PROPOSAL KEGIATAN
SEMINAR NASIONAL
“BEST PRACTICES UNTUK KEBERHASILAN IMPLEMENTASI
E‐GOVERNMENT DI INDONESIA”
Subtema : Mencari solusi bagi berbagai permasalahan
implementasi e‐Government di Indonesia
Sekretariat Panitia :
Kantor Program Magister Teknologi Informasi
Gedung Teknik Elektro, Lantai 2.
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281
Ph/Fax : +62‐274‐547506, 631175
Website : mti.ugm.ac.id /seminar‐cio
e‐mail : mti@mti.ugm.ac.id
contact person sponsorship : Adamin S
HP. : 08125865020
0
Proposal Kegiatan Seminar Nasional
Tema Kegiatan
“BEST PRACTICES UNTUK KEBERHASILAN IMPLEMENTASI E‐GOVERNMENT DI INDONESIA”
Subtema : ”Mencari solusi bagi berbagai permasalahan implementasi e‐Government di
Indonesia”
Dasar Pemikiran
Kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang demikian pesat serta
potensi pemanfaatannya secara luas telah membuka peluang akses, pengelolaan dan
pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Kenyataan
telah menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK merupakan faktor yang sangat penting dalam
mendukung kualitas dan pelayanan pemerintah.
Terwujudnya pelayanan prima dalam arti pelayanan yang cepat, tepat, adil dan akuntabel,
merupakan tuntutan bagi setiap pemerintah daerah di era otonomi. Pemerintah juga perlu
melakukan penyempurnaan sistem pelayanan publik yang menyangkut perbaikan metoda
dan prosedur pelayanan di setiap unit organisasi pemerintah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penerapan TIK dapat membantu instansi pemerintah dalam mewujudkan
good governance. Oleh sebab itu, instansi pemerintah perlu melakukan pengelolaan
sumber daya TIK secara baik dan benar.
Pemanfaatan TIK oleh pemerintah daerah selama ini masih mengalami berbagai hambatan
dan kendala. TIK masih dipandang sebagai cost center dan bukan sebagai long term
investment sehingga belum terlihat manfaatnya secara jelas. Selain itu, faktor kelembagaan
dan sumberdaya manusia bidang TIK di dalam organisasi pemerintah daerah juga masih
terbatas. Di sisi lain, pemanfaatan TIK di beberapa daerah telah mampu menghemat
anggaran dan juga membuka peluang bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan banyaknya fakta kegagalan pemanfaatan dan pengelolaan TIK, serta hambatan
dan kendalanya di berbagai daerah , maka diperlukan suatu forum antar daerah untuk
sharing pengalaman. Pelaksanaan seminar nasional ini merupakan forum diskusi untuk
mencari masukan dan solusi dari best practice berberapa daerah. Selain itu, seminar
nasional ini diharapkan mampu memperjelas roadmap keberhasilan implementasi e‐
Government (e‐Gov) di daerah.
1
Tujuan Kegiatan
Kegiatan Seminar Nasional ini bertujuan untuk :
1. Mendorong terjadinya pertukaran informasi, pengetahuan dan pengalaman dalam
usaha‐usaha pengembangan e‐Gov berdasarkan praktek‐praktek terbaik (best practice)
untuk meningkatkan keberhasilannya.
2. Meningkatkan awareness terhadap usaha‐usaha pengembangan dan pemanfaatan TIK
guna mendukung keberhasilan implementasi e‐Gov.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang penerapan tatakelola TIK yang
selaras dengan birokrasi pemerintahan untuk mendukung proses transformasi.
Sasaran Peserta
1. Kepala Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Bidang TIK
4. Perangkat pemerintahan yang terkait dengan pengembangan e‐Government
5. Wakil dari Lembaga Pemerintah dan Lembaga Pendidikan
6. Pelaku Bisnis, Pemerhati dan Praktisi TIK
Susunan Acara
• Registrasi: 7.30 – 8.30 WIB
• Pembukaan : 8.30 – 9.00 WIB
Sambutan 1 : Ketua Jurusan Elektro, Fakultas Teknik UGM
Sambutan 2 : Rektor UGM (sekaligus membuka acara)
Keynote Speaker : 9.00 – 9.30 WIB
Pembicara : Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Topik : Roadmap & Indikator Implementasi E‐Gov di Indonesia
• Coffee break : 9.30 – 10.00 WIB
• Sesi 1 : 10.00 – 11.15 WIB
Pembicara : Dr. Made Suwandi, M.Soc,sc (Direktorat Urusan Pemerintah Daerah,
Ditjen Otda Depdagri
Topik : Kelembagaan TIK dalam Struktur Pemerintahan untuk Mendukung
Keberhasilan E‐Government di Indonesia
2
• Sesi 2 : 11.15 – 12.30 WIB
Pembicara : Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MURP, Ph.D. (Kepala Badan Informasi Daerah
Provinsi DIY, mewakili praktisi) dan Dr. Didi Achjari, MBA (mewakili
akademisi)
Topik : Penyelarasan TIK dengan Sistem Birokrasi Pemerintahan
• ISHOMA : 12.30 – 13.30 WIB
• Sesi 3 : 13.30 – 14.30 WIB
Pembicara : Ir. Fadel Muhammad (Gubernur Provinsi Gorontalo, mewakili praktisi)
dan Dr. Ir. Lukito Edi Nugroho, M.Sc. (Magister Teknologi informasi)
Topik : Mendayagunakan Peran TIK untuk mewujudkan transparasi pelayanan
publik
• Sesi 4 : 14.30 – 15.30 WIB
Pembicara : Untung Wiyono (Bupati Sragen, mewakili praktisi) dan Drs. Wing Wahyu
Winarno, MAFIS (mewakili akademisi)
Topik : Isu, Peluang, dan Strategi Pemanfataan TIK Untuk Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
• Sesi 5 (panel) : 15.30 – 16.30 WIB
Sesi ini mendiskusikan pembicaraan pada sesi‐sesi sebelumnya dari perspektif yang
berbeda, yang diwakili oleh pembicara (Panelis) yang berasal dari kalangan yang
berbeda: unsur legislatif (anggota DPR/DPRD), pelaku implementasi e‐Gov di institusi
pemerintah (mahasiswa Program CIO MTI UGM), dan masyarakat sebagai pemakai
layanan‐layanan e‐Government.
• PENUTUPAN SEMINAR & BREAK 16.30 WIB
Pelaksanaan
Hari : Rabu
Tanggal : 2 April 2008
Tempat : Gedung Auditorium Magister Manajemen
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
3
Kontak Person
Sekretariat Panitia :
Kantor Program Magister Teknologi Informasi
Gedung Teknik Elektro, Lantai 2.
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281
Ph/Fax : +62‐274‐547506, 631175
Website : www.mti.ugm.ac.id
e‐mail : mti@mti.ugm.ac.id
farista06@yahoo.com ym id : farista06
Susunan Panitia
(terlampir)
Anggaran Kegiatan
(terlampir)
Sponsorship (contact person : Adamin S. HP. 08125865020)
(terlampir)
4
Penutup
Kami sangat berterimakasih apabila semua pihak memberikan kesempatan dan
kepercayaan untuk merealisasikan kegiatan ini dan kami sangat mengharapkan
dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Semoga kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Februari 2008
Ketua Panitia,
Sayuri Egaravanda, S.Kom
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro Pengelola Program MTI
Fakultas Teknik UGM Jurusan Teknik Elektro FT UGM
Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D. Ir. Rudy Hartanto, MT
5
Lampiran 1
TOR
Road map & Indikator Implementasi E‐Gov Road
map & Indikator Implementasi E‐Gov
Pemerintah melalui Keppres 20 tahun 2006 membentuk Dewan TIK Nasioanal yang
salah satu tugasnya adalah merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis
pembangunan nasional melalui pendayagunaan TIK. Dalam Blueprint TIK Nasional ada 4
Main Components dimana salah satu komponen nya adalah E‐Gov, dengan program
antara lain : legalisasi software pada Instansi Pemerintah (proprietary atau opensource),
e‐services dan e‐proc, National Single Window, NIN dan e‐Budget.
Agar Program tersebut dapat terimplementasi dengan baik maka diperlukan
pengawasan Road Map TIK Nasional. Keragaman karakter Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan e‐Gov merupakan sebuah tantangan dalam perkembangan e‐Gov
secara Nasional. Ada pemerintah daerah yang telah sukses mengembangkan e‐Gov dan
sukses meningkatkan PAD nya melalui implementasi TIK. Sementara sebagian baru
memulai membangun e‐Gov yang oleh sebagian daerah di artikan sebagai memiliki
website dan memiliki jaringan LAN.
Agar Pengembangan e‐Gov Pemerintah Daerah selaras dengan Pengembangan e‐gov
Nasional maka diperlukan:
1. Review Hambatan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan Inpres no
3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e‐Gov.
2. Keselarasan Road Map TIK Nasional dengan pengembangan e‐Gov Pemerintah
Daerah.
3. Indikator keberhasilan Implementasi e‐Gov Indonesia dan Pemerintah Daerah.
4. Pembinaan dan pengendalian Implementasi dan pemanfaatan e‐Gov
6
Kelembagaan TIK dalam Struktur
Organisasi Pemerintah
Review Kebijakan PP 41 Tahun 2007
• Perumpunan Urusan Pemerintahan.
• Susunan Organisasi Perangkat Daerah.
• Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi TIK, Pembentukan, Kedudukan,
Tugas dan Fungsi.
• Pembinaan dan Pengendalian Organisasi.
Kendala Saat Ini
Struktur organisasi saat ini tidak kondusif untuk terwujudnya perencanaan TI yang
terpadu lintas unit kerja. Beberapa kendala yang menjadi penyebab adalah:
1. Pada proses Perencanaan dan Penganggaran IT yang selama ini berada di BAPEDA,
menemui kendala yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan Skill dari Pihak
BAPEDA dalam menilai, mengarahkan, meng‐audit atau mengevaluasi sebuah Proses
Perencanaan sampai pada proses Evaluasi sebuah Program TI
2. Belum ada stakeholder secara khusus yang mengarahkan pengembangan TI?
3. Koordinasi antar lintas sektor sulit, karena keterbatasan otoritas.
Dengan memperhatikan konsep dasar tentang peran GCIO (Goverment Chief
Information Officer), dan kondisi khas yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah
daerah di Indonesia, maka MTI UGM mengusulkan untuk merinci peran GCIO Indonesia
sebagai berikut:
1. Penyusun strategi TI. Dapat dikatakan saat ini semua pemerintah daerah di Indonesia
sedang berada dalam tahap awal pembangunan e‐gov seperti diamanahkan oleh
Undang‐Undang no. 3/2003. Menurut Bank Dunia, pemanfaatan TI dalam e‐gov pada
akhirnya harus bisa melahirkan transformasi relasi antara pemerintah dengan warga,
antara pemerintah dengan dunia usaha, dan antara sesama lembaga pemerintah
sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah memerlukan visi, misi,
dan strategi pemanfaatan TI yang tepat. Salah satu tugas GCIO adalah
7
memformulasikan ketiga hal fundamental tersebut, yang diselaraskan dengan visi,
misi, dan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Promotor penyelarasan proses‐proses bisnis/birokrasi. TI sebagai enabler pada
akhirnya harus berjalan seiring dengan proses‐proses birokrasi yang ada. Pada
umumnya sistem dan proses birokrasi yang ada saat ini tidak kondusif bagi
pemanfaatan TI secara optimal, sehingga perlu ada pendekatan top‐down agar
keselarasan antara keduanya bisa tercapai. Pendekatan harus secara top‐down
karena pada umumnya penyelarasan TI dengan sistem/proses birokrasi melibatkan
penataan birokrasi (struktur, mekanisme kerja, tupoksi, dan sebagainya). GCIO pada
posisi strategis (misalkan setingkat Sekda) dapat mengemban peran sebagai
promotor dan inisiator bagi penyelarasan ini.
3. Promotor manajemen solusi TI. Seorang GCIO harus dapat melihat bagaimana TI
memberikan solusi terhadap masalah‐masalah yang dihadapi. Sebagai promotor
untuk solusi‐solusi TI, GCIO harus dapat mendefinisikan tujuan dan sasaran solusi
yang akan diimplementasikan, strategi pengembangan dan operasionalisasinya, dan
tahapan‐tahapan yang harus dijalankan.
4. Penentu kebutuhan TI. Sebagai konsekuensi dari peran no. 2 dan 3, pemerintah
daerah akan memerlukan sarana dan fasilitas TI (perangkat keras, jaringan, perangkat
lunak, dan data). Penentuan kebutuhan dengan memanfaatkan prinsip efisiensi dan
efektivitas perlu dilakukan oleh GCIO. Lingkupnya adalah pada seluruh
kabupaten/kota, sehingga perlu memperhitungkan alokasi dan pemakaian bersama
di lembaga‐lembaga yang ada.
5. Perancang anggaran TI. GCIO juga perlu memiliki fungsi perancang anggaran, untuk
menjamin kebutuhan‐kebutuhan TI dapat dianggarkan secara tepat guna.
6. Pengelola operasional sistem dan teknologi informasi. Pada tataran operasional,
GCIO diperlukan untuk menjamin operasional sistem dan teknologi informasi dapat
berjalan dengan baik.
7. Penilai kinerja TI. Implementasi TI yang berjalan perlu dinilai kinerjanya untuk
berbagai kepentingan. Untuk kepentingan audit, penilaian kinerja dilakukan untuk
mengetahui kelayakan implementasi dengan anggaran. Untuk kepentingan
pengembangan dan penyempurnaan, evaluasi kinerja dapat memberitahu aspek‐
aspek apa saja yang perlu mendapatkan perhatian. GCIO harus dapat menjadi
promotor maupun eksekutor dalam evaluasi kinerja TI.
8
Pendekatan Struktural dalam Mengakomodasi Profesi GCIO di Indonesia
Peran‐peran GCIO di atas memerlukan kapabilitas‐kapabilitas berikut ini agar program‐
program pemanfaatan TI bisa terlaksana secara efektif: perencanaan, koordinasi, dan
pelaksanaan (eksekusi). Kapabilitas‐kapabilitas ini harus diletakkan dalam struktur
organisasi pemerintahan. Peraturan Pemerintah (PP) no. 41 tahun 2007 mengatur
tentang organisasi perangkat daerah. Secara garis besar, struktur organisasi perangkat
daerah. Dari penjelasan peran GCIO dapat diketahui ada 3 jenis posisi‐posisi struktural
yang berbeda:
• Jenis peran strategik, yang berurusan dengan visi, misi, dan strategi TI yang
diturunkan dari visi, misi, dan strategi pemerintah daerah. Jenis peran ini juga
bertanggungjawab atas keselarasan implementasi TI di seluruh daerah dengan
strategi TI yang bersifat nasional.
• Jenis peran koordinatif, yang berurusan dengan perencanaan program‐program TI
dan berbagai bentuk koordinasi yang diperlukan.
• Jenis peran pelaksana (eksekutor), yang bersifat sektoral dan spesifik dalam sebuah
dinas atau lembaga teknis daerah.
Ketiga kebutuhan jenis peran GCIO tersebut di atas diakomodasi dengan posisi‐posisi
struktural yang diajukan dengan dasar pemikiran untuk lebih memperkuat penetrasi
inisiatif pengembangan TI melalui fungsi‐fungsi organisasi yang sudah ada saat ini.
Dengan melekatkan fungsi pengelolaan informasi pada tupoksi perangkat daerah,
diharapkan bisa terjadi asimilasi yang selaras antara TI dengan fungsi‐fungsi
penyelenggaraan pemerintahan yang lain.
Posisi Asisten Sekda bidang Informasi membawa jenis peran GCIO strategik. Dengan
eselon 2, Asisten Sekda memiliki kewenangan yang setara dengan posisi Kepala SKPD
(Dinas), tetapi memiliki otoritas Sekretariat Daerah untuk mengarahkan dinas yang ada.
9
Penyelarasan TIK dengan Sistem
Birokrasi Pemerintahan
Teknologi informasi (TI) mempunyai kekuatan dalam meningkatkan efisiensi dan
produktivitas organisasi dan kepercayaan semacam ini biasanya menjadi dasar justifikasi
bagi investasi TI. Tetapi apakah benar bahwa investasi TI memang bisa mewujudkan
impian organisasi untuk menjadi lebih efisien dan produktif, jawabannya mungkin ‘ya’,
sebab pekerjaan seperti pembuatan laporan, desain, atau penghitungan bunga bisa
dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Tetapi sering terjadi, investasi TI tidak bisa
mendongkrak kinerja keuangan organisasi bisnis. Investasi TI justru bisa mengurangi
produktivitas dan efisiensi organisasi.
Fenomena ini lebih populer dengan istilah productivity paradox. Kegagalan investasi
tersebut antara lain disebabkan oleh kegagalan mengelola perubahan, ketidakcocokan
antara sistem informasi yang dengan kebutuhan organisasi, ketidakcocokan kultur, dan
lain‐lain.
Kerangka
2. Visi menjadi sebuah sarana pemersatu berbagai perbedaan pandangan dan friksi
dalam organisasi yang mungkin saja bisa menjadi batu sandungan bagi pencapaian
tujuan organisasi.
3. Pembuatan elemen kebijakan yang perlu melihat karakteristik dan effort pelaku dan
teknologi.
10
Mendayagunakan Peran TIK untuk
Mewujudkan Transparansi Pelayanan Publik
TIK dan Fungsi Layanan Publik
Penerapan dan pemanfaatan TIK akan menghasilkan potensi keuntungan baik secara
langsung maupun tidak langsung sebagai berikut:
• Efisiensi, Menyederhanakan proses, menghemat biaya dan mengurangi lamanya
waktu yang dibutuhkan;
• Layanan baru dan lebih baik (efektivitas), Mengkombinasikan layanan yang sudah ada
dengan solusi baru pemanfaatan TIK;
• Peningkatan partisipasi masyarakat, Membuka peluang partisipasi yang lebih luas,
horisontal dengan memanfaatkan semua media, menjangkau semua lapisan
masyarakat , tidak terbatas ruang dan waktu;
• Transparansi, Pemanfaatan TIK juga meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan
transparansi pelayanan publik. Mekanisme dan prosedur layanan online telah
membuka peluang bagi pembelajaran dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam
memonitor proses pelayanan publik.
Transparansi Pelayanan Publik dengan TIK
Dalam beberapa dekade terakhir terjadi transformasi sistem politik dan ekonomi yang
signifikan di banyak negara. Meskipun tiap transformasi ini memiliki kualitas spesifik,
arah dari perubahan ini tampak menuju bentuk pemerintah yang lebih demokratis dan
menuju ekonomi yang lebih berorientasi pasar dan berpihak pada kepentingan
masyarakat umum. Dalam domain politik dan ekonomi, komponen kunci perubahan
adalah informasi yang menjadi lebih terdesentralisasi dan tersedia secara bebas.
Transparansi pelayanan publik khususnya interaksi Pemerintah dengan bisnis (G2B) yang
paling krusial adalah proses pengadaan barang dan jasa. Sektor G2B mendapat
perhatian yang signifikan, karena tingginya antusiasme sektor bisnis dan potensi untuk
mengurangi biaya melalui praktik‐praktik perbaikan pengadaan dan peningkatan
kompetisi. Dengan G2B pemerintah membolehkan bisnis untuk memperoleh informasi
pemerintah secara tepat waktu dan melakukan transaksi dengan instansi pemerintah,
seperti penawaran dan pelelangan pekerjaan secara online (e‐Procurement).
11
Isu, Peluang dan Strategi Pemanfatan
TIK untuk Peningkatan PAD
• TIK : necessity advantage versus competitive advantage
Di awal era otonomi daerah, pemanfaatan TIK dalam pengembangan layanan
pemerintah dipandang sebagai competitive adv. Namun dalam perkembangannya
saat ini, pemanfaatan TIK dalam fungsi layanan pemerintah telah menjadi keharusan
(necisity adv).
Ketika TIK menjadi keharusan sebagai fungsi layanan, maka pemanfaatan TIK harus
melingkupi seluruh fungsi dan interaksi yang djalankan oleh pemerintah.
• Benefit oriented versus profit oriented
Berbeda dengan institusi swasta yang menjadikan TIK sebagai sarana untuk
meningkatkan keuntungan (profit), pemanfaatan TIK di dalam pemerintahan lebih
ditekankan pada peningkatan manfaat layanan (benefit) bagi masyarakat. Pada
akhirnya pemanfaatan TIK dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas fungsi
layanan.
Lebih jauh, pemanfaatan TIK memiliki fungsi strateis dan dapat memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan PAD.
• Strategic plan to increase income
Masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana memanfaatkan TIK sebagai sarana
untuk meningkatkan PAD. Bagaimana mengelola potensi‐potensi unggul yang dimiliki
daerah dengan TIK atau memanfaatkan potensi TIK untuk inovasi layanan.
12
Lampiran 2
SUSUNAN PANITIA
Pelindung : Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Pengarah : Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Penanggung Jawab : Ketua Program Magister Teknologi Informasi UGM
Panitia Pelaksana
Ketua : Sayuri Egaravanda
Wakil : Abdul Manan
Sekretaris : Dedy Cahyadi
Bendahara : Zulfiana Farista
Seksi‐Seksi
Seksi Acara (A) : Suparmin
Cecilia Lusiani
Yoga Agung Wardani
Bambang Dwi Anggono
Eka Iman Prabawa
Perkap (P) : I Made Cipta Wahyudi
Wimbo B. Prasodjo
Rahayu Slamet
Munsyif Sahirul Alim
Konsumsi (K) : Arie Widawati
Kanastasia DAD
Ex. Affair (E) : I Nyoman Murditha
Haris Fuady
Bayu Wijayanto
Transportasi (T) : Eko Wibowo
Sugeng Wahyu
Sponsorship (S) : Adamin Siregar
Dwihansyah A.N.
Estiarto Wahyu S.
Budi Yuwono
Andiono
13