BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa merupakan salah satu elemen penting dalam suatu distribusi kebijakan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Desa adalah salah satu corong terakhir dari berbagai keputusankeputusan yang ada dari pemerintah yang mengatur tentang berbagai hal di dalam masyarakatnya.
Desa menjadi salah satu elemen yang sentral damlam berbagai pelaksanaan keputusan. Tuntas atau
tidaknya suatu keputusan yang langsung menyentuh rakyat, akan berakhir pada bagaimana desa
mengelola kebijakan tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa desa adalah salah satu penentu
keberhasilan kebijakan tersebut atau tidak.
Hal inilah yang akan menimbulkan kepentingan-kepenting baru di dalam suatu desa.
Sebagai corong dalam segala pelaksanaan kebijakan, desa tentu memiliki andil yang sangat besar.
Maka dari itu, akan ada berbagai kelompok-kelompok yang berkepentingan yang tentunya akan
hadir untuk mempengaruhi berbagai tindakan pelaksanaan yang terjadi di desa itu. Di setiap desa
memiliki berbagai macam kepentingan. Mulai dari kepentingan ideologi, sanak saudara, hingga
politik uang. Hal ini tak terelakkan dan sudah biasa terjadi di ranah desa. Sebagai bagian dari desa,
kepentingan-kepentingan tersebut akan terus ikut campur dalam berbagai hal yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah. Karena syarat terpenting dalam mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan yang akan dilakukan adalah bagaimana kepentingan itu bisa menjadi opini besar bagi
massa dan menjadi keuntungan tersendiri untuk elit.
Dalam kasus ini, ditariklah berbagai fenomena yang berlandaskan kepentingankepentingan yang masuk dengan hubungan elite massa. Hal ini ditengarai banyaknya fenomena
yang di dapat oleh kelompok kami mengenai bagaimana kejadian-kejadian yang berlangsung
sangat mempengaruhi kebijakan yang akhirnya menimbulkan tarikan kuat dalam jalinan hubungan
antara pihak elite dan massa yang ada di desa. Dalam hal ini pembedaan kelompok-kelompok
antara elite dan massa akan terbagi dalam 3 hal, pertama:
1. Pelaksanaan kebijakan dari pemerintah pusat terhadap desa yang menjadi corong dari
kebijakan pusat dan menimbulkan berbagai kepentingan di desa.
2. Pemahaman mengenai pemahaman elit untuk mendapat legitimasi massa (dalam hal ini
adalah pemerintah desa)
3. Pemilihan Kepala Desa dan Penunjukan pegawai-pegawai desa
Dari ketiga kejadian diataslah bagaimana hubungan antara elite dan massa tersebut bisa saling
mempengaruhi satu sama lain. Hingga beberapa hal yang bisa dijadikan salah satu fenomena
sentral yang akan dibawa dalam studi kasus yang lebih terperinci, dan kami melihatnya dalam
ranah yang lebih luas lagi. Namun, jika di kaitkan dengan hubungan elite massa, maka kita juga
lihat apa-apa saja yang menjadi kepentingan massa dan kepentingan elite yang terjadi dalam
beberapa kasus diatas yang nantinya berpengaruh pada kebijakan yang dibuat
Pertama adalah masalah latar belakang dan ideologi. Hal ini sudah umum terjadi di
berbagai kalangan masyarakat. Umumnya hubungan latar belakang dan ideologi kelompok
kepentingan massa dan elite ini akan memiliki pengaruh dalam jangka waktu yang panjang.
Loyalitas terhadap elite akan sangat tinggi, begitupun sebaliknya pada pihak yang kontra terhadap
elit. Dalam contoh kasus, kami mendapati salah satu pihak elite yang berasala dari kalangan yang
agamis dan selalu mengadakan pengajian pada setiap minggunya. Begitu banyaknya massa yang
ikut dalam pengajian dan berbagai acara agama yang berlangsung setiap tahunnya. Dan benar saja,
para massa pengajian tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap apa yang menjadi keputusan
dan kebijakan0kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak elite. Umumnya pihak elite akan langsung
menyerapo kepentingan massa loyalnya dengan latar belakang ideologi dan menuangkannya
dalam suatu bentuk kebijakan baru yang menguntungkan bagi berbagai pihak.
Kedua ialah latar belakang Sanak saudara. Umumnya keterpilihan elite dan massa tak jauh
dari tim sukses terbaiknya: keluarga dan sanak saudara sendiri. Karena dalam suatu desa yang
memiliki paguyuban yang tinggi, umumnya juga akan terdapat berbagai sanak saudara yang masih
memiliki ikatan darah satu sama lain antar penghuni desa. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
hubungan yang paling diandalkan oleh pihak elite. Bahwa massanya loyalnya adalah sanak
saudaranya sendiri. Hubungan semacam ini tentu sulit untuk diputuskan apalagi menimbulkan
kritik dan perlawanan. Dalam kasus yang kami dapatkan, terjadi pembagian kekuasaan oleh pihak
kepala desa terpilih pada jabatan-jabatan strategis di desa. Mulai dari sekretraris desa, bendahara
desa, ketua Badan Musyawarah Desa, ketua karang taruna dan sebagainya. Yang ternyata setelah
ditarik bagaimana hubungan antar elitenya, ialah hubungan sanak saudara yang berada di desa
tersebut dan tentunya loyal pada kepala desa. Hubungan elite massa semacam inilah yang hingga
kini menjadi polemik tersendiri. Lebih-lebih juga keputusan yang diambil hanya menguntungkan
sanak saudaranya saja.
Ketiga adalah latar belakang uang atau money politics. Biasanya pihak elite akan
mempengaruhi massa dengan menjanjikan sejumlah uang agar pihak massa dapat menerima segala
konsekuen yang dilaksanakan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak elite desa. Dan
sebaliknya, pihak massa juga dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah desa
dengan menggunakan uang. Latar belakang semacam ini memnag tidak menimbulkan loyalitas
yang lama dan kuat. Namun, latar belakang hubungan elite massa semacam inilah yang efektif
untuk menyelesaikan suatu masalah. Money politics sangat sarat terjadi pada pemilihan kepala
desa. Dalam beberapa contoh kasus yang kami dapat, dimana pada pemilihan kepala desa dimana
siapa kepala desa yang memberikan uang paling banyak maka dialah pemenangnya. Nyatanya hal
ini memang banyak terjadi. Bisa jadi kepentingan ideologi dan sanak saudara langsung
terhapuskan karena pengaruh money politics. Namun umumnya hal ini akan terjadi sebentar saja
dan kemudian akan kembali seperti semual ketika diketahui salah satu pihak (elite ataupun massa)
tak konsekuan dan dianggap gagal dalam menjalani apa yang diharapkan masing-masing pihak.
Dalam pencarian fenomena-fenomena yang kami lakukan sebelumnya, terdapat satu garis
besar bagaimana hubungan elite-massa harus kita teliti. Terdapat garis yang sama dalam fenomena
yang kami cari. Yakni kepentingan yang mempengaruhi.Dalam desa yang akan kami teliti nanti,
niscaya akan menimbulkan gejala baru yang belum kami ketahui sebelumnya.
Pola Hubungan:
Jenis-jenis dan
dasar kepentingan
Identifikasi Pola
Hubungan terkait
dengan elit untuk
mendapatkan
legitimasi massa
Implikasi atas
kebijakan
terhadap pola
hubungan elitemassa
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL TEORITIK
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering
juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting
adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulankesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi
hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi
Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya
landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilimiah untuk
mendapatkan data.
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari.
Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap, diharapkan para tenaga pengajar dapat
menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam
bidang yang sedang diajarkan.
Dalam makalah ini disajikan bagian dari materi Metode penelitian tersebut, yakni tentang
landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis.
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam
Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono,
2010:52).
Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti
yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala
yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan
dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
a. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
b. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
c. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai
berikut.
a. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukumhukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg
dan dapat diramal sebelumnya.
b. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di
sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoritis (induktif).
c. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data
dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh
malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan
suatu teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala
(Sugiyono, 2010).
Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum
dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan
mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian
suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu
perkara.
2. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan
tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel
yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu
kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh
karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang
dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono,
2010:58).
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
a. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
b. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang
diteliti.
c. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian
permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
d. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
e. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan
analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
f. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek
yang akan diteliti.
b.
c.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti.
Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,
karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya
fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga
selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga
selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
penjelasan
sementara
terhadap
gejala-gejala
yang
menjadi
obyek
permasalahan.
Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan,
adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).
2.5 Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa
tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan
deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 2010:110).
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2010).
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
2.6 Kesimpulan
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar
dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction),
dan pengendalian (control) suatu gejala.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan
yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan
upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan
kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen
penelitian.
BAB III
JAWABAN TEORITIK HIPOTETIK
3.1 Struktur elite-massa
Elite Strategi
Para sejarah politik lain yang mendukung teori Elitisme ini memandang bahwa
pada masyarakat modern bukan hanya satu dimenis kekuasaan saja melainakan terpadat
beberapa dimensia kekuasaan dalam setiap bidang kegiatan masyarakat. Mereka yang
memiliki keahlian dan keterampilan tertentu yang dapat mengorganisasi massa di dalam
maupun luar pemerintahan akan disebut elite strategis (Suzzane Keller) .
Menurut Keith R. Legg, hubungan yang tidak terjalin diantara dua pihak tidak
mungkin merupakan tautan tuan-hamba, namun tidak setiap bentuk hubungan yang terdiri
dari dua pihak merupakan hubungan tuan-hamba. Hubungan tuan hamba timbul bila
syarat-syarat berikut ini terpenuhi diantaranya adalah; (1) hubungan di antara para pelaku
atau perangkat para pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama, (2) hubungan
yang bersifat khusus (particularistic), hubungan pribadi dan sedikit banyak mengandung
kemesraan (affectivity), dan (3) hubungan yang berdsarkan asas saling menguntungkan
dan saling memberi dan menerima. Lemarchand menyatakan bahwa Setiap tautan tuanhamba selalu melekat hubungan timbal balik antara perorangan (atau kelompok
perorangan) dimana pengaruh ditentukan oleh kemampuannya memberikan pelayanan,
barang atau sesuatu yang bernilai yang diinginkan oleh pihak lain sehingga pihak yang
lain itu pun terimbas untuk membalas kebaikan tersebut dalam bentuk perhatian,
pelayanan, barang atau sesuatu yang bernilai.
patron yang pada gilirannya membals pemberian tersebut dengan dukungan dan bantuan,
termasuk jasa pribadi kepada patron. James Scott mendeteksi bahwa arus patron klien
berkaitan dengan kehidupan petani yaitu penghidupan sussistensi dasar meliputi
pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk bercocok tanam, jaminan krisis susbsistensi,
patron menjamin dasar susbsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-kerugian
yang ditimbulkan oleh pemasalahan petani (paceklik dan alin sebagainya) yang akan
menganggu kehidupan kliennya.
Patron Client merupakan pola hubungan yang saling menguntungkan (diagonal).
Client (yang dikuasai) mendukung sepenuhnya kemauan penguasa apabila patron mampu
memenuhi kebutuhab client. Apabila patron tidak dapat memenuhi kebutuhan client maka
client akan sangat mudah berpindah mebcari patron client yang lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.
3.
Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang
timbul dari pola-pola yang dihadapi.
1
2
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 21 Mei 2016.
3
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2010), hlm. 300.
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hlm. 63
Beberapa hal yang terkait dengan proses pembelajaran akan penulis amati
langsung, yaitu dengan mengamati hasil kebijakan kepala desa dan perangkatnya
yang ada di Desa Karangrejo, Madiun, Jawa Timur.
2. Interview (wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan
muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si peneliti. Wawancara
ini berguna untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
Penulis akan menggunakan metode ini untuk mencari informasi terkait keterangan
dari Kepala Desa dan Seperangkatnya, Masyarakat setempat dan responden-responden
lain yang dibutuhkan dalam proses penelitian.5
3. Dokumentasi
Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.6 Dalam hal ini data data-data tersebut
merupakan data yang bersifat tulisan.
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi
desa tersebut, seperti letak geografis, latar belakang dan kebermanfaatan kebijakan.
menetapkan
keabsahan
(trustworthiness)
data
diperlukan
teknik
dengan data hasil interview dan hasil observasi di lapangan. Dari hasil observasi nantinya
akan diketahui apakah pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan skema/penjelasan
yang diatur dalam pedoman instrumen dan hasil interview sebelumnya.
8
9
Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.
10
10