Anda di halaman 1dari 17

ORIENTASI GERAKAN NASIONAL PENGAWAL FATWA-MAJELIS ULAMA

INDONESIA (GNPF-MUI) DALAM GERAKAN POLITIK TERHADAP AKSI BELA


ISLAM 411 DI JAKARTA, INDONESIA

Proposal Skripsi

Oleh :

Abdurrohim Nur

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017
ORIENTASI GERAKAN NASIONAL PENGAWAL FATWA-MAJELIS ULAMA
INDONESIA (GNPF-MUI) DALAM GERAKAN POLITIK TERHADAP AKSI BELA
ISLAM 411 DI JAKARTA, INDONESIA

Gerakan Sosial dan Politik

BAB1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Indonesia membahas wawasan keanekaragaman Suku, Ras dan Agama. Toleransi
keanekaragaman merupakan wujud pilar Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan filosofis
persatuan diatara perbedaan. Kerukunan umat beragama, merupakan salah satu bukti nilai
persatuan diantara perbedaan keyakinan masyarakat di Indonesia. Salah satu pilar-pilar
Bhinneka Tunggal Ika seperti menjalankan konsekuensi keagamaan masing-masing dan
menghormati perbedaan merupakan wujud toleransi bagi setiap agama dan kepercayaan
masing-masing di Indonesia.
Fenomena penistaan agama di Indonesia merupakan wujud Intoleran, salah satunya
kasus Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal nama panggilan, Ahok (Hakka) yang telah
melakukan penistaan terhadap agama tertentu.
Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal Ahok merupakan negara Indonesia dari etnis
Tionghoa dan pemeluk agama kristen protestan menjadi Gubernur DKI Jakarta yang
menjabat sejak 19 November 2014 hingga 9 Mei 2017. Ahok merupakan Gubernur
pengganti Joko Widodo, melalui rapat paripurna istimewa di Gedung DPRD DKI Jakarta
pada 14 November 2014 dan dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 19 November
2014 di Istana Negara oleh Presiden terpilih Joko Widodo.
Hubungan Basuki Tjahaja Purnama dengan Aksi Bela Islam adalah tuduhan penistaan
Agama oleh Ahok terhadap kitab suci Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51. Tuduhan kepada
Ahok tersebut, Ia dituntut ke pengadilan atas kasus hukum penistaan agama yang bermula
dari pidatonya pada tanggal 27 September 2016 di Pulau Pramuka, Kelurahan Kepulauan
Panggang, Kepulauan Seribu.1

1
Tallo Johan, 2016, Tuduhan Penistaan Agama oleh Ahok, Bareskrim Panggil MUI, [online],
http://news.liputan6.com/read/2634442/tuduhan-penistaan-agama-oleh-ahok-bareskrim-panggil-mui, diakses
tanggal 24 Okt 2016, 22:15 WIB
Atas penistaan agama tersebut, umat muslim membuat inisiatif untuk membuat aksi
massa terbesar di Indonesia. Aksi massa tersebut dikenal dengan nama Aksi Bela Islam.
Aksi Bela Islam yang dilaksanakan berbagai agenda aksi yang memiliki nilai dan tujuan
tertentu salah satunya Aksi Bela Islam 411.
Aksi Bela Islam/ Aksi Damai 411 atau dikenal sebagai Aksi Bela Islam/ Aksi Damai
Jilid II merupakan aksi fenomenal bagi sejarah Indonesia. Aksi Bela Islam 411 tersebut
dilaksanakan pada tanggal 4 November 2016 di Jakarta2. Aksi Bela Islam 411 menyuarakan
aspirasi pembelaan terhadap Al-Quran dan tuntutan terhadap proses pengadilan hukum
terhadap Ahok yang dinilai telah menistakan agama Islam.
Agenda Aksi Bela Islam 411 tersebut diawali shalat Jumat berjamaah di Masjid Istiqlal
Jakarta Pusat. Setelah itu, dilanjutkan aksi yang berpusat di depan istana Merdeka. Massa
terkosentrasi di Jalan Medan Merdeka Barat. Beberapa massa sempat meminta untuk
menemui Presiden Joko Widodo, namun ia sedang melakukan kunjungan diluar kota. Aksi
ini dilakukan sampai malam hari dan sesuai dengan peraturan unjuk rasa, massa dibubarkan
paksa oleh aparat kepolisian sehingga menimbulkan bentrokan beberapa massa yang
arogan dengan aparat.
Aksi Bela Islam 411 tersebut dikomando oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-
Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). Gerakan tersebut semakin ramai diberitakan,
ketika Ustadz Bahctiar Nasir didaulat menjadi Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-
Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI).
Secara garis besar, Sepak Terjang GNPF-MUI tersebut berhasil mendatangkan jutaan
massa Aksi Bela Islam 411 Jakarta dan berhasil menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk
memberikan tanggapan dalam penyelesaian kasus penistaan agama tersebut. Dengan
demikian, penelitian yang akan dilakukan ini menarik untuk dikaji dan dianalisis terkait
GNPF-MUI merupakan wujud Gerakan Sosial dan Politik sebagai gerakan perlawanan.
Selain itu, penelitian ini akan melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat gerakan
secara lebih dalam untuk memahami dinamika gerakan tersebut dalam memperjuangkan
hak hukum untuk menegakkan keadilan.

2. Perumusan Masalah

2
Prasetia, Andhika, 2016,GNPF-MUI Serukan Aksi Damai 4 November 2016, [online],
https://news.detik.com/berita/d-3334908/gnpf-mui-serukan-aksi-damai-4-november-2016, diakses tanggal 01
November 2016, 23:10 WIB
Berdasarkan dari latar belakangnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimanakah orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama
Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411
Jakarta ?
2. Apa faktor-faktor yang mendorong dan menghambat Gerakan Nasional Pengawal
Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi
Bela Islam 411 Jakarta ?

3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalahnya, maka penelitian ini akan dibatasi pada orientasi
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan
politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta, dan faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat gerakan tersebut.

4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan kepada pembatasan masalahnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
1. Memahami dan mendeskripsikan orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis
Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411
Jakarta.
2. Mengetahui dan eksplanasi faktor-faktor yang mendorong dan menghambat Gerakan
Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan
politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.

5. Manfaat Penelitian
5.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi
(data) tentang orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia
(GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta, dan untuk
memperbanyak khazanah serta perkembangan ilmu politik pada umumnya dan gerakan
sosial dan politik secara khusus.
5.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
metode dan model gerakan sosial dan politik di Indonesia dengan melihat orientasi
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam
gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan tentang orientasi
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan
politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta. Berdasarkan kepada penelitian tersebut, maka
dibutuhkan referensi terkait konsep yang berhubungan dengan tema atau judul yang
diangkat dalam penelitian ini. Penggunaan konsep-konsep tersebut diharapkan berguna
untuk membantu dan mempermudah dalam dinamika proses penelitian. Beberapa konsep
terkait dengan penelitian ini yaitu; konsep gerakan sosial dan politik, Gerakan Islam,
Kelompok kepentingan, organisasi dan lembaga. Tinjauan atas beberapa pustaka terdahulu
akan membahas mengenai gerakan Sosial dan Politik berbasis organisasi Islam kepada
Basuki Thahaja Purnama (Ahok) sebagai Pemerintah eksekutif di Jakarta. Tinjauan pustaka
diharapkan dapat membimbing arah penelitian ini sekaligus menunjukkan orisinalitas
penelitian ini yaitu membahas Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama
Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.

6.1 Landasan Teori Dan Kerangka Pemikiran Penelitian


Bagi sebuah negara demokrasi, Indonesia memberikan kebebasan bagi
masyarakat Indonesia untuk berserikat dan berkumpul yang merupakan salah satu hak
asasi manusia yang termasuk kedalam golongan hak asasi manusia klasik (klassieke
grondrechten) menurut Undang Undang Dasar 1945 pasal 28. Makan kemerdekaan
berserikat dan berkumpul tersebut sebagai hak untuk berorganisasi dalam suatu
kekuatan sosial-politik serta memperjuangkan tujuan-tujuan sosial, politik, ekonomi
dan budaya. Salah satu bentuk dari kemerdekaan berserikat dan berkumpul tersebut
adalah kebebasan untuk membentuk gerakan sosial dan politik.
Gerakan sosial dan Politik di Indonesia memiliki historis adanya gerakan
tersebut. Menurut Charles Tilly, gerakan sosial memiliki hubungan dengan proses
politik yang lebih luas, yang mencoba mengeksklusi berbagai kepentingan dengan
berupaya mendapatkan akses untuk membangun pemerintahan yang lebih mapan
(established polity). Analisis Tilly didasarkan pada perpektif historis, memperiodisasi
tahapan-tahapan dari perdebatan dan pertarungan yang berlangsung secara intens dalam
lingkup sejarah kontemporer dan memetakan perubahan-perubahan sosial. Sehingga
kesimpulan dari Charles Tilly, timbul adanya gerakan sosial atas keresahan sosial
(social unrest) dan sejumlah karakteristik yang melekat padanya.
[...] Sustained series of interactions between power holders and
persons successfully claiming to speak on behalf of a constituency
lacking formal representation, in the course of which those person make
publicly visible demands for changes in the distribution or excercise of
power, and back those demands with public demonstrations of support.3
Selain itu, Tilly berpandangan bahwa gerakan sosial adalah sesuatu yang
terorganisir (organised), berkelanjutan (sustained), menolak self-conscious dan
terdapat kesamaan identitas (shared identity). Selain itu gerakan sosial memiliki latar
belakang sejarah, dan ini yang membedakan dengan tegas gerakan sosial dengan
sejarah bentuk -bentuk aktivitas politik lainnya. Charles Tilly menganggap tidak
semua aksi gerakan popularm aksi rakyat yang mengatasnamakan sebuah hal, dan
semua orang dan organisasi yang mendukung hal-ha tersebut didefinisikan sebagai
gerakan sosial4
Sidney Tarrow menjelaskan pengertian gerakan sosial sebagai tantangan
kolektif bagi para elit, otoritas, kelompok lain oleh orang-orang dengan tujuan umum
dan solidaritas dalam interaksi yang berkelanjutan dengan para elit, lawan dan otoritas.
Dimensi politik dari sebuah gerakan sosial adalah gerakan tersebut berusaha untuk
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, Sidney Tarrow membedakan
antara Gerakan Partai Politik dan Kelompok kepentingan.
Geraka sosial melibatkan tantangan kolektif, yakni upaya-upaya
terorganisasi untuk mengadakan perubahan dan dorongan kepada elit, lawan da
otoritas. Sedangkan corak politik didalam gerakan sosial adalah urgensi dan tujuan
dicapai gerakan sosial, yang secara tipikal mencakup perubahan didalam distribusi
kekuasaan dan wewenang yang dilakukan interaksi secara berkelanjutan dengan aktor-
aktor politik.5

6.2 Penelitian Terdahulu

3
Tilly, Charles, 1979. Social Movement and National Politics. Stockholm : CSRO
4
Tilly, Charles, 2004. Social Movement 1768-2004. London : Paradigm Publishers
5
Tarrow, Sidney G. 2011. Power in Movement : Social Movement and Contentious Politics. New York :
Cambridge University Press
Fenomena dan dinamik sosial dan politik memiliki tingkat mobilisasi yang
tinggi, diperlukan referensi terkait untuk menjadi perbandingan dalam penelitian.
Kegunaan dari penelitian terdahulu sebagai sarana komposisi posisi penelitian yang
dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, penelitian terdahulu
dilakukan dengan mencari dan menelusuri hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
berhubungan atau relevan dengan sasaran penelitian. Dengan demikian penelitian
terdahulu dianggap penting dilakukan dalam sebuah penelitian.
Terdapat penelitian terdahulu sebagai bahan referensi, penelitian terdahulu yang
membahas tentang Orientasi Gerakan Sosial Balantas (Barisan Ansor Serbaguna Lalu
Lintas) Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian tersebut
dilakukan oleh M. Tashfin Faraz sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Pengkajian yang dilakukan penelitian terdahulu tersebut Melihat fakta-fakta
yang terjadi pada Gerakan Pemuda Ansor khususnya Balantas dalam menjalankan
gerakan sosialnya yang dilakukan pada masa reformasi ini dan perkembangan Balantas
kedepan dalam misi mengamankan kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan di
Kabupaten Sleman.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan kacamata Behavior/ Perilaku Politik. Perilaku politik
(Political Behavior) merupakan perspektif politik yang terpusat pada perilaku manusia
yang menyangkut soal politik atau perilaku politik dalam konteks politik. Artinya bahwa
perilaku politik hanya merupakan salah satu aspek dari perilaku manusia pada umumnya
dan terkait erat dengan perilaku lainnya seperti perilaku ekonomi, perilaku agama dan
sebagainya 6. Dalam hal ini, gerakan politik Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis
Ulama Indonesia (GNPF-MUI) mempunyai kekuatan pendorong dalam unjuk rasa Aksi
Bela Islam 411 di Jakarta, yaitu komando pergerakan massa Aksi Bela Islam. Sedangkan
paradigma yang akan digunakan adalah paradigma non positivisme. Non Positivisme
adalah cara pandang kebenaran tidak hanya berhenti pada fakta, melainkan apa makna di
balik fakta tersebut. Paradigma ini memandang realitas merupakan suatu fenomena yang
terjadi karena adanya interaksi antar anggota sosial. Dalam penelitian yang akan dilakukan
ini, orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI)
dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta, sebagai suatu representasi dari
masyarakat dalam arah gerak/ komando penyelenggara unjuk rasa Aksi Bela Islam 411 di
Jakarta.

7.1 Metode Penelitian


Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati7. Selain itu metode penelitian kualitatif
merupakan suatu tradisi yang khas dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam
peristilahannya. Dalam hal ini, penelitian tentang gerakan politik Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam Aksi Bela Islam

6
Drs. Sudijono Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik. Penerbit IKIP Semarang Press Jakarta.
7
Bodgan dan Taylor, 1990, Dalam Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
411, mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan gerakan politik tersebut serta
faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pergerakannya tersebut.

7.2 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini akan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi
merupakan pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dari sebuah realitas
yang terjadi. Pendekatan fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui
arti sesuatu bagi orang-orang yang ditelitinya. Pendekatan fenomenologi mencoba
masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa
sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang
dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan demikian, penelitian ini akan menginterpretasikan lebih dalam pada
orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-
MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.

7.3 Fokus Penelitian


Fokus penelitian digunakan untuk membatasi studi agar tidak melebar keluar
dari konteks judul yang diangkat. Fokus pada penelitian ini adalah orientasi
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam
gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.

TABEL I. Matriks Fokus Kajian Penelitian


Fokus Kajian Aspek Kajian Penelitian Sub aspek Kajian
Penelitian Penelitian
Orientasi Gerakan Awal mula Aksi Bela Deskripsi Sejarah Aksi
Nasional Pengawal Islam 411 di Jakarta. Bela Islam 411 di
Fatwa-Majelis Ulama Jakarta
Indonesia (GNPF-MUI)
dalam gerakan politik
terhadap Aksi Bela
Islam 411 Jakarta

Orientasi Gerakan Deskripsi Orientasi


Nasional Pengawal Gerakan Nasional
Fatwa-Majelis Ulama
Pengawal Fatwa-
Indonesia (GNPF-MUI)
dalam gerakan politik Majelis Ulama
terhadap Aksi Bela Islam Indonesia (GNPF-
411 Jakarta
MUI) sebagai gerakan
politik.

Faktor-faktor yang
mendorong dan
menghambat Gerakan
Nasional Pengawal
Fatwa-Majelis Ulama
Indonesia (GNPF-
MUI) dalam gerakan
politik terhadap Aksi
Bela Islam 411 Jakarta

7.4 Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Lokasi ini
merupakan area yang menjadi daerah penelitian. Selain itu, area ini merupakan
pusat terjadinya gerakan politik dalam Aksi Bela Islam 411 di Jakarta.

7.5 Sasaran Penelitian


Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah Orientasi Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik
terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta, yaitu sebagai berikut :
1. Ketua dan pengurus harian Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis
Ulama Indonesia selaku wadah pergerakan mobilisasi massa di Aksi Bela
Islam 411 di Jakarta.
2. Majelis Ulama Indonesia selaku objek pembelaan oleh Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI).
3. Tokoh masyarakat selaku representasi dari masyarakat dalam melihat
fenomena Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia
selaku wadah pergerakan mobilisasi massa di Aksi Bela Islam 411 di
Jakarta.

7.6 Teknik Pemilihan Informan


Teknik pemilihan informan yang pertama akan dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling. Tehnik purposive sampling merupakan tehnik pemilihan
informan dengan pertimbangan tertentu. Gootz dan Le Comtemem berikan
pengertian bahwa purposive sampling merupakan teknik yang memberikan data
secara maksimal.8 Dalam hal ini, sampling akan dilakukan kepada Ketua dan
pengurus harian Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia
GNPF-MUI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Tokoh masyarakat.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini juga akan dilakukan dengan
menggunakan teknik Convenience Sampling. Teknik ini merupakan cara memilih
sampel melalui pertimbangan kemudahan. Beberapa penulis menggunakan istilah
Accidental Sampling/Tidak disengaja. Metode teknik ini mempermudah bagi
peneliti yang sedang melakukan penjajagan.9

7.7 Jenis Dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari sumber utama melalui prosedur dan teknik pengambilan data
yang berupa wawancara langsung dengan para informan, melalui observasi,
maupun penggunaan instrumen khusus yang dirancang sesuai dengan tujuannya.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya
berupa data dokumentasi atau arsip resmi yang berkaitan dengan penelitian ini.10
Sumber data utama dalam penelitian ini atau penelitian kualitatif adalah kata-
kata, tindakan informan, dokumen dan foto. Menurut lofland, sumber data dalam
penelitian kualitatif adalah :
1) Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai
2) Sumber berupa buku, arsip, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dan dokumen
resmi.
3) Foto yang dihasilkan oleh orang dan dihasilkan oleh peneliti.

7.8 Teknik Pengumpulan Data


Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Gerakan Pengawal
Fatwa Ulama-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) sebagai representasi dari
kelompok kepentingan di Indonesia beserta beberapa masyarakat yang terkait di
dalamnya sebagai objek penelitian.

8
Sutopo, 1998, Pengantar Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS.
9
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
10
Saiffudin Azwar, 2009, Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dengan melakukan observasi sebagai pengumpulan data. Pengumpulan data
dilakukan dengan 2 cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
mencakup wawancara mendalam dan observasi melalui pengamatan langsung, data
sekunder dihasilkan melalui dokumentasi dan sumber-sumber pustaka.berikut
merupakan deskripsi tentang wawancara mendalam, pengamatan, dan studi
dokumentasi.
1) Wawancara mendalam yaitu pertemuan dua orang atau lebih untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna salam suatu topik tertentu11. Dalam konteks
penelitian ini, wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci
yaitu pengurus Gerakan Pengawal Fatwa Ulama-Majelis Ulama
Indonesia (GNPF-MUI), Pengurus Majelis Ulama dan Indonesia dan
Tokoh masyarakat yang berperan aktif memberikan informasi terkait
Aksi Bela Islam 411 di Jakarta.
2) Pengamatan (observasi) diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian
(Mamam: 1999)12
3) Studi dokumentasi adalah mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian.

7.9 Teknik Analisis Data


Penelitian ini ingin memperlihatkan bagaimana Gerakan Nasional Pengawal
Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) sebagai gerakan politik di dalam
mobilisasi Aksi Bela Islam 411 di Jakarta. Analisis data akan dilakukan dengan
menggunakan paradigma non positivism melalui pendekatan fenomenologi. Untuk
melihat lebih dekat terkait dengan fenomena yang terjadi pada orientasi Gerakan
Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan
politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.

11
Esterberg, 2002, dalam Sugiono, memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
12
Maman Rachman, 1999, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, Semarang: IIKIP Semarang Press.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif.
Model analisis interaktif dimulai dari wawancara observasi, mengedit,
mengklasifikasi, mereduksi, dan selanjutnyaaktifitas penyajian data serta
menyimpulkan data.
Miles dan Huberman (1992) mengemukakan ada tiga jalur analisis data
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
1) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan yang tertulis di lapangan. Dalam reduksi data-data hasil
penelitian dipilah dan difokuskan terhadap hal-hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan bahasa penelitian. Reduksi data dalam penelitian
ini diambil dari hasil wawancara mendalam terhadap informan terkait
orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia
(GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411 Jakarta.
Reduksi data juga diambil dari kumpulan data-data sekunder yang
mendukung dari tema bahasan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus
selama proses penelitian ini berlangsung sehingga, data yang telah direduksi
merupakan data yang telah disederhanakan untuk memudahkan penyajian
data penarikan kesimpulan awal.
2) Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti di dalam melihat
tentang bagaimana orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis
Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela
Islam 411 Jakarta. Penyajian data dilakukan dengan memilah kembali data-
data hasil penelitian termasuk data penarikan kesimpulan awal pada reduksi
dengan mengelompokan atau mengkategorisasi terhadap bahasan-bahasan
yang sesuai dengan tema penelitian.
3) Penarikan kesimpulan (verifikasi) sama halnya dengan tahapan reduksi data
dan penyajian data, penarikan kesimpulan juga dilakukan secara terus
menerus selama proses penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan pada
penelitian orientasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama
Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap Aksi Bela Islam 411
Jakarta, dilakukan dengan mencoba menganalisis dan mencari makna dari
data yang dikumpulkan. Pada penarikan kesimpulan dilakukan dengan
menari pola-pola atau hubungan terhadap teama bahasan yang nantinya
ditarik menajadi kesimpulan yang bersifat tentative atau belum pasti.

Ketiga tahapan tersebut merupakan sebuah alur di dalam proses analisis


data. Ketiga komponen tersebut terus berinteraksi hingga dihasilkan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan melalui tahap reduksi kemudian penyajian
melalui kategorisasi data yang kemudian dilakukan secara terus menerus
melalui tahapan verifikasi pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan yang
grounded.

Dengan kata lain bahwa setiap penarikan kesimpulan pada proses


penelitian tentunya melibatkan peneliti melalui interpretasi peneliti. Ketiga
tahapan dalam analisis data merupakancara bagaimana menginterpretasikan
hasil data-data penelitian terkait dengan orientasi Gerakan Nasional Pengawal
Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam gerakan politik terhadap
Aksi Bela Islam 411 Jakarta.

7.10 Keabsahan Data


Di dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah validitas data atau keabsahan data,
yaitu standarisasi derajat kepercayaan atau kebenaran terhadap hasil penelitian.
Penelitian ini menggunakan dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu untuk
keperluan atau sebagai perbandingan-perbandingan terhadap hal itu. Metode
triangulasi digunakan untuk mengecek keabsahan data hasil penelitian. Triangulasi
pada hakekatnya adalah metode pendekatan yang dilakukan peneliti pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data. Pada penelitian ini, metode triangulasi
dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian atau dengan data penilaian yang
didapatkan oleh penelitidengan mengulang kembali wawancara dan observasi pada
obyek penelitian Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia
(GNPF-MUI), Majelis Ulama Indonesia dan Tokoh Masyarakat yang terkait
didalam fenomena Aksi Bela Islam 411 di Jakarta agar didapatkan data yang valid
dengan perbandingan data peneliti awal dengan peneliti kedua.
Triangulasi data dalam penelitian ini juga dilakukan melalui perbandingan hasil
wawancara dengan observasi terhadap dokumen-dokumen atau data sekunder
terkait dengan fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia khususnya
Jakarta sebagai tempat berlangsungnya gerakan. Selain itu juga kelompok
kepentingan dalam gerakan politik pada Aksi Bela Islam 411 di Jakarta. Data
berupa dokumen dan hasil data sekunder lainnya dapat menambah keleluasaan
peneliti di dalam menelaah permasalahan serta lebih komprehensif integralistik.
Selain menggunakan peneliti kedua dan perbandingan hasil data primer dan
sekunder, triangulasi data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
menggunakan triangulasi teori. Triangulasi teori dilakukan dengan
membandingkan hasil rumusan informasi terhadap perspektif teori yang relevan
dengan konsep gerakan sosial politik untuk menghindari bias individual peneliti
atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan dari hasil penelitian. Perbandingan
dengan menggunakan teori yang relevan dapat mendukung terciptanya data yang
valid.
DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Sudijono Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik. Penerbit IKIP Semarang Press
Jakarta.
2. Bodgan dan Taylor, 1990, Dalam Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
3. Tilly, Charles, 1979. Social Movement and National Politics. Stockholm : CSRO
4. Tilly, Charles, 2004. Social Movement 1768-2004. London : Paradigm Publishers
5. Tarrow, Sidney G. 2011. Power in Movement : Social Movement and Contentious
Politics. New York : Cambridge University Press
6. Sutopo, 1998, Pengantar Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS.
7. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
8. Saiffudin Azwar, 2009, Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9. Esterberg, 2002, dalam Sugiono, memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
10. Maman Rachman, 1999, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, Semarang: IIKIP
Semarang Press.

Pustaka Website :

11. Tallo Johan, 2016, Tuduhan Penistaan Agama oleh Ahok, Bareskrim Panggil MUI, [online],
http://news.liputan6.com/read/2634442/tuduhan-penistaan-agama-oleh-ahok-bareskrim-
panggil-mui, diakses tanggal 24 Okt 2016, 22:15 WIB
12. Prasetia, Andhika, 2016,GNPF-MUI Serukan Aksi Damai 4 November 2016, [online],
https://news.detik.com/berita/d-3334908/gnpf-mui-serukan-aksi-damai-4-november-2016,
diakses tanggal 01 November 2016, 23:10 WIB

Anda mungkin juga menyukai