Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH HUBUNGAN PATRON DAN CLIEN TERHADAP DISTRIBUSI DAN

ALOKASI KEBIJAKAN DI DESA KARANGREJO, MADIUN, JAWA TIMUR


Pendekatan Hubungan Elit dan Massa
Proposal Politik Desa

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

PENGARUH HUBUNGAN PATRON DAN CLIEN TERHADAP DISTRIBUSI DAN


ALOKASI KEBIJAKAN DI DESA KARANGREJO, MADIUN, JAWA TIMUR
Pendekatan Hubungan Elit dan Massa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa merupakan salah satu elemen penting dalam suatu distribusi kebijakan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Desa adalah salah satu corong terakhir dari berbagai keputusankeputusan yang ada dari pemerintah yang mengatur tentang berbagai hal di dalam masyarakatnya.
Desa menjadi salah satu elemen yang sentral damlam berbagai pelaksanaan keputusan. Tuntas atau
tidaknya suatu keputusan yang langsung menyentuh rakyat, akan berakhir pada bagaimana desa
mengelola kebijakan tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa desa adalah salah satu penentu
keberhasilan kebijakan tersebut atau tidak.
Hal inilah yang akan menimbulkan kepentingan-kepenting baru di dalam suatu desa.
Sebagai corong dalam segala pelaksanaan kebijakan, desa tentu memiliki andil yang sangat besar.
Maka dari itu, akan ada berbagai kelompok-kelompok yang berkepentingan yang tentunya akan
hadir untuk mempengaruhi berbagai tindakan pelaksanaan yang terjadi di desa itu. Di setiap desa
memiliki berbagai macam kepentingan. Mulai dari kepentingan ideologi, sanak saudara, hingga
politik uang. Hal ini tak terelakkan dan sudah biasa terjadi di ranah desa. Sebagai bagian dari desa,
kepentingan-kepentingan tersebut akan terus ikut campur dalam berbagai hal yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah. Karena syarat terpenting dalam mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan yang akan dilakukan adalah bagaimana kepentingan itu bisa menjadi opini besar bagi
massa dan menjadi keuntungan tersendiri untuk elit.
Dalam kasus ini, ditariklah berbagai fenomena yang berlandaskan kepentingankepentingan yang masuk dengan hubungan elite massa. Hal ini ditengarai banyaknya fenomena
yang di dapat oleh kelompok kami mengenai bagaimana kejadian-kejadian yang berlangsung
sangat mempengaruhi kebijakan yang akhirnya menimbulkan tarikan kuat dalam jalinan hubungan

antara pihak elite dan massa yang ada di desa. Dalam hal ini pembedaan kelompok-kelompok
antara elite dan massa akan terbagi dalam 3 hal, pertama:
1. Pelaksanaan kebijakan dari pemerintah pusat terhadap desa yang menjadi corong dari
kebijakan pusat dan menimbulkan berbagai kepentingan di desa.
2. Pemahaman mengenai pemahaman elit untuk mendapat legitimasi massa (dalam hal ini
adalah pemerintah desa)
3. Pemilihan Kepala Desa dan Penunjukan pegawai-pegawai desa
Dari ketiga kejadian diataslah bagaimana hubungan antara elite dan massa tersebut bisa saling
mempengaruhi satu sama lain. Hingga beberapa hal yang bisa dijadikan salah satu fenomena
sentral yang akan dibawa dalam studi kasus yang lebih terperinci, dan kami melihatnya dalam
ranah yang lebih luas lagi. Namun, jika di kaitkan dengan hubungan elite massa, maka kita juga
lihat apa-apa saja yang menjadi kepentingan massa dan kepentingan elite yang terjadi dalam
beberapa kasus diatas yang nantinya berpengaruh pada kebijakan yang dibuat
Pertama adalah masalah latar belakang dan ideologi. Hal ini sudah umum terjadi di
berbagai kalangan masyarakat. Umumnya hubungan latar belakang dan ideologi kelompok
kepentingan massa dan elite ini akan memiliki pengaruh dalam jangka waktu yang panjang.
Loyalitas terhadap elite akan sangat tinggi, begitupun sebaliknya pada pihak yang kontra terhadap
elit. Dalam contoh kasus, kami mendapati salah satu pihak elite yang berasala dari kalangan yang
agamis dan selalu mengadakan pengajian pada setiap minggunya. Begitu banyaknya massa yang
ikut dalam pengajian dan berbagai acara agama yang berlangsung setiap tahunnya. Dan benar saja,
para massa pengajian tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap apa yang menjadi keputusan
dan kebijakan0kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak elite. Umumnya pihak elite akan langsung
menyerapo kepentingan massa loyalnya dengan latar belakang ideologi dan menuangkannya
dalam suatu bentuk kebijakan baru yang menguntungkan bagi berbagai pihak.
Kedua ialah latar belakang Sanak saudara. Umumnya keterpilihan elite dan massa tak jauh
dari tim sukses terbaiknya: keluarga dan sanak saudara sendiri. Karena dalam suatu desa yang
memiliki paguyuban yang tinggi, umumnya juga akan terdapat berbagai sanak saudara yang masih
memiliki ikatan darah satu sama lain antar penghuni desa. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
hubungan yang paling diandalkan oleh pihak elite. Bahwa massanya loyalnya adalah sanak
saudaranya sendiri. Hubungan semacam ini tentu sulit untuk diputuskan apalagi menimbulkan

kritik dan perlawanan. Dalam kasus yang kami dapatkan, terjadi pembagian kekuasaan oleh pihak
kepala desa terpilih pada jabatan-jabatan strategis di desa. Mulai dari sekretraris desa, bendahara
desa, ketua Badan Musyawarah Desa, ketua karang taruna dan sebagainya. Yang ternyata setelah
ditarik bagaimana hubungan antar elitenya, ialah hubungan sanak saudara yang berada di desa
tersebut dan tentunya loyal pada kepala desa. Hubungan elite massa semacam inilah yang hingga
kini menjadi polemik tersendiri. Lebih-lebih juga keputusan yang diambil hanya menguntungkan
sanak saudaranya saja.
Ketiga adalah latar belakang uang atau money politics. Biasanya pihak elite akan
mempengaruhi massa dengan menjanjikan sejumlah uang agar pihak massa dapat menerima segala
konsekuen yang dilaksanakan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak elite desa. Dan
sebaliknya, pihak massa juga dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah desa
dengan menggunakan uang. Latar belakang semacam ini memnag tidak menimbulkan loyalitas
yang lama dan kuat. Namun, latar belakang hubungan elite massa semacam inilah yang efektif
untuk menyelesaikan suatu masalah. Money politics sangat sarat terjadi pada pemilihan kepala
desa. Dalam beberapa contoh kasus yang kami dapat, dimana pada pemilihan kepala desa dimana
siapa kepala desa yang memberikan uang paling banyak maka dialah pemenangnya. Nyatanya hal
ini memang banyak terjadi. Bisa jadi kepentingan ideologi dan sanak saudara langsung
terhapuskan karena pengaruh money politics. Namun umumnya hal ini akan terjadi sebentar saja
dan kemudian akan kembali seperti semual ketika diketahui salah satu pihak (elite ataupun massa)
tak konsekuan dan dianggap gagal dalam menjalani apa yang diharapkan masing-masing pihak.
Dalam pencarian fenomena-fenomena yang kami lakukan sebelumnya, terdapat satu garis
besar bagaimana hubungan elite-massa harus kita teliti. Terdapat garis yang sama dalam fenomena
yang kami cari. Yakni kepentingan yang mempengaruhi.Dalam desa yang akan kami teliti nanti,
niscaya akan menimbulkan gejala baru yang belum kami ketahui sebelumnya.

Pola Hubungan:
Jenis-jenis dan
dasar kepentingan

Identifikasi Pola
Hubungan terkait
dengan elit untuk
mendapatkan
legitimasi massa

Implikasi atas
kebijakan
terhadap pola
hubungan elitemassa

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pola hubungan elite massa di desa A Kabupaten Madiun?
2. Apakah pola tersebut terimplementasi dan digunakan sebagai proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan?
3. Bagaiamana implikasi pola hubungan elite massa di desa A Kabupaten Madiun?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pola hubungan elite-massa
2. Mengetahui pola pola elite-massa yang terepresentasikan di dalam pemerintahan desa
3. Mengetahui peran serta elite-massa dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
di tingkat desa.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Sebagai sebagai salah satu bahan penelitian hubungan elite-massa di desa
2. Sebagai media latihan untuk mengaplikasikan kembali teori-teori yang pernah dipelajari
selama mengikuti perkuliahan.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian terkait
politik di desa dengan pola pendekatan hubungan elite-massa

BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL TEORITIK

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering
juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting
adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulankesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi

hasil

penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi
Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya
landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilimiah untuk
mendapatkan data.
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari.
Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap, diharapkan para tenaga pengajar dapat
menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam
bidang yang sedang diajarkan.
Dalam makalah ini disajikan bagian dari materi Metode penelitian tersebut, yakni tentang
landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis.

1.1 Deskripsi dan Pengertian Teori


1. Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasigenerelisasi
hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel,

sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam
Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono,
2010:52).
Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti
yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala
yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan
dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
a. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
b. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
c. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai
berikut.
a. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukumhukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg
dan dapat diramal sebelumnya.
b. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di
sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoritis (induktif).
c. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data
dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh

malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan
suatu teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala
(Sugiyono, 2010).
Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum
dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan
mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian
suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu
perkara.

2. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan
tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel
yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu
kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh
karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang
dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono,
2010:58).
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
a. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
b. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang
diteliti.

c. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian
permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
d. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
e. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan
analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
f. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

2.2 Tingkatan dan Fokus Teori


Numan 2003, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan tingkatan teori (level of
theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. Micro level theory: small slices of
time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso level
theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level.
Contoh teori: organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory:
concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture
systems, and whole societies. It use more concepts that are abstract.
Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal,
dan midle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social
concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is
developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization,
or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or
specific hypotheses. Midle range theories can be formal or subtantive. Midle range theory
is princippally used in sociology to guide empirical inquiry.

Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek
yang akan diteliti.

2.3 Kegunaan Teori dalam Penelitian


Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di
sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh
karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa
yang akan dipakai.
Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori
khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat
pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan) dan Ausland
pedagogik. Teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan
(manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar mengajar dan
evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro dan mikro).
Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010), mengemukakan bahwa, sebuah
teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif
tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi
atau titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau
keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
a.

Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi


aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya

b.

Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal


yang baik atau norma-norma yang baik

c.

pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa


serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu
yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti.

Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,
karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya
fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga
selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga
selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

2.4 Kerangka Berfikir


Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010)
mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,
maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan
pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:60)
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999, dalam Sugiyono,
2010).
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerangka berfikir.
Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang
peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam

menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini


merupakan

penjelasan

sementara

terhadap

gejala-gejala

yang

menjadi

obyek

permasalahan.
Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan,
adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).

2.5 Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa
tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan
deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 2010:110).
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2010).
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

2.6 Kesimpulan
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar
dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction),
dan pengendalian (control) suatu gejala.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan
yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan
upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan
kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen
penelitian.

BAB III
JAWABAN TEORITIK HIPOTETIK
3.1 Struktur elite-massa
Elite Strategi
Para sejarah politik lain yang mendukung teori Elitisme ini memandang bahwa
pada masyarakat modern bukan hanya satu dimenis kekuasaan saja melainakan terpadat
beberapa dimensia kekuasaan dalam setiap bidang kegiatan masyarakat. Mereka yang
memiliki keahlian dan keterampilan tertentu yang dapat mengorganisasi massa di dalam
maupun luar pemerintahan akan disebut elite strategis (Suzzane Keller) .

3.2 Pola hubungan elite-massa


a. Traditional Authority Relationship
Karl D. Jackson mendefinisikan kewibawaan tradisional sebagai penggunaan
kekuasaan personalitas yang dihimpun melalui peranan masa lampau dan masa kini dari
yang mempengaruhi sebagai penyedia, pelindung, pendidik, sumber nilai-nilai dan status
unggul dari mereka yang punya hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Sekali
telah mapan, tokoh kewibawaan tradisional tak perlu mengancam, menawarkan imbalan
benda atau yang bersifat lambang, mencoba menganjurkan atau mengacu kepada aturan
yang mengatur peranan-peranan. Perintah-perintahnya diterima semata-mata atas dasar
siapa dia dan hubungan tertentu yang tersebar dan bersifat pribadi, yang telah
dipeliharanya dengan setiap pengikutnya. Tennyson mengamati bahwa kepatuhan adalah
ketakziman yang patut diberikan kepada raja-raja. Dalam suasana kepatuhan yang hampir
bertaklid itulah kewibawaan tradisional menemukan dinamikanya. Sekali kewibawaan
tradisional ada, satu-satunya reaksi normal terhadap perintah adalah mengabulkan. Dalam
kewibawaan tradisional, perilaku patut tidaklah didasarkan atas persetujuan dengan
pendirian ideologi si pemimpin. Para pengikut taat kepada pendirian si pemimpin tanpa
memandang liku-liku ideologi yang penuh pertentangan yang mungkin diambilnya.

b. Patron Client Realationship

Menurut Keith R. Legg, hubungan yang tidak terjalin diantara dua pihak tidak
mungkin merupakan tautan tuan-hamba, namun tidak setiap bentuk hubungan yang terdiri
dari dua pihak merupakan hubungan tuan-hamba. Hubungan tuan hamba timbul bila
syarat-syarat berikut ini terpenuhi diantaranya adalah; (1) hubungan di antara para pelaku
atau perangkat para pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama, (2) hubungan
yang bersifat khusus (particularistic), hubungan pribadi dan sedikit banyak mengandung
kemesraan (affectivity), dan (3) hubungan yang berdsarkan asas saling menguntungkan
dan saling memberi dan menerima. Lemarchand menyatakan bahwa Setiap tautan tuanhamba selalu melekat hubungan timbal balik antara perorangan (atau kelompok
perorangan) dimana pengaruh ditentukan oleh kemampuannya memberikan pelayanan,
barang atau sesuatu yang bernilai yang diinginkan oleh pihak lain sehingga pihak yang
lain itu pun terimbas untuk membalas kebaikan tersebut dalam bentuk perhatian,
pelayanan, barang atau sesuatu yang bernilai.

3.3 Peran elite-massa


Elite-Massa
Elite merupakan kelas yang memerintah, yang terdiri dari sedikit orang,
melaksanakan fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungankeuntungan yang ditimbulkan dengan kekuasaan. Sedangkan massa adalah kelas yang
diperintah, yang berjumlah lebih banyak, diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa
dengan cara-cara yang kurang lebih berdasarkan hokum, semaunya ataupun paksaan. Pola
hubungan antara elite dan massa didistribusikan kekuasaan-kekuasaan di pedesaan dalam
masyarakat tradisional diantaranya adalah Traditional Authority Relationship dan Patron
Client Relationship.

3.4 Dampak peran elite-massa


Patron-Client
Patron merupakan pihak dengan status social ekonomi yang lebih tinggi
yangvmenggunakan [engaruh dan sumber daya untuk memberikan perlindungan dan
keuntungan kepada client. Client merupakan pihak yang memiliki status lebih rendah
dibandingkan dengan patron dan menerima perlindungan dan/atau keuntunganb dari

patron yang pada gilirannya membals pemberian tersebut dengan dukungan dan bantuan,
termasuk jasa pribadi kepada patron. James Scott mendeteksi bahwa arus patron klien
berkaitan dengan kehidupan petani yaitu penghidupan sussistensi dasar meliputi
pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk bercocok tanam, jaminan krisis susbsistensi,
patron menjamin dasar susbsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-kerugian
yang ditimbulkan oleh pemasalahan petani (paceklik dan alin sebagainya) yang akan
menganggu kehidupan kliennya.
Patron Client merupakan pola hubungan yang saling menguntungkan (diagonal).
Client (yang dikuasai) mendukung sepenuhnya kemauan penguasa apabila patron mampu
memenuhi kebutuhab client. Apabila patron tidak dapat memenuhi kebutuhan client maka
client akan sangat mudah berpindah mebcari patron client yang lain.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan
cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi.1
Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian menggunakan pola
deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best (sebagaimana dikutip oleh
Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya.2
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian kualitatif dengan
pola deskriptif yang dilakukan, bermaksud menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Adapun alasan peneliti memilih
metode ini adalah:
1.

Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian


dilakukan dalam bentuk deskriptif.

2.

Metode penelitian kualitatif deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan


variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun
tingkah laku manusia.

3.

Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang
timbul dari pola-pola yang dihadapi.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian kualitatif lapangan ini dilaksanakan di Desa Karangrejo, Madiun,
Jawa Timur

1
2

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2008), hlm. 1.


Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 157.

2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 21 Mei 2016.

4.3 Sumber Data


Sumber data yang digunakan oleh peneliti menggunakan teknik purposive
sampling dengan maksud penentuan sumber data diambil dengan pertimbangan tertentu.3
Sumber data penelitian adalah Pertama, Kepala Desa dan perangkatnya sebagai subjek
pembuatan kebijakan (Patron) sehingga diperlukan informasi terkait kebijakan yang
diambil dan keputusan lainnya. Kedua, Masyarakat di desa Karangrejo, Madiun, Jawa
Timur sebagai objek distribusi dan alokasi kebijakan (Client) yang memiliki informasi
terkait latar belakang dan tujuan adanya kebijakan yang diambil oleh kepala Desa setempat.

4.4 Fokus Penelitian


Untuk membatasi kajian permasalahan yang dibahas, penelitan kualitatif lapangan
ini difokuskan pada Alur Distribusi dan Alokasi sebuah kebijakan pemerintah desa
setempat. Dengan fokus permasalahan tersebut, kajian yang dibahas mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan dari Kepala Desa Karangrejo, Madiun
dan kebermanfaatan kebijakan tersebut bagi masyarakat sekitar.

4.5 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini digunakan beberapa metode yang tepat untuk mengumpulkan
data, yaitu :
1. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung
terhadap obyek penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara
aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang
diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.4

3
4

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2010), hlm. 300.
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hlm. 63

Beberapa hal yang terkait dengan proses pembelajaran akan penulis amati
langsung, yaitu dengan mengamati hasil kebijakan kepala desa dan perangkatnya
yang ada di Desa Karangrejo, Madiun, Jawa Timur.
2. Interview (wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan
muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si peneliti. Wawancara
ini berguna untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
Penulis akan menggunakan metode ini untuk mencari informasi terkait keterangan
dari Kepala Desa dan Seperangkatnya, Masyarakat setempat dan responden-responden
lain yang dibutuhkan dalam proses penelitian.5
3. Dokumentasi
Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.6 Dalam hal ini data data-data tersebut
merupakan data yang bersifat tulisan.
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi
desa tersebut, seperti letak geografis, latar belakang dan kebermanfaatan kebijakan.

3.6 Uji Keabsahan Data


Untuk

menetapkan

keabsahan

(trustworthiness)

data

diperlukan

teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.


Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)7. Namun
yang utama adalah uji krediabilitas data. Uji krediabilitas data dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif dan member check.
Dalam melakukan penarikan kesimpulan peneliti memakai pedoman instrumen
penelitian yang bersumber dari referensi terkait. Selanjutnya mensinkronisasikannya
Mardalis, Metode Penelitian, hlm. 64.
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 274.
7 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Reemaja Rosdakarya, 2007), hlm. 324.
5
6

dengan data hasil interview dan hasil observasi di lapangan. Dari hasil observasi nantinya
akan diketahui apakah pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan skema/penjelasan
yang diatur dalam pedoman instrumen dan hasil interview sebelumnya.

3.7 Teknik Analisis Data


Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis dengan menggunakan
analisis data menurut Miles dan Hubermen, yang mana analisis ini dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis
data ini yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting untuk dicari tema dan polanya (data reduction), kemudian data disajikan dalam
sebuah pola yang sesuai dengan kajian (data display), dan setelah itu ditarik sebuah
kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis dan deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap menjadi jelas (conclusion drawing)
atau (verification)8.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Naturalistik bahwa reduksi adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema polanya, sehingga data
lebih mudah untuk dikendalikan.9 Sedangkan menurut Sugiyono reduksi adalah
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
Setelah semua data yang telah terkumpul melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi, maka perlu difokuskan sesuai dengan rumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu Hubungan Elit dan Massa di Desa Karangrejo, Madiun, Jawa
Timur.
3. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif.

8
9

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 91-99.


Nasution, Metode Penelitian Naturalistik, hlm. 129.

Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.

10

Dari penjelasan tersebut, maka langkah selanjutnya setelah direduksi adalah


mendisplaykan data, yaitu membuat uraian yang bersifat naratif, sehingga dapat
diketahui rencana kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami dari data
tersebut. Rencana kerja tersebut bisa berupa mencari pola-pola data yang dapat
mendukung penelitian tersebut.

3.8 Penarikan Kesimpulan


Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini masih
sebagai hipotesis, dan dapat menjadi teori jika didukung oleh data-data yang lain.
Dari penjelasan di atas, maka langkah penarikan kesimpulan ini dimulai dengan
mencari pola, tema, hubungan, hal-hal yang sering timbul, yang mengarah pada Hubungan
Elit dan Massa di desa tersebut.

10

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 341.

Anda mungkin juga menyukai