian Judul

B. Tinjauan Fotografi ......................................................................

1. Pengertian fotografi ...............................................................

2. Sejarah penemuan fotografi ..................................................

10

3. Tipe-tipe fotografi ..

14

4. Kategori fotografi .

15

5. Alat dan fungsi peralatan fotografi .

21

6. Pencahayaan dan komposisi dalam fotografi .

25

7. Ruang foto atau studio foto . 27


C. Perkembangan Fotografi di Indonesia

27

D. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Metafora ..

30

E. Studi Banding .

33

1. Studi banding dengan gaya bangunan sejenis ......

33

2. Studi banding dengan fungsi bangunan sejenis

39

F. Resume Studi Banding ...

49

1. Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis ..

49

2. Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis ..

50

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI


MAKASSAR
A. Hakekat dan Karakter Dasar

52

1. Hakekat

52

2. Karakter dasar

52

B. Tinjauan Kota Makassar

52

1. Kondisi fisik kota Makassar

52

2. Kondisi non fisik kota Makassar .

55

C. Kondisi Dunia Fotografi di Makassar .

62

D. Peranan dan motivasi pengadaan

66

1. Peranan

66

2. Motivasi pengadaan ........

66
vi

E. Faktor pendukung dan penghambat Pusat Kegiatan Fotografi ..

67

1. Faktor pendukung pengadaan

67

2. Faktor penghambat pengadaan

67

F. Struktur dan sistem kelembagaan Pusat Kegiatan Fotografi ....

68

1. Struktur organisasi .

68

2. Sistem kelembagaan

68

G. Tinjauan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

68

1. Fungsi Pusat Kegiatan Fotografi

68

2. Tujuan pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi

69

3. Lingkup perwadahan Pusat Kegiatan Fotografi .

69

H. Spesifikasi Kegiatan .

71

1. Program kegiatan

71

2. Waktu pelaksanaan kegiatan

76

I. Pelaku kegiatan

77

1. Unsur-unsur pelaku kegiatan ..

77

2. Aktifitas pelaku kegiatan

78

3. Pengelompokan jenis kegiatan .

82

BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan Umum .......

83

B. Kesimpulan Khusus

84

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
A. Konsep Dasar Perancangan Makro

87

1. Analisa pemilihan lokasi .

87

2. Analisa pemilihan tapak ..

90

3. Analisa pengolahan tapak 92


B. Konsep Dasar Perancangan Mikro

98
vii

1. Analisa kebutuhan ruang

98

2. Analisa besaran ruang .

103

3. Pola hubungan ruang

113

4. Pola sirkulasi ruang .

117

5. Pola organisasi ruang ..

120

C. Bentuk Dan Penampilan Bangunan

120

D. Sistem Struktur Dan Modul Struktur .....

121

1. Struktur .

121

2. Modul

125

E. Tata Ruang Dalam ........

125

1. Bentuk dan proporsi ruang .

125

2. Tata peragaan/pajangan ..

126

3. Pengamat terhadap foto ..

127

F. Tata Ruang Luar .

128

G. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan .

130

1. Penghawaan .

130

2. Pencahayaan

132

3. Akustik ....

133

4. Sistem transportasi dalam bangunan

135

5. Sistem penangkal petir

136

6. Sistem jaringan listrik ..

137

7. Sistem komunikasi ..

138

8. Sistem pencegahan tindak kriminal ..

138

9. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran ..

140

10. Sistem jaringan air bersih dan air kotor ..

142

11. Sistem pembuangan dan pengelolaan sampah .

144

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Fotografi alam ..................................................................

17

Gambar 2 Fotografi satwa dan flora ..................................................

17

Gambar 3 Fotografi dokumentasi ......................................................

18

Gambar 4 Fotografi jurnalistik .............................................................

18

Gambar 5 Fotografi fine art .................................................................

19

Gambar 6 Fotografi studio ...................................................................

20

Gambar 7 Fotografi udara ..................................................................

20

Gambar 8 Fotografi arsitektur ............................................................

21

Gambar 9 Fotografi fashion ...............................................................

21

Gambar 10 Studio foto .......................................................................

27

Gambar 11 Bangunan Museum of Fruit

34

Gambar 12 Struktur Shell Museum of Fruit ..

34

Gambar 13 Interior Museum of Fruit ..

35

Gambar 14 Museum Tsunami Aceh ..

36

Gambar 15 Interior Museum Tsunami Aceh ....

37

Gambar 16 EX Plaza Indonesia ..

38

Gambar 17 Ruang-ruang dalam bangunan ANTARA .

39

Gambar 18 G.E. House International Museum ....................................

42

Gambar 19 Interior G.E.H ..............

44

Gambar 20 Folding camera 1860

45

Gambar 21 Bangunan ICP ......

46

Gambar 22 Perpustakaan ICP

48

Gambar 23 Penentuan Detail Tata Ruang Kota (DTRK)

62

Gambar 24 Alternatif pemilihan lokasi .

89

Gambar 25 Lokasi terpilih ..

90

Gambar 26 Alternatif pemilihan tapak .

91

Gambar 27 Tapak terpilih ......

92

Gambar 28 Existing Condition ..

93

Gambar 29 Potensi lingkungan sekitar tapak ..

93

Gambar 30 Orientasi matahari ...

94

Gambar 31 View ke luar dan ke dalam tapak.

94

Gambar 32 Noise/kebisingan pada tapak ..

95

Gambar 33 Penzoningan

96

Gambar 34 pencapaian dan sirkulasi tapak ..

97

Gambar 35 Daerah visual pandangan mata ...

127

Gambar 36 Permukaan penyerap dan pemantul dinding .

134

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis .

49

Tabel 2 Resume studi banding dengan bangunan fungsi sejenis

50

Tabel 3 Jumlah penduduk kota Makassar ..

56

Tabel 4 Rencana Detail Tata Ruang (DTRK) kota Makassar ..

59

Tabel 5 Kegiatan Fotografi yang di adakan di Makassar ..

63

Tabel 6 Klub Fotografi Makassar ....................................................

65

Tabel 7 Kurikulum pelatihan fotografi ..

75

Tabel 8 Kriteria untuk menentukan lokasi

88

Tabel 9 Alternatif pemilihan lokasi .

89

Tabel 10 Analisa penentuan tapak

92

Tabel 11 Laju pengunjung museum La Galigo Makassar ..

103

Tabel 12 Besaran ruang entrance ..

104

Tabel 13 Besaran ruang kegiatan pameran .

104

Table 14 Besaran ruang kegiatan pelatihan .

105

Tabel 15 Besaran ruang kegiatan informasi dan pengembangan ..

106

Tabel 16 Besaran ruang kegiatan komersial

107

Tabel 17 Besaran ruang kegiatan pengelolaan ..

109

Tabel 18 Rekapitulasi besaran ruang

111

Tabel 19 Kebutuhan ruang parkir ..

112

xiii

DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1 Cabang-cabang ilmu seni ...................................................

Skema 2 Struktur organisasi Pusat Kegiatan Fotografi .

68

Skema 3 Pola hubungan ruang makro ..

114

Skema 4 Pola hubungan ruang kegiatan pameran ..

114

Skema 5 Pola hubungan ruang kegiatan pelatihan..

115

Skema 6 Pola hubungan ruang kegiatan informasi .

115

Skema 7 Pola hubungan ruang kegiatan komersial .

116

Skema 8 Pola hubungan ruang kegiatan pengelolaan

116

Skema 9 Pola sirkulasi pengunjung ..

117

Skema 10 Pola sirkulasi karyawan .

117

Skema 11 Pola sirkulasi pengelola .

117

Skema 12 Pola sirkulasi tenaga service .

118

Skema 13 Pola sirkulasi ruang kegiatan pameran ..

118

Skema 14 Pola sirkulasi ruang kegiatan pelatihan .

118

Skema 15 Pola sirkulasi ruang kegiatan informasi .

119

Skema 16 Pola sirkulasi ruang kegiatan komersial .

119

Skema 17 Pola sirkuasi ruang kegiatan pengelolaan

119

Skema 18 Konsep ide bentuk bangunan

121

Skema 19 Sistem jaringan listrik .

138

Skema 20 Sistem penanggulangan bahaya kebakaran

142

Skema 21 Sistem jaringan air bersih .

143

Skema 22 Sistem jaringan air kotor ...

144

Skema 23 Sistem pembuangan sampah ..

146

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman, pola pemikiran setiap individu akan
semakin berkembang sejalan dengan arus globalisasi yang semakin
pesat. Pola pemikiran yang menuntut akan kebebasan semakin
menguat, setiap orang berharap dapat bebas mengekspresikan
pendapat dan bakatnya. Dimana salah satu bentuk perwujudan
ekspresi yang paling dinamis dan fleksibel adalah melalui media 2
dimensi. Melalui media inilah setiap orang dapat menuangkan segala
ide, gagasan, dan karyanya dengan sebebas-bebasnya dan seluasluasnya.
Setiap manusia telah mengalami berbagai peristiwa dalam
kehidupannya, baik itu peristiwa yang sifatnya penting ataupun biasabiasa saja. Namun dibalik penting atau tidaknya peristiwa yang dialami,
keinginan untuk merekam atau mengabadikannya pasti selalu ada.
Esensi fotografi sebagai media perekam sangat berperan aktif. Banyak
orang berteman karena fotografi, kelompok-kelompok komunitas yang
terbentuk dalam lingkungan kecil hingga lingkungan besar dan hamper
eksis disetiap kampus, sekolah, dan bahkan diperkantoran.
Fotografi merupakan salah satu media untuk menuangkan inspirasi
dan pemikiran serta memberikan keleluasan bagi siapapun untuk
menvisualisasikan apapaun yang diinginkan. Fotografi salah satu
media komunikasi yang mampu memberikan suatu potret gambaran
nyata yang mudah dipahami orang lain. Melalui foto kita mampu
menggugah, membuka, menjelaskan peristiwa yang telah berlalu baik
yang sifatnya penting ataupun sifatnya yang biasa-biasa saja.
Kemampuan inilah yang biasa digunakan dalam berbagai bentuk
kegiatan seperti dalam media massa, perdagangan, pendidikan, ilmu
1

pengetahuan, dokumentasi, hiburan, seni budaya, dan masih banyak


kegiatan lainnya. Fotografi erat hubungannya dengan trend dan
perubahan.
Diadopsinya teknologi digital dalam fotografi membuat fotografi jadi
lebih mudah dan mampu mengevaluasinya dalam hitungan detik.
Semakin terjangkaunya ongkos teknologi menjadi salah satu alasan
kuat yang mendorong pertumbuhan ini. Jika 10 tahun yang lalu kamera
SLR masih menjadi monopoli bagi mereka yang serius menggeluti
fotografi, kini

kita mendapati banyak orang yang memiliki dan

menggunakan kamera DSLR sebagai alat untuk merekam potongan


hidup mereka.
Fotografi

diberbagai

penjuru

dunia

dan

juga

diindonesia

menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Selain angka penjualan


kamera yang meningkat dari tahun ke tahun, komunitas fotografi juga
terus tumbuh, diindonesia pertumbuhan ini juga terlihat dari mulai
banjirnya rak-rak ditoko buku dengan buku-buku fotografi, setidaknya
selama 2 tahun belakangan pertumbuhan bacaan fotografi diindonesia
telah tumbuh lebih dari 500%. (the light magazine)
Perkembangan fotografi juga dapat dilihat dari perkembangan alatalat pendukung fotografi yang semakin canggih, seperti semakin
beragamnya kamera digital dipasaran, serta banyaknnya peralatanperalatan modern yang ikut menambahkan fasilitas kamera di
dalamnya seperti pada perangkat telpon genggam, dan juga
menjamurnya klub-klub fotografi di berbagai daerah, yang disertai
munculnya berbagai sarana pendidikan fotografi baik yang bersifat non
formal maupun yang formal.
Dengan melihat perkembangan yang terus meningkat dalam bidang
fotografi, dan keterkaitan antara fotografi dengan bidang-bidang
lainnya seperti bidang teknologi, ilmu pengetahuan. Serta jumlah karya
yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam serta dengan
melihat banyaknya kegiatan fotografi yang bermunculan seperti
2

pameran-pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta seminar atau


workshop fotografi antara lain seperti salon foto Indonesia yang barubaru diadakan di Kota Makassar, akan tetapi di Kota Makassar belum
ada wadah yang cukup memadai untuk menampung bentuk kegiatankegiatan tersebut.
Para pehobi fotografi di manapun meyakini bahwa salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan fotografi, yaitu dengan saling tukar
menukar pengetahuan dan pengalaman berfotografi. Untuk itulah
mengapa komunitas dan klub fotografi menjamur diberbagai daerah
termasuk di Makassar. Dengan bersekutu pehobi fotografi merasa
dengan mudah dan murah meningkatkan kesaktian berfotografinya.
Proses pembelajaran pun beragam mulai dari melakukan diskusi
bersama, membahas atau membedah sebuah foto, saling tukar
referensi hingga mengadakan praktek-praktek berfotografi bersama
atau yang dikenal hunting bersama.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin banyak dan beragamnya karya-karya fotografer sehingga
diperlukan wadah atau sarana untuk mempublikasikan dan
mengapresiasikan karya-karyanya hal ini bisa dilihat dari semakin
seringnnya diadakan pameran-pameran fotografi.
2. Semakin banyaknya penggunaan media fotografi sebagai sarana
penunjang

dalam

berbagai

kegiatan

seperti

media

massa,

periklanan, dokumentasi, hiburan dan sebagainya.


3. Semakin seringnya di adakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan fotografi seperti pameran fotografi, lomba-lomba fotografi
serta seminar atau workshop fotografi, namun kegiatan tersebut
tidak pernah di adakan pada tempat yang menetap.
4. Masih Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bidang
fotografi namun minat masyarakat akan fotografi semakin besar
sehingga

diperlukan

suatu

wadah

untuk

menambah

ilmu
3

pengetahuan di bidang fotografi seperti pelatihan fotografi dan


perpustakaan, bahkan museum fotografi.
5. Semakin banyaknya klub fotografi yang bermunculan baik di dalam
kawasan

sekolah,

kampus,

bahkan

perkantoran

sehingga

diperlukan suatu wadah yang digunakan untuk berkumpul, bertukar


pikiran dan berbagi informasi serta pengalaman berfotografi.
6. Dengan meningkatnya apresiasi masyarakat maka diperlukan suatu
wadah yang dapat menyediakan pelayanan terhadap kebutuhan
berfotografi.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah berupa Pusat Kegiatan
Fotografi di Makassar yang memiliki fasilitas pameran sebagai fasilitas
utamanya, yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fasilitas
pendidikan atau pelatihan, perdagangan, studio foto, dan hiburan. Di
samping itu pula dapat menjadi wadah berkumpul bagi individuindividu yang memiliki hasrat dan kesenangan akan fotografi untuk
berbagi wawasan-wawasan baru, sehingga fotografi dapat menjadi
sesuatu kreasi yang menyenangkan, tidak menekan, mudah dan
bebas tanpa batasan. Wadah ini diharapkan dapat menjadi sarana
untuk mengapresiasikan karya-karya fotografer atau pecinta fotografi
serta mampu menunjang laju pertumbuhan dan pembangunan di kota
Makassar.
B. Ungkapan Masalah
1. Non-Arsitektural
a) Bagaimana menciptakan suatu wadah yang dapat digunakan
sebagai sarana publikasi bagi para fotografer dan pencinta
fotografi.
b) Bagaimana memperluas wawasan dan apresiasi, serta menarik
perhatian masyarakat untuk lebih tertarik mengetahui tentang
fotografi.
2. Arsitektural
4

a) Bagaimana menentukan lokasi dan site untuk Pusat Kegiatan


Fotografi di Makassar.
b) Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan yang sesuai
dengan karakter dan fungsi bangunan itu sendiri sebagai Pusat
Kegiatan Fotografi di Makassar.
c) Bagaimana menciptakan penataan ruang dan sirkulasi dalam
ruang agar kenyamanan dapat terpelihara dan selalu terjaga
sehingga pengguna dapat merasa nyaman berada di dalamnya.
d) Bagaimana mengatur pencahayaan, penghawaan, akustik serta
utilitas-utilitas bangunan.

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1. Tujuan pembahasan
Menyusun konsep dasar perencanaan dan perancangan suatu
wadah yang dapat dijadikan sebagai media publikasi hasil karya
bagi para pelaku fotografi, yang selanjutnya dijadikan titik tolak bagi
perwujudan

rancangan

fisik,

serta

mendapatkan

informasi

mengenai berbagai fasilitas serta sistem yang diperlukan dalam


perencanaan bangunan.
2. Sasaran pembahasan
Mempelajari dasar-dasar perwujudan fisik bangunan melalui
pendekatan arsitektur yang berdasarkan pada standar dan faktorfaktor :
a) Studi tata fisik Makro yaitu, penentuan lokasi, penentuan tapak,
zoning dan tata massa.
b) Studi tata fisik Mikro yaitu, penentuan kebutuhan ruang,
pengelompokan dan orientasi ruang serta penentuan sarana
kelengkapan bangunan.

D. Lingkup dan Batasan Pembahasan


1. Lingkup pembahasan
5

Lingkup pembahasan difokuskan untuk mengunkapkan suatu


wadah sebagai Pusat Kegiatan Fotografi serta kegiatan lain yang
terkait didalamnya yang ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan
bidang ilmu penunjang lainnya.
2. Batasan pembahasan
Memberikan batasan yang jelas untuk mengarahkan penulisan
atau perencanaan. Pembatasan ini yang nantinya di harapkan
dapat menghasilkan acuan perencanaan fisik sesuai dengan tujuan
sasaran yang akan di capai.

E. Metode dan Sistematika Pembahasan


1. Metode pembahasan
Pembahasan diolah dari berbagai data yang telah diperoleh
sebelumnya.

Kemudian

dianalisa

dengan

pertimbangan-

pertimbangan masalah, potensi, dan pada hasil akhirnya dijadikan


landasan konseptual perancangan.
2. Sistematika pembahasan
Sistematika Pembahasan ini disusun sebagai berikut :
a. Tahap pertama
Menjelaskan secara umum tentang latar belakang pengadaan
Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar, kemudian diikuti dengan
penjelasan berupa, tujuan dan sasaran pembahasan, batasan
dan

lingkup

pembahasan,

metode

pembahasan,

serta

sistematika pembahasan.
b. Tahap kedua
Merupakan tinjauan umum mengenai fotografi dan studi banding
dari berbagai bangunan yang memiliki gaya dan fungsi
bangunan sejenis.
c. Tahap ketiga

Mengemukakan hal-hal yang lebih spesifik tentang tinjauan fisik


Kota Makassar dan kaitan potensi pengadaan Pusat Kegiatan
Fotografi di Makassar.
d. Tahap keempat
Mengemukakan kesimpulan dari berbagai pembahasan pada
bab-bab

sebelumnya

yang

akan

menjadi

bahan

untuk

mengembangkan konsep dasar perancangan.


e. Tahap kelima
Merupakan tahap rekomendasi acuan perancangan yang akan
digunakan dalam perancangan fisik nantinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

A. Pengertian Judul
Adapun pengertian judul dari Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar
adalah :
Pusat (centre) :
-

Sebuah tempat dimana sebuah kepentingan

aktivitas atau

tujuan

berpusat
-

Sumber utama, poros (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Kegiatan

Aktivitas, usaha, pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


Fotografi :
Merupakan

proses

atau

metode

untuk

menghasilkan

gambar

atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang
mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.
Makassar

Salah satu nama kota terbesar di Indonesia, yang merupakan


Kotamadya di Sulawesi Selatan.
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar adalah suatu tempat
atau wadah yang dapat menampung seluruh atau segala macam aktivitas
8

yang berkaitan dengan dunia fotografi, serta faktor-faktor lain yang


mendukung hal-hal tersebut dengan lingkup pelayanan kota Makassar
dengan pendekatan Arsitektur Metafora.
B. Tinjauan Fotografi
1. Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata
Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah
proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai
istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya
yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa
cahaya,

tidak

ada

foto

yang

bisa

dibuat.

(sumber

http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi )

Fotografi merupakan cabang dari Ilmu Seni, berikut skema dari


cabang-cabang Ilmu Seni :
SENI

Seni Sastra

Seni Musik

Seni Rupa

Seni Grafis

Seni Teater

Rupa Tri-Matra

Rupa Dwi-Matra

Seni Lukis

Seni Tari

Seni
Fotografi

Seni Patung

Seni Kerajinan

Seni Bangunan

Skema 1. Cabang-cabang ilmu seni

2. Sejarah penemuan Fotografi


Perkembangan dunia fotografi tidak terlepas dari sejarahnya yang
teramat panjang, dimulai dari masa sebelum masehi hingga ke masa
sekarang ini. Fotografi masa kini teah menjadi suatu bidang yang amat
popular dan dapat dipahami serta dipraktekkan dengan mudah oleh
setiap orang. Berikut pemaparan perkembangan fotografi mulai
penemuan konsep kamera yang paling sederhana hingga ke era
fotografi digital.
a. Camera Obscura
Awal dari konsep pemroyeksian/pemantulan cahaya bisa
ditelusuri ke tahun 336 SM, saat itu aristoteles (384-322 SM)
melihat bentuk sabit yang tercipta akibat dari peristiwa gerhana
matahari sebagian. Bentuk sabit ini terproyeksikan ke atas
permukaan tanah melalui lubang-lubang kecil dari sebuah ayakan,
kemudian arsitoteles membuat sebuah lubang kecil pada sebuah
lempengan logam. Lubang kecil pada lempengan logam tersebut
memang bermanfaat sebagai jalan masuknya cahaya yang
memproyeksikan citra dari luar, ke atas sebuah bidang. Peristiwa
inilah yang melahirkan prinsip optik yaitu suatu prinsip yang
sangat bermanfaat dalam pengembangan teknologi fotografi
hingga sekarang.
Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh seorang ilmuwan
mesir bernama Abu Ali Al-Hasan bin Al-Haitham (965-1039 M),
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Hazen. Al-hazen
merupakan orang pertama yang menerapkan prinsip optic pada
suatu ruangan gelap. Pada abad ke-15, leodarno da vinci (14521519 M), memanfaatkan kamera obsurca untuk membantunya
membuat lukisan. Ia mengatur sedemikian rupa agar proyeksi
cahaya dari luar ruangan bisa jatuh tepat ke atas media lukisnya.
10

Leonardo juga membuat rancangan kamera obsurca berbentuk


praktis yang bisa di bawa kemana-mana tetapi rancangan itu tidak
sempat direalisasikan.
b. Pinhole Camera/Kamera Lubang jarum
Catatan tertulis kamera lubang jarum berasal dari cina pada
abad ke-5 sebelum masehi. Seorang ilmuwan cina bernama Mo
Jing, menyebutkan tentang teori pembentukan citra melalui sebuah
lubang kecil.kemudian pada abad ke -10 sampai 16, banyak
ilmuwan penemu lubang jarum seperti Shen Kuo (1031-1095),
Roger Bacon, Rober Grosseteste, Al-Hazen.
c. Kamera foto
Kamera foto ialah suatu alat yang fungsinya bukan hanya
memproyeksikan citra saja, tetapi juga menggambarkan citra
tersebut ke atas sebuah media, secara permanen. Orang-orang
yang telah berjasa menunjukkan jalan menuju dunia fotografi
modern ialah :
1) Joseph

Nicephore

Niepce, merupakan seorang

ilmuwan

berkebangsaan perancis, ia bereksperimen dengan kamera


obsurca dengan menyisipkan sebuah media ke dalam kamera
obsurca, agar citra bisa terekam dalam media itu. Media itu
merupakan sebuah lepengan timah yang di olesi minyak
khusus. Hasil dari eksperimen itulah yang merupakan foto
tercetak pertama yang berhasil dibuat dalam sejarah umat
manusia yang diberi judul View From The Window at Le Gras
pada tahun 1826.
2) Louis JM Daguerre, merupakan seorang ahli kimia perancis
yang terus menyempernukan eksperimen niepce ia menemukan
caraagar gambar yang dihasilkan bisa terekam dengan lebih
baik. Ia menggunakan media berupa lempengan berlapis perak.
11

Lempengan tersebut pertama-tama diasapi dengan uap dari zat


yodium,agar lebih sensitive terhadap paparan cahaya. Gambar
yang dibuat pada sekitar akhir tahun 1838 diberi judul
Boulevard du Temple dan merupakan foto pertama yang
menampilkan citra manusia. Proses dan perangkat yang
digunakan

kemudian

dipatenkan

dan

diberi

nama

Daguerreotype yang menjadi popular dan sering dipergunakan


untuk mengambil gambar gambar dari tokoh-tokoh terkenal.
3) William Henry Fox Talbot, ilmuwan berkembangsaan inggris
juga bereksperimen yang mirip dengan eksperimen Daguerre.
Talbot lebih menfokuskan penelitiannya pada media penyerap
cahaya atau kertas foto. Ia menciptakan media yang merupakan
kertas yang telah dilapisi oleh bermacam-macam zat kimia.
Proses ini dinamainya Calotype yang berarti penggambaran
indah dalam bahasa yunani. Selanjutnya dari kamera foto
terjadi bersamaan ditemukannya teknologi rollfilm.
4) George Eastman, seorang berkembangsaan Amerika serikat
yang memperkenalkan kamera yang dijual dengan haraga
terjangkau

yang bernamaKodak. Kamera Kodak yang

pertama sudah terisi dengan sebuah roolfilm hitam putih yang


mampu merekam 100 foto. Perusahaan Kodak milik Eastmen
mempunya slogan You Press the button, we do the rest,
karena itu memproses dan mencetak hasil fotonya, konsumen
perlu mengembalikan kamera ke pabrik untuk diproses.
d. Film
Film jenis pertama ini berupa kertas yang diolesi dengan jel
khusus yang kering. Baru pada tahun 1889, eastmen berinovasi
dengan membuat film berbahn plastic transparan.pengembangan
pun terus dilakukan, film yang lebih modern dan biasa digunakan
12

saait ini terditi 3 hingga 20 lapisan dan merupakan campuran dari


berbagai bahan kimia. Menjelang akhir abad 20, muncul film jenis
baru yaitufilm elektronik (media penyimpan data) yang digunakan
pada kamera digital.
e. Fotografi digital
Pada tahun 1960-an dimana dunia sedang mengalami revolusi
besar-besaran dibidang teknologi. Eugene F.Lally, seorang teknisi
dari Jet Propulsion Laboratory merupakan orang pertama yang
mencetuskan ide untuk mendigitalisasi sebuah foto. Saat itu
tujuannya untuk mempermudah pengiriman foto secara langsung
dari misi-misi luar angkasa Amerika Serikat.
Untuk menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang
secara langsung menciptakan foto yang berupa data elektronit.
Barulah

pada

bulan

desember

1975

seorang

teknisi

dari

perusahaan Kodak, Steven Sasson, menjadi orang pertama yang


menemukan kamera digital. Kamera yang dibuatnya menggunakan
sensor CCD sebagai media penerimaan gambar dan hanya
mampu menghasilakn foto hitam putih dengan resolusisebesar
0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media penyimpanannya adalah
sebuah kaset tape, sedangkan untuk melihat hasil gambar, kamera
ini harus disambungkan terlebih dahulu dengan sebuah televise.
Kamera ini mempunyai bobot 3,6 Kg dan membutuhkan waktu tak
kurang dari 23 detik untuk memproses satu buah foto.
Alat

ini

telah

menjadi

awal

muladari

kemudahan

dan

kepraktisan teknologi fotografi digital yang kita nimati sekarang ini.


Setelah penemuan dari kamera digital model pertama, kamerakamera digital selanjutnya terus bermunculan dengan perbaikanperbaikan dari model sebelumnya, dengan berbagai fitur serta
kemampuan yang terus diperbarui.
13

3. Tipe-tipe Fotografi
a. Fotografi dengan teknik analog
1) Fotografi hitam putih
Dalam sejarah Fotografi modern banyak foto yang dicetak
pada monokromatik, yang pada dasarnya adalah gambar hitam
dan putih. Kemudian kembali foto tersebut dituliskan kembali
dalam

patch

gelap

dan

terang

yang

digunakan

untuk

menciptakan efek hitam dan putih. Bagian yang gelap kadangkadang dapat diartikan sebagai abu-abu atau kecoklatan.
2) Fotografi slide (transparansi)
Kemunculan fotografi digital tidak mendorong transparansi
film langsung keluar sekalipun. Bahkan, dengan bantuan
teknologi baru, film transparansi masih menemukan tempatnya
dalam

proses.

Sebuah

contoh

yang

baik

adalah

film

Kodachrome, yang merupakan metode diterapkan pertama


menghasilkan slide transparansi warna. Diproduksi pada tahun
1935, film-film transparansi jauh lebih terang dari nenek moyang
mereka. Karena film transparansi yang digunakan untuk
menyimpan gambar arsip, itu adalah suatu keharusan untuk film
transparansi untuk memiliki rentang hidup yang panjang. Film
Kodachrome memiliki rentang hidup yang menakjubkan dari
200 tahun, lebih lama dari yang lain.
3) Fotografi warna
Tahun 1855 Clark Maxwell seorang ahli ilmu alam
memperlihatkan bahwa semua warna dapat ditiru dengan
mencampurkan warna-warna merah, hijau, biru dalam jumlah
dan perbandingan tertentu. Dari sejarah tersebut disimpulkan
bahwa Maxwell menjadi pencipta fotografi warna pertama di
dunia. Adapun cara yang dipakai adalah Additive coloue
14

process ( proses pewarnaan dengan cara penambahan ) Tiga


jenis warna hijau, merah, dan biru dipancarkan melalui tiga
buah proyektor. Bila ke tiga warna di tumpuk menjadi warna
yang putih. Bila hijau bertemu biru akan terjadi warna cyan. Bila
cyan bertemu merah akan terjadi wqarna magenta.
b. Fotografi dengan teknik digital
Fotografi digital, sebagai lawan dari fotografi film, adalah
proses fotografi yang

menggunakan

media

perekaman digital.

Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan


media film sebagai media penerima gambar, menggunakan sensor
elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk
disimpan dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur
pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan
memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto
langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih
awal.
4. Kategori Fotografi
Terry Barret melakukan pengkategorian fotografi dalam bukunya
Criticizing Photographs. Menurutnya terdapat enam kategori fotografi
yang mencakup segala jenis karya foto yang berdasarkan bagaimana
foto itu difungsikan dan foto itu berfungsi.
Keenam kategori itu adalah :
a. Fotografi deskriptif, foto-foto mendeskripsikan objek dalam arti
semua

informasi

sesuai

dengan

yang

digambarkan

dan

divisualisasikan secara detail dan jelas. Seperti tekstur dari


manusia atau objek. Fotografer mencoba merekam subjek secara
terperinci dan mempunyai arti netral apabila dilihat secara
15

interpretative dan evaluasi. Contoh : foto ID, Foto Medis X-ray, Foto
Survey, Foto Luar Angkasa dan sebagainya.
b. Fotografi yang menjelaskan, kategori ini mempunyai sedikit
perbedaan dengan fotografi deskriptif, kategori ini secara umum
lebih menceritakan subjek dengan parameter waktu dan tempat
sehingga dapat dijadikan bukti visual untuk beberapa kasus.
Contoh : foto-foto jurnalistik, foto yang dipakai dalam buku,
majalah, dan Koran.
c. Fotografi Interpretative, foto interpretative menjelaskan subjek
tetapi tidak seakurat dari foto yang menjelaskan. Foto-foto ini lebih
personal dan subjektif dalam interpretative. Foto-foto ini pada
umumnya

ekspresif

fotografernya.

dan

Foto-foto

mencerminkan
ini

dapat

pandangan

dijelaskan

tetapi

dari
ada

kemungkinan tidak rasional dan terkadang mengingkari logika.


Contoh: foto montase, foto yang dianggap karya seni.
d. Fotografi evaluasi etika, interpretasi didalamnya menyebabkan
terjadinya pertimbangan etika dalam masyarakat. Reaksi yang
ditimbulkan masyarakat dapat berupa pujian atau hujatan. Contoh :
foto-foto perang
e. Fotografi evaluasi estetika, foto-foto ini menimbulkan perbincangan
dalam sisi estetis. Fotografer lebih mencoba mengekspresikan
observasi dan kontemplasi estetisnya. Foto-foto ini lebih banyak
berisi objek-objek indah yang difoto secara indah pula. Objek foto
yang paling banyak dalam kategori ini adalah nude, landscape dan
still life.
f. Fotografi Teoritis, foto-foto dalam kategori ini berhubungan dengan
seni dan proses pembuatan karya seni itu sendiri, termasuk politik,
media presentasi, dan isu-isu yang berkisar tentang seni dan
fotografi misalnya foto-foto konseptual.
16

Sedangkan Fotografi berdasarkan objeknya terbagi menjadi 9


kategori, yaitu :
a. Fotografi bentang alam (nature/Landscape)
Dalam Fotografi ini yang difoto merupakan bentang alam, yang
memiliki keindahan tersendiri yang digunakan untuk menjelaskan
keadaan profil alam suatu daerah.

Gambar 1. Fotografi alam


(Sumber : www.1x.com)

b. Fotografi Satwa dan flora

Gambar 2. Fotografi satwa dan flora


(Sumber : www.1x.com)

Dalam fotografi ini memiliki objek khusus satwa dan flora,


merupakan objek yang sulit dan terkadang menantang bahaya
17

karena objek yang bergerak dan butuh banyak kesabaran dalam


mengambil gambar, fotografi satwa biasanya digunakan untuk
menggali keindahan satwa dan flora untuk mengklasifikasi satwa
dan flora.
c. Fotografi Dokumentasi

Gambar 3. Fotografi Dokumentasi


(Sumber: www.1x.com)

Dalam fotografi ini biasanya untuk mendokumentasikan


suatu event atau perisitiwa. Dalam fotografi modern fotografi ini,
komposisi gambar dan sentuhan seni menjadi tuntutan tersendiri
dalam fotografi ini.
d. Fotografi Jurnalistik

Gambar 4. Fotografi Jurnalistik


(Sumber : www.1x.com)

18

Fotografi ini merupakan foto yang merekam suatu berita, dan


menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa. Kekuatan foto berasal
dari kemampuan foto dalam menjelaskan suatu peristiwa, foto ini
banyak digunakan sebagai penunjang berita teks di media Koran
dan majalah.
e. Fotografi Seni (Fine Art)

Gambar 5. Fotografi Fine Art


(Sumber: www.1x.com)

Dalam kategori ini biasanya sebuah foto dibuat untuk


memenuhi visi kreatif fotografer dan bukan dibuat untuk tujuan
mempromosikan atau menjual produk, foto ini dibuat untuk
menuangkan ide-ide kreatif yang dimiliki fotografer.
f. Fotografi Studio
Fotografi ini banyak dilakukan dalam ruangan untuk
menciptakan gambar yang sesuai keinginan fotografer. Fotografi
jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar
yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.

19

Gambar 6. Fotografi Studio


(Sumber : www.1x.com)

g. Fotografi Udara (aerial)

Gambar 7. Fotografi Udara


(Sumber: www.1x.com)

Dalam fotografi ini foto digunakan untuk menggambarkan


suatu wilayah atau pemetaan saja.
h. Fotografi Arsitektur
Dalam fotografi ini para fotografer bekerja disekitar desain
arsitektur yang berbeda infrastruktur yang ditawarkan

20

Gambar 8. Fotografi Arsitektur


(Sumber: www.1x.com)

i.

Fotografi Fashion

Gambar 9. Fotografi Fashion


(Sumber: www.1x.com)

Dalam fotografi ini biasanya milik seorang

perancang,

biasanya sangat menekankan pada komposisi close-up, sedada


atau lebih dekat. Biasanya digunakan untuk pemotretan produk
kosmetik, biasanya peran make-up artis menjadi sangat penting.
5. Alat dan fungsi peralatan fotografi

21

Pada dasarnya kamera adalah sebuah kotak yang rapat dan yang
pada bagian belakangnya terdapat body untuk menempatkan film dan
bagian depannya terdapat sebuah lubang yang tertutup rapat dengan
sebuah lensa, dengan demikian sebuah lensa kamera pada prinsipnya
terdiri dari dua bagian utama yaitu body kamera dan lensa.
a. Kamera
Kamera adalah sebuah alat yang mengarahkan bayangan yang
difokuskan oleh lensa/sistem optik lain keatas permukaan foto
sensitif yang berada dalam tempat tetutup/film. Dilihat dari jenisnya,
kamera ada 2 macam yaitu :
1) Compact camera, yaitu kamera yang pemakaiannya langsung
melihat obyek yang akan difoto tanpa memalui lensa pengatur.
2) Single Lens Reflex (SLR), yaitu kamera yang cara kerjanya
dengan bayangan benda yang dilihat lalu dipantulkan oleh
cermin yang terdapat didalam kamera, sehingga dengan jenis
ini obyek tidak dapat dilihat jika lenda dalam keadaan tertutup.
b. Lensa
Kamera yang dipakai untuk keperluan lebih serius akan lebih baik
menggunakan jenis kamera SLR. Dengan sistem ini akan lebih
mudah untuk dapat mengganti lensa sesuai dengan yang
diinginkan.

dan

muncullah

berbagai

jenis

lensa

yang

dikelompokkan menurut luas sudut pengambilan gambar.


1) Lensa sudut lebar (wide)
a) Ultra Wide (15,18,20mm)
Daya jangkau cukup dan ruang tajamnya cukup besar.
Banyak digunakan untuk foto pemandangan, jurnalistik,
arsitektur. Kekurangannya bila belum menguasai prospektif
dan komposisi obyek akan tampak kecil sekali dalam
gambar.
22

b) Medium Wide (24,28,35mm)


Dipakai untuk interior juga arsitektur
2) Lensa datar
Lensa (50mm) kekuatan lensanya cukup tingi. Rancangan
lensanya normal memang dibuat seperti layaknya pandangan
mata kita, maka banyak digunakan untuk foto dokumentasi.
3) Lensa tele
Lensa dengan jangkauan jauh, agar benda di kejauhan tampak
dekat.
a) Medium Tele : 85, 105, 135, 200mm
b) Super Tele : 300, 400, 600, 800, 900, 2000mm
4) Lensa vario (zoom)
Lensa yang mempunyai variasi panjang yang dapat diatur
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.
a) Wide-Wide : 17-18,20-35mm
b) Wide-Normal : 35-70,28-70,24-70mm
c) Wide-Medium tele : 28-85,28-200mm
d) Medium-Super tele : 80-200,600-1200mm
e) Wide-Super tele : 35-350mm
5) Lensa konventer
Sebuah lensa yang dapat meningkatkan kekuatan dan panjang
lensa menurut angka pelipatnya. Sebagai contoh, lensa
konventer 2x 200mm dapat menambah kekuatan lensa 200mm
menjadi 400mm.
c. Flash
Yang dimaksud dengan lampu kilat adalah cahaya buatan yang
dihasilkan oleh suatu alat yang bertujuan untuk memberikan
penyinaran saat cahaya alami tidak mampu melakukannya atau
sebagai pelengkap/pendukung cahaya alami. Jenis-jenis flash
23

antara lain Flash Bulb, Elektronik Flash, Multiple Flash dan


stroboscope.
d. Aksesoris lainnya
Pada pemotretan yang baik ada kalanya di butuhkan beberapa
perangkat tambahan untuk lebih menyempurnakan hasil gambar
yang diperoleh.
1) Filter
Filter merupakan lensa tambahan yang berfungsi sesuai
dengan jenisnya masing-masing diantaranya seperti Filter
Monocrome, Filter Ultraviolet, Filter Skylight,Filter Konversi,
Filter Polarizing, Filter Gradual, Filter Diffuser, dan Filter Close
Up.
2) Penyangga
a) Tripod, penyangga kamera yang memiliki tiga kaki.
b) Monopot, penyangga kamera yang memiliki satu kaki.
c) Ligt Stand, penyangga lampu-lampu yang umumnya dipakai
di studio.
d) Handkett, penyangga tubuh yang menempel pada kamera.
3) Kabel Release
Kabel bertombol yang berfungsi sebagai perpanjangan dari
tombol shutter.
4) Back Ground
Latar

belakang

yang

digunakan

dalam

pengambilan

gambar/obyek.
5) Slave Unit
Sensor pemicu lampu-lampu kilat yang pulsa-pulsanya bekerja
atas rangsangan cahaya lampu kilat lain.
6) Light Meter

24

Alat pengukur kekuatan cahaya didalam kamera secara


elektronik.
7) Reflektor
Alat yang befungsi sebagai pemantul cahaya.
8) Flash Meter
Fungsinya alat ini untuk mengukur kekuatan cahaya flash
secara eklektronik.
9) Soft Box
Fungsinya untuk melembutkan cahaya.
10) Slide Proyektor
Fungsinya untuk menampilkan film positif pada layar.

6. Pencahayaan dan komposisi dalam fotografi


a. Pencahayaan dalam fotografi
Pencahayaan dalam fotografi ialah proses memasukkan sinar
yang berasal (dipantulkan) dari objek untuk direkam dalam bentuk
gambar dalam film atau perangkat digital.alat pengukur cahaya
dalam fotografi disebut lightmeter. Cahaya dapat dibedakan atas 4
(empat) factor, yaitu :
1) Berdasarkan kualitasnya
a) Direct Light, ialah pencahayaan yang diarahkan dari sumber
cahaya langsung ke objek pemotretan.
b) Difused Light, ialah pencahayaan yang bersumber dari cahaya
yang menyebar secara merata ke objek pemotretan.
2) Berdasarkan kekuatannya
a) Main Light
Ialah cahaya utama yang menerangi dan membentuk karakter
objek yang dipotret, Main Light berbeda-beda berdasarkan
pencahayaannya, seperti berikut :
25

(1) Front light


(2) High light
(3) Side light
(4) Back light
(5) Top light
(6) Bottom light
b) Fill In Light
Digunakan untuk mengisi bagian objek yang terlalu gelap
akibat dari penggunaan main light yang terlalu keras yang
berfungsi hanya sebagai cahaya pengisi sehingga tidak boleh
lebih kuat dari main light. Fill in light terbagi dua, yaitu
(1) Fill in light dengan reflektor.
(2) Fill in Ligth dengan flash
3) Berdasarkan sumbernya
a) Cahaya yang berasal dari alam, seperti cahaya matahari
b) Cahaya buatan, seperti lampu flash dan sebagainya
4) Berdasarkan penyebarannya
a) Continous Light, yaitu cahaya yang memancar secara terus
menerus.
b) Flash Light, yaitu cahaya yang memancar secara terputusputus.

b. Komposisi dalam fotografi


Dalam fotografi juga mengenal komposisi yaitu pengaturan
letak/posisi objek utama dan objek pendukung,latar depan dengan
latar belakang, bagian terang dengan bagian gelap, dan baguan
blur dengan bagian tajam. Konkretnya komposisi gambar yang
diwujudkan dalam sebuah frame apabila ada objek utama harus
jelas atau paling menonjol dalam frame.
26

7. Ruang foto atau stau studio foto

Gambar 10. Studio Foto


(Sumber : www.kaskus.co.id)

Standar ukuran atau luas ukuran minimal studio foto tergantung


dari jenis foto apa yang akan dikerjakan, jika hanya untuk pas foto
tentu tidak memerlukan dengan studio foto untuk foto grup yang
memerlukan ruangan besar. Studio foto dapat berukuran 3x4 m
atau 4x6 m tergantung perlengkapan yang harus disimpan seperti
kamera dan lain-lain. Jadi untuk ukuran studi foto tidak memiliki
ukuran maksimal atau minimal dari studio foto tersebut.

C. Perkembangan Fotografi di Indonesia


Berawal dari kedatangan seorang pegawai kesehatan Belanda pada
tahun 1841 , atas perintah Kementerian Kolonial, mendarat di Batavia
dengan membawa dauguerreotype. Juriaan Munich, nama ambtenaar itu,
diberi tugas "to collect photographic representations of principal views and
also of plants and other natural objects" (Groeneveld 1989). Tugas ini
berakhir dengan kegagalan teknis.
Terlepas dari kegagalan percobaan pertama, bersama mobil dan
jalanan beraspal, kereta api dan radio, kamera menjadi bagian dari
teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda menjalankan
kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak

27

lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan, penempatan


pasukan dan meriam, tetapi dengan membangun dan menguasai
teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini,
fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administrasi colonial,
pegawai pengadilan, opsir militer dan misionaris.
Latar

inilah

yang

menjelaskan,

mengapa

selama

100

tahun

keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara


eksklusif berada di tangan orang Eropa, sedikit orang China dan Jepang.
Survei fotografer dan studio foto komersial di Hindia Belanda 1850-1940
menunjukkan dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315
nama Eropa, 186 China, 45 Jepang dan hanya 4 nama "lokal": Cephas di
Yogyakarta, A Mohamad di Batavia, Sarto di Semarang, dan Najoan di
Ambon. Sedangkan bagi penduduk lokal, keterlibatan mereka dengan
teknologi ini adalah sebagai obyek terpotret, sebagai bagian dari properti
kolonial. Mereka berdiri di kejauhan, disertai ketakjuban juga ketakutan,
melihat tanah mereka ditransfer dalam bidang dua dimensi yang mudah
dibawa dan dijajakan. Kontak langsung mereka dengan produksi fotografi
adalah sebagai tukang angkut peti peralatan fotografi. Pemisahan ini
berdampak panjang pada wacana fotografi di Indonesia di kemudian hari,
di mana kamera dilihat sebagai perekam pasif, sebagai teknologi yang
melayani kebutuhan praktis.
Dibutuhkan hampir seratus tahun bagi kamera untuk benar-benar
sampai ke tangan orang Indonesia. Masuknya Jepang tahun 1942
menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Karena kebutuhan
propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer
untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Mereka inilah, Mendur dan
Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubah
pose simpuh di kaki kulit putih, menjadi manusia merdeka yang sederajat.
Foto-foto mereka adalah visual-visual khas revolusi, penuh dengan
28

kemeriahan dan optimisme, beserta keserataan antara pemimpin dan


rakyat biasa. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar sampai ke
Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai
merepresentasikan dirinya sendiri, hingga sampai saat ini perkembangan
dunia fotografi di Indonesia saat ini berkembang pesat.
Perkembangan dunia fotografi saat ini sudah semakin meningkat,
dapat

terlihat

dengan

banyaknya

sekolah-sekolah

fotografi

yang

bermunculan baik yang bersifat formal maupun yang nonformal serta


sangat bervariasi bentuknya misalnya lembaga-lembaga yang membuka
kursus fotografi dalam waktu tertentu, pendidikan fotografi. Namun tidak
sedikit juga yang memperlajari secara otodidak melalui buku, internet atau
praktek langsung. Disamping itu perkembangan fotografi juga dapat dilihat
dengan semakin banyaknya perkumpulan atau organisasi fotografi di
Indonesia bahkan hampir tiap kota memiliki perkumpulan fotografi.
Di Indonesia, fotografi juga mengalami perkembangan yang cukup
pesat, baik fotografi amatir maupun professional. Fotografi amatir adalah
suatu ekspresi diri (self ekspression) dan proyeksi diri (Self Projection)
yang tarafnya sejajar dengan karya-karya budaya lain. Fotografi amatir ini
biasanya digunakan untuk hobi dan seni, sedangkan fotografi professional
adalah profesi yang digunakan sebagai salah satu mata pencaharian.
Perkembangan ini terlihat dengan meningkatnya ekspor impor peralatan
fotografi ke Indonesia, semakin banyaknya jumlah peminat fotografi,
tumbuhnya klub-klub fotografi, dan semakin banyaknya media fotografi
yang digunakan sebagai sarana penunjang ataupun alat untuk berbagai
kegiatan seperti, media massa, perdagangan, kedokteran, pendidikan,
ilmu pengetahuan, hukum, dokumentasi, hiburan, seni budaya, dan masih
banyak kegiatan lainnya. Selain itu, perkembangan teknologi fotografi
juga menyebabkan banyaknya alat fotografi yang semakin mudah

29

digunakan dan sangat bervariasi jenisnya, sehingga masyarakat yang


awam pun dapat menggunakannya, terutama untuk dokumentasi.
Saat ini badan tertinggi dalam fotografi di Indonesia ialah FPSI
(federasi perkumpulan senifoto Indonesia) yang didirikan pada tanggal 30
desember 1973 di Taman Ismal Marzuki, Jakarta. Lembaga ini merupakan
perwakilan dari semua perkumpulan fotografi Indonesia ke luar negeri
yang juga mengadakan afiliasi dengan FIAP (federation de Lart
Photographyque), yaitu badan tertinggi dalam dunia fotografi. Dalam FPSI
terdapat 32 klub yang terlah bergabung didalamnya yang tersebar di kotakota besar Indonesia. Akan tetapi ada juga klub-klub fotografi yang
independen atau tidak bergabung dalam FPSI seperti Rumah foto,
Perspektif, dan sebagainya.
Namun seiring dengan perkembangan fotografi yang disertai dengan
keberadaan teknologi digital seperti rekayasa atau manipulasi foto maka
kejahatan yang menggunakan fotografipun semakin banyak terjadi
sebagai contoh rekayasa pada foto-foto artis yang memberi dampak
negatif kepada dunia fotografi dan korban.

D. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Metafora


Metafora
hubungan

mengidentifikasikan
tersebut

lebih

hubungan

bersifat

abstrak

antara

benda

daripada

nyata

dimana
serta

mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang


perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk
diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur. Istilah metafora berasal dari
bahasa Yunani yaitu metapherein (Latin: metafora, Inggris: metaphor,
Perancis: metaphore). Meta dapat diartikan sebagai memindahkan atau
berhubungan dengan perubahan. Pherein berarti mengandung atau
memuat. Secara etimologi metafora menunjukkan pemindahan (transfer)

30

sesuatu yang dikandungnya (makna). Arti leksikal dari Metafora adalah


kiasan.
Pengertian lain adalah looking at the abstraction (melihat hubungan
antar hal secara abstrak). Secara epistemologis, sesuai dengan
pengertiannya,

metafora

dalam

arsitektur

dilakukan

dengan

cara

displacement of concept (Schon, 1963, 1967), yaitu dengan mentransfer


konsep suatu objek pada objek lain sehingga mempermudah pemahaman
lewat perbandingan yang lebih sederhana.
Beberapa pendapat yang mencoba mengajukan pengertian metafora
antara lain:
a. Menurut Anthony C. Antoniades dalam Poethic of Architecture Van
Nostrand Reinhold, New York 1990
Metafora merupakan suatu cara memahami suatu hal, seolah
hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari
pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan.
Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain,
mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.
Ada tiga kategori metafora menurut Antoiniades (1990):
1) Intangible Metaphor: metafora dalam tataran ide, konsep atau
kualitas-kualitas khusus.
2) Tangible Metaphors: metafora dalam aspek literal, visual
(empiris sensual)
3) Combined Metaphors: merupakan gabungan konsepsual dan
visual, aspek fisik (visual) digunakan sebagai penanda virtual
(indikator) akan adanya metafora.
b. Broadbent, Geoffrey/Bunt, Richard/Jencks, Charles: Sign, Symbol, and
Architecture; John Wiley and Sons; New York; 1980.

31

Kategorisasi

desain

dair

Broadbent

tentang

anlogic

design

mengindikasikan pembagian
Metaphor dalam 3 kategori yaitu:
1) Visual, metafora secara visual
2) Struktural, metafora dalam aspek struktur, fungsi dan sistem
3) Filosofikal, metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai
c. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam
Introduction of Architecture
Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari
hubunganhubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda
dengan analogi yang melihat secara literal.
d. Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern
Architecture
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh
pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan
bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena
adanya kemiripan.
Jika dilihat dari sudut Arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa
strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya
yaitu:
a. Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya
menunjukkan bahwa ketegori strategi adopsi merupakan strategi
desain yang menggunakan metafora dalam prosesnya.
b. Broadbent yang mengkategorikan desain berdasar aktivitas atau cara,
menunjukkan bahwa kategori Analogic design menggunakan metafora
dalam cara mendesainnya.

32

Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau


aktivitas dalam desain yang menggunakan metode pengalihan (adopsi
dan analogi) konsep dari suatu obyek yang lain. Dilihat dari sudut
Arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang
menggunakan metafora di dalamnya yaitu:
a. Pierce

yang

mengkategorikan

menunjukkan

bahwa

penggunaan

metafora

kategori
dalam

desain

sebagai

simbol
karya

lebih

fisiknya.

sistem

tanda,

memperlihatkan
Kategori

simbol

memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena melibatkan


aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal.
b. White dengan konsep Metaphor yang melihat hubungan antar hal
secara abstrak (looking at abstraction) jelas menunjukkan metafora
dalam konsep arsitektur.
Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat
komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealisme
pribadinya dalam proses kreatif kepada siapapun yang menikmati dan
mengapresiasi hasil karyanya. Penggunaan bahasa metaforik yang
bersayap dan kaya akan interpretasi makna, memerlukan penghayatan
dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau yang bermata
dua, di satu sisi metafora dapat digunakan sebagai alat untuk
mengakselerasi imaji kreatif dalam proses desan, sedang di sisi lain dapat
digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.
E. Studi Banding
1. Studi banding dengan gaya bangunan sejenis
a. Museum of Fruit
Salah satu perancang yang menggunakan metafora sebagai
konsep rancangannya ialah Itsuko Hazegawa. Metafora ini terlihat

33

pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di


Jepang tepatnya kota Yamanshi. Bangunan ini didirikan pada
tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan
material baja dan kaca.

Gambar 11. Bangunan Museum of Fruit


(Sumber: www.google.com)

Berlokasi sekitar 30 km dari gunung fuji, Museum of Fruit


berada pada salahsatu daerah gempa bumi paling aktif didunia.
Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari
baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang
dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.

Gambar 12. Struktur Shell Museum of Fruit


(Sumber: www.google.com)

Sebagian dari dome ini dilapisi kca dan terbentuk dari baja yang
berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter dengan bentang

34

20 meter. Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama,


yaitu Fruit Plaza, Green House, dan workshop.ketiga massa ini
ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar ditanah.
Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi
obyek, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang
menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan ini merupakan
perumpamaan arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan
hanya bentuk buah yang dimunculkan pada bangunan ini, tetapi
juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan
memiliki

tema

metafora

dan

bukannya

analogi

atau

mimesis.terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibityang diambil


tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu museum buahbuahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa
mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.
Bangunan ini menggunakan tema metafora dengan kategori
combine metaphor. Bangunan Museum of Fruit menggunakan
konsep penyebaran bibit dalam menerepkan idenya sekaligus juga
menerapkan fisik dari tumbuhan dan buah-buahan.

Gambar 13. Interior Museum of Fruit


(Sumber: www.google.com)

35

Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat dan


bentuk dari bibit dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang
lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dari
kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba
yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Buah-buahan tampak pada
museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah
antara

manusia

dan

buah

bisa

disimbolkan

dengan

cara

mneyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan


tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup
berdampingan dengan ramai pada daerah yang bermacam-macam
didunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.
b. Musuem Tsunami Aceh

Gambar 14. Museum Tsunami Aceh


(Sumber: www.google.com)

Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah


digunakan M. Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah Rumoh
Aceh as a escape hill.
Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang
dapat menyelematkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu
terjadi Tsunami. Didalamnya juga menceritakan dan mengajak kita
untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan
36

pintu masuk yang menekan perasaan pengunjung dengan luasan


yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water
wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut
yang amat dalam.
Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data
tentang tsunami. Ruangan ini terletak dibawah reflecting pool dari
public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini.

Gambar 15. Interior Museum Tsunami Aceh


(Sumber: www.google.com)

Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung


seakan-akan

berada

benar-benar

didasar

laut.

Dengan

penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya tamaram dari


atasyaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini.
Pada

perjalanan

terakhir

dihadapkan

pada

ruangan

yang

menampilkan nama-nama korban tsunami yang ditulis pada dinding


yang berbentuk silinder yang menjulang ke atasa. Pada puncaknya
terdapat kaligrafi Allah SWT yang berpendar dan ini ditujukan untuk
menambah kesan sacral. Ini bermaknda bahwa akhir perjalanan
manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang mendapat
menghindar dari kematian.

37

Melalui metafora, terutama ketika dicapai dengan teknik


pergantian konsep, seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan
dan interpretasi yang dimengerti. Yang melihat dan menilai serta
menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan
pengkritisi.
c. EX Plaza Indonesia
Plaza Indonesia terletak di jalan MH Thamrin Kav. 28-30,
Jakarta Pusat dan sering disebut sebagai PI, Mall ini merupakan
pusat perbelanjaan High End pertama di Indonesia yang dibuka
pada pertengahan tahun1990.

Gambar 16. EX Plaza Indonesia


(Sumber: www.google.com)

Pada tahun 2003, mal diperluas dan membuka Plaza Indonesia


Entertainment Xnter atau hanya dikenal sebagai EX yang
dihubungan oleh jembatan ke pusat perbelanjaan. Dibandingkan
dengan Plaza Indonesia Shopping Center, EX melayani lebih ke
kebutuhan remaja, seperti music, Toko olahraga, spin city
(Bowling), Fitness Celebrity dan cinema XXI.
Rancangan

arsitektur

yang

menggunakan

metafora

ini

merupakan karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya


kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan
38

menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi


gaya kinetik mobil, serta kolom-kolom penyangganya sebagai ban
mobil.

2. Studi banding dengan fungsi bangunan sejenis


a. Galeri Fotografi Jurnalistik Antara
Museum dan Galeri Foto Jurnalistik

Antara bertempat di

gedung berarsitektur belanda yang dibangun pada awal abad ke


20, yang bernama Gedung Graha Bhakti di Jalan Antara 59 di
jantung kota Jakarta. Gedung tersebut pada awalnya digunakan
sebagai

kantor

Indonesia.

redaksi

ANTARA,

Kantor

Berita

Nasional

Merupakan gedung bersejarah dimana Proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,


disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

Gambar 17. Ruang-ruang dalam bangunan ANTARA


(sumber: www.gfja.org)

1) Pelatihan
GFJA telah menyelenggarakan lebih dari 200 program
pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun. Sejak tahun 1994,
kelahiran mitra fotografer muda dari GFJA lewat workshop foto
jurnalistik telah menjadi suatu tradisi; sebagian besar alumni
bekerja secara professional pada surat kabar dan majalah
39

besar di Indonesia termasuk agen internasional dimana fotofoto mereka dipasarkan untuk TIME, Newsweek, dan media
bergengsi lainnya.

GFJA akan terus menjaga komitmennya

atas pendidikan fotografi di Indonesia.

Workshop Reguler
a) Fotografi Dasar
b) Fotografi Jurnalistik
Workshop Non-Reguler
a) Studio Lighting Dasar
b) Darkroom Processing Lanjutan
c) Travelling Photography
Sebagai pusat rujukan fotografi, GFJA memberikan
prioritas teratas untuk pengembangan perpustakaan fotografi.
GFJA

yakin

pengetahuan

bahwa
bagi

perpustakaan

mereka

yang

bisa

mencari

menjadi
referensi

oasis
foto

jurnalistik.
2) Museum
Museum Antara diresmikan dalam rangka peringatan
HUT ke 55 ANTARA, 13 Desember, 1992. Museum yg di
depannya mengalir Kali Ciliwung, berada di lingkungan Passer
Baroe yang diresmikan tahun 1820. Lingkungan ini telah
dinyatakan sebagai cagar budaya dimana juga ada bangunanbangunan arsitektur eropa lainnya seperti Katedral, Gedung

40

Antara, Santa Ursula, Kantor Pos Besar Pasar Baru, Gedung


Kesenian Jakarta dan Jembatan Pasar Baru.
Koleksi :
a) Lokasi dan peralatan komunikasi penyiaran berita roklamasi.
b) Photo-toestel dan mesin ketik kepunyaan Adam Mallik.
c) Bahan-bahan tertulis perjalananan ANTARA sejak berdiri.
d) Peralatan produksi dan komunikasi yang pernah dipakai
ANTARA dari dulu.
e) Meja tulis dan lemari kuno yang dulu dipakai pimpinan
ANTARA, lemari besi
f) Sepeda motor kuno.
3) Pameran
Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) telah berkembang
dari sekedar galeri foto jurnalistik pertama di Indonesia
menjadi institusi terbaik dan teraktif dalam kancah seni dan
budaya Indonesia. Antara tahun 1992 hingga tahun 2003,
GFJA telah menyelenggarakan lebih dari 90 pameran foto dan
300 acara dalam dunia fotografi. Sebagian besar pengamat
menganggap konsistensi dan keterbukaan GFJA sebagai kunci
sukses.

Sejak

berdirinya,

GFJA

terus

berusaha

mempromosikan bakat-bakat dan visi-visi baru demikian juga


artis dan karya yang sudah mapan; disamping karya-karya dari
para fotografer lokal, GFJA secara reguler memamerkan karyakarya dari artis-artis internasional ternama bekerjasama dengan
pusat kebudayaan asing di Indonesia. GFJA tidak membatasi
ruang

lingkupnya

hanya

pada

gaya

ataupun

alasan

41

argumentatif belaka, sehingga bisa merangkul lebih banyak


partisipan dan pengunjung : pelajar, akademisi, kritikus,
pengamat social, fotografer dari segala genre dan public umum
yang menikmati dan menggunakan fotografi setiap hari.
b. George Eastman House International Museum of Photography
and Film
George Eastman House International Museum of Photography
and Film, merupakan museum fotografi tertua di dunia dan arsip
film tertua didunia, dibuka untuk umum pada tahun 1949 sebagai
museum independen. Menggabungkan koleksi-koleksi terbaik
fotografi dan film di mansion megah landmark kolonial Revival
George Eastman dari tahun 1905-1932. Museum adalah Historik
Landmark. Mr. Eastman, pendiri Eastman Kodak Company
digembar-gemborkan sebagai bapak fotografi modern dan film-film.

Gambar 18. G.E. House International Museum


(Sumber: http://www.eastmanhouse.org)

Rumah Mr Eastman memiliki fasad klasik dengan beberapa


yang dekoratif. Di bawah eksterior ini adalah kenyamanan modern

42

seperti sebuah generator listrik, sistem internal telepon dengan 21


stasiun, sistem pembersih vakum built-in, sebuah jaringan jam
sentral, lift, dan organ pipa yang besar membuat rumah menjadi
pusat kehidupan musik yang kaya dari tahun 1905 sampai
kematian Eastman pada tahun 1932.
Mr

Eastman

mewariskan

kekayaannya

ke

Universitas

Rochester selama 10 tahun. Teman dekatnya Rush Rhees,


presiden Universitas Rochester, tinggal di sini sampai 1935,
digantikan oleh keluarga Valentine. Setelah Perang Dunia II,
universitas menyerahkan rumah ke dewan pengawas, yang
dibentuk untuk membangun museum fotografi, menarik artefak
berharga dari seluruh dunia ke pusat penelitian, perawatan, dan
pameran.
The George Eastman House Museum Fotografi diresmikan
pada tahun 1947. Misi Museum sejak awal adalah untuk
mengumpulkan, melestarikan, dan menyajikan sejarah fotografi
dan film. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1949, dengan
menampilkan koleksi inti di bekas ruang tamu rumah Eastman.
Koleksi-koleksi asli Museum termasuk koleksi Medicus fotofoto Perang Saudara oleh Alexander Gardner, koleksi sejarah
Eastman Kodak Company, dan yang tak ternilai koleksi Gabriel
Cromer dari Perancis-menarik penambahan yang signifikan selama
40 tahun ke depan. Seluruh arsip, koleksi perusahaan, dan
portofolio seumur hidup seniman telah disumbangkan ke Eastman
House.
Arsip di George Eastman House.

43

Antara 1985 dan 1988, lebih dari $ 30 juta telah dikucurkan


untuk perbaikan dan perawatan koleksi. Eastman Kodak Company
memimpin, dengan sumbangan senilai lebih dari $ 17 juta.
Kontribusi masyarakat sebesar $ 12,5 juta yang diberikan untuk
pembangunan gedung arsip state-of-the-art, termasuk pusat studi
dan galeri pameran.
Arsip

bangunan

seluas

73.000

meter

persegi,

arsip,

penelitian, dan ruang galeri, banyak yang dibangun di bawah


tanah, dengan mengembalikan kebun bersejarah yang di atasnya.

Gambar 19. Interior G.E.H


(Sumber: http://inet.detik.com)

Untuk pertama

kalinya

dalam

sejarah,

Museum

telah

mencapai keamanan fisik dan finansial untuk bahan berharga dan


kemampuan untuk menawarkan akses tak terbatas untuk berbagai
khalayak. Fasilitas baru dibuka untuk umum pada Januari 1989,
dan sekarang memiliki lebih dari 400.000 foto dan lebih dari 28.000
film negatif, dan lebih dari 4 juta stills film; 53.000 publikasi, dan
lebih dari 25.000 buah teknologi.
Juga sebagai bagian dari perbaikan modal, hampir $ 2 juta
telah

dikhususkan

untuk

restorasi

rumah

Mr

Eastman.

Menggunakan foto-foto vintage dan bukti sejarah lainnya, lebih dari

44

85 persen dari perabot asli dan hampir semua dekoratif interior


dikembalikan atau direstorasi selama tiga tahun. Dibuka kembali
untuk umum pada bulan Januari 1990, Eastman House adalah
biografi real Eastman sebagai refleksi dari kehidupan yang unik.
Empat dari kebun formal Mr Eastman telah dipulihkan, dan daerah
sekitar akan dikembalikan atau disesuaikan dengan kebutuhan
Museum.

Gambar 20. Folding Camera 1860


(Sumber: http://inet.detik.com)

Galeri lantai kedua merupakan dokumen kehidupan Mr


Eastman, ruang Discovery, ruang pendidikan, fasilitas diperluas di
sayap lantai 2, ruang kuliah telah direnovasi sebagai teater
multimedia dalam memori Jenderal Edward Peck Curtis, dan
Teater Dryden dengan 535 kursi, direnovasi dalam rangka untuk
melanjutkan tradisi pameran Film, yang mengkhususkan diri dalam
memulihkan film klasik.
Fasilitas-fasilitas dalam bangunan ini adalah :
1) Museum Fotografi dan film
2) Fasilitas Pendidikan
3) Caf dan Toko buku
4) Ruang Konservasi

45

5) Pameran fotografi dan film


6) Film Screening
7) Ruang Audio visual
8) Perpustakaan
9) Ruang Discovery
10) Teater Film
11) Fasilitas Wedding

c. International Centre of Photography

Gambar 21. Bangunan ICP


(Sumber: www.wikipedia.org/wiki/International_Center_of_Photography)

International Center of Photography adalah sebuah bangunan


yang mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan seni
fotografi seperti museum fotografi, sekolah, dan pusat peneletian.
Bangunan ini terletak di Midtown Manhattan di New York City,
Amerika Serikat dan didirikan pada tahun 1974.
Sejak didirikan pada 1974 oleh Cornell Capa dalam sejarah
Willard Straight House, di Fifth Avenues Mile Museum, ICP telah
melaksanakan

pameran

lebih

dari

500

pameran,

dengan

menyajikan lebih dari 3.000 karya fotografer dan seniman lainnya


serta kelompok pameran dan menyediakan ribuan kelas dan

46

lokakarya yang telah memperkaya puluhan ribu mahasiswa. ICP


didirikan sebagai lembaga untuk menjada warisan Hidup Fotografi
Peduli. Setelah kematian sebelum waktunya saudaranya Robert
Capa dan rekan-rekannya Wemer Bischof, David chimSeymour,
dan Dan Weiner pada 1950-an, Capa melihat kebutuhan untuk
terus bekerja documenter kemanusiaan mereka yang relecan dan
dapat dilihat dengan mata public. Pada tahun 1966 ia mendirikan
Dana Internasional untuk Fotografi Peduli.
1) Perancangan dan rekonstruksi
Galeri di perluas di 1133 Avenue of Americasdi 43 Street,
dirancang oleh Gwathmey Siegel dan Associates Architects
untuk tampilan fotografi dan media baru dengan Negara-of theart-pencahayaan, system control iklim, dan system presentasi
digital. Pembukaan lahan kembali (1.600 m2 situs 17.000,
sebelumnya digunakan sebagai galeri foto untuk Kodak, pada
musim gugur tahun 2000 yang disediakan dalam satu lokasi
ruang

galeri

yang

sama

seperti

dua

situs

sebelumnya

digabungkan dan menjadi markas program pameran ICP.


Fasilitas-fasilitas yang disediakan:
a) Fasilitas Pendidikan
b) Perpustakaan
c) Digital Laboratorium
d) Ruang Gelap (Dark Room)
e) Ruang Pameran
2) Sekolah ICP
ICP melayani lebih dari 5.000 siswa setiap tahun, Program
pendidikan lainnya termasuk serangkaian kuliah, seminar,

47

symposium,

lokakarya

diselenggerakan

oleh

fotografer

professional, dankegiatan yang saling melengkapi.


Fasilitas Country-fitur Class-the art dan ruang lab hitamputih danwarna, laboratoriumdigital dengan seumber daya untuk
multimedia, fotografi digital, mengedit video dan produksi, dan
sebuah studio pemotrtan professional. Dirancang oleh Gensler,
sebuah York arsitektur berbasis perusahaan New Era, Sekolah
termasuk perpustakaan, ruang siswa, dan mahasiswa dan
pameran galeri masyarakat.
Sekolah menawarkan :
a) Sebuah

pilihan

sepanjang

tahun

kelas

Pendidikan

Berkelanjutan
b) Dua Program Sertifikat Satu-Tahun :
c) Studi Umum
d) Dokumenter Fotografi dan Jurnalisme Foto
e) Program ICP-Bard distudi Lanjutan Fotografi, Program sarjana
dua tahun yang mengarah ke master seni rupa.
3) Perpustakaan ICP

Gambar 22. Perpustakaan ICP


(sumber: www.icp.org/)

48

Koleksi permanen dengan ICP berisi lebih dari 100.000 foto.


Sejak pembukaannya di tahun 1974, ICP telah mengakusisi foto
sejarah dan kontemporer penting melalui berdedikasi Komite
Akuisisi dan melalui sumbangan dan hibah dari fotografer dan
kolektor. Koleksinya meliputi sejarah medium fotografi, dari
daguerreotypes untuk gelatin perak dan chromogenic cetak
digital.
F. Resume Studi Banding
1. Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis
Tabel 1.
Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis

Nama
Bangunan
Museum of
Fruit

Museum
Tsunami Aceh

Arsitek

Penerapan

Itsuko
Hazegawa

Menggunakan bibit-bibit yang


berbeda disebar ke tanah dalam
penampilan keseluruhan
kompleks bangunan, termasuk
dalam menemukan bentuk dari
tiga massa utama, gambaran
sebuah bibit yang kemudian
tumbuh menjadi pohon yang
besar yang ditampilkan ke dalam
salah satu massa yaitu fruit
plaza.
Mengibaratkan museum sebagai
rumah panggung yang dapat
menyelamatkan penduduk aceh
dari tsunami, dan pintu masuk
yang menekan pengunjung
dengan luasan yang sempit
dengan adanya water wall
seolah-olah berada di bawah
dasar laut. Serta bentuk denah
bangunan yang menyerupai
gelombang laut

M. Ridwan
Kamil

Jenis Metafora

Combined
metaphora

Combined
metaphora

49

Nama
Bangunan

Arsitek

EX Plaza
Indonesia

Penerapan

Budiman
Hendropur
nomo

Jenis Metafora

Dia menjadikan gaya kinetik pada Intangible


sebuah
mobil
sebagai Metaphora
konsepnya, yang diterjemahkan
menjadi gubahan masa lima
kotak yang miring sebagai
ekspresi gaya kinetik mobil, serta
kolom-kolom
penyangganya
sebagai ban mobil.
(Sumber : Analisi Penulis)

2. Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis


Tabel 2.
Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis

Nama
Bangunan

Fasilitas

Kekurangan

Gaya
Banguna
n

Memiliki
fasilitas
meseum
mengenai
perkembanga
n jurnalitik di
indonesia

Sistem
penghawaan dan
pencahyaan
bangunan terlalu
mengandalkan
pencahyaan dan
penghawaan
buatan dan
kurangnya fasilitasfasilitas yang
diwadahi.

Arsitektur
Kolonial
Belanda

Bangunan tidak
terlalu menonjol
karena desain

Arsitektur
Klasik

Galeri
Fotografi
Jurnalistik
Antara,
Jakarta,
Indonesia

George
Eastman
House,

Memiliki
- Museum Fotografi
Fasilitas yang
dan film
memadai
- Fasilitas Pendidikan

Workshop
/pelatihan
Museum
Pameran

Kelebihan

50

Nama
Bangunan

Fasilitas

Kelebihan

Kekurangan

Internation

- Caf dan Toko buku


- Ruang Konservasi
Pameran fotografi
dan film
- Film Screening
- Ruang Audio visual
- Perpustakaan
- Ruang Discovery
Teater Film
- Fasilitas Wedding
- Fasilitas pendidikan
- Perpustakaan
- Digital laboratorium
- Ruang gelap (Dark
Room)
- Ruang pameran
- Ruang seminar
- Ruang audio visual
- Museum

untuk
kegiatankegiatan yang
berkaitan
dengan
fotografi, serta
disediakannya
fasilitas
wedding yang
disewakan

bangunan
tidak terlalu
Site karena
tertutupi
vegetasi
disekitasrnya
sehingga tidak
begitu keliatan
dari luar

Memiliki ruang
digital
laboratorium
dengan
sumber daya
untuk
multimedia,
fotografi digital

Desain
bangunan
yang monoton
dan kurang
ekspresif
sehingga
tampak
terkesan
sangat sangat
sederhana
tanpa
permainan
detail
dan ornamen.

al Museum
of
Photograph
y and Film,
Rochester,
NY
Internation
al Centre of
Photograph
y, New
York

Gaya
Bangunan

Arsitektur
Modern

(Sumber : Analisi Penulis)

51

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

A. Hakekat dan Karakter Dasar


1. Hakekat
Dipilihnya Kota Makassar karena kota ini merupakan salah satu
kota terbesar di Indonesia timur dengan cukup banyaknya kegiatan
fotografi bermunculan, namun kurang adanya suatu wadah untuk
menampung kegiatan penggemar fotografi untuk dapat berkumpul dan
mengapresiasikan karyanya.
2. Karakter dasar
Wadah ini nantinya merupakan media publikasi dan promosi
hasil karya para fotografer maupun para pecinta fotografi, sebagai
sarana yang dapat mendukung laju perkembangan dunia fotografi dan
sebagai wadah untuk mempertemukan bagi para pecinta fotografi
yang berada di Makassar pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.

B. Tinjauan Kota Makassar


1. Kondisi fisik kota Makassar
Makassar

didirikan

oleh

dua

kerajaan

maritim

Gowa-Tallo

merupakan suatu kota besar. Kota Makassar sebagai kota yang


terletak di pesisir pantai mempunyai peranan sangat vital, baik yang
sifatnya lokal, regional, nasional dan internasional. Kota Makassar

52

mempunyai

prospek

dan

potensi

yang

cukup

besar

untuk

dikembangkan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.


Adapun fungsi dan kedudukan Kotamadya Makassar saat ini,
adalah :
Secara administratif merupakan ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Sebagai pusat pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
Selatan.
Pintu gerbang utama Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pusat pembangunan propinsi Sulawesi Selatan.
Pusat perdagangan yang ditunjang oleh lokasi geografis serta
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
Pusat pelayanan sosial di bidang pendidikan tinggi, kesehatan,
rekreasi/hiburan dan budaya.

a. Keadaan geografis
Kota Makassar merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan
yang secara geografis terletak antara 119o241738 BT dan
5o8619 LS. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar
dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara
sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan
sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas kota
Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km daratan
yang meliputi 14 Kecamatan dan memiliki 143 Kelurahan, termasuk
11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang
lebih 100 Km. Adapun batas-batas administrasi kota Makassar :
Sebelah Utara

: Kabupaten Pangkep

53

Sebelah Timur

: Kabupaten Maros

Sebelah Selatan

: Kabupaten Gowa

Sebelah Barat

: Selat Makassar

Kota Makassar juga sangat mudah dijangkau melalui darat, laut,


dan udara. Pemerintah juga terus meningkatkan standar kualitas
pelayanan diberbagai terminal angkutan dan bandara untuk
menunjang kelancaran arus mobilitas.
Dari gambaran sekilas mengenai kondisi geografis dan wilayah
administrasi kota Makassar, memberi penjelasan bahwa kota
Makassar memang sangat strategis dilihat dari beberapa aspek
kepentingan, seperti kepentingan ekonomi dan tujuan pendidikan.
b. Klimatologi
Kota Makassar merupakan daerah yang beriklim tropis,
dipengaruhi oleh 2 (dua) musim,yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Secara normal musim hujan terjadi pada bulan Oktober
sampai bulan Februari,musim kemarau terjadi pada bulan Mei
sampai bulan September,dan musim pancaroba terjadi pada bulan
Maret sampai April. Berdasarkan keadaan musim tersebut
berpengaruh terhadap kondisi temperatur suhu udara sekitar 26,528,5c (2012) dengan kelembaban nisbi udara rata-rata 82,7%.
Kedaan temperatur

berkaitan pula dengan jumlah penyinaran

matahari rata-rata, arah dan kecepatan angin.


c. Arah perkembangan kota Makassar
Pada

mulanya,

Kota

Makassar

terdiri

dari

buah

kecamatan,yaitu Kecamatan Makassar, Mariso, Ujung Tanah,


Ujung Pandang, Mamajang, Bontoala, Wajo dan Tallo, dengan

54

jumlah penduduk yang tersebar sebanyak 438.809 jiwa, yang


menempati wilayah seluas 2.499,8 Ha.
Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1971, yang ditetapkan pada
tanggal 1 September 1971, telah mengubah dan memekarkan Kota
Makassar menjadi 11 kecamatan yaitu Kecamatan Makassar,
Mariso, Ujung Tanah, Ujung Pandang, Mamajang, Bontoala, Wajo,
Tallo, Panakukkang, Biringkanaya dan Tamalate,

dengan luas

17.577 Ha.
Perkembangan Kota Makassar terjadi kemudian pada tahun
1997, dengan penambahan 3 kecamatan, sehingga menjadi 14
wilayah kecamatan dan terdiri dari 142 kelurahan, termasuk 3
kelurahan

diantaranya

terdapat

di

pulau-pulau.

Kemudian

penambahan wilayah Kota Makassar selanjutnya didasarkan pada


diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah No. 22 tahun
1999, dengan penambahan 10.000 Ha ke arah laut.
Perkembangan-perkembangan Kota Makassar yang terjadi dari
tahun ke tahun ini telah menjadikan Kota Makassar pada saat ini
memiliki luas wilayah 27.577 Ha, dengan komposisi wilayah darat
seluas 17.437 Ha, wilayah laut seluas 10.000 Ha dan pulau-pulau
seluas 140 Ha.

2. Kondisi non fisik kota Makassar


a. Kondisi sosial penduduk
Penduduk kota Makassar pada tahun 2011 tercatat sebanyak
1.352.136 jiwa yang terdiri dari 667.681 laki-laki dan 684.455
perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk kota Makassar
yaitu sekitar 97,55 persen, yang berarti setiap 100 penduduk

55

wanita terdapat 98 penduduk laki-laki. Pertumbuhan penduduk lakilaki mencapai angka 8,37 persen, dan pertumbuhan penduduk
wanita sekitar 2,41 persen.
Penyebaran

penduduk

kota

Makassar

dirinci

menurut

kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi


diwilayan kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 172.506 jiwa atau
sekitar 12,76 persen dari total penduduk, disusul kecamatan
Biringkanaya sebanyak 169.340 jiwa atau sekitar 12,52 persen.
Kecamatan Ujung Pandang merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terendah yaitu sebanyak 27.160 jiwa atau sekitar 2,01
persen.
Tabel 3.
Jumlah penduduk kota Makassar dirinci menurut kecamatan
Laju
Penduduk
Kecamatan

Pertumbuhan
Penduduk

2010

2011

2001-2011

Mariso

55.875

56.408

0,5

Mamajang

58.998

59.560

-0,39

Tamalate

170.878

172.506

2,48

Rappocini

151.091

152.531

1,45

Makassar

81.700

82.478

-0,22

U. Pandang

26.904

27.160

-0,73

Wajo

29.359

29.639

-1,90

Bontoala

54.197

54.714

-0,90

Ujung Tanah

46.688

47.133

-0,16

Tallo

134.294

135.574

1,09

Panakkukang

141.382

142.729

0,91

56

Laju
Penduduk
Kecamatan

Pertumbuhan
Penduduk

2010

2011

2001-2011

Manggala

117.075

118.191

3,83

Biringkanaya

167.741

169.340

5,37

Tamalanrea

103.192

104.175

1,95

1.339.374

1.352.136

1,56

Makassar

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2012)

Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassar


adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu
32.730 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso dengan
30.993 jiwa per km persegi. Kecamatan Tamalanrea merupakan
kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar
3.272 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya
dengan 3.512 jiwa per km persegi.
Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah
tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah
pemukiman terutama di tiga kecamatan, yaitu Biringkanaya,
Tamalanrea, dan Manggala. (Sumber : BPS, Makassar dalam Angka
2012)

Pertumbuhan penduduk kota Makassar yang terus meningkat


dari tahun ke tahun diharapkan dapat diiringi dengan semakin
meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ada di kota
Makassar. Dengan adanya Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar
diharapkan

dapat

mendukung

peningkatan

kualitas

dan

57

pertumbuhan dapat membantu laju pertumbuhan ekonomi di kota


Makassar, khususnya dibidang fotografi.
Seiring dengan pertumbuhan Kota Makassar peningkatan
jumlah penduduk yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor fertilitas maupun faktor migrasi penduduk. Pertumbuhan
penduduk yang cukup besar ini antara lain disebabkan oleh
banyaknya urbanisasi penduduk dari daerah lain termasuk dari
Kawasan Timur Indonesia sendiri, mengingat aktifitas ekonomi di
daerah ini paling besar dibanding daerah lain, di samping itu juga
kota Makassar sendiri merupakan pusat pemerintahan Sulawesi
Selatan sekaligus sebagai pusat pendidikan, hiburan serta
pelayanan jasa di kawasannya. (Kantor Statistik Sulsel, Sulawesi
Selatan dalam Angka).

Sebagai patokan dalam perencanaan Pusat Kegiatan


Fotografi di Makassar

digunakan standar laju pertambahan

penduduk hingga tahun proyeksi perencanaan, dimana sebagai


patokan laju pertambahan penduduk digunakan data pertumbuhan
kota

Makassar

selama

sepuluh

tahun

terakhir

ini.

Untuk

menghitung pertambahan penduduk kota Makassar hingga tahun


proyeksi dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
Pn = Po (1+r) n
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r

= Persentase pertambahan penduduk

58

n = Tahun proyeksi
b. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar
Di dalam Rencana Induk Kota (RIK), telah disusun
pelaksanaan konsep pembangunan kota Makassar yang diarahkan
guna terciptanya kawasan terpadu hingga tahun 2016. Rencana
Induk Kota (RIK) memuat pokok-pokok rencana fisik yang meliputi :
1) Konsep kota masa depan yang datang dengan komponen
utama kota, seperti pusat kota, pusat pelayanan, perumahan,
dan lainnya.
2) Rencana struktur tata ruang kota yang mengatur/mengarahkan
penempatan dan intensitas tiap jenis penggunaan lahan.
3) Rencana pengembangan objek khusus yang merupakan
rencana pengaturan yang lebih dalam.
4) Rencana distribusi utilitas umum.
5) Rencana pengembangan sarana dan prasarana sosial.
Rencana Induk Kota (RIK) juga telah membagi 14
kecamatan di kota Makassar menjadi 9 BWK.
Tabel 4.
Rencana Detail Tata Ruang Kota (DTRK) kota Makassar
No

DT

Kecamatan

RK
1

Ujung Tanah

Luas

Fungsi

(Ha)

Utama

593,8

Transportasi
laut
(pelabuhan)

Fungsi Penunjang

Pariwisata
Militer
Permukiman

59

No

DT

Kecamatan

RK
2.

Ujung Pandang

Luas

Fungsi

(Ha)

Utama

1.331

Pusat

Fungsi Penunjang

Rekreasi

Bontoala

perdagangan

Pemerintahan Kota

Mamajang

dan jasa sosial

Permukiman

Rekreasi

Perdagangan

pantai dan

Permukiman

Mariso
Wajo

3.

Tamalate

2.021

jasa pariwisata

Transportasi darat
Pendidikan Tinggi

4.

Rappocini

923

Jasa

Permukiman

pelayanan

Perdagangan

sosial/umum

5.

Panakkukang

1.715

Pusat
perdagangan
dan jasa sosial

Pemerintahan/perkantoran

Permukiman
Pendidikan tinggi
Ruang

terbuka

hijau

Transportasi darat (terminal


angkutan kota)

6.

Manggala

2.404

Permukiman

Jasa pelayanan
sosial/umum
Pendidikan tinggi
Pariwisata
Ruang terbuka hijau

60

No

DT

Kecamatan

RK
7.

Tallo

Luas

Fungsi

Fungsi Penunjang

(Ha)

Utama

583

Pariwisata dan

Jasa pelayanan

ruang terbuka

sosial/umum

hijau

Permukiman
Jasa pelayanan kesehatan

8.

Tamalanrea

3.184

Pendidikan
tinggi dan
permukiman

Industri
Perdagangan
Jasa pelayanan
sosial/umum
Transportasi darat (AKAP)

9.

Biringkanaya

4.822

Industri dan

Militer

permukiman

Ruang terbuka
hijau/perkebunan

17.576,8 Ha

Jumlah

(Sumber : Pemerintah kota Makassar)

Adapun pengembangan kawasan terpadu kota Makassar


terbagi atas beberapa kawasan dengan fungsi yang berbeda, yaitu :
A. Kawasan pusat kota

I. Kawasan penelitian terpadu

B. Kawasan permukiman terpadu

J. Kawasan budaya terpadu

C. Kawasan pelabuhan terpadu

K. Kawasan olahraga terpadu

D. Kawasan bandara terpadu

L. Kawasan bisnis &

E. Kawasan maritim terpadu


F. Kawasan industri terpadu

Pariwisata terpadu
M. Kawasan bisnis & global

61

G. Kawasan perdagangan terpadu

terpadu

H. Kawasan pendidikan terpadu

Gambar 23. Penentuan Detail Tata Ruang Kota (DTRK)


(Sumber : http://www.makassarkota.go.id)

C. Kondisi Dunia Fotografi di Makassar


Meningkatnya

kemajuan

kota

Makassar

baik

dari

segi

pengembangan kota maupun dari segi perekonomian secara tidak


langsung mempengaruhi gaya hidup masyarakat, sehingga memacu
meningkatnya kebutuhan akan fasilitas-fasilitas seperti kebutuhan akan
fotografi serta hal-hal yang berhubungan dengan dunia fotografi.
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan fotografi telah sering
diadakan, kegiatan tersebut berupa pameran foto, lomba foto, hunting
foto, seminar dan workshop fotografi, serta pelatihan fotografi dasar
maupun

lanjutan.

Kegiatan-Kegiatan

tersebut

dilaksanakan

oleh

organisasi fotografi yang bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu


maupun instansi pemerintah lembaga tertentu.
Berikut adalah beberapa kegiatan fotografi yang diadakan dikota
Makassar dan sekitarnya, kegiatan tersebut terus meningkat tiap
tahunnya dan diadakan pada tempat yang berbeda-beda.
62

Tabel 5.
Beberapa Kegiatan Fotografi yang diadakan di Makassar

No

Nama Kegiatan

Tempat

Photography Competition on Kampoeng

Resto Kampoeng

Popsa Anniversary

Popsa

Lomba Fotografi Kependudukan dan KB

Lomba Foto Nasional

Workshop Commercial Fashion

Hotel Horison

Photography with Darius Manihuruk

Makassar

Workshop & Photography contest

Jl. Amirullah (belakang

"satufotoseribucerita" with Danny

mall mari)

pomanto
5

Hunting for Photographer's with FM3

Trans Mall Makassar

(Fotografer & Model Muslimah


Makassar)
6

Workshop Photography with Moses

Hotel La Macca

Agustian
7

"Basic Workshop Photography Oleh: A.

Warkop 115, Jl.

Mei Harmawansah (Performa)

Toddopuli Raya Utara

Photo Session AUTOFUN with Photo

Parkiran Pasar Segar

Talk Makassar
9

Auto Photography Contest

Citra Land Makassar

10

Photo Session "Sexy Swimsuit &

Pulau Samalona

Glamour Photo Session"


(FHM & POPULAR MODEL, etc)

63

No

11

Nama Kegiatan

Tempat

Photography Contest

Benteng Fort Rotterdam

"City of Fire" - Spectacular Launching


HONDA CB150R STREETFIRE
12

Long Exposure Photography Workshop

PPLH Puntondo

13

Pameran Pojok Diksar XXI UKMF

Lt. DasarPerpustakaan

Unhas

UNHAS

14

Xl Sunday Class Fotography

Gedung XL Pettarani

15

Salon foto Indonesia XXXII

Trans Mall

16

Canon-FN Seminar & Gathering Series

Clarion Hotel

(Sumber : Analisa Penulis)

Perkembangan fotografi di Makassar juga dilihat dari semakin


banyaknya organisasi atau perkumpulan fotografi yang bermunculan.
Perkumpulan atau organisasi fotografi dapat di bagi menjadi tiga kategori,
sebagai berikut :
1. Klub foto berbasis kampus, adalah klub foto yang didirikan di kampus
yang sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa. Klub foto yang
berdiri sendiri maupun klub foto yang menjadi bagian dari unit kegiatan
kampus,

seperti

KIFO

UNHAS,

FOTODIPA

STIMIK,

UKM

FOTOGRAFI UNHAS, RUMAH FOTO dan sebagainya.


2. Klub foto seni, ialah klub yang berdiri atas kesamaan hobi footgrafi
anggotanya. Aktivitas lebih banyak pada perkembangan dan kajian
fotografi dalam aspek seni, seperti PERFORMA, PERSPEKTIF, dan
sebagainya.

64

3. Klub foto berbasis bisnis, merupakan klub foto yang bersifat assosiasi
yang biasa meng-order acara dan kegiatan seminar atau seremonial
laiinya, seperti perkumpulan para fotografer dalam acara tertentu
seperti wisuda.
Tabel 6.
Klub Fotografi Makassar

No

Nama Klub/Komunitas

Perkumpulan Fotografer Makassar


(PERFORMA)

FM3 (Fotografer & Model Muslimah Makassar)

Komunitas Fotografer Makassar

PHOTO TALK Makassar

Makassar Foto

Lensa Manual Makassar

UKMF Unhas

Hitam Putih Photography

Perspektif

10

Fotodipa STIMIK

11

Perspektif Lensa Arsitektur

12

Rumah Foto Makassar

13

KIFO Unhas

14

BRI Fotografer Club

15

The Photographer Indonesia


(Sumber : Analisa Penulis)

65

Namun dari beberapa organisasi fotografi yang ada hanya


Perkumpulan Seni Foto Makassar yang menjadi anggota FPSI yang
merupakan badan tertinggi dalam seni fotografi di Indonesia.
Secara umum sarana dan prasarana fotografi di Makassar masih
terbilang sedikit khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pameran dan
pendidikan yang bersifat formal maupun non formal.

Hal ini dapat

mengakibatkan pengetahuan masyarakat mengenai fotografi dan hasil


karya-karya fotografer menjadi kurang. Untuk itu dibutuhkan sebuah
wadah yang dapat menampung segala kegiatan yang berhubungan
dengan fotografi sehingga memberi dampak positif tidak hanya bagi
fotografer ataupun para pecinta fotografi tapi juga

masyarakat awam

yang ingin mengetahui tentang dunia fotografi.

D. Peranan dan motivasi pengadaan


1. Peranan
a. Peranan utama
1) Sebagai wadah kegiatan pameran.
2) Sebagai wadah kegiatan interaksi antara fotografer dan
masyarakat.
b. Peranan penunjang
1) Sebagai media hiburan dan informasi.
2) Sebagai wadah pemasaran alat-alat dan jasa fotografi.
3) Sebagai media promosi, pelatihan dan pengembangan.

2. Motivasi pengadaan
a. Bagi fotografer
Pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar diharapkan
dapat menggali dan memacu kreativitas para fotografer maupun

66

para pecinta fotografi untuk lebih meningkatkan kualitas dan


kuantitas karya, serta menciptakan inovasi baru yang menarik bagi
dunia fotografi.
b. Bagi masyarakat
Pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar diharapkan
dapat menjadi salah satu alternatif media hiburan bagi masyarakat
yang tidak hanya memberikan hiburan semata tetapi juga sebagai
media informasi serta pengetahuan mengenai fotografi.
c. Bagi pengelola
Pengadaan Pusat Kegiatan Fotogafi di Makassar merupakan
bentuk usaha pengembangan modal pihak pengelola yang selain
dapat memberikan keuntungan bagi pihak pengelola juga sebagai
salah satu usaha memanfaatkan sumber daya manusia yaitu
menciptakan lapangan kerja baru.

E. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pusat Kegiatan Fotografi


1. Faktor pendukung pengadaan
a. Perkembangan dunia fotografi yang semakin pesat dan cukup
besar.
b. Kemampuan teknologi yang semakin canggih dalam menunjang
dalam produksi karya fotografi.
c. Kondisi sosial penduduk yang memliki tingkat pendapatan
perkapita penduduk dapat menentukan pola konsumsi dan daya
beli.
d. Tingkat

apresiasi

masyarakat

terhadap

fotografi

semakin

meningkat.
2. Faktor penghambat pengadaan
a. Faktor dana

67

b. Kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pengkoleksian dan


dokumentasi karya fotografi.

F. Struktur dan sistem kelembagaan Pusat Kegiatan Fotografi


1. Struktur organisasi
Bentuk

struktur

organisasi

Pusat

Kegiatan

Fotografi

di

Makassar ialah sebagai berikut

2. Sistem kelembagaan
Sistem kelembagaan sepenuhnya dikelola oleh pihak swasta
baik dari segi investasi maupun operasionalnya, investasi dapat
berupa modal atau pinjaman dari pihak investor.

G. Tinjauan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar


1. Fungsi Pusat Kegiatan Fotografi
Adapun fungsi dari Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar
adalah:

68

a. Sebagai media publikasi dan promosi hasil karya para fotografer


maupun para pecinta fotografi.
b. Sebagai wadah untuk memperdalam atau menambah ilmu
pengetahuan tentang fotografi.
c. Sebagai wadah bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan
mempelajari dunia fotografi.
d. Sebagai sarana yang dapat mendukung laju perkembangan dunia
fotografi khususnya di Makassar.
e. Sebagai wadah untuk mempertemukan bagi para pecinta fotografi

2. Tujuan pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi


Tujuan pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar
adalah:
a. Mengembangkan potensi

dan SDM fotografer yang ada di

Makassar
b. Menunjang kelancaran penyebaran informasi mengenai fotografi
serta mengembangkan gagasan dan wawasan tentang fotografi.
c. Menunjang teknologi yang berkaitan dengan fotografi serta
mengembangkan mutu pengolahan foto.
d. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap fotografi di Makassar

3. Lingkup perwadahan Pusat Kegiatan Fotografi


Bangunan ini akan mewadahi segala macam kegiatan Fotografi,
dan akan mewadahi 5 (lima) fungsi, yaitu :
a. Pameran Fotografi
Pameran ini merupakan sarana publikasi dan promosi hasil
karya para fotografer dan

ini berfunsi untuk menarik minat

masyarakat, khususnya penikmat fotografi yang tidak hanya


sekedar melihat foto tetapi juga dapat mengetahui mengenai
69

sejarah, peralatan, serta proses pengolahan dan produksi foto.


Sarana ini merupakan fungsi utama bangunan, kegiatan

yang

termasuk fungsi ini antara lain:


1) Kegiatan pameran permanen
2) Kegiatan pameran temporer
b. Pelatihan Fotografi
Fungsi ini bertujuan untuk memberikan pendidikan non formal
dan pelatihan bagi masyarakat umum yang ingin mempelajari
fotografi. Materi pelatihan dibagi atas lima yaitu :
1) Basic (dasar), kurikulum pelatihan yang dirancang bagi peserta
yang masih pemula yang belum pernah menempuh pendidikan
formal maupun non formal dalam bidang fotografi. Materi
berupa dasar-dasar fotografi berupa pengenalan kamera,
komposisi, teknik-teknik fotografi, serta sejarah fotografi.
2) Intermediate, Kurikulum ini di rancang bagi peserta yang telah
menguasai materi dasar fotografi dan pada tingkatan ini materi
lebih diperdalam pada studio lighting, dan sub-sub fotografi
lainnya fotografi arsitektur, low key, high key, dokumentasi dan
prewedding.
3) Advanced,

Pada

tingkatan

ini

materi

di

sajikan

lebih

mengkhusus pada commercial fotografi, produk, fashion,


lighting character, dan manajemen fotografi
4) Privat, pada kelas ini pemberian materi disesuaikan dengan
waktu dan kelas yang ingin diikuti oleh peserta.
5) Digital Imaging, pada kelas ini materi atau kurikulum yang
disampaikan lebih kepada teknik pengolahan foto secara digital
seperti penggunaan photoshop untuk fotografer.

70

Fungsi ini diharapkan dapat melahirkan fotografer baru yang


berkualitas dan mampu menghasilkan karya-karya yang menarik.
c. Informasi dan pengembangan
Fungsi

ini

meliputi

kegiatan

studi

pustaka

seperti

perpustakaan, museum fotografi, pertemuan, seminar, dan diskusi


yang berhubungan dengan fotografi. Fungsi ini bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan mengenai fotografi tanpa melalui
pelatihan atau penelitian seperti perpustakaan dan museum guna
untuk menambah wawasan pengunjung.
d. Komersial dan pelayanan jasa
Fungsi ini merupakan fungsi penunjang berupa penjualan
perangkat kamera dan peralatannya dengan fasilitas service
kamera, pengadaan jasa fotografi berupa studio foto.
e. Pengelolaan
Fungsi ini dilakukan oleh direksi dan staf dalam rangka
operasional

bangunan

dan

pengoperasian

bangunan

serta

kegiatan penunjang bagi kegiatan fotografi berupa fasilitas coffe


shop dan restoran.

H. Spesifikasi kegiatan
1. Program kegiatan
a. Program pameran
1) Pameran permanen
Pameran permanen adalah kegiatan yang menyajikan
karya-karya seni secara periodik dan ditata berdasarkan konsep
kurator, waktu pelaksanaan pameran minimal sekali dalam
setahun yang pelaksanaannya mencapai 3 bulan, dengan
menyajikan karya fotografi menurut objeknya, seperti bentang

71

alam, satwa dan flora, dokumentasi, jurnalistik, seni/fine art,


studio, udara, interior, dan fashion.
2) Pameran temporer
a) Pameran tunggal/bersama
Pameran tunggal/bersama ditujukan bagi seniman untuk
menyajikan hasil karya seninya secara optimal dengan
memamerkan

karya-karya

satu

atau

lebih

dari

satu

fotografer, serta temanya ditentukan oleh si fotografer


sendiri dengan jangka waktu pelaksanaan yang tertentu.
b) Pameran kerjasama
Pameran ini dilaksankan berdasarkan kerjasama antara
pihak pengelola bangunan dengan pihak lain, dengan
ketentuan materi pameran berasal dari pihak terkait, baik itu
lembaga atau organisasi kebudayaan kesenian, museum,
galeri,

dan

pusat-pusat

kebudayaan

lainnya,

dengan

penentuan tema pameran ditentukan bersama dan dalam


jangka

waktu

pelaksanaan

pameran

yang

ditentukan

bersama.
c) Pameran khusus
Pameran

yang

secara

keseluruhan

pelaksanaanya

ditanggung oleh pihak pengelola, dengan ketentuan materi


pameran dapat berupa koleksi atau milik seniman atau
kolektor lainnya.
b. Program pengolahan
1) Kegiatan kurator seleksi pameran maupun koleksi, registrasi
materi koleksi dan penyimpanan koleksi
2) Pembuatan karya-karya fotografi
c. Program pelatihan

72

Dalam program ini pemberian pelatihan disesuaikan dengan


kurikulum dan materi pelatihan yang telah disusun.
Tabel 7.
Kurikulum Pelatihan Fotografi

Kelas

Materi

Peserta

Waktu Pelatihan

Basic

- Dasar-dasar Fotografi
- Pencahayaan I
- Praktek
- Teknik Komposisi
- Praktek
- Pencahayaan II
- Outdoor close-up
- Buru-foto / Hunting
- Final Project
- Review Akhir

30
Peserta/Kelas

Diadakan tiap hari


senin dan rabu
dengan 14 kali
pertemuan dengan
durasi setiap
pertemuan 2 jam dan
dibagi atas dua kelas,
yaitu :
Kelas Sore : 15.0017.00
Kelas Malam : 18.0020.00

- Pengenalan Studio
Lighting
- Praktek Studio
Lighting
- Fotografi
Model/Orang (Low Key)
- Praktek foto model
- Fotografi
Model/Orang (High
Key)
- Praktek foto model
- Fotografi Arsitektur +
Interior
- Praktek Foto
Arsitektur + Interior
- Fotografi Produk +
Still life
- Praktek foto produk
- Fotografi

30
Peserta/Kelas

Diadakan tiap hari


selasa dan kamis
dengan 14 kali
pertemuan dengan
durasi 3 jam tiap
pertemuan dan dibagi
atas dua kelas, yaitu :
Kelas Sore : 13.3016.30
Kelas Malam : 18.0021.00

Intermediate

73

Kelas

Materi

Peserta

Waktu Pelatihan

30
Peserta/Kelas

Diadakan tiap sabtu


dengan 14 kali
pertemuan dengan
durasi 3 jam, dan
dibagi atas dua kelas,
yaitu :
Kelas Sore : 13.3016.30
Kelas Malam : 18.0021.00

Dokumentasi /
Jurnalistik
- Fotografi PreWedding
- Praktek foto PreWedding
- Final Project
- Review Akhir

Advanced

- Commercial Studio
Lighting
- Praktek Studio
Liighting
- Fashion Photography
- Praktek Fashion
Photography
- Product Photography
- Praktek Product
Photography
- Wedding
Photography
- Praktek Wedding
Photography
- Photography
Jurnalistik
- Model Art
- Praktek Model Art
- Lighting Character
- Praktek Lighting
Character
- Coorporate
Photography
- Art Still Life
- Manajement
Photography
- Lighting With
Improvisation
- Final Project
- Review akhir

74

Kelas
Privat

Materi
Materi yang diberikan
sesuai dengan
permintaan peserta

Digital
Imaging

a. Digital Imaging I,
dengan materi:
- Pengenalan Digital
Imaging
- Teknik Seleksi
- Teknik Retouching
- Black & White I
- Black & White II
- Pengenalan
Masking &
Channel
- Review Akhir
b. Digital Imaging II,
dengan materi:
- Masking &
Channel
- Action &
Automation
- Portrait Retouch

Peserta

Waktu Pelatihan

1-5
Peserta/kelas

Jadwal di sesuaikan
dengan keinginan
peserta

30
Peserta/Kelas

Diadakan tiap hari


minggu dengan 14 kali
pertemuan dengan
durasi 2 jam setiap
pertemuan, dan dibagi
atas dua kelas, yaitu :
Kelas Sore : 15.0017.00
Kelas Malam : 18.0020.00

- Color & Skintone


- RAW processing
- Dasar-dasar
Layout
- Advance Layout
- Review Akhir
(Sumber : Pengumpulan data dari Makassar School of Photography dan Darwis
Triadi School of Photography)

d. Program informasi dan pengembangan


Kegiatan seminar, diskusi, pertemuan antar kalangan fotografer
ataupun antar fotografer dan masyarakat, studi pustaka dan studi
koleksi.

75

e. Program komersial dan pelayanan jasa


1) Penjualan dan penyewaan alat-alat fotografi
Dalam program penjualan dan penyewaan alat-alat
fotografi disediakan berupa showroom untuk berbagai macam
jenis kamera untuk di display dimana pengunjung dapat
mencoba kamera secara langsung, juga tersedia layanan dan
pusat perbaikan alat-alat fotografi dan menyediakan retail untuk
penjualan kamera dan aksesoris kamera dari beberapa merek
kamera yang terfavorit dikalangan fotografer.
2) Pelayanan jasa fotografi
a) Dalam pelayanan jasa fotografi disediakan studio foto, salon
untuk digunakan foto keluarga, wisuda dan sebagainya.
b) Percetakan foto, yaitu apabila ada pengunjung yang ingin
mencetak fotonya.
f. Program pengelolaan
Meliputi pengelolaan administrati, pengelolaan teknis, dan
pelayanan umum, servis publik, dan penunjang berupa coffeshop
dan restoran.

2. Waktu pelaksanaan kegiatan


a. Hari kerja
1) Pusat Kegiatan Fotografi dibuka 6 hari dalam seminggu
2) Pada hari Jumat tidak dibuka untuk memungkinkan pengaturan
program berikutnya serta mengantisipasi peningkatan jumlah
pengunjung pada hari weekend yaitu sabtu dan minggu.
3) Kegiatan pameran dan pelayanan umum berlangsung dari
pukul 10.00-21.00.
4) Kegiatan pengelolaan berlangsung dari pukul 08.00-16.00

76

5) Kegiatan

pelatihan

berlangsung

dari

pukul

13.00-21.00

disesuaikan dengan jadwal yang telah diatur berdasarkan


kurikulum dan tingkatan kelas.
b. Jadwal kegiatan
1) Pelaksanaan kegiatan secara rutin;berlangsung tanpa perlu
dilakukan penjadwalan secara khusus, meliputi pengelolaan,
eksperimentasi,

perpustakaan,

museum,

komersial

dan

pelatihan.
2) Pelaksanaan kegiatan secara periodik; yaitu penjadwalan
sesuai kebutuhan.
3) Pelaksanaan kegiatan yang tidak terjadwal secara tetap dan
berlangsung menurut kebutuhan, meliputi sayembara, workshop
dan lomba foto, promosi dan launching produk fotografi
(peralatan dan bahan) oleh merek tertentu.

I. Pelaku kegiatan
1. Unsur-unsur pelaku kegiatan
a. Fotografer
Fotografer merupakan orang yang memiliki bakat dan keahlian
khusus dalam bidang fotgrafi, dapat dikelompokkan menjadi 3
bagian, yaitu :
1) Fotografer yang ikut serta dalam pengelolaan sebagai staf
pengelola.
2) Fotografer diluar dari unsur pengelola.
3) Peserta pelatihan
b. Pengunjung
3) Pengunjung umum, yaitu masyarakat luas atau umum.
4) Pengunjung khusus, yaitu masyarakat seniman/pemerhati seni,
para kolektor, pengusa dan wisatawan.
77

c. Pengelola
1) Ketua/pimpinan
2) Wakil ketua
3) Sekretaris
4) Divisi Administrasi
5) Divisi Teknis
6) Divisi Operasional Bangunan
7) Divisi Pameran
8) Divisi pelatihan
9) Divisi penjualan dan pelayanan jasa
10) Divisi informasi dan pegembangan
11) Divisi humas
12) Relawan

2. Aktifitas pelaku kegiatan


a. Fotografer
1) Fotografer yang ikut serta dalam pengelolaan sebagai staf
pengelola
a) Mengembangkan

kreativitas

dalam

berkarya

dan

bereksperimen.
b) Mengisi kegiatan pameran
c) Konsultasi teknis materi pameran
d) Konsultasi masalah pengelolaan
e) Mengikuti diskui, seminar, dan pertemua fotografi.
f) Konsultasi penawaran harga untuk materi pameran.
2) Fotografer di luar dari unsur pengelola
a) Memamerkan karya fotografi
b) Konsultasi teknis dan harga dari materi pameran
c) Studi pustaka dan penelitian fotografi
78

d) Mengikuti seminar dan diskusi


3) Peserta pelatihan
a) Memperoleh materi berupa teori dan praktek fotografi
b) Evaluasi hasil karya
c) Mengikuti seminar dan diskusi
d) Memamerkan karya
b. Pengunjung
1) Pengunjung umum
a) Menyaksikan pameran, promosi, dan eksperimentasi
b) Menikmati suasana ruang, taman, dan sirkulasi.
c) Menikmati makanan dan minuman
d) Melakukan studi pustaka dan studi koleksi
e) Membeli hasil karya fotografi
f) Membeli dan mencoba peralatan fotografi
g) melakukan foto studio dan mencetak foto
h) mengambil gambar pada space yang tersedia
2) Pengunjung khusus
a) Mencari informasi
b) Mengikuti seminar, diskusi, dan pertemuan
c) Melakukan studi pustaka dan studi koleksi
d) Membeli hasil karya fotografi
e) Membeli dan mencoba peralatan fotografi
c. Pengelola
1) Ketua/pimpinan
a) Memimpin seluruh divisi
b) Mengkoordinir kegiatan yang berlangsung
c) Menjalin hubungan keluar dengan organisasi, lembaga
pendidikan, maupun pihak pemerintah
d) Mengadakan rapat pengurus
79

2) Wakil ketua
a) Membantu tugas ketua
b) Menggantikan posisi ketua jika berhalangan
3) Sekretaris
a) Membantu penyusunan program kegiatan umum
b) Membuat laporan dan sebagainya
4) Divisi administrasi
a) Pelaksana harian
b) Mengelola administrasi bagunan
c) Mengurus arsip dan korespondensi
d) Mengurus keorganisasian dan pembinaan
e) Mengurus keuangan dan keperluan prasarana
5) Divisi teknis
Mengawasi semua divisi-divisi yang berkaitan dengan
kegiatan fotografi seperti divisi pameran, informasi, penjualan,
pelatihan, humas serta relawan.
6) Divisi operasional bangunan
a) Mengurus pengelolaan bangunan
b) Mengurus keamanan bangunan
c) Mengurus kegiatan parkir, dll.
7) Divisi Pameran
a) Mengumpulkan materi pameran setelah diseleksi dan
diregistrasi
b) Menentukan dan menata peragaan materi pameran
c) Mencari informasi mengenai karya fotografi yang layak
pamer
d) Menyeleksi karya yang masuk agar sesuai dengan standar
mutu/kualitas, tema, dan syarat/ketentuan lain.

80

e) Menyimpan koleksi sesuai dengan material, tema dan


ketentuan teknis lain.
f) Mencatat karya-karya terpilih untuk materi pameran atau
koleksi
g) Melakukan pemeriksaan berkala terhadapkoleksi untuk
kebutuhan perawatan agar tidak terjadi kerusakan.
8) Divisi pelatihan
a) Memberi pelatihan kepada fotografer pemula (peserta
pelatihan)
b) Mengevaluasi karya peserta pelatihan
9) Divisi Penjualan dan Pelayanan Jasa
a) Melayani jasa transaksi pembelian karya fotografi
b) Melayani jasa fotografi
c) Melayani jasa pembelian alat-alat fotografi
d) Membuat laporan kepada bagian keuangan
10) Divisi Informasi dan pengembangan
a) Mengatur penyelanggaraan diskusi, seminar, pertemuan,
lomba dan sayembara.
b) Melayani informasi mengenai Pusat Kegiatan Fotografi
c) Melayani

pengunjung

yang

ingin

berkunjung

ke

perpustakaan dan museum


11) Divisi Humas
a) Mengadakan hubungan keluar dengan pihak penyelenggara
pameran.
b) Mempublikasikan kegiatan dan tema
c) Mengadakan promosi keluar.
12) Relawan

81

Membantu proses kuratorial, pameran, diskusi/seminar,


proses, dan aktivitaslain dengan izin dan koordinasi dari pihak
pengelola bangunan.

3. Pengelompokan jenis kegiatan


a. Kegiatan pameran
Kegiatan pameran ialah kegiatan yang dilaksanakan oleh para
fotografer dalam mempublikasikan hasil karya-karya fotografi.
b. Kegiatan pelatihan
Kegiatan pelatihan adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi
fotografer pemula atau masyarakat awam yang ingin mempelajari
fotografi lebih dalam.
c. Kegiatan informasi dan pengembangan
Kegiatan informasi adalah kegiatan yang dilakukan pengunjung
maupun

fotografer

untuk

mengikuti

seminar,

diskusi,

sayembara/lomba fotografi, dan juga melakukan studi berupa studi


pustaka seperti perpustakaan, dan studi koleksi berupa museum
perkembangan fotografi.
d. Kegiatan komersial dan pelayanan jasa
Kegiatan ini adalah kegiatan berupa penjualan alat-alat fotografi
dan penjualan jasa fotografi berupa studio foto.
e. Kegiatan pengelolaan
Kegiatan ini dilakukan oleh direksi dan staf dalam untuk
operasional bangunan seperti kegiatan administratif, pengawasan,
pemeliharaan

dan

pengoperasian

bangunan

serta

kegiatan

penunjang lainnya.

82

83

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan Umum
Perlunya di adakan wadah berupa Pusat Kegiatan Fotografi di
Makassar, karena yaitu:
1. Semakin banyak dan beragamnya karya-karya fotografer sehingga
diperlukan

wadah

atau

sarana

untuk

mempublikasikan

dan

mengapresiasikan karya-karyanya hal ini bisa dilihat dari semakin


seringnnya diadakan pameran-pameran fotografi.
2. Semakin banyaknya penggunaan media fotografi sebagai sarana
penunjang dalam berbagai kegiatan seperti media massa, periklanan,
dokumentasi, hiburan dan sebagainya.
3. Semakin seringnya di adakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan fotografi seperti pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta
seminar atau workshop fotografi, namun kegiatan tersebut tidak
pernah di adakan pada tempat yang menetap.
4. Masih Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bidang fotografi
namun minat masyarakat akan fotografi semakin besar sehingga
diperlukan suatu wadah untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang
fotografi seperti pelatihan fotografi dan perpustakaan, bahkan museum
fotografi.
5. Semakin banyaknya klub fotografi yang bermunculan di dalam
kawasan sekolah, kampus, bahkan perkantoran sehingga diperlukan
suatu wadah yang digunakan untuk bertukar pikiran dan informasi
serta berbagi pengalaman berfotografi.

83

6. Dengan meningkatnya apresiasi masyarakat maka diperlukan suatu


wadah yang dapat menyediakan pelayanan terhadap kebutuhan
berfotografi.

B. Kesimpulan Khusus
1. Pengertian Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar
Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar adalah suatu tempat atau
wadah yang dapat menampung seluruh atau segala macam aktivitas
yang berhubungan dengan dunia fotografi, serta faktor-faktor lain yang
mendukung hal-hal tersebut dengan lingkup pelayanan kota Makassar.
2. Lingkup pewadahan
Bangunan ini akan mewadahi segala macam kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan fotografi, dan akan mewadahi 5 (lima)
fungsi, yaitu :
a) Pameran fotografi
Pameran ini merupakan sarana publikasi dan promosi hasil
karya para fotografer dan

ini berfunsi untuk menarik minat

masyarakat, khususnya penikmat fotografi yang tidak hanya


sekedar melihat foto tetapi juga dapat mengetahui mengenai
sejarah, peralatan, serta proses pengolahan dan produksi foto.
Sarana ini merupakan fungsi utama bangunan, kegiatan

yang

termasuk fungsi ini antara lain:


1) Kegiatan pameran permanen
2) Kegiatan pameran temporer
b) Pelatihan fotografi
Fungsi ini bertujuan untuk memberikan pendidikan non formal
dan pelatihan bagi masyarakat umum yang ingin mempelajari
fotografi. Materi pelatihan dibagi atas lima yaitu :
1) Basic (dasar)
84

Basic (dasar), kurikulum pelatihan yang dirancang bagi


peserta yang masih pemula yang belum pernah menempuh
pendidikan formal maupun non formal dalam bidang fotografi.
Materi berupa dasar-dasar fotografi berupa pengenalan kamera,
komposisi, teknik-teknik fotografi, serta sejarah fotografi.
2) Intermediate
Intermediate, Kurikulum ini di rancang bagi peserta yang
telah menguasai materi dasar fotografi dan pada tingkatan ini
materi lebih diperdalam pada studio lighting, dan sub-sub
fotografi lainnya fotografi arsitektur, low key, high key,
dokumentasi dan prewedding.
3) Advanced
Advanced, Pada tingkatan ini materi di sajikan lebih
mengkhusus pada commercial fotografi, produk, fashion,
lighting character, dan manajemen fotografi.
4) Privat
Privat, pada kelas ini pemberian materi dan jadwal
disesuaikan dengan keinginan peserta.
5) Digital imaging
Digital Imaging, pada kelas ini materi atau kurikulum
yang disampaikan lebih kepada teknik pengolahan foto secara
digital seperti penggunaan photoshop untuk fotografer.
Fungsi ini diharapkan dapat melahirkan fotografer baru yang
berkualitas dan mampu menghasilkan karya-karya yang menarik.
c) Informasi dan pengembangan
Fungsi ini meliputi kegiatan studi pustaka seperti perpustakaan,
museum

fotografi,

berhubungan

pertemuan,

dengan

fotografi.

seminar,
Fungsi

dan
ini

diskusi

yang

bertujuan

untuk
85

mengembangkan pengetahuan mengenai fotografi tanpa melalui


pelatihan atau penelitian seperti perpustakaan dan museum guna
untuk menambah wawasan pengunjung.
d) Komersial dan pelayanan jasa
Fungsi ini merupakan fungsi penunjang berupa penjualan
perangkat kamera dan peralatannya dengan fasilitas service
kamera, pengadaan jasa fotografi berupa studio foto.
e) Pengelola dan penunjang
Fungsi ini dilakukan oleh direksi dan staf dalam rangka
operasional

bangunan

dan

pengoperasian

bangunan

serta

kegiatan penunjang bagi kegiatan fotografi berupa fasilitas coffe


shop dan Restoran.

86

BAB V
KONSEP DASAR PERENCANAAN
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

A. Konsep Dasar Perancangan Makro


1. Analisa pemilihan lokasi
Lokasi merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk
merencanakan sebuah Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar.
Sesuai dengan fungsi bangunan untuk mengakomodasi berbagai
program kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan fotografi seperti
kegiatan pameran, kegiatan pelatihan, kegiatan informasi dan
pengembangan, serta kegiatan penjualan dan pelayanan jasa,
maka dalam menentukan lokasi didasarkan pada kriteria-kriteria
sebagai berikut :
a. Lokasi sesuai dengan RUTRK kota Makassar, yang fungsinya
diperuntukkan sebagai pusat rekreasi dan pelayanan jasa
sosial. Berdasarkan peta rencana tata ruang wilayah kota
(RTRWK) Makassar tahun 2016, peruntukan lahan pada
kawasan pariwisata atau kawasan bisnis.
b. Dekat dengan fasilitas penunjang yang bersifat komersil, seperti
tempat wisata, pusat-pusat hiburan, pusat perbelanjaan dan
sebagainya.
c. Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umu
maupun angkutan pribadi.
d. Tersedianya

jaringan

utilitas-utilitas

perkotaan

sebagai

pendukung dalam lokasi (listrik, air, telepon, dll).

87

Tabel 8.
Kriteria Untuk Menentukan Lokasi
No
1

Kriteria

Lokasi

Tinjauan terhadap
RUTRK

Berada pada kawasan strategis


yang merupakan daerah
pariwisata dan juga komersil
sehingga dapat mendukung
fungsi bangunan untuk
pertunjukan dan jasa sosial.

Potensi penunjang

Pencapaian dan
aksebilitas

Utilitas

kota

lingkungan

Nilai Bobot

13

Dekat dengan fasilitas penunjang


yang bersifat komersil, seperti
pusat perbelanjaan, sarana
hiburan, atau objek wisata.

13

Mudah diakses dari fasilias


penunjang dan dapat dicapai dari
pusat kota baik menggunakan
angkutan umum maupun
angkutan pribadi.

13

/ Dekat dengan jaringan utilitas


yang memadai sebagai
pendukung dalam lokasi site (
listrik, air, telepon, drainase, dll )

12

(Sumber: Analisa Penulis)

Berdasarkan

kriteria-kriteria

diatas

maka

diperoleh

alternatif lokasi, yaitu :


a. Kecamatan Panakkukang
b. Kecamatan Tamalate

88

Gambar 24. Alternatif Pemilihan Lokasi


(sumber: Analisa Penulis)

Berdasarkan

skala

prioritas

dan

pembobotan

kriteria

pemilihan lokasi makaakan diperoleh hasil penilaian alternative


lokasi sebagai berikut:
Tabel 9.
Alternatif Pemilihan Lokasi
Alternatif 1
Kriteria

Alternatif 2

Bobot (B)
Nilai (N)

BxN

Nilai(N)

BxN

Total Nilai

27

30

(Sumber: Analisa Penulis)

89

Keterangan :
Bobot

Nilai

1 = Kurang Penting

1 = Tidak mendukung

2 = Penting

2 = Mendukung

3 = Sangat Penting

3 = Sangat Mendukung

Gambar 25. Lokasi Terpilih


(sumber: Analisa Penulis)

Lokasi yang terpilih Kecamatan Tamalate, batas kecamatan


ini ialah sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Rappocini
dan kecamatan Makassar, sebelah timur berbatasan dengan
kecamatan Rappocini dan kota Sungguminasa, sebelah barat
berbatasan dengan kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan
Makassar,

sebelah

selatan

berbatasan

dengan

Kota

Sungguminasa.
Funsgi dominan tata ruang sebagai daerah pengembangan
pariwisata dan juga merupakan kawasan ekonomi prospektif,
mengingat fungsi dominan bangunan merupakan industry kreatif
yang membantu sektor pariwisata kota Makssar, sehingga dipilih
lokasi yang cocok untuk peruntukan bangunan.
2. Analisa Pemilihan tapak

90

Dalam menentukan letak tapak yang sesuai dengan


peruntukan bangunan, terdapat beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan sebai berikut:
a. Kondisi tapak
b. Luasan lahan
c. Aksebilitas
d. Utilitas kota
Berdasarkan

dasar

pertimbangan-pertimbangan

diatas,

maka kriteria penentuan tapak/site ditentukan sebgai berikut :


a. Orientasi tapak yang baik, seperti view dari dan ke tapak ang
baik.
b. Luasan lahan yang cukup untuk menampung segala aktifitasaktifitas yang ada dalam tapak ( 4 Ha)
c. Mudah dicapai dari fasilitas penunjang serta di lalui angkutan
umum maupun angkutan pribadi.
d. Tersedianya sarana utilitas perkotaan (Listrik, air, telepon, dll).
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas, maka diusulkan
beberapa alternatif, sebagai berikut :

Gambar 26. Alternatif pemilihan tapak


(sumber: Analisa Penulis)

91

Tabel 10.
Analisa Penentuan Tapak Berdasarkan Sistem Pembobotan
Alternatif 1
Kriteria

Alternatif 2

Bobot (B)
Nilai (N)

BxN

Nilai (N)

BxN

Total Nilai

33

30

(Sumber: Analisa penulis)


Keterangan:
Bobot

Nilai

1 = Kurang Penting

1 = Tidak mendukung

2 = Penting

2 = Mendukung

3 = Sangat Penting

3 = Sangat Mendukung

Berdasarkan pembobotan diatas maka diperoleh tapak


terpilih yaitu tapak alternatif 1.

Gambar 27. Tapak terpilih


(Sumber: Analisa Penulis)

3. Analisa pengolahan tapak


a. Existing condition

92

Pengelolaan lingkungan disekitar tapak perlu memperhatikan


kondisi yang telah ada pada tapak tersebut, secara tofografi
permukaan tapak realtif datar dan tidak terlalu bergelombang.

Gambar 28. Existing Condition


(sumber: Analisa Penulis)

Data-data mengenai tapak


1) Peruntukan

: Kawasan pengembangan bisnis dan


Pariwisata terpadu

2) Luasan tapak

: 41.000m2 / 4,1 Ha

3) GSB

: 10-20 m

4) Kondisi tapak

: berkontur sedang (Datar)

b. Potensi lingkungan sekitar tapak


1) Sebelah utara

: Trans Mal/Trans Studio (Komersial)

2) Sebelah timur

: Danau Tanjung Bunga

3) Sebelah selatan

: Mall GTC (komersial)

4) Sebelah barat

: Akkarena (Wisata Pantai)

Gambar 29. Potensi Lingkungan Sekitar Tapak


(sumber: Analisa Penulis)

93

c. Orientasi matahari dan angin


Orinetasi matahari dan angin dapat mempengaruhi kondisi di
dalam dan diluar bangunan, sehingga orientasi bangunan
sebaiknya

menghadap

arah

utara-selatan,

karena

arah

perimbangan view dan arah sirkulasi dari dan kedalam tapak


juga berorientasi utara-selatan.

Gambar 30. Orientasi Matahari


(sumber: Analisa Penulis)

d. View dari & ke tapak


View yang baik harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,
untuk dapat memberikan identitas bagi bangunan dan fungsi
yang diwadahinya. Untuk menghindari view yang kurang baik
dapat dilakukan dengan melakukan penanaman vegetasi.

Gambar 31. View ke luar dan ke dalam Tapak


(sumber: Analisa Penulis)

94

e. Noise/Kebisingan
Penanaman vegetasi atau penggunaan nosie barrier di
bagian yang kena bising disekitar bangunan dapat berfungsi
sebagai penyaring / filter dari suara bising yang datang dari luar
bangunan, sehingga suara bising dapat dikurangi. Suara dari
kendaraan bermotor merupakan sumber utama kebisingan yang
dapat menganggu jalannya aktivitas yang berlangsung di dalam
bangunan.

Gambar 32. Noise/kebisingan pada Tapak


(Sumber: Analisa Penulis)

f. Penzoningan
Perencanaan zoning dalam tapak didasarkan pada :
a. Hubungan antara kegiatan di dalam tapak dengan sekitarnya
b. Hubungan antar kegiatan di dalam tapak
c. Sirkulasi antar kegiatan yang terjadi di dalam tapak
d. Perletakan pintu masuk
Analisis :
1). Untuk area bebas bangunan diperuntukkan bagi penataan
lansekap dan area parkir.
2). Untuk

area

privat

yang

membutuhkan

ketenangan

ditempatkan pada area belakang tapak.


3). Untuk area publik ditempatkan pada bagian depan bangunan
95

yang mudah dicapai


4). Untuk area semi publik yang bersifat lebih privat ditempatkan
pada bagian tengah tapak.
Dalam hal pembagian zona, site diatur berdasarkan sifat atau
tingkat privasi yang berlangsung didalamnya antara lain :
a. Zona Publik
Kegiatan yang dapat diakses oleh semua orang dan letaknya
mudah dalam pencapaian, seperti Hall, Ruang pameran,
ruang penjualan dan pelayanan jasa fotografi, toko buku,
museum, atm centre dan sebagainya.
b. Zona Semi Publik
Merupakan Zona peralihan dari public ke privat, yang
tergolong

dalam

zona

ini

antara

lain

Auditorium,

perpustakaan, Ruang kelas pendidikan.


c. Zona Privat
Zona yang bersifat khusus, kegiatan yang tidak berhubungan
dengan kegiatan publik dan tidak dapat diakses oleh publik,
yang tergolong dalam zona ini adalah semua area pengelola.
d. Zona Service
Zona service merupakan daerah kegiatan service untuk
melayani kelangsungan kegiatan utama dan kegiatan
penunjang seperti gudang, pantry, ME, maintenance dan
lain-lain

Gambar 33. Penzoningan


(sumber: Analisa Penulis)
96

Keterangan
1. Zona Publik
2. Zona Semipublik
3. Zona Privat
4. Zona Service
g. Pencapaian dan sirkulasi
Pintu masuk utama (main entrance) ditempatkan pada
bagian utara tapak pada jalan utama Metro Tanjung Bunga.
Sementara itu outrance atau pintu keluar diletakkan pada sisi
selatan tapak di jalan utama Metro Tanjung Bunga untuk
memudahkan sirkulasi kendaraan yang keluar masuk tapak.
Penanaman vegetasi dapat juga menjadi pengarah sirkulasi.
Aksesibilitas ke bangunan dapat dijangkau dengan mudah, baik
dari arah kota Makassar maupun dari arah ke kota Makassar,
baik menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Jalan
Metro Tanjung Bunga memiliki sirkulasi dua arah.

Gambar 34. Pencapaian dan Sirkulasi Tapak


(sumber: Analisa Penulis)

Sirkulasi dalam tapak


1) Sirkulasi kendaraan
a) Kendaraan Pengelola

97

b) Kendaraan pengunjung
c) Kendaraan Barang
Keempat jalur sirkulasi diatas diberikan masing-masing
kejelasan agar sirkulasi pada tapak dapat lancer dan
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pemakai.
2) Sirkulasi Pedestrian
Sirkulasi pedestrian diusahakan terarah dan jelas, sedapat
mungkin tidak terjadi crossing over dengan memberikan
batas dengan sirkulasi kendaraan.

B. Konsep Dasar Perancangan Mikro


1. Analisa kebutuhan ruang
Dasar pertimbangan :
a. Macam dan unsur pelaku kegiatan
b. Aktivitas pelaku kegiatan
c. Pengelompokkan kegiatan
Berdasarkan dasar pertimbangan diatas, maka kebutuhan ruang
secara garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Entrance
1) Lobby/Hall

1 ruang

2) R. Informasi

1 ruang

3) Sitting Lobby

1 ruang

b. Kegiatan pameran
1) Ruang informasi

1 ruang

2) Ruang pameran temporer

2 ruang

3) Ruang pameran permanen

2 ruang

4) Ruang Student Gallery

1 ruang

5) Ruang kuratorial

1 ruang

6) Ruang penyimpanan koleksi

1 ruang

98

7) Ruang penyimpanan koleksi khusus

1 ruang

8) Ruang pelayanan arsip foto

1 ruang

9) Ruang konservasi foto

1 ruang

10) Ruang Souvenir

1 ruang

11) Ruang penyimpanan material

1 ruang

c. Kegiatan pelatihan
1) Ruang kelas

2 ruang

2) Ruang pengajar

1 ruang

3) Ruang studio praktek

6 ruang

4) Ruang Rias

3 ruang

5) Ruang Ganti

3 ruang

6) Ruang Komputer

1 ruang

7) Ruang penyimpanan peralatan fotografi

1 ruang

8) Ruang produksi foto

1 ruang

9) Ruang Tunggu

1 ruang

d. Kegiatan informasi dan pengembangan


1) Perpustakaan
a) Lobby

1 ruang

b) Ruang penitipan barang

1 ruang

c) Ruang Staff

1 ruang

d) Ruang koleksi

1 ruang

e) Ruang informasi dan pelayanan umum

1 ruang

f) Ruang baca

1 ruang

g) Ruang konservasi

1 ruang

h) Ruang fotokopi

1 ruang

i) Gudang

1 ruang

2) Museum fotografi
a) Lobby

1 ruang

b) Ruang Konservasi

1 ruang

c) Ruang Koleksi

1 ruang

d) Ruang Registrasi

1 ruang

99

e) Ruang Preservasi

1 ruang

f) Gudang

1 ruang

3) Ruang Seminar/Auditorium
a) Lobby

1 ruang

b) Ruang seminar

1 ruang

c) Pantry

1 ruang

d) Ruang persiapan

1 ruang

e) Gudang
4) Ruang Komputer

1 ruang

5) Ruang audio visual

1 ruang

6) Sekretariat klub fotografi


a) Ruang anggota klub

5 ruang

b) Ruang rapat

1 ruang

e. Kegiatan komersial dan pelayanan jasa


1) Retail

10 unit

2) Gudang retail

8 ruang

3) Studio foto
a) Resepsionis

1 ruang

b) Ruang tunggu

1 ruang

c) Studio foto

3 ruang

d) Ruang Ganti

3 ruang

e) Ruang Rias

3 ruang

f) Ruang display pakaian

1 ruang

g) Ruang aksesoris

1 ruang

h) Ruang editing foto

1 ruang

4) Ruang Staff

1 ruang

5) Ruang produksi foto


a) Cetak Digital

1 ruang

b) Kamar Gelap

1 ruang

6) Ruang display bingkai

1 ruang

7) Ruang servis kamera

100

a) Customer service

1 ruang

b) Repairing service

1 ruang

c) Finishing service

1 ruang

8) Ruang pelayanan jasa fotografer


a) Ruang tunggu

1 ruang

b) Ruang konsultasi

1 ruang

c) Ruang fotografer

1 ruang

d) Ruang peralatan

1 ruang

9) Penyewaan alat fotografi


a) Ruang penitipan barang

1 ruang

b) Ruang display

1 ruang

c) Ruang pengembalian dan pemijaman

1 ruang

10) Photo Box

4 unit

11) Toko buku

1 ruang

12) Gudang

1 ruang

f. Kegiatan pengelolaan
1) Pengelolaan
a) Ruang ketua

1 ruang

b) Ruang wakil ketua

1 ruang

c) Ruang sekretaris

1 ruang

d) Ruang rapat

1 ruang

e) Ruang penerima tamu

1 ruang

f) Ruang divisi administrasi


(1) Ruang staf administrasi

1 ruang

(2) Ruang staf keuangan

1 ruang

g) Ruang divisi teknis

1 ruang

h) Ruang divisi operasional bangunan

1 ruang

i) Ruang divisi pameran

1 ruang

j) Ruang divisi pelatihan

1 ruang

k) Ruang divisi penjualan dan pelayanan jasa

1 ruang

l) Ruang divisi informasi dan pengembangan

1 ruang

101

m)

Ruang divisi humas

1 ruang

n) Ruang relawan/volunter

1 ruang

o) Gudang

1 ruang

2) Service
a) Ruang loker

1 ruang

b) Ruang keamanan

2 ruang

c) Pantry

1 ruang

d) Mushollah
(1) Ruang Shalat

1 ruang

(2) Ruang Wudu

1 ruang

e) ATM Center

6 Unit

f) Ruang mekanikal elektrikal


(1) Ruang Genset

1 ruang

(2) Ruang AHU

1 ruang

(3) Ruang Pompa

1 ruang

(4) Ruang Panel Listrik

1 ruang

(5) Ruang Kontrol

1 ruang

g) Loading Dock

1 ruang

h) Gudang

1 ruang

i) WC/Kamar Mandi

6 ruang

3) Penunjang
a) Coffeshop
(1) Ruang minum

1 ruang

(2) Ruang Administrasi

1 ruang

(3) Ruang Dapur

1 ruang

b) Restoran
(1) Ruang makan

1 ruang

(2) Ruang Administrasi

1 ruang

(3) Ruang Dapur

1 ruang

c) WC/Kamar Mandi

2 ruang

d) Gudang

1 ruang

102

2. Analisa besaran ruang


Dasar pertimbangan :
a. Fungsi ruang yang akan digunakan
b. Jumlah pelaku kegiatan
c. Jenis dan ukuran yang akan digunakan
d. Polak gerak statid dan dinamis
e. Standar-standar yang berlaku
Adapun

prediksi

jumlah

pengunjung

Pusat

Kegiatan

Fotografi di Makassar sampai 2020 adalah sebagai berikut :


Pt = Po (1+r)n
Pt = Jumlah penduduk yang diproyeksikan
Po = Jumlah penduduk yang akan diproyeksikan
r

= Rata-rata presentase pertambahan jumlah penduduk

n = Jangka waktu prediksi

Berdasarkan data dari Makassar Dalam Angka tahun 2012


pengunjung Museum La Galigo Makassar pada tahun 2010 ialah
36.619, dengan presentase laju pertumbuhan pengunjung rata-rata
pertahun (2006-2010) sebesar 18,8 % .
Tabel 11.
Laju pengunjung Museum La Galigo Makassar
Tahun
Jumlah Pengunjung
2006
16.134
2007
18.109
2008
21.113
2009
25.715
2010
36.619
Rata-rata laju presentase (2006-2010)

Laju Presentase
12,24 %
16,58 %
21,79 %
43,31 %
93,92 %/ 5 = 18,8 %

(Sumber: Makassar dalam angka 2012)

Dengan perbandingan tersebut maka prediksi jumlah


pengunjung Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar pada tahun 2023
adalah :

103

Pt = Po(1+r)n
= 36.619 (1+0,18)10
= 36.619 (1,18)10
= 36.619 (5,23)
= 191.658 jiwa/tahun
= 15.972/ bulan
Jadi, prediksi jumlah kunjungan ke Pusat Kegiatan Fotografi
di Makassar ialah 15.972/30 = 533 Orang/hari
Dasar pertimbangan :
a.
b.
c.
d.

Macam dan fungsi ruang yang akan digunakan


Jumlah pelaku kegiatan
Jenis dan ukuran peralatan yang akan digunakan
Standar-standar yang berlaku

Besaran ruang yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :


a. Entrance
Tabel 12.
Besaran Ruang Entrance

RUANG
Lobby/Hall
R.Informasi
Sitting Lobby
Jumlah
Sirkulasi

STANDAR

KAPASITAS

1,2-1,5 m2/org

300 Orang

BESARAN RUANG

300 x 1,5 m2 = 450


m2
Asumsi
2 Orang
18 m2
100 m2
586 m2
2
20 % x 586 m
117.2 m2
Total Jumlah
703.2 m2
(Sumber : Analisis Penulis)

SUMBER
A
E
A

b. Kegiatan Pameran

Tabel 13.
Besaran Ruang Kegiatan Pameran

104

RUANG

STANDAR

KAPASITAS

BESARAN RUANG

SUMBER

R. Informasi
R.Pameran
Temporer

Asumsi
3-17 m2/unit

25 m2
3 x 50 = 150 m2
150 x 2 Unit = 300
m2
3 x 75 = 225 m2
225 x 2 Unit = 500
m2
3 x 30 = 90 m2

50 Karya

E
A

R. Pameran
Permanen

3-17 m2/unit

75 Karya

R. Student
Gallery
R. kuratorial
R.
Penyimpanan
Koleksi
R.Penyimpanan
Koleksi Khusus
R. Pelayanan
Arsi Foto
R. Souvenir
R. Konservasi
R.
Penyimpanan
Material
Jumlah
Sirkulasi

3-17 m2/unit

30 Karya

Asumsi
Asumsi

60 m2
100 m2

E
E

Asumsi

100 m2

Asumsi

36 m2

Asumsi
Asumsi
Asumsi

80 m2
20 m2
40 m2

E
E
E

1351 m2
1351 x 20%
270.2 m2
Total Jumlah
1621.2 m2
(Sumber : Analisis Penulis)

c. Kegiatan Pelatihan
Tabel 14.
Besaran Ruang Kegiatan Pelatihan
RUANG
Ruang Kelas

R.Pengajar
R.Studio Praktek
R. Rias

R. Ganti

STANDAR
1,82,00
m2
8 m2
70 m2

KAPASITA
S
30 Orang

9 Orang

BESARAN
RUANG
2 x 30 = 60 m2
60 m2 x 2 unit
= 120 m2
8 x 9 = 72 m2
70 m2 x 6 =
420 m2
60 m2

SUMBER

24 m2

12 x 9 =
6 Orang
2
3,66 m x
2,74 m2
4 m2/Orang
1 Orang
(Sumber : Analisis Penulis)

A
D
C

105

RUANG
R. Komputer

R.Penyimpanan
peralatan fotografi
R. produksi foto
Gudang
Jumlah
Sirkulasi

STANDAR

KAPASITAS

2,4 m2/unit

30 Unit

Asumsi
Asumsi
Asumsi

2 Unit

915 x 20%
Total Jumlah
(Sumber : Analisis Penulis)

BESARAN
RUANG
2,4 m2 x 30 =
72 m2
72 m2 x 2 =
144 m2
25 m2

SUMBER

30 m2
20 m2
915 m2
183 m2
1098 m2

E
E

d. Kegiatan Informasi dan Pengembangan


Tabel 15.
Besaran Ruang Kegiatan Informasi dan Pengembangan
RUANG
Perpustakaan
Lobby

R.Penitipan
barang
Ruang Staff
Ruang koleksi

R. Informasi dan
Pelayanan
Umum
Ruang baca

R. Konservasi
R. Fotokopi
Gudang
Jumlah
Sirkulasi
Museum
Lobby
R. Koleksi
R. Konservasi
R. Registrasi

STANDAR

KAPASITAS

BESARAN
RUANG

SUMBER

1,2-1,5
m2/org
Asumsi

75 Orang

1,5 x 75
m2=112.5
15 m2

Asumsi
15
buku/sqft =
162
volume m2
3.5
m2/Orang

6 Orang

30 m2

20.000
Volume

20.000/162
= 124 m2

4 orang

14 m2

2,1
m2/orang
Asumsi
Asumsi
Asumsi

150 Orang

150 x 2,1 =
315 m2
40 m2
6 m2
8 m2

67.5 m2
200 m2
60 m2
20 m2

C
E
E
E

728 x 20%
0,9 m2/org
Asumsi
Asumsi
Asumsi

2 Unit

E
E
E

728 m2
145.6 m2
75 Orang

106

RUANG

R. Preservasi
Gudang
Jumlah
Sirkulasi
Museum
Lobby
R. Koleksi
R. Konservasi
R. Registrasi
R. Preservasi
Gudang
Jumlah
Sirkulasi
R.
Seminar/Auditorium
R. Seminar

Pantry
R.Persiapan
Gudang
Jumlah
Sirkulasi
Sekretariat Klub
Ruang anggota
Ruang rapat
R. Komputer
R. Audio Visual
Jumlah
Sirkulasi
Jumlah Total

STANDAR KAPASITAS

BESARAN
RUANG
60 m2
20 m2

SUMBE
R
E
E

67.5 m2
200 m2
60 m2
20 m2
60 m2
20 m2

C
E
E
E
E
E

225 m2

20 m2
60 m2
16 m2

E
E
E

60x5 = 300m2
20x2 = 40m2
50x2,4=120m2

A
A
A

120 m2

Asumsi
Asumsi
728 x 20%
0,9 m2/org
Asumsi
Asumsi
Asumsi
Asumsi
Asumsi
365 x 20%

1-1,5
m2/org
Asumsi
Asumsi
Asumsi
321 x 20%
2 m2
2 m2
2,4
m2/Unit
Asumsi

728 m2
145.6 m2
75 Orang

405 m2
81 m2

150 orang

321 m2
64.2 m2
30 orang
20 orang
50 Unit

580 m2
580x 20%
116 m2
2292 m2
(Sumber : Analisis Penulis)

e. Kegiatan Komersial dan Pelayanan Jasa


Tabel 16.
Besaran Ruang Kegiatan Komersial dan Pelayanan Jasa
RUANG

STANDAR

Retail

Asumsi

Asumsi

Gudang retail

KAPASITA
S

BESARAN
RUANG
60x8=480m

SUMBE
R
E

15x8=120m

E
107

Studio Foto
Resepsionis
R. Tunggu
Studio Foto

Ruang Ganti
R. Rias

R. Display pakaian
R. Aksesoris
R. Editing foto
Ruang Staff
Ruang Produksi foto
Cetak digital
Kamar Gelap
Ruang Display Bingkai
R. Servis Kamera
Customer Service
Repairing Service
Finishing Service
R. Pelayanan Jasa
Fotografer
R. Tunggu
R. Konsultasi
R. Fotografer
R. Peralatan
Penyewaan alat
fotografi
Penitipan barang
R.display
R.Pengembalian
dan peminjaman
barang
Photo Box
Toko Buku

Gudang
Jumlah
Sirkulasi
Total Jumlah

15 m2
120 m2
70x3=210
m2
12 m2
30 m2

E
E
D

50 m2
30 m2
15 m2
20 m2

E
E
A
E

24 m2

20 m2
30 m2

A
E

Asumsi
Asumsi
Asumsi

30 m2
40 m2
20 m2

E
E
E

Asusmi
Asumsi
Asumsi

15 m2
30 m2
20 m2
20 m2

E
E
E
E

Asumsi
Asumsi
3,5
2
m /Orang

3 Orang

10 m2
50 m2
10,5 m2

E
E
C

2 Orang

4 Unit

15 m2

30.000
Volume

30.000/162
= 188 m2

20 m2

Asumsi
Asumsi
70 m2
4m2/Orang
12 x 9 =
3,66 m2 x
2,74 m2
Asumsi
Asumsi
2,4 m2/unit
Asumsi

1 orang
2 Orang

8.13m2/uni
t
20-30m2
Asumsi

3 Unit

3.75 m2
15
buku/sqft
= 162
volume m2
Asumsi

6 unit

C
C

1624.5 x
20%

1624.5 m
324.9 m2

1949.4 m2
(Sumber: Analisis Penulis)

108

f. Kegiatan Pengelolaan dan penunjang


Tabel 17.
Besaran Ruang Kegiatan Pengelolaan dan Penunjang
RUANG
1. Pengelolaan
R. Ketua
R. Wakil Ketua
R. Sekretaris
R.Penerima
tamu
R. Divisi
administrasi
R.Kepala
R.Staff
administrasti
R.Staff
Keuangan
R. Divisi Teknis
R.Kepala
Staff
R. Divisi
Operasional
bangunan
R.Kepala
Staff
R. Divisi
Pameran
R.Kepala
Staff
R. Divisi
Pelatihan
R.Kepala
Staff
R. Divisi
Penjualan dan
Pelayanan jasa
R.Kepala
Staff
R. Divisi
informasi dan
pengembangan
R.Kepala
Staff

STANDAR

KAPASITAS

BESARAN
RUANG

SUMBER

16 m2/rg
16 m2/rg
16 m2/rg
12 m2/rg

1 orang
1 orang
1 orang
1 set

16 m2
16 m2
16 m2
12 x 2 = 24m2

B
B
B
A

12 m2/rg
4 m2/org

1 orang
6 orang

12 m2
24 m2

B
B

4 m2/org

3 orang

12 m2

12 m2/rg
4 m2/org

1 orang
6 orang

12 m2
24 m2

B
B

12 m2/rg
4 m2/org

1 orang
6 orang

12 m2
24 m2

B
B

12 m2/rg
4 m2/org

1 orang
6 orang

12 m2
24 m2

B
B

12 m2/rg
4 m2/org

1 orang
6 orang

12 m2
24 m2

B
B

12 m2/rg
4 m2/org

1 orang
6 orang

12 m2
24 m2

B
B

12 m2/rg
4m2/Org

1 orang
3 Orang

12 m2
24 m2

B
B

109

R. Divisi humas
R.Kepala
R.Staff
R. Volunter
R. Rapat
Gudang
Jumlah
Sirkulasi
2. Service
R.Loker
R.Keamanan
Pantry
Mushollah
R. Shalat
R. Wudhu
ATM Centre
R. ME
R. Genset
R. AHU
R. Pompa
R. Panel
utama
R. Kontrol
Loading Dock
Gudang
WC/KM
WC/KM Pria
Urinoir
Westafel
WC
WC/KM wanita
Westafel
WC
Jumlah
Sirkulasi
3. Penunjang
Coffeshop
R.Minum
R.
Administrasi
dan Kasir
Dapur dan
gudang
Foodcourt
R.Makan

12 m2/rg
4 m2/org
Asumsi
2 m2/orang
Asumsi

12 m2
12 m2
60 m2
2 x 30 = 60 m2
20 m2

B
B
E

15 m2
2.16 x 4 = 8.64 m2
20 m2

E
A
E

43,2 m2
21.6 m2
2,5x6 =15 m2

A
A
E

Asumsi
Asums
Asumsi
Asumsi

40 m2
80 m2
40 m2
25 m2

E
E
E
E

Asumsi
25m2/Mobil
Asumsi

12 m2
50 m2
20 m2

E
A
E

0, 54
1,1
1,2 x 1,5

40x0,54=21,6m2
5x1,1 = 5,5m2
15x1,8 = 27m2

B
B
B

1,1
1,2 x 1,5

5x1,1 = 5.5m2
15x1,8 = 27 m2

B
B

255 m2
51 m2

A
E

63.75 m2

340 m2

420 x 20%
Asumsi
2,16 m2
Asumsi
0,72 m2/org
50%xR.S
2,5 m2/Unit

476.6 x 20%

1,4-1,7m2
Asumsi 20%
R.Minum

1 orang
3 orang
30

4 Orang

60 Orang

2 Mobil

476.6 m2
95.32 m2

150 Orang

15-25%
R.Minum
1,4-1,7m2

420 m2
84

200 Orang

110

RUANG

STANDAR

KAPASITAS

Asumsi 20%
R.
R.Makan
Administrasi
dan kasir
15-25%
Dapur dan
R.Makan
gudang
Jumlah
Sirkulasi

BESARAN
RUANG
68 m2

SUMBER

85 m2

862.75 m2
172.55 m2

616.25 x
20%

2111.22 m2

Total Jumlah
(Sumber: Analisis Penulis)
Keterangan:
A = Data Arsitek
B = Dimensi Manusia dan Ruang Interior
C = Time Saver Standar
D = Studio Manual by Michael Freeman
E = Asumsi

Tabel 18.
Rekapitulasi Besaram Ruang

Jenis Kelompok Kegiatan

Total Luas Ruang (m2)

Entrance
703.2 m2
Kegiatan Pameran
1621.2 m2
Kegiatan Pelatihan
1098 m2
Kegiatan Informasi dan Pengembangan
2292 m2
Kegiatan Komersial dan Pelayanan Jasa
1949.4 m2
Kegiatan Pengelolaan
2111.22 m2
Luas Total Bangunan
9774.62 m2
(Sumber: Analisis Penulis)

Standar Kebutuhan Parkir :


- Mobil
- Motor

= 20 m2
= 2 m2

Diasumsikan bahwa jumlah kebutuhan parker adalah :

111

- Standar kebututan luas parker untuk satu mobil adalah 100


m2/luas lantai bangunan
- Standar kebutuhan luas parker untuk dua motor adalah 100
m2/luas lantai bangunan
- Sirkulasi 30% dari luas area parker
Tabel 19.
Kebutuhan Ruang Parkir

Jenis
Kelompok
Kegiatan
Entrance

Kapasitas
Pelayanan
(m2)

Standar
m2/mobil

Kebutuhan
Parkir

Total Luas
(m2)

703.2 m2

100

7 Mobil
14 Motor
16 mobil
32 motor
11 mobil
22 motor
23 mobil
46 motor

7x20 =140
14x2 = 28
16x20=320
32x2=64
11x20=110
22x2=44
23x20=460
64x2=92

Kegiatan
1621.2 m2
100
Pameran
Kegiatan
1098 m2
100
Pelatihan
Kegiatan
2292 m2
100
Informasi dan
Pengembangan
Kegiatan
1949.4 m2
100
20 mobil
Komersial dan
40 motor
pelayanan jasa
Kegiatan
2111.22 m2
100
22 mobil
Pengelolaan
44 motor
Mobil + Sirkulasi 30%
1870+561 =2413
Motor + Sirkulasi 30%
332+99.6=431.2
Total Luas Ruang Parkir
(Sumber : Analisis Penulis)

28x20=400
40x2=80
22x20=440
44x2=88
2845 m2

Building Coverage yang diambil ialah 70%:30%, dimana jumlah luas area
terbangun 30% dan jumlah luas area yang tidak terbangun 70%.
Luas site

= 30% x LS = BC
70% x LS = OS
BC

= 30%.LS

12619.62 = 30%.LS
LS = 12619.62/30%
= 42065
112

= 4.2 Ha
OS

= 70% x LS
= 0.7 x 4.2
= 29445
= 2,9 Ha

3. Pola hubungan ruang


Pola hubungan ruang merupakan perwujudan dari hubungan
kegiatan yang ada pada ruang tersebut. Pola hubungan ruang
berfungsi untuk menganalisa tingkat keeratan ruang satu dengan
ruang lainnya.
Tingkat keeratan hubungan ruang dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu :
-

Hubungan erat, yaitu hubungan ruang yang tanpa melalui


hambatan-hambatan atau ruang perantara.

Hubungan kurang erat, yaitu hubungan kegiatan yang melalui


kegiatan lainnya

Tidak ada hubungan, yaitu tidak terdapat kaitan/hubungan


kegiatan antara satu ruang dengan ruang lainnya.
Dibawah ini dijelaskan hubungan ruang baik secara makro

maupun secara mikro.


a. Hubungan Ruang Makro
Pola hubungan ruang secara makro pada gedung Pusat
Kegiatan Fotografi di Makassar ialah sebagai berikut :

113

Skema 3 .Pola Hubungan Ruang Makro


(Sumber: Analsis Penulis)

b. Hubungan Ruang Mikro


Pola Hubungan ruang secara mikro pada gedung Pusat
Kegiatan Fotografi di Makassar ialah sebagai berikut
1) Hubungan ruang kegiatan pameran

Skema 4 .Pola Hubungan Ruang Kegiatan Pameran


(Sumber: Analsis Penulis)
114

2) Hubungan ruang kegiatan pelatihan

Skema 5 .Pola Hubungan Ruang Kegiatan Pelatihan


(Sumber: Analsis Penulis)

3) Hubungan ruang kegiatan informasi dan pengembangan

Skema 6 .Pola Hubungan Ruang Kegiatan Informasi dan


Pengembangan
(Sumber: Analsis Penulis)
115

4) Hubungan ruang kegiatan komersial dan pelayanan jasa

Skema 7 .Pola Hubungan Ruang Kegiatan Komersial dan


Pelayanan Jasa
(Sumber: Analsis Penulis)

5) Hubungan ruang pengelolaan dan penunjang

Skema 8 .Pola Hubungan Ruang Kegiatan Pengelolaan dan


Penunjang
(Sumber: Analsis Penulis)

116

4. Pola sirkulasi
a. Pola Sirkulasi Pengunjung, Karyawan, Tenaga Service dan
Pengelola
1) Pola Sirkulasi Pengunjung

Skema 9 .Pola Sirkulasi Pengunjung


(Sumber: Analsis Penulis)

2) Pola Sirkulasi Karyawan

Skema 10 .Pola Sirkulasi Karyawan


(Sumber: Analsis Penulis)

3) Pola Sirkulasi Pengelola

Skema 11 .Pola Sirkulasi Pengelola


(Sumber: Analsis Penulis)

117

4) Pola Sirkulasi Tenaga Service

Skema 12 .Pola Sirkulasi Tenaga Service


(Sumber: Analsis Penulis)

b. Pola Sirkulasi Ruang


1) Pola sirkulasi ruang kegiatan pameran

Skema 13 .Pola Sirkulasi ruang Kegiatan Pameran


(Sumber: Analsis Penulis)

2) Pola sirkulasi ruang kegiatan pelatihan

Skema 14 .Pola Sirkulasi ruang Kegiatan Pelatihan


(Sumber: Analsis Penulis)

118

3) Pola Sirkulasi ruang kegiatan informasi dan pengembangan

Skema 15 .Pola Sirkulasi ruang Kegiatan Informasi dan


Pengembangan
(Sumber: Analsis Penulis)

4) Pola sirkulasi ruang kegiatan komersial dan pelayanan jasa

Skema 16 .Pola Sirkulasi Ruang Kegiatan Komersial dan


Pelayanan Jasa
(Sumber: Analsis Penulis)

5) Pola sirkulasi ruang kegiatan pengelolaan dan Penunjang

Skema 17 .Pola Sirkulasi Ruang Kegiatan Pengelolaan dan


Penunjang
(Sumber: Analsis Penulis)

119

5. Pola organisasi ruang


Pengorganisasian di lakukan untuk mendapatkan pola
penataan ruang yang maksimal, susunan dan hubungan ruang
dalam bangunan terkait dengan kegiatan sirkulasi dan pergerakan
pemakainya. Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan
organisasi ruang ialah dengan mencari karakter hubungan antar
ruang, serta respon terhadap lingkungannya.
Pola yang digunakan dalam bangunan ini ialah pola campuran
antara pola terpusat dan linear. Pola terpusat digunakan pada
kelompok ruang dengan ruang yang terpusat seperti pada area
Hall/Lobby.
Pola Linear diterapkan untuk mendapatkan sekuensial ruang
antara ruang-ruang dengan nilai dan fungsi yang sama. Dengan
penerapan pola linear atau menerus pada beberapa fungsi
kegiatan, maka ruang menjadi satu kesatuan yang terintegrasi.
Diterapkan pada ruang pameran dan ruang theme studio foto.

C. Bentuk dan Penampilan bangunan


Konsep penampilan bangunan didasarkan pada bentuk dan
ekspresi yang mencerminkan fungsinya sebagai wadah kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan fotografi. Dalam menentukan bentuk
dan layout bangunan. Tema yang digunakan ialah Freezing Light
atau membekukan cahaya. Fotografi merupakan proses menangkap
cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda kemudian dibekukan ke
dalam film seluloid di mana hasil akhir dari proses tersebut berupa
sebuah lembaran foto. Dalam bangunan ini karya seni yang akan
dipamerkan berupa lembaran-lembaran foto hasil dari membekukan
cahaya, sehingga ada keterkaitan antara membekukan cahaya dan
Pusat Kegiatan Fotografi. Tiap orang memiliki kepekaan yang berbeda
mengenai lingkungan sekitarnya, khusunya fotografi dan tiap orang

120

memiliki penilian yang berbeda mengenai hasil foto yang di foto. Dalam
hal ini mempunyai persepsi sendiri ini dikaitkan dengan defenisi
arsitektur metafora.
Konsep membekukan cahaya tersebut dituangkan dalam pola
dasar bangunan dimana cahaya masuk ke kemera melalui media lensa
yang kemudian dibekukan menjadi sebuah foto.

Skema 18. Konsep Ide Bentuk Bangunan


(Sumber: Analsis Penulis)

Untuk mendapatkan bentuk fasad bangunan yang menarik


diperlukan konsep yang jelas untuk ditampilkan sehingga bangunan ini
memiliki identitas diri sesuai dengan fungsinya. Pemberian elemen
kaca sebagai selubung bangunan, hal ini diharapkan kegiatan didalam
bangunan bisa terlihat oleh pengunjung yang berada diluar bangunan.
Elemen kaca yang digunakan disusun mozaik dengan warna yang
berbeda-beda, hal ini mengesakan bahwa setiap cahaya yang
dibekukan memiliki moment yang berbeda-beda.
D. Sistem Struktur Dan Modul Struktur
1. Struktur
Hal- hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan sistem
struktur bangunan, antara lain:
a. Struktur

cukup

kuat

dan

ekonomis

mampu

mendukung

penampilan bentuk bangunan.


b. Kuat menahan beban-beban, antara lain: beban hidup, beban
mati, dan beban angin.
c. Mudah dalam pelaksanaan dan perawatan.
121

d. Kondisi site (kemungkinan pelaksanaan di lapangan). Daya


dukung tanah pada site.
e. Keanekaragaman fleksibilitas fungsi ruang.
Beberapa jenis dan alternatif sistem struktur terbagi atas tiga
kelompok besar, yaitu :
a.Sistem struktur bawah (sub structure)
Yang perlu diperhatikan dalam sistem struktur bawah, yaitu :
1) Sesuai dengan daya dukung tanah setempat
2) Kemudahan pelaksanaan dan efek gangguan yang sekecilkecilnya terhadap lingkungan di sekitarnya
3) Struktur yang berfungsi sebagai penopang bangunan, yang
akan menyalurkan beban bangunan terhadap tanah.
Beberapa alternatif sub struktur :
1) Pondasi tiang pancang
a) Aman untuk gaya vertikal dan lateral
b) Memiliki lapisan tanah keras jauh dari permukaan tanah.
c) Pelaksanaanya menimbulkan getaran dan bising.
d) Bila pelaksanaannya tidak dilakukan dengan baik, maka
tiang akan cepat hancur
e) Penggunaan bahan yang cukup ekonomis
2) Pondasi plat datar
a) Aman menahan gaya vertikal dan lateral
b) Penggunaan bahan cukup ekonomis
c) Pelaksanaan dilapangan lebih mudah
3) Pondasi Sumuran
a) Aman menahan gaya vertikal dan lateral
b) Cocok untuk segala jenis tanah
c) Tingkat kebisingan rendah dan getaran kecil
d) Penggunaan bahan yang cukup ekonomis.
e) Pelaksanaan dilapangan memerlukan perhatian yang
lebih cermat dengan tenaga ahli.
122

4) Pondasi rakit
a) Daya dukung tanah yang rata.
b) Kekakuan dan stabilitas cukup besar dalam menghadapi
gempa, terutama penurunan.
c) Penggunaan

bahan

konstruksi

cukup

boros

dan

pelaksanaannya agak sulit.


Berdasarkan uraian alternatif sub struktur, maka pondasi
yang akan dipilih adalah pondasi Sumuran dan poer plat
mengingat lokasi bangunan yang direncanakan berada pada
kawasan dengan kondisi tanah yang relatif berawa serta cukup
kuat untuk bangunan berlantai dua sampai tiga dan lebih.
b. Sistem sturktur pendukung (super structure)
Yang perlu diperhatikan dalam sistem struktur pendukung adalah:
1) Mampu menyalurkan beban dengan baik
2) Daya tahan terhadap cuaca dan api
3) Fleksibilitas pengaturan dan penggunaan ruang yang efisien
4) Mampu memberikan nilai estetika yang ingin ditampilkan pada
bangunan
Alternatif struktur yang akan digunakan untuk bangunan :
1) Sistem core
a) Kuat dalam menghadapi gaya horizontal.
b) Daya tahan terhadap cuaca dan api.
c) Flesibilitas pengaturan dan penggunaan ruang yang efisien.
d) Mampu memberikan nilai estetika yang ingin ditampilkan
dalam bangunan.
2) Sistem dinding pemikul
a) Memiliki kekakuan yang tinggi dalam memikul beban
sehingga elastisitasnya kurang dalam menghadapi gempa
yang kuat.

123

b) Pemakaian

bahan

konstruksi

banyak,

dan

waktu

pelaksanaannya sangat lama.


c) Efektif sampai ketinggian 20 lantai
d) Banyak menggunakan dinding masif sehingga beban yang
di timbulkan padat dan berat.
e) Kurang

efisisen

karena

dinding

pemikul

biasanya

merupakan dinding pemisah.


3) Sistem rangka
a) Aman dalam menahan gaya gempa, angin dan beban
struktur sendiri.
b) Pemakaian bahan konstruksi cukup berat.
c) Kurang efisien karena banyak kolom.
d) Jarak kolom sangat menentukan flesibilitas ruang
e) Konstruksi beton efektif sampai ketinggian 20 lantai.
f) Dan konstruksi baja efektif sampai 30 lantai.
4) Sistem rangka dinding geser
a) Elastis dalam menahan gempa
b) Pemakaian bahan konstruksi agak banyak dan waktu
pelaksanaan cepat tapi agak sulit pada bagian dinding.
c) Konstruksi beton efektif sampai ketinggian 30 lantai, dan
konstruksi baja efektif sampai 40 lantai.
d) Pemakaian ruang cukup efektif.
e) Kesan yang ditimbulkan cukup ringan.
Berdasarkan uraian alternatif struktur pendukung maka
struktur yang terpilih adalah sistem rangka.
c. Sistem struktur atap (up structure)
Sistem struktur yang direncanakan untuk upper struktutr
(struktur atap) yaitu dengan menggunakan sistem rangka baja
yang di gabung dengan plat beton, yang diberikan water proofing.
Dengan material penutup atap yaitu zincalum (seng aluminium)
yang mudah dibentuk sesuai dengan keinginan.
124

2. Modul
Beberapa pertimbangan dalam menentukan modul struktur
antara lain:
a. Dimensi gerak pemakai
b. Dimensi perabot
c. Material dan perabot
d. Layout ruang
System modul yang digunakan :
a. Modul dasar ialah modul yang didasarkan pada ukuran tubuh
dan area gerak tubuh.
b. Modul fungsi, merupakan modul ruang yag didasarkan pada
fungsi ruang yang direncanakan. Dari luas unit terkecil, angka
30 cm merupakan kelipatan terkecil yang dapat menjadi interval
dari besaran 60, 90, 120, 150, 180, dan seterusnya, sehingga
modul dasar yang dapat diwakili ialah ukuran 30 cm atau 0,3 m.
c. Modul perancangan, merupakan modul fungsi, dimana harga
dasarnya

ditetapkan

dengan

satuan

(meter).

Bentuk

kelipatannya biasanya mencapai 0,9 m; 1,8 m; 2,7m; 3,6m;


7,2m; 8,4m; 9m; 12m dan seterusnya.

E. Tata ruang dalam


Pendekatan Interior atau tata ruang dalam dimaksudkan sebagai
upaya menciptakan ruang yang sesuai dengan fungsinya.
1. Bentuk dan proporsi ruang
Bentuk Ruang yang dimaksud adalah bentuk ruang yang
menggambarkan suasana yang terkoordinasi dan terpadu,
a. Kemungkinan teknis pelaksanaan
b. Efektifitas dalam perletakan perabot dan benda-benda pameran
pajangan.
c. Sesuai dengan karakter dan fungsi ruang.

125

Proporsi ruang dalam menyangkut:


a. Tinggi ruang
b. Lebar ruang
c. Kedalaman ruang
d. Kualitas cahaya/penerangan
e. Corak dalam ruang
2. Tata peragaan/pajangan
Dalam penataan sebuah display materi pameran

ada

beberapa elemen yang perlu diperhatikan, yaitu: elemen dasar,


elemen interior dan prinsip-prinsip penataan. Elemen dasar dalam
display harus memperhatikan titik, garis, bidang, volume dan
warna. Elemen interior antara lain dengan memperhatikan ruang,
lantai, dinding, plafon, furniture dan cahaya. Sedangkan prinsipprinsip penataan yang perlu diperhatikan antara lain: proporsi,
skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan keragaman, dan
penekanan pada unsur tertentu. Penataan materi pameran tersebut
perlu memperhitungkan/persepsi tentang sikap pengunjung, yang
meliputi sisi cognitive, affective dan conative. Sebab ketiga
komponen sikap tersebut dapat membentuk motivasi pengunjung
untuk menikmati dan memahami materi pameran melalui display
yang ditampilkan. Berikut merupakan jenis jenis sistem penataan
display :
a. In show, yaitu benda yang di pamerkan termasuk kategori
banda besar yang mempunyai dimensi minimal setara dengan
tinggi dimensi manusia, dalam benda seni atau kreatifitas
biasanya di aplikasikan pada seni rupa, seni patung, pahat dan
kreatifitas yang lainnya. Dalam penataan displaynya untuk
kategori benda ini biasanya tanpa menggunakan casing atau
tempat display yang ber lebihan bahkan biasanya tanpa
menggunakan faktor pendukung yang lain, hanya saja kadang

126

membutuhkan sebuah jarak pembatas berupa tali ataupun benda


lain. Terkecuali benda yang di pamerkan merupakan benda yang
sangat berharga atau bersejarah maka unsur-unsur di atas bisa
di abaikan.
b. In showcase, yaitu benda yang di pamerkan termasuk kategori
benda kecil maka di perlukan wadah atau kotak yang tembus
pandang(kaca bening-acrilic), yang juga memperkuat kesan
tema dari benda yang di display.
c. Free standing on the floor, on plinth or support, yaitu benda
yang akan didisplay mempunyai dimensi yang cukup besar,
sehingga diperlukan panggung atau ketinggian lantai sebagai
pembatas.
d. On walls or panels, benda karya seni lukis yang kebanyakan di
tempel pada dinding maupun dinding partisi ataupun pada
pembatas ruang yang bersifat non permanen(bisa digeser atau
flexible).
3. Pengamat terhadap foto
a. Daerah visual pandangan mata

Gambar 35. Daerah visual pandangan mata,


(Sumber: Dimensi Manusia dan Ruang Interior, J, Panero, 2003)

Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa pandangan


yang nyaman ke arah objek adalah pandangan di dalam daerah
visual 30 derajat k arah atas, 30 derajat ke arah bawah, 30
derajat ke kanan, 30 derajat ke kiri. Hal tersebut dikarenakan di

127

daerah tersebut mata dapat mengenali warna dan membedakan


warna dengan baik.
b. Jarak pengamat dan jarak antar karya foto
Jarak Pengamat = 1/2 x (t.foto)/ tg 30o
Jarak foto = (j. Pengamat) x tg 45o (t. foto)
(Sumber: Dimensi Manusia dan Ruang Interior, J, Panero, 2003)

F. Tata Ruang Luar


Eksterior merupakan unsur visual yang menjadi prioritas utama
dalam penataan lansekap. Ruang luar sebagai pembentuk suasana
dan

sebagai

tempat

parkir

dengan

penataan

taman

dan

plaza.Terdapat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam


penataan ruang luar yaitu :
1. Ruang luar sebagai ruang transisi terhadap lingkungan.
2. Mengarahkan arus sirkulasi dengan baik.
3. Mampu berfungsi sebagai filter terhadap berbagai polusi yang
berasal dari lingkungan yang ada sekitarnya.
4. Mampu menambah kualitas view dari luar tapak.
5. Memiliki korelasi dengan bangunan dapat mencakup konsep gaya
arsitektur, tekstur, warna, filosofi bangunan, dll.
Pengolahan pertamanan berdasarkan kebutuhan dan fungsinya
sebagai berikut :
1. Sebagai peneduh
Pada tempat parkir, jalur pejalan kaki, beberapa tempat duduk,
kegiatan outdoor dan lain-lain.
2. Sebagai penghias
Pada ruang-ruang terbuka yang intim untuk menikmati visual, pada
sisi jalur pejalan kaki, bagian dari muka jendela, balkon dan lain-lain.

128

3. Sebagai buffer atau penghubung


Berfungsi sebagai pelindung terhadap kebisingan jalan dan area
parkir. Berfungsi juga sebagai pencegah polusi udara dan
pembatas. Penempatannya pada batas tapak dan bagian yang
langsung mengalami kebisingan suara tersebut.
1. Softscape/Vegetasi
Vegetasi yang digunakan, yaitu:
a. Rumput gajah, digunakan sebagai penutup tanah yang berfungsi
sebagai resapan serta sebagai elemen estetika, ditempatkan
daerah yang sering dilalui karena karakternya yang jelas.
b. Kiara paying, berfungsi sebagai peneduh, peredam kebisingan,
penyerap polusi dan pemecah angin, ditempatkan pada area
parker dan daerah yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi.
c. Palem raja dan glodokan tiang, berfungsi sebagai pembatas dan
pengarah sirkulasi ditempatkan pada daerah sirkulasi dan pada
area yang viwnya kurang baik.
d. Lidah mertua, berfungsi menyerap polusi dan menjada udara
tetap bersih, serta digunakan sebagai unsur estetika pada
landsekap bangunan.
2. Hardscape
a. Aspal, berfungsi sebagai penutup jalan utama, digunakan pada
area parker dan pada sirkulasi kendaraan bermotor.
b. Rabat beton, sebagai penutup dan estetika di daerah bagian
plaza dengan menggunakan tekstur-tekstur yang berbeda.
c. Paving blok, sebagai penutup jalan pada jalur-jalur pedestrian
dalam tapak.
3. Street Furniture
a. Lampu jalan/taman, sebagai penerangan pada sirkulasi diarea
tapak pada malam hari dan juga berfungsi sebagai elemen
estetika, diletakkan di ruang terbuka dalam tapak.

129

b. Sculpture, berfungsi sebagai point of interest dan ornament


landskap, diletakkan pada area yang mudah dilihat oleh
pengunjung baik yang dari dalam tapak maupun dari luar tapak.
c. Bangku taman, sebagai tempat bersantai dan bersosialisasi,
ditempatkan pada area plaza.
d. Air (aquascape), elemen air yang dimaksud pada tata ruang luar
ialah kolam buatan atau air mancur yang secara estetis dapat
memberi kesan yang sejuk dan alami.
e. Tempat sampah, diletakkan pada area-area yang strategis.

G. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan


1. Penghawaan
Pengkondisian hawa/udara diperuntukkan demi memberikan
kenyamana individu saat mengakses suatu ruang. Bukaan sebagai
media penghawaan alami bersifat destruktif bagi pengkondisian
akustik ruang pertunjukan dan studio, sehingga pengkondisian
udara

dalam

ruang

bertumpu

sepenuhnya

pada

system

penghawaan buatan.
Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, maka ditentukan
pengahawaan dalam bangunan ini sebagai berikut :
a. Penghawaan Alami
Seluruh ruang nonpameran dan nonstudio dikondisikan
untuk

mengoptimalkan

penghawaan

alami,

dengan

memperhatikan :
1) Sinkronisasi dengan totalitas system yang dianut bangunan
seperti konsep bentuk, system pencahayaan dan lain-lain
2) Dampak bagi struktur bangunan, interior, dan kesehatan
manusia.
3) Prinsip-prinsisp dasar penghawaan, seperti :

130

a) Penempatan bukaan menjamin terjadinya crossing udara


untuk menjaga higinitas udara ruang.
b) Mengatasi fluktuasi temperature udara dalam waktu
singkat sebab dapat berdampak buruk bagi system
kekebalan tubuh manusia.
c) Mengatur arah dan kecepatan udara, melalui desain
bentuk bukaan yang tepat ataupun penggunaan elemen
variable pengatur kecepatan dan arah aliran udara.
b. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan dalam hal ini AC (Air Conditioning),
sangat dibutuhkan oleh ruang-ruang yang tertutup rapat, seperti
pada studio foto. Bangunan ini memanfaatkan dua jenis system
AC yaitu :
1) AC Central / Central Station Sistem
Air Handling Unit (AHU) merupakan elem inti AC Central yang
biasanya terdapat dalam satu ruang. Dari ruang AHU, udara
yang telah diatur ditemperatur dan kelembapannya kemudian
didistribusikan kelruangan malalui ducting. Ducting dilapisi
material selimut akustik dan material selimut temperature
untuk menekan kebisingan dan temperature yang cenderung
naik akibat gesekan dan eliminasi udara panas diluar ducting.
System AC ini cocok untuk ruangan yang digunakan secara
berkala dalam jangka waktu yang pasti, seperti kantor
pengelola, tempat penjualan karya seni/cendera mata, lobby
dan sebagainya.
2) AC Unitary Sistem / Package Sistem
Kapasitasnya yang secukupnya, pengoperasiannya yang
relative mudah dan dapat sewaktu-waktu menjadikan sisttem
AC ini efektif dan efisien digunakan pada ruang studio.
Pendistribusiannya tanpa menggunakan ducting yang besar

131

(seperti AC Central), sehingga menunjang pengkondisian


akustik ruang, mengingat bukaan ducting dapat memperlemah
pemerataan dan penguatan seluruh jangkauan frekuensi audio
dalam ruang.

2. Pencahayaan
Sumber cahaya itu sendiri terbagi atas :
a. Pencahayaan alami
1) Didasari pada pancaran sinar matahari
2) Untuk cahaya langsung sebaiknya cuma pada pukul 06.30 10.00 pagi dan sore setelah pukul 17.00
3) Menghindari cahaya langsung dari sudut 450 pada matahari
Untuk

mengendalikan

pencahayaan

alami

ini

maka

digunakan windows blind otomatis. Otomatisasi Window Blinds


dan Tirai dapat diatur menyesuaikan diri pada waktu-waktu
tertentu dalam sehari atau berkat sensor terhadap sinar
matahari, hujan dan deteksi penghuni (occupancy sensor).
b. Pencahayan buatan
Kondisi ruangan diusahakan sedapat mungkin mendekati
kepada bukaan dengan pemanfaatan cahaya matahari secara
optimal. Untuk mencapai kondisi seperti dimaksudkan, maka
sumber cahaya mempunyai peranan penting dengan karakter
cahaya yang dikeluarkan serta daya yang dihasilkan dapat
semaksimal mungkin untuk itu perlu juga diperhatikan :
1) Perletakan titik lampu agar tidak silau.
2) Titik iluminasi yang sesuai dengan kegiatan dalam ruangan.
3) Penggunaan daya listrik sehemat mungkin dengan cara
pemakaian listrik pada saat benar-benar dibutuhkan.
Seluruh fungsi penerangan buatan dapat diwujudkan dalam
bentuk spesifikasi jenis lampu, antara lain :
132

1) House

light,

digunakan

untuk

memenuhi

kekuatan

penerangan ideal tiap ruang.


2) Work light, kegiatan kerja yang membutuhkan kecermatan
tinggi dengan spesifikasi lampu berkekuatan pencahayaan
yang besar (1500-2000 lux) dan mudah diarahkan ke objek
kerja.
3) Spot light, memiliki sinar terarah sering pula dimanfaatkan
untuk memberi tekanan pada tekstur dan warna.
4) Lampu darurat, menghasilkan pencahayaan kontras untuk
menjadikan objek vital tertentu agar mudah dilihat. Lampu
darurat diletakkan pada pintu tangga darurat, saklar, free
hydrant box, free extinguisher, dan lain-lain.
3. Akustik
Perencanaan akustik bangunan dengan mempertimbangkan :
a. Kebisingan yang berasal dari luar bangunan dicegah atau
disaring dengan menggunakan pohon-pohon pelindung sebagai
barrier.
b. Kebisingan dari dalam bangunan dapat diredam dengan
menggunakan material yang mempunyai daya serap (absorsi)
yang baik serta memisahkan ruang dan jarak antara ruang yang
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi.
Dalam Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar, ruang-ruang yang
membutuhkan desain akustik ruang diantaranya:
a. Auditorium
Material

akustik

yang

diaplikasikan

pada

auditorium

diantaranya adalah :
1) Material untuk mengolah suara dalam ruangan (acoustic
control) Panel diffuser, panel ini berfungsi untuk menyebar
suara dan mengurangi energi suara ketika suara menabrak

133

panel ini. Diffusor panel ini memiliki QRD (Quadratic Residue


Diffuser). Terbuat dari kayu sehingga sangat baik untuk
menyebar suara, material ini cocok digunakan pada area
sekitar penonton (peserta) karena kemampuan menyebar
suaranya

yang

sangat

baik.

Selain

itu

juga

dapat

menggunakan traps module yang bersifat sebagai penyerap


bunyi. Bahan ini juga lebih efisien dan fleksibel karena
penempatannya dibeberapa sudut ruang dan pemasangan
yang tidak permanen, sehingga penggunaan bahan ini
disesuaikan dengan keadaan ruangan yang membutuhkan
daya serap bunyi.

Gambar 36. Permukaan Penyerap dan Pemantul Pada Dinding


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

2) Material untuk mencegah kebocoran suara dari dalam keluar


(noise control).
Material insulasi envirospray dan mat resin. Pengerjaan
Mat Resin sangat mudah. Seperti menempelkan sticker.
Sementara itu envirospray memiliki beberapa keunggulan
diantaranya:
a) Memiliki daya serap yang tinggi terhadap suara yaitu NRC
mencapai 0.90 sehingga mampu menyerap reveberation (
gema/gaung ) dengan optimal.
b) Memiliki

kepadatan

massa

jenis

mencapai

80kg/m3

sehingga mampu menghalangi suara dengan sangat baik.

134

c) Tidak merambatkan api seperti umumnya bahan insulasi.


b. Ruang perkantoran, ruang kelas dan ruang-ruang komunikasi.
Material akustik yang diaplikasikan pada ruang-ruang ini
diantaranya adalah Absorption panel (panel penyerap suara),
Absorption panel ini berguna untuk mengurangi pantulan, gema,
kolorasi dan menyerap frekuensi 500Hz keatas ( Mid - High
Frekuensi ) dalam ruangan ruangan maupun gedung.
c. Ruang-ruang utilitas, seperti ruang Genset, AHU, Mekanikal, dll.
Hal yang perlu diperhatikan pada ruang-ruang ini jangan
sampai suara yang dihasilkan dari mesin-mesin utilitas keluar
dan menggangu ruang-ruang lain. Oleh karena itu digunakan
material insulasi noise control seperti mat resin.
4. Sistem transportasi dalam bangunan
Sistem transportasi bagi pengunjung dan pengelola dalam
bangunan ada dua jenis yaitu sirkulasi horizontal dan vertical, yaitu:
a. Sirkulasi horizontal
1) Sirkulasi yang melalui ruang
- Jalan menembus ruang
- Menimbulkan pola untuk berhenti beristirahat sebentar
Jenis sirkulasi yang melalui ruang berlaku pada sirkulasi
yang menghubungkan lobby dengan ruang pertunjukan
melalui ruang integrasi yang berfungsi juga untuk melindungi
bising dari luar bangunan.
2) Sirkulasi yang melewati ruang lain
- Integrasi ruang yang utuh
- Konfigurasi jalan yang luas
- Ruang perantara dapat digunakan sebagai penghubung
Jenis sirkulasi melewati ruang berlaku pada pencapaian
menuju ruang privat dari beberapa ruang public. Secara
135

akustik, cara ini baik untuk mengelompokkan ruang bising


sebelum mencapai ruang yang membutuhkan ketenangan.
3) Sirkulasi yang berakhir diruang
- Lokasi ruang menentukan jalan
- Hubungan jalan ruang digunakan untuk mencapai dan
memasuki ruang fungsional
Jenis sirkulasi yang berakhir di ruang adalah cara untuk
mencapai ruang yang paling privat dalam hal ini ruang yang
paling membutuhkan ketenangan.
b. Sirkulasi vertical
Untuk sirkulasi vertical biasanya digunakan beberapa jenis
alat, yaitu:
1) Tangga berjalan (Eskalator)
Untuk setiap escalator, direncanakan sebagai alat bantu
bagi pengunjung yang menghubungkan antara tiap lantai.
2) Lift (Elevator)
Untuk setiap fungsi dan penggunaan elevator pada
bangunan ini direncanakan dengan dua tipe yaitu elevator
pengunjung dan elevator barang.
3) Tangga
Digunakan untuk tangga darurat dilengkapi dengan pintu
pengaman yang tahan panas.
4) Ramp
Ramp

biasanya

menrunkan

benda

digunakan
yang

untuk
beroda

menaikkan
digunakan

dan
untuk

pengunjung terutama pengunjung dengan krsi roda.

5. Sistem penangkal petir

136

Sistem penangkal petir yang digunakan adalah penggabungan


sistem Sangkar Faraday dan sistem Tongkat Franklin.
a. Sistem konvesional/franklin
Sistem ini terbuat dari bahan metal dengan tinggi antena
diatas muka bangunan antara 25 - 40 cm untuk perlindungan
dengan sudut berbentuk sudut 45o.
b. Sistem sangkar faraday
Sistem ini dipasang mengelilingi atap dengan tinggi antena
25-90 cm jarak antara masing-masing antena masimum 7,5 m.
sistem ini sangat cocok untuk bangunan yang memiliki atap
lebar.

6. Sistem jaringan listrik


Terdiri dari sistem sumber aliran dan sistem mekanikal:
a. Sumber aliran listrik dari PLN sebagai sumber utama untuk
pemakaian sehari-hari. Aliran listrik dialirkan ke gardu utama
yang terletak di lantai dasar bangunan, setelah melalui ruang
transformator aliran listrik tersebut didistribusikan ke panel-panel
yang

terdapat

dalam

bangunan.

Dipersiapkan

generator

cadangan dengan sistem ATS (automatic Transfer switch),


dengan pertimbangan apabila terjadi pemadaman listrik seluruh
kota. Tenaga diesel sebagai penggerak generator.
b. Sistem

mekanikal

diterapkan

dalam

menunjang

kegiatan

operasional bangunan. Penerapan dalam bangunan :


1) Dipergunakan sistem saluran dengan tranking untuk bagian
rendah serta dengan sistem tanam ditambah lubang kontrol.
2) Perletakan generator set pada ruang yang tersembunyi dan
mudah dijangkau oleh pengelola.

137

Skema 19. Sistem Jaringan Listrik


(Sumber: Analisis Penulis)

7. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi yang dapat digunakan pada bangunan
terdiri dari :
a. Untuk hubungan eksternal
1) Telepon, sebagai komunikasi dua arah baik keluar maupun
kedalam bangunan yang menggunakan jasa Perumtel.
2) Faksimile,

yaitu

saran

komunikasi

yang

menggunakan

jaringan telepon dengan metode pengiriman catatan.


3) Internet digunakan sebagai komunikasi, transfer data dan
lainnya. Bentuk komunikasi yang menggunakan jaringan
telepon yang dihubungkan dengan computer untuk akses
jaringan di seluruh dunia.
b. Untuk hubungan internal
1) Sistem penataan suara (sound system), digunakan untuk
musik, pengumuman, panggilan dan keamanan.
2) Interkom digunakan untuk komunikasi yang bersifat privat,
misalnya

untuk

kepentingan

pengelola.

Sehingga

memudahkan para pengurus bekomunikasi apabila satu sama


lain saling membutuhkan.
8. Sistem pencegahan tindak kriminal
Pada bangunan ini menggunakan sistem kamera dan alarm
untuk mnnggulangi bahaya pencurian barang-barang milik pihak
gedung. Perangkat tersebut antara lain:
a. Control panel,
138

Pusat dari semua kegiatan pada suatu sistem pengamanan


elektronik, bekerja sesuai dengan program yang telah diatur.
b. Kontak magnetik
Alat bekerja bila jendela atau pintu, maka alarm akan berbunyi.
c. Kawat (wiring)
Aliran melalui kawat diletakkan di pintu atau penutup, dan
tombol akan bergerak bila pintu terbuka, maka alarm akan
berbunyi.
d. Detektor getar
Alarm akan berbunyi jika jendela memperoleh tingkat
getaran yang tidak normal.
e. Detektor kaca pecah
Alat ini akan mendeteksi pada frekuensi kaca pecah, seperti
jendela.
f. Dual tone sounder
Berfungsi untuk memberikan peringatan bila terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan di dalam ruangan yang telah diproteksi
oleh alarm.
Close Circuit Television (CCTV), terdiri dari:
a. Camera, peralatan yang bekerja untuk menangkap gambar dan
merubah gambar secara elektronik menjadi signal video.
b. Video switcher, peralatan yang menerima data/signal yang
dikirim oleh setiap kamera untuk diproses satu persatu ke
monitor.
c. TV monitor, menerima data/signal elektrik yang dikirim kamera
untuk irubah kembali menjadi gambar.
d. Stabilizer, penyeseuaian tegangan agar peralatan tidak rusak
e. Video recorder, merekam setiap gambar yang dikirim oleh
kamera.
Selain sistem alarm dan CCTV, diperlukan pusat pemantau
internal (internal monitoring centre) atau sering disebut ruang

139

pengendalian (control room). Di ruangan ini data yang ditransmisi


oleh CCTV dapat dipantau melalui monitor-monitor. Dan juga
terdapat sistem keamanan manual (petugas keamanan) yang
bertugas 24 jam. Pengamanan fisik bangunan sebaiknya diawali
dari tahap perencanaan yang terpelihara secara berkelanjutan.
9. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran
Sistem proteksi kebakaran sangat diperlukan untuk tempat
pertunjukan, mengingat besarnya resiko yang ada karena banyak
audience / pengunjung yang hadir. Untuk itu sistem proteksi
kebakaran merupakan sebuah hal yang pokok dan harus terjamin
keamannya. Dalam penyelamatan bahaya kebakaran pada Pusat
Kegiatan Fotografi ini pencegahan dan penanggulangan yang
dipakai
Penanggulangan pasif , yang berupa:
a. Tangga kebakaran
Lebar tangga bordes 1,05 m, antrede minimum 28 cm,
otrade 20 cm, dilengkapi dengan penerangan darurat dan
exhause fan. Serta Konstruksi dinding tahan api minimal 2 Jam.
b. Ventilasi asap
Untuk membuang asap, panas, dan gas-gas dari bangunan.
Salah

satunya

adalah

mendesain

ventilasi

atap,

untuk

melepaskan asap melalui atap bangunan. Dengan ventilasi asap


maka

asap

dan

udara

panas

dapat

keluar

sehingga

memungkinkan regu pemadam kebakaran masuk ke dalam


ruangan dan melokalisir api.
c. Sistem komunikasi, minimal 1 buah pada setiap lantai untuk
meminta bantuan jika terjadi bahaya kebakaran.
Penanggulangan aktif, yang berupa:
a. Smoke detector (Alat deteksi asap)

140

Smoke detector

ini mempunyai kepekaan yang sangat

tinggi, alarm jika terjadi asap dalam ruangan. Luas bidang


deteksi + 92 m2/unit di plafon area auditorium. Smoke detector
digunakan karena tingginya plafon

yang ada mencapai

ketinggian 15 m. Hal itu menyebabkan panas dari api tidak


dapat langsung terasa diatas. Sehingga tidak memungkinkan
untuk digunakan pendeteksi panas.
b. Fire Detector (Alat deteksi nyala api)
Alat deteksi api ini dapat mendeteksi adanya nyala api
dengan cara merangkul sinar ultra violet.
c. Heat detector (Alat deteksi panas)
Alat ini dapat membedakan adanya suatu bahaya kebakaran
dengan kenaikan temperaturnya.
d. Kimia portable
Merupakan alat pemadam kimia berupa powder, gas, dry
chemical, diletakkan pada daerah umum, ruang kecil, dapur,
ruang panel yang tidak berhubungan dengan daerah berair.
Jarak maksimum 25 meter dengan radius 200 meter.
e. Sprinkler
Merupakan alat kebakaran berbentuk pipa-pipa horizontal
diletakkan di plafond bangunan bekerja secara otomatis karena
pengaruh suhu. Luas bidang penyemprotan 200 m 2/unit
dengan jarak 6 9 m radius pelayanan 25 meter.
f. Pilar hydrant
Alat

pemadam

kebakaran

berbentuk

kran-kran

yang

dilengkapi dengan selang, jika terjadi kebakaran maka kran di


buka dan air akan mengalir melalui kran. Diletakkan di halaman
bangunan yang mudah di jangkau oleh mobil pemadam
kebakaran.
g. Fire hydrant

141

Alat kebakaran berbentuk box kebakaran diletakkan pada


tempat-tempat yang mudah dijangkau seperti koridor, hall, dan
daerah servis, diletakkan di setiap lantai dengan jarak 25 30 m.
h. Fire alarm system
Fire alarm system adalah sistem pendeteksian akan adanya
bahaya api / kebakaran (bukan sebagai alat pemadam api/
kebakaran). Pendeteksiannya bisa berupa asap (menggunakan
smoke detetector) atau panas (heat detector) Luas bidang
deteksi 92 m2/unit dengan radius pelayanan 25 meter.
i. Alat pemadam api serbuk kering
Pada dasarnya cara kerja sistem ini sama dengan sistem
instalasi

karbondioksida,

hanya

saja

sistem

ini

akan

menyemprotkan serbuk kering secara otomatis jika terjadi


kebakaran. Alat ini juga digunakan pada area yang berisi barangbarang yang rentan rusak karena air dan dihuni oleh manusia,
seperti ruang penyimpanan dokumen, perpustakaan, ruang
penyimpanan alat-alat kesenian, data, serta ruang komputer.

Skema 20 .Sistem Penaggulangan Bahaya Kebakaran


(Sumber: Analsis Penulis)

10. Sistem jaringan air bersih dan air kotor


a. Sistem jaringan air bersih
Suplai air bersih berasal dari jaringan PAM, namun seringkali
sumber air ini tidak mencukupi sehingga sebagai cadangan
sumur bor yang telah mlalui proses destilasi menjadi air tawar

142

sampai memenuhi standar berlaku untuk air minum karena air


tanah di kawasan tanjung bunga memiliki kadar garam, namun
air bersih PAM menjadi prioritas. sistem distribusi yang
digunakan adalah sistem down feed. Tandon bawah diletakkan
diarea servis, sedangkan tandon atas diletakkan diatas atap dak
kemudian didistribusikan ke seluruh ruangan/bangunan.

Skema 21 .Sistem Air Bersih


(Sumber: Analsis Penulis)

b. Sistem jaringan air kotor


Air kotor pada Pusat Kegiatan Fotografi terdiri dari :
1) Pengaliran air hujan dari bangunan
Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah
menggunakan lubang resapan biopori. Resapan biopori
meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan
peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman. Lubang
resapan biopori adalah lubang silindris berdiameter 10-30 cm
yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan
kedalaman sekitar 100 cm. Air hujan pada bangunan juga
ditampung melalui proses difiltrasi untuk menjadi air bersih
agar dapat memenuhi kebutuhan air bangunan.
Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah
dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan
sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.
2) Air kotoran dari septik

143

Dengan menggunakan teknologi tangki septik instan


(tinggal pasang) yang tidak membutuhkan lahan luas dan
tidak perlu area resapan. Tangki dilengkapi bakteri pengurai
kotoran dan sistem filterisasi, sehingga air limbah aman
langsung dilepas ke tanah atau selokan.
Salah satu sistem pengolahan limbah septik adalah sistem
Biologicaly Purity (Biority). Sistem ini menggunakan Tangki
Instalasi

Pengolahan

Air

Limbah

dengan

memanfaatkan

mikroorganisma yang dapat mereduksi volume lumpur tinja.


Sebelum disalurkan ke riol kota terlebih dahulu dialirkan ke
bak penampungan kemudian diolah pada Sewage Treatment
Plant (STP) dengan proses aerasi dan chlorinasi sehingga kadar
Biological Oxygen Demand (BOD) menjadi rendah. Tangki
Biority dilengkapi dengan technocell sebagai media kontak
untuk

tempat

berkembang

biaknya

mikroorganisma

dan

mempercepat sedimentasi partikel lumpur.

Skema 22. .Sistem Air Kotor


(Sumber: Analsis Penulis)

11. Sistem pembuangan dan pengelolaan sampah


Penanggulangan masalah sampah dilakukan sebagai berikut :

144

a. Penyediaan tempat/keranjang sampah pada tempat-tempat


umum yang mudah diangkut dan dibersihkan. Serta bagian
servis setiap lantai
b. Tempat/keranjang sampah penampungan di bagian paling
bawah yang berupa ruangan/gudang yang dilengkapi dengan
kereta-kereta bak sampah.
Masing-masing tempat/keranjang sampah setiap lantai dibagi
menjadi

dua jenis, yang kemudian dibuang melalui shaft,

sedangkan dinding paling atas diberikan lobang untuk udara dan


dilengkapi dengan kran air untuk pembersihan atau pemadaman
sementara kalau terjadi kebakaran dilobang tersebut.
Cara mengelolaan sampah organik dan anorganik, sebagai
berikut :
a. Sampah organik dimasukkan ke dalam lubang biopori untuk area
penyerapan air, dan hasilnya berupa pupuk kompos yang bisa
digunakan untuk tanaman. Sampah yang telah didekompoisi ini
dikenal sebagai kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang
resapan biopori akan berfungsi sekaligus sebagai "pabrik"
pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode
tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada
berbagai jenis tanaman.
b. Sementara itu, sampah anorganik yang dapat di daur ulang ini
diserahkan kepada pengumpul sampah daur ulang

145

Skema 23 .Sistem pembuangan sampah


(Sumber: Analsis Penulis)

146

DAFTAR PUSTAKA
BPS, Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar dalam Angka 2012, Kantor
Wilayah Statistik Propinsi Sulawesi Selatan.
Chip Foto-Video Digital Spesial. Ritual Fotografi. 2008
De Chiara dan Callender. Time Saver Standard for Building Types. McGraw
Hill Book Company.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
1999. Balai Pustaka
Exposure Magazine, Edisi 34. 2011.
Manurung, Parmonangan. Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur. 2012. Andi
Yogyakarta
Neufert, Ernst. Data Arsitek. Edisi Kedua Jilid 1 dan 2 (Terjemahan : Syamsul
Arifin). 1992. PT. Erlangga. Jakarta
Panero Julius, AIA, ASID; Martin Zelnik, AIA, ASID. Dimensi Manusia dan
Ruang Interior (terjemahan: Djoeliana Kurniawan). 2003. PT.Erlangga.
Jakarta
Peter Trebilcock and Mark Lawson. Architectural Design in Steel. 2004. Spon
Press
Puspitasara, Fitria. Galeri Fotografi di Makassar Pendekatan Hitech dan
Green Architecture (Acuan Perancangan). 2008. Universitas Hasanuddin.
Rosenblatt, Arthur. Building Type Basic For Museums, 2001
Sabaruddin, Arief. A-Z Persyaratan Teknis Bangunan. 2013. Griya Kreasi.
Jakarta.
Tangoro, Dwi. 2010. Utilitas Bangunan. Jakarta : Universitas Indonesia Press
The Light Magazine, Edisi 36. 2011.
http://isjustyogaa.blogspot.com/2012/08/mengenal-peralatan-danperlengkapan.html (9 May 2013)

www.fotografer.net (19 April 2013)


www.facebook.com/FederasiFotografiSulawesiSelatan (20 April 2013)
www.facebook.com/PERFORMA (20 April 2013)
www.makassar.go.id (16 April 2013)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daerah Visual Manusia


Lampiran 2 Display Karya Seni
Lampiran 3 Etalase/Bidang-Bidang Pandang Optimal
Lampiran 4 Toko Buku/Display Area
Lampiran 5 Photographic Laboratories

Lampiran 1 Daerah Visual Manusia


(Sumber : Dimensi Ruang dan Manusia)

Lampiran 2 Display Karya Seni


(Sumber : Dimensi Ruang dan Manusia)

Lampiran 3 Etalase/Bidang-Bidang Pandang Optimal


(Sumber : Dimensi Ruang dan Manusia)

Lampiran 4 Toko Buku/Display Area


(Sumber : Dimensi Ruang dan Manusia)

Lampiran 5 Photographic Laboratories


Lampiran 5 Photographic Laboratories

KONSEP
SPESIFIKASI JUDUL
WHAT?
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR ADALAH SUATU TEMPAT
ATAU WADAH YANG DAPAT MENAMPUNG SELURUH ATAU SEGALA MACAM
AKTIVITAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA FOTOGRAFI, SERTA FAKTOR-FAKTOR
LAIN YANG MENDUKUNG HAL-HAL TERSEBUT DENGAN LINGKUP PELAYANAN KOTA
MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA.

WHERE?
1. BERADA DI KAWASAN STRATEGIS
2. DAPAT DIAKSES BAIK ANGKUTAN UMUM MAUPUN PRIBADI.
3. TERLETAK PADA KAWASAN PARIWISATA ATAU KAWASAN BISNIS
SESUAI DENGAN FUNGSI BANGUNAN.

WHO?
1. FOTOGRAFER
- FOTOGRAFER (STAFF)
- FOTOGRAFER
- PESERTA PELATIHAN
2. PENGUNJUNG
- PENGUNJUNG UMUM
- PENGUNJUNG KHUSUS
3. PENGELOLA

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar


Dengan pendekatan aristektur metafora

1.BANYAKNYA PENGGUNAAN MEDIA FOTOGRAFI.


2.SERINGNYA DI ADAKAN KEGIATAN-KEGIATAN
FOTOGRAFI.
3.MENJAMURNYA KLUB-KLUB FOTOGRAFI.
4.MENINGKATNYA APRESIASI MASYARAKAT.

HOW?

WHY?
1.SEMAKIN BANYAK DAN BERAGAMNYA KARYA-KARYA FOTOGRAFER.
2.SEMAKIN BANYAKNYA PENGGUNAAN MEDIA FOTOGRAFI.
3.SEMAKIN BANYAKNYA KLUB FOTOGRAFI YANG BERMUNCULAN.
4.SEMAKIN SERINGNYA DI ADAKAN KEGIATAN-KEGIATAN YANG BERKAITAN
DENGAN FOTOGRAFI.
5.MASIH KURANGNYA PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BIDANG FOTOGRAFI.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

WHEN?

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

DENGAN MELAKUKAN PENGUMPULAN DATA


BAIK DATA PRIMER MAUPUN SEKUNDER YANG
MENDUKUNG DAN RELEVAN DALAM PROGRAM PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
PEMILIHAN LOKASI

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

INPUT

ANALISA

Tujuan

Dasar Pertimbangan
SESUAI DENGAN FUNGSI RUTRK
POTENSI PENUNJANG
PENCAPAIAN DAN AKSEBILITAS
UTILITAS KOTA

Kec. Panakkukang

Kec. Panakkukang

ALT. 1

PERKANTORAN
PERDAGANGAN
PERMUKIMAN
PENDIDIKAN TINGGI
TERMINAL
HUTAN/TAMAN KOTA

Busway

Kec.Tamalate

ALT. 1

Kec. Tamalate
-

ALT. 2

REKREASI
PERDAGANGAN
PERMUKIMAN
PENDIDIKAN TINGGI
TRANSPORTASI DARAT
HUTAN/TAMAN KOTA

Lokasi
Terpilih

Angkutan Kota

ALT. 2

Kendaraan Pribadi

Kec. Tamalate

Fasilitas Penunjang

Tabel Pembobotan

Busway

Kec. Panakkukang

Kriteria

St. Moritz,
Lippo Mall

A. LOKASI SESUAI DENGAN RUTRK YAITU KAWASAN


PARIWISATA ATAU KAWASASAN BISNIS.
B. DEKAT DENGAN FASILITAS PENUNJANG YANG
BERSIFAT KOMERSIL, SEPERTI PUSAT PERBELANJAAN,
SARANA HIBURAN, ATAU OBJEK WISATA.
C. DAPAT DIAKSES DARI PUSAT KOTA, BAIK ANGKUTAN
UMUM MAUPUN ANGKUTAN PRIBADI.
D. ADANYA JARINGAN UTILITAS YANG MEMADAI
SEBAGAI PENDUKUNG DALAM LOKASI (LISTRIK,
AIR, TELEPON, DLL)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

Akses

Peta Alternatif Lokasi

UNTUK MENDAPATKAN LOKASI YANG TEPAT UNTUK


PERENCANAAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI
DI MAKASSAR YANG DISESUAIKAN DENGAN FUNGSI
DOMINAN BANGUNAN SEBAGAI BANGUNAN
INDUSTRI KREATIF YANG MEMBANTU
SEKTOR PARIWISATA.

1.
2.
3.
4.

OUTPUT

ALT. 1

Mall Panakkukang

Utilitas Kota

ALT. 2

UTILITAS KOTA DI KEDUA KECAMATAN


LENGKAP DAN MENDUKUNG PENGADAAN
BANGUNAN

Kec. Tamalate
Pantai Akkarena

KRITERIA

BOBOT

A
B
C
D

3
3
3
2

ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2
NILAI
2
2
3
3

Total Nilai
Center Point Of
Indonesia (CPI)

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

Kendaraan Pribadi

Trans Mall
Makassar

Mall GTC
Makassar

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

B X N NILAI B X N
6
3
9
6
3
9
9
2
6
6
3
6
27

30

Lokasi
Terpilih

Keterangan > Bobot


Nilai
1 Kurang penting 1 Tidak mendukung
2 Penting
2 Mendukung
3 Sangat penting 3 Sangat mendukung

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
PEMILIHAN TAPAK
INPUT

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISA

OUTPUT

Tujuan

Tapak
Kondisi Tapak

ALT. 1
VIEW DARI JL.
TANGGUL PATOMPO

Kriteria

Danau
Tanjung Bunga

VIEW DARI MALL


GTC

Utilitas Tapak
UTILITAS KOTA DISEKITAR TAPAK
LENGKAP DAN MENDUKUNG
PENGADAAN BANGUNAN.

Danau
Danau

PENCAPAIN DARI ARAH


KOTA,PANTAI LOSARI DAN
TRANS MALL MAKASSAR

ALT.
ALT.11

ALT.
ALT.11

ALT.
ALT.11

4,1
4,1Ha
Ha

4,1
4,1Ha
Ha

4,1
4,1Ha
Ha

PENCAPAIN DARI
JL. TANGGUL PATOMPO

12

VIEW KE ARAH
DANAU TANJUNG BUNGA
VIEW KE PANTAI
AKKARENA

17
82 m

Alt.1

Danau
Danau

LUASAN :+
- 4,1 Ha
GSB
: 20 METER
KONDISI : BERKONTUR
SEDANG

KONDISI TAPAK
LUASAN LAHAN
AKSEBILITAS
UTILITAS KOTA

Danau

PENCAPAIN DARI
ARAH PANTAI AKKARENA DAN MALL GTC

Danau

Danau

JARINGAN LISTRIK
JARINGAN PDAM
JARINGAN TELPON

Data Tapak
VIEW KE ARAH
PERUMAHAN DOUBLE
DECKER

ALT. 2

Trans
Mall

ALT. 2

VIEW KE ARAH
LAHAN KOSONG

VIEW KE ARAH
JLN.METRO TANJUNG BUNGA
DAN LAHAN KOSONG

ALT. 2
4,3 Ha

92

2
13

Trans
Mall

4,3 Ha

VIEW KE DALAM TAPAK


DARI ARAH JLN.METRO
TANJUNG BUNGA

Trans
Mall

4,3 Ha

PENCAPAIN DARI ARAH


DANAU TANJUNG BUNGA, DAN
MALL GTC MAKASSAR

Tabel Pembobotan

1. TERDAPAT FASILITAS-FASILITAS PENUNJANG


YANG BERSIFAT PUBLIK DAN AKAN SALING
MENUNJANG.
2. MERUPAKAN DAERAH PENGEMBANGAN
YANG AKAN DIJADIKAN PUSAT KOTA.
3. LUASAN TAPAK YANG LUAS SEHINGGA
MEMUDAHKAN PENGEMBANGAN NANTINYA.
4. VIEW DISEKITAR TAPAK SANGAT BAIK.

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

KRITERIA BOBOT

Minus (-)
1. KONDISI KAWASAN MASIH
DALAM PROSES PENGEMBANGAN.
2. AKSES TRANSPORTASI DARAT
YANG CUKUP JAUH.

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

A
B
C
D

ALT. 2

PENCAPAIN DARI ARAH


KOTA DAN PANTAI LOSARI

10

Plus (+)

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

0m

123 m

Alt.2

Trans
Mall

17

UTILITAS KOTA DISEKITAR TAPAK


LENGKAP DAN MENDUKUNG
PENGADAAN BANGUNAN.

LUASAN :+
- 4,3 Ha
GSB
: 20 METER
KONDISI : BERKONTUR
SEDANG

235

VIEW KE ARAH
TRANS STUDIO MALL

A. ORIENTASI TAPAK YANG MEMILIKI VIEW YANG BAIK,


UNTUK MENDUKUNG AKSES VISUAL KE DALAM
BANGUNAN DARI LUAR TAPAK DAN SEBALIKNYA.
B. LUASAN LAHAN YANG CUKUP UNTUK MENAMPUNG
SEGALA AKTIFITAS-AKTIFITAS YANG ADA DI DALAM
TAPAK ( +
- 4 Ha)
C. MUDAH DICAPAI DARI FASILITAS PENUNJANG SERTA
MUDAH DICAPAI MELALUI ANGKUTAN UMUM
MAUPUN ANGKUTAN PRIBADI.
D. TERJANGKAU OLEH JARINGAN UTILITAS KOTA
(LISTRIK, AIR, TELEPON, DLL)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

VIEW KE ARAH
LAHAN KOSONG
VIEW DARI JL.
METRO TANJUNG
BUNGA

LAUT

Data Tapak

Danau
Danau

1.
2.
3.
4.

Danau
VIEW KE ARAH

Aksebilitas Tapak

19

Dasar Pertimbangan

Luasan Tapak

23

UNTUK MENDAPATKAN TAPAK YANG TEPAT UNTUK


PERENCANAAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI
DI MAKASSAR.

3
3
3
2

TOTAL NILAI

Danau
Laut

ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2
NILAI
3
3
3
3

BXN
9
9
9
6

NILAI B X N
2
6
3
9
3
9
3
6

33

30

KETERANGAN
BOBOT
1 KURANG PENTING
2 PENTING
3 SANGAT PENTING
NILAI
1 TIDAK
MENDUKUNG
2 MENDUKUNG
3 SANGAT
MENDUKUNG

ALT.
ALT.11
4,1
4,1Ha
Ha

Danau

Tapak Terpilih ALT.1

Tapak Terpilih

GAMBAR

JARINGAN LISTRIK
JARINGAN PDAM
JARINGAN TELPON

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
ANALISIS TAPAK

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISIS TAPAK
Tujuan
UNTUK MENDAPATKAN DESAIN TAPAK YANG IDEAL DENGAN
MENGOLAHNYA SECARA OPTIMAL UNTUK MENDUKUNG
FUNGSI BANGUNAN DARI PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI
MAKASSAR DENGAN MEMPERHATIKAN KONDISI TAPAK YANG
ADA.

Orientasi Matahari
MEMANFAATAN VEGETASI
UNTUK MEREDUKSI PANAS
PAGI MATAHARI DAN PENGGUNAAN
SHADING PADA BANGUNAN
YANG TERKENA CAHAYA
MATAHARI LANGSUNG.
U

SORE

Dasar Pertimbangan
1.
2.
3.
4.
5.

ORIENTASI MATAHARI
VIEW
NOISE
PENCAPAIAN DAN SIRKULASI
ZONING

ORIENTASI BANGUNAN
ARAH UTARA-SELATAN GUNA UNTUK MENDAPATKAN
PENCAHAYAAN YANG BAIK TERHADAP BANGUNAN
SERTA PERTIMBANGAN TERHADAP VIEW
DAN ARAH SIRKULASI.

Potensi
1

TAPAK

2
4

View

Pencapaian dan Sirkulasi


POTENSI LINGKUNGAN SEKITAR
TAPAK
1. SEBELAH UTARA
TRANS MALL/TRANS STUDIO
(KOMERSIAL DAN REKREASI)
2. SEBELAH TIMUR
DANAU TANJUNG BUNGA
3. SEBELAH SELATAN
MALL GTC (KOMERSIAL)
4. SEBELAH BARAT
PANTAI AKKARENA
(WISATA PANTAI)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

PENCAPAIN DARI ARAH


TANGGUL PATAMPO

AKSES KELUAR TAPAK


PENCAPAIN DARI ARAH
PANTAI AKKERNA

AKSES MASUK DI SATUKAN


DENGAN SERVICE ENTRANCE

SIRKULASI BARANG DITEMPATKAN DISAMPING


BANGUNAN, AGAR TIDAK MENGGANGGU SIRKULASI
PENGUNJUNG.

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

KEBISINGAN RENDAH
DARI ARAH LAHAN KOSONG

KEBISINGAN RENDAH
DARI ARAH LAUT

INTESITAS KEBISINGAN
YANG TINGGI TERJADI
DI PERTIGAAN JALAN
METRO TANJUNG
BUNGA DAN JALAN
TANGGUL PATOMPO.

ALT. 1
4,1 Ha

KEBISINGAN RENDAH
DARI ARAH LAHAN KOSONG

ARAH VIEW
MASUK
MEMBUKA ARAH PANDANGAN VIEW YANG TERBAIK
(KE ARAH LAUT DAN DANAU) SERTA MENUTUP ARAH
PANDANGAN PADA VIEW YANG KURANG BAIK (KE ARAH
LAHAN KOSOSNG).

ZONING VERTIKAL

SIRKULASI PENGELOLA
SIRKULASI PENGUNJUNG
SIRKULASI BARANG/
KARYAWAN

Danau
Danau

Danau

PENEMPATAN BARRIER, SEPERTI VEGETASI,


UNTUK MEREDUKSI DAN MEREDAM KEBISINGAN
DAN POLUSI KENDARAAN

OUTPUT

Zoning

PENCAPAIN DARI ARAH


KOTA/PANTAI LOSARI

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

MEMAKSIMALKAN
VIEW KE ARAH LAUT
DAN DANAU

ARAH VIEW
KELUAR

Noise

P A R K I R
PENGELOLA

ZONING HORISONTAL
PLAZA

LT.3

PENANAMAN VEGETASI
DISEKELILING TAPAK

A R E A
PA R K I R
SERVICE

LT.2
LT.1
ZONA PUBLIK
ZONA SEMI PUBLIK
ZONA PRIVAT

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

AKSES KE
LUAR TAPAK

ZONA PUBLIK
ZONA SEMI PUBLIK
ZONA PRIVAT
ZONA SERVICE

GAMBAR

AKSES KE
DALAM TAPAK

P A R K I R
PENGUNJUNG

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
BENTUK DAN PENAMPILAN
INPUT

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISA

Tujuan

OUTPUT
PUSAT LINGKARAN SEBAGAI VOKAL POINT
TEMPAT PERTEMUAN FASILITAS-FASILITAS YANG ADA
DAN MERUPAKAN TRANSFORMASI DARI BENTUK LENSA.

Combined

UNTUK MENDAPATKAN BENTUK DENAH DAN


BENTUK TAMPILAN BANGUNAN YANG SESUAI DENGAN
KONDISI TAPAK
DAN FUNGSI BANGUNAN SERTA
MAMPU MENARIK PERHATIAN MASYARAKAT, DAN
MEMBERI KESAN ATAU CITRA SENDIRI,
SERTA MAMPU MEWAKILI SUASANA DAN AKTIVITAS
YANG DI DALAMNYA

Metafora
Fasad Bangunan

INTANGIBLE

Layout Bangunan

MEMBEKUKAN CAHAYA ATAU FREEZING LIGHT


MERUPAKAN IMPLEMENTASI DARI FOTOGRAFI

Dasar Pertimbangan
1. FUNGSI BANGUNAN
2. KONDISI TAPAK
3. PENDEKATAN DESAIN

TANGIBLE

DENGAN MENGGUNAKAN METAFORA, PROSES


MEMBEKUKAN CAHAYA AKAN MENJADI ALUR
DALAM MENCAPAI IDE BENTUK BANGUNAN

ELEMEN KACA DISUSUN MOSAIK, TRANSFORMASI


DARI WARNA-WARNA CAHAYA YANG BERBEDA DAN
AKAN TERKESAN DINAMIS.

PENGGUNAAN ELEMEN KOTAK


YANG BERTUMPUK MERUPAKAN
TRANSFORMASI FOTO YANG
BERTUMPUK.

Combined

Metafora
PENGGUNAAN ELEMEN MIRING MERUPAKAN
TRANSFORMASI DARI SIFAT CAHAYA YANG DINAMIS
DENGAN MELAKUKAN PENGOLAHAN
ELEMEN-ELEMEN FOTOGRAFI AKAN SANGAT
MEMBANTU DALAM MENCARI IDE BENTUK
ATAU FASAD BANGUNAN

(TRANSFORMASI BENTUK)

DENGAN MEMADUKAN IMPLEMENTASI DAN ELEMEN-ELEMEN


TERSEBUT TENTU AKAN MENCAPAI BENTUK
YANG LEBIH MENARIK

FREEZING LIGHT

Cahaya

Ide Bentuk

Kamera

Foto

Lensa
JOINING
(CAHAYA=TERARAH (FOKUS)) (LENSA=LINGKARAN) (FOTO=PERSEGI)

(IDE BENTUK DIAMBIL DARI PROSES MEMBEKUKAN CAHAYA)


(TRANSFORMASI BENTUK 3 DIMENSI)
SUBTRAKTIF-JOINING

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

ROTATION

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
BENTUK

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

BENTUK DAN TAPAK


PLAZA

PENANAMAN VEGETASI
DISEKELILING TAPAK

P A R K I R
PENGELOLA

A R E A
PA R K I R
SERVICE

PENCAPAIAN DARI
ARAH PANTAI LOSARI

AKSES KE
LUAR TAPAK

PENCAPAIAN DARI
ARAH JL. TANGGUL
PATOMPO

AKSES KE
DALAM TAPAK

PENCAPAIAN DARI
ARAH AKKARENA

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE IV
2013/2014

P A R K I R
PENGUNJUNG
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI
DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
ANALISIS FUNGSI

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISIS MAKRO
FUNGSI BANGUNAN
PAMERAN FOTOGRAFI

PELATIHAN FOTOGRAFI
INFORMASI DAN
PENGEMBANGAN
KOMERSIAL DAN
PELAYANAN JASA

PELAKU KEGIATAN
1. FOTOGRAFER
- FOTOGRAFER
- FOTOGRAFER (STAFF)
- PESERTA PELATIHAN
2. PENGUNJUNG
- PENGUNJUNG UMUM
- PENGUNJUNG KHUSUS
3. PENGELOLA

JENIS KEGIATAN
KEGIATAN PAMERAN

KEGIATAN PELATIHAN
KEGIATAN INFORMASI DAN
PENGEMBANGAN
KEGIATAN KOMERSIAL DAN
PELAYANAN JASA
KEGIATAN PENGELOLA

PENGELOLAAN
PROGRAM RUANG

OUTPUT
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
PROGRAM RUANG

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

INPUT
POLA HUBUNGAN
RUANG MAKRO

ANALISA

KEGIATAN
PAMERAN

RUANG
KURATORIAL
RUANG RIAS

KEGIATAN INFORMASI
DAN PENGEMBANGAN

KEGIATAN
PELATIHAN

RUANG
KOMPUTER

RUANG
KONSERVASI
FOTO

RUANG GANTI

RUANG STUDIO
PRAKTEK

RUANG
PENYIMPANAN
KOLEKSI

RUANG
PRODUKSI
FOTO

RUANG PELAYANAN
ARSIP FOTO

RUANG KELAS
KEGIATAN
PENGELOLAAN

KEGIATAN KOMERSIAL
DAN PELAYANAN JASA

OUTPUT

COUNTER

RUANG
PENYIMPANAN
PENDUKUNG
OPERASIONAL

STUDENT
GALLERY

LOKER

RUANG ME

RUANG PAMERAN
PERMANEN

ATM CENTRE
RUANG
SOUVENIR

RUANG
INFORMASI

RUANG
WAKIL KETUA
RUANG
KETUA

WC/KM

GUDANG

RUANG
KEAMANAN

LOADING DOCK

RUANG
PENYIMPANAN
ALAT FOTOGRAFI

POLA HUBUNGAN
RUANG MIKRO

PANTRY

RUANG PAMERAN
TEMPORER

RUANG
PENYIMPANAN
MATERIAL

RUANG
TUNGGU

RUANG
PENGAJAR

RUANG
PENYIMPANAN
KOLEKSI
KHUSUS

HUBUNGAN RUANG
KEGIATAN PAMERAN

MUSHOLLAH
SEKRETARIS

HUBUNGAN RUANG
KEGIATAN PELATIHAN
COFFEESHOP

WC/KM
RUANG
KOMPUTER
RUANG PRODUKSI
FOTO

RUANG DISPLAY
BINGKAI

PERPUSTAKAAN

STUDIO FOTO

MUSEUM
FOTOGRAFI

RUANG PELAYANAN
JASA FOTOGRAFI

RUANG DIVISI
PAMERAN

RUANG SERVIS
KAMERA
RETAIL

WC/KM

RUANG DIVISI
HUMAS

RUANG PENYEWAAN
ALAT FOTOGRAFI

RUANG AUDIO
SEMINAR

SEKRETARIAT
KLUB

TOKO BUKU

WC/KM

HUBUNGAN RUANG
KEGIATAN KOMERSIAL
DAN PELAYANAN JASA

RUANG DIVISI
OPERASIANAL
BANGUNAN

GUDANG

GUDANG

KETERANGAN
HUB. LANGSUNG

FOODCOURT

RUANG
VOLUNTER

RUANG
RAPAT

RUANG AUDIO
VISUAL

HUBUNGAN RUANG
INFORMASI DAN
PENGEMBANGAN

RUANG DIVISI
INFORMASI
DAN
PENGEMBANGAN

RUANG DIVISI
RUANG DIVISI
PENJUALAN
ADMINISTRASI
DAN PELAYANAN
JASA
RUANG DIVISI
TEKNIS

RUANG DIVISI
PELATIHAN

HUBUNGAN RUANG
PENGELOLAAN

HUB. TIDAK LANGSUNG

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
PROGRAM RUANG

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

INPUT

ANALISA
PANTRY

RUANG PENJUALAN
DAN PEMAKETAN
BARANG

RUANG
PENYIMPANAN
KOLEKSI

LOADING DOCK
ATM CENTRE
RUANG
WAKIL KETUA
RUANG
KETUA

RUANG PELAYANAN
ARSIP FOTO

ANALISIS SIRKULASI

RUANG
KONSERVASI
FOTO

RUANG
KEAMANAN

LOKER

RUANG ME

RUANG
KURATORIAL

RUANG
PENYIMPANAN
KOLEKSI
KHUSUS

SIRKULASI PENGUNJUNG

RUANG PAMERAN
TEMPORER

RUANG
PENYIMPANAN
PENDUKUNG
OPERASIONAL

STUDENT
GALLERY

FAS. PAMERAN
FAS. PELATIHAN

DATANG

RUANG PAMERAN
PERMANEN

PARKIR

RUANG
PENYIMPANAN
MATERIAL

MUSHOLLAH

FAS. INFORMASI DAN


PENGEMBANGAN

MENCARI KEBUTUHAN

RUANG
SOUVENIR

RUANG
INFORMASI

PULANG

FAS. KOMERSIAL DAN


PELAYANAN JASA

MAIN ENTRANCE

SEKRETARIS

FAS. PENUNJANG

COFFEESHOP

WC/KM

OUTPUT

RUANG RIAS

RUANG GANTI

SIRKULASI KARYAWAN
RUANG
KOMPUTER
FOODCOURT

RUANG
VOLUNTER

RUANG
RAPAT

RUANG STUDIO
PRAKTEK

RUANG
PRODUKSI
FOTO

FAS. PAMERAN
DATANG

FAS. PELATIHAN

SIDE ENTRANCE

FAS. INFORMASI DAN


PENGEMBANGAN

RUANG KELAS
RUANG DIVISI
PAMERAN
RUANG DIVISI
HUMAS
RUANG DIVISI
OPERASIANAL
BANGUNAN

PARKIR
RUANG DIVISI
INFORMASI
DAN
PENGEMBANGAN

RUANG DIVISI
RUANG DIVISI
PENJUALAN
ADMINISTRASI
DAN PELAYANAN
JASA
RUANG DIVISI
TEKNIS

COUNTER
RUANG
PENGAJAR
RUANG DIVISI
PELATIHAN

BERAKTIVITAS

FAS. KOMERSIAL DAN


PELAYANAN JASA

MAIN ENTRANCE

RUANG
TUNGGU

ISOMA
PULANG

FAS. PENUNJANG

RUANG
PENYIMPANAN
ALAT FOTOGRAFI
WC/KM

GUDANG

SIRKULASI PENGELOLA

RUANG
KOMPUTER

RUANG PRODUKSI
FOTO

RUANG AUDIO
VISUAL

RUANG DISPLAY
BINGKAI

PARKIR

DATANG

SIDE ENTRANCE

MAIN ENTRANCE

PENGELOLAAN

PULANG

PERPUSTAKAAN
MUSEUM
FOTOGRAFI

ISOMA

STUDIO FOTO
RUANG PELAYANAN
JASA FOTOGRAFI
RUANG SERVIS
KAMERA
RETAIL

WC/KM

RUANG PENYEWAAN
ALAT FOTOGRAFI

RUANG AUDIO
SEMINAR

SIRKULASI TENAGA SERVICE

SEKRETARIAT
KLUB

GUDANG

DATANG
WC/KM

PARKIR

GUDANG

SIDE ENTRANCE

KETERANGAN
HUB. LANGSUNG

RUANG SERVICE

PULANG

ISOMA
TOKO BUKU

HUB. TIDAK LANGSUNG

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
TATA RUANG

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISIS MAKRO
RETAIL

RUANG KELAS DAN


STUDIO PRAKTEK

TOKO BUKU
STUDIO FOTO

FOODCOURT DAN COFFESHOP

MUSEUM
RUANG SEMINAR

KLUB
FOTOGRAFI

PENGELOLA

LANTAI 2

LOADING DOCK
AKSES KE PLAZA
SIDE ENTRANCE

MAIN HALL
PERPUSTAKAAN
RUANG PAMERAN

LANTAI 3

SIDE ENTRANCE

DOSEN PEMBIMBING
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

GAMBAR

NAMA/STAMBUK

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

MAIN ENTRANCE

SYAMSU ALAM
D511 07 043

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA

LANTAI 1

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
PERLENGKAPAN BANGUNAN
INPUT

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISA ANALISA

Tujuan
UNTUK MENDAPATKAN SISTEM PERLENGKAPAN BANGUNAN
YANG DAPAT MEMBANTU KELANCARAN AKTIFITAS
ATAU KEGIATAN DALAM BANGUNAN SERTA MENDUKUNG
FUNGSI BANGUNAN.

Dasar Pertimbangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

SISTEM PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

JARINGAN LISTRIK

SISTEM PEMBUANGAN
SAMPAH

TRAVO
PLN

ATS

PANEL CABANG
PANEL UTAMA

TANGGA
DARURAT

ALAT PEMADAM
PORTABLE

ASAP
API
PANAS

DISTRIBUSI

GENSET

JARINGAN LISTRIK
JARINGAN AIR BERSIH
JARINGAN AIR KOTOR
SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH
SISTEM PENANGGULANGAN KEBAKARAN
SISTEM KEAMANAN BANGUNAN
SISTEM PENANGKAL PETIR
SISTEM KOMUNIKASI

OUTPUT

ALARM

MOBIL PEMADAM
KEBAKARAN

DETEKTOR
SISTEM PEMADAMAN
SERBUK KERING

CONTROL PANEL

SAMPAH TIAP
LANTAI

SPRINKLER

(AUTOMATIC SYSTEM)

FIRE
HYDRANT

ORGANIK

ANORGANIK

BAK
PENAMPUNGAN

BAK
PENAMPUNGAN
DAPAT DI DAUR
ULANG

BIOPORI
PILAR HYDRANT

JARINGAN AIR BERSIH

RESERVOIR
BAWAH

DEEP WELL

KOMPOS

DIDISTRIBUSIKAN
KE PENGGUNAAN
AIR BERSIH PADA
BANGUNAN

RESERVOIR
ATAS

METERAN

POMPA

RESERVOIR ATAS

POMPA

PDAM

RESERVOIR BAWAH

DEEP WELL

TANAMAN

SISTEM KEAMANAN
BANGUNAN

JARINGAN AIR KOTOR


RIOL KOTA

INTERNAL

SISTEM PENANGKAL
PETIR

RESAPAN BIOPORI
AIR KOTOR CUCIAN/BERLEMAK

FILTER

INTERCOM, KOMUNIKASI YANG BERSIFAT


2 ARAH DAN PRIVAT.
SOUND SYSTEM, KOMUNIKASI 1 ARAH YANG
DIGUNAKAN UNTUK PENGUMUMAN, MUSIK,
PANGGILAN, DLL.

EKSTERNAL

STORAGE TANK

GREASE TRAP

PEMBUANGAN
AKHIR

SISTEM KOMUNIKASI

PETUGAS KEAMANAN BEROPERASI


24 JAM AKTIF DENGAN SISTEM
SHIF.
CCTV, MEMONITORING SELURUH
KEADAAN DALAM DAN LUAR
BANGUNAN.

TRUK SAMPAH

PEMBATAS DISEKILILING TAPAK.


ALARM KEAMANAN

RIOL KOTA

TELEPON

SISTEM PENANGKAL PETIR YANG DIGUNAKAN IALAH


PENGGABUNGAN SISTEM SANGKAR FARADAY DAN
SISTEM TONGKAT FRANGKLIN.

FAKSMILE

INTERNET

TANGKI BIORITY

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
STRUKTUR DAN MATERIAL BANGUNAN
INPUT

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

ANALISA

Tujuan

Struktur

Material

UNTUK MENDAPATKAN SISTEM STRUKTUR YANG DAPAT


MENDUKUNG BANGUNAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI
MAKASSAR DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEKUATAN,
EKONOMIS DAN KEMUDAHAN DALAM PELAKSANAAN.

SUB STRUKTUR

DINDING BATU BATA


TAHAN LAMA DAN MUDAH
DALAM PELAKSANAAN.
PONDASI YANG DIGUNAKAN ADALAH
PONDASI SUMURAN DAN PONDASI
POER PLAT, PONDASI INI DAPAT DIGUNAKAN
PADA BANGUNAN 2-4 LANTAI DENGAN
KEDALAMAN TANAH KERAS 4-7 M

Dasar Pertimbangan
1.
2.
3.
4.
5.

KONDISI DAN DAYA DUKUNG TANAH


BEBAN YANG DI PIKUL
RASIO TINGGI DAN LEBAR BANGUNAN
PELAKSANAAN DAN PEMELIHARAAN
EKONOMIS

PONDASI GARIS EFEKTIF UNTUK


BANGUNAN LANTAI RENDAH, SERTA
MUDAH DALAM PELAKSANAAN
DAN EKONOMIS.

DINDING KACA
BAIK UNTUK VISUAL DAN
PENCAHAYAAN ALAMI SERTA
MEMBUAT RUANG TERASA
LEBIH LUAS.

ALUMINIUM KOMPOSIT
SUPER STRUKTUR
SISTEM STRUKTUR YANG DIGUNAKAN
ADALAH STRUKTUR RANGKA BALOK
DAN KOLOM.

UPPER STRUKTUR
MUDAH DALAM MEMODIFIKASI
BENTUK DAN WARNA LEBIH
BERVARIATIF.
SISTEM STRUKTUR ATAP YANG DIGUNAKAN
A D A L A H
S T R U K T U R
R A N G K A
BAJA LAPIS ZINC ALUMINIUM DAN RANGKA PIPA BAJA,
SERTA PLAT BETON DENGAN LAPISAN WATER PROOFING

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

KONSEP
RUANG DALAM DAN RUANG LUAR

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

RUANG DALAM
UNTUK MENDAPATKAN PENATAAN RUANG DALAM YANG
MAMPU MENCIPTAKAN SUASANA YANG BAIK DAN
MENDUKUNG KEGIATAN YANG ADA DALAMNYA.

LANTAI

KERAMIK

MARMER

DIGUNAKAN PADA
HAMPIR SELURUH RUANGAN
DAN RUANG SERVIS.

DIGUNAKAN PADA
RUANG PUBLIK.

Dasar Pertimbangan
FUNGSI DAN KARAKTERISTIK RUANG
ELEMEN PENUNJANG RUANG
MATERIAL YANG DIGUNAKAN
PENATAAN DISPLAY

UNTUK MENDAPATKAN PENATAAN RUANG LUAR YANG


SESUAI DENGAN TAPAK DAN MENAMBAH ESTETIKA BANGUNAN
SERTA MENDUKUNG AKTIVITAS YANG ADA DI DALAM TAPAK.

DIGUNAKAN PADA RUANG PAMERAN,


MUSEUM, DAN PERPUSTAKAAN.

1. SOFT MATERIAL
2. HARD HARD MATERIAL
3. DECORATIVE MATERIAL

DINDING
PARTISI

KACA

DIGUNAKAN PADA RUANG


TERTENTU DAN SEBAGAI SEKAT
ANTAR PENGELOLA

DIGUNAKAN PADA RETAIL,


PERPUSTAKAAN, MUSEUM
DAN RUANG PAMERAN.

DIGUNAKAN PADA HAMPIR SELURUH


RUANGAN SEPERTI RUANG STUDIO, SEMINAR,
DAN RUANG KELAS.

IN SHOW
BENDA PAMERAN TERMASUK
BENDA BESAR

Sebagai penutup
untuk menahan
erosi.

LIDAH MERTUA
DIGUNAKAN SEBAGAI PENYERAP
POLUSI UDARA DAN DIGUNAKAN
SEBAGAI PEMBATAS FISIK SERTA
UNSUR ESTETIKA PADA LANSEKAP.

Tanaman Sebagai Pengarah

Tanaman sebagai penyaring


debu dan kebisingan dari luar
tapak

PLAFOND

PALEM RAJA
DIGUNAKAN SEBAGAI PEMBATAS,
DAN PENGARAH SIRKULASI
DILETAKKAN PADA JALUR SIRKULASI

Tanaman Sebagai Penutup

Tanaman Sebagai Barier


Tanaman mengurangi
Udara Kotor
kecepatan angin
Udara Segar

BATU BATA

Tanaman Sebagai Pembatas

GIYPSUM

MULTIPLEKS

GLODOKAN TIANG
DIGUNAKAN SEBAGAI PEMBATAS
PANDANGAN UNTUK MENYIASATI
VIEW.

Jalan

Sebagai Pembatas
ruang privasi

IN SHOWCASE
Sebagai Pembatas
lahan/tapak

BENDA PAMERAN BERUPA BENDA KECIL


DAN MERUPAKAN BENDA PENTING
SEHINGGA DIPERLUKAN WADAH DIAPLIKASIKAN
PADA MUSEUM.

Output

FREE STANDING ON THE FLOOR

Tanaman memberi
pengarah sirkulasi

Jalan

Pedestrian

Parkir

Plaza
Sebagai tempat untuk
kegiatan outdoor dalam
tapak.

BENDA PAMERAN TERMASUK


BENDA BESAR SEHINGGA
DIPERLUKAN PANGGUNG.

Lampu Taman

ON WALLS

Perkerasan Jalan Utama


dengan Aspal

Perkerasan dengan
Paving Blok

Bangku taman sebagai


tempat bersantai dan
bersosialisasi

Perkerasan dengan
rabat beton

SCULPTURE
Perkerasan dengan
Aspal

Diterapkan
di site plan

SECARA UMUM, ELEMEN - ELEMEN STREET FURNITURE


BERFUNGSI SEBAGAI VOCAL POINT, ELEMEN ESTETIKA,
DAN MEMPERKUAT KESAN LANSEKAP

BENDA PAMERAN DI TEMPELKAN KE DINDING


ATAU PARTISI YANG BERSIFAT NON PERMANEN.

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE I
2014/2015

t
u
p
t
u
o

Hard and Decorative Material


Lampu Jalan

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

RUMPUT GAJAH
DIGUNAKAN SEBAGAI PENUTUP
TANAH DAN DILETAKKAN PADA
DAERAH YANG SERING DI LALUI.
KIARA PAYUNG
DIGUNAKAN SEBAGAI PENEDUH,
PEREDAM, PENYERAP POLUSI DAN
DILETAKKAN PADA AREA PARKIR.

Dasar Pertimbangan

PARKET

Penataan Display

Soft Material

Tujuan

Material

Tujuan

1.
2.
3.
4.

RUANG LUAR

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

PERSPEKTIF INTERIOR

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE IV
2013/2014

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

TAMPAK DEPAN KOMPLEKS

TAMPAK BELAKANG KOMPLEKS

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE IV
2013/2014

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

TAMPAK SAMPING KANAN KOMPLEKS

TAMPAK SAMPING KIRI KOMPLEKS

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE IV
2013/2014

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

Dengan pendekatan aristektur metafora

PERSPEKTIF MATA BURUNG

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDIN

DOSEN PEMBIMBING

NAMA/STAMBUK

Ir.MUH.TAUFIK ISHAK, MT
MOH.MOCHSEN SIR, ST.,MT

SYAMSU ALAM
D511 07 043

STUDIO AKHIR
PERIODE IV
2013/2014

PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI


DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA

GAMBAR

SKALA

NO. LEMBAR

JML. LEMBAR

KETERANGAN

Anda mungkin juga menyukai