LATAR BELAKANG
Obat-obatan penghambat kolinergik memiliki efek terhadap sistem saraf otonom. Obat ini
menghambat aksi dari asetilkolin neurotransmiter dalam sistem saraf parasimpatis. Karena saraf
parasimpatis mempengaruhi banyak area pada tubuh, maka obat-obatan penghambat kolinergik
memiliki banyak efek. Obat-obatan panghambat kolinergik juga disebut anti kolinergik atau obat-obatan
penghambat parasimpatomimetik. Contoh obat-obatan penghambat kolinergik termasuk atrophine,
scopolamine, dan prophantelin.
1. Sistem saraf pusat – tidur nyenyak, mengantuk, atrophine dapat menghasilkan perasaan ringan
pada beberapa pasien.
2. Mata – mydriatik (dilatasi pupil), cycloplegia (paralisis akomodasi atau ketidakmampuan
memfokuskan mata),
3. Saluran pernafasan – pengeringan sekresi mulut, hidung, kerongkongan, bronkus, relaksasi otot
polos pada bronkus menyebabkan bronkodilatasi ringan.
4. Saluran pencernaan – penurunan sekresi lambung, penurunan pergerakan (motilitas) pada
lambung dan usus.
5. Sistem kardiovaskular – meningkatnya denyut nadi (sering terjadi dengan pemberian atrophine)
6. Saluran kemih – dilatasi otot polos pada ureer dan pelvis ginjal, kontraksi otot detrusor pada
kandung kemih.
Dinding gasroinestinal dibentuk oleh lapisan mukosa, sub mukosa,otot sirkular dan otot
longitudinal. Tonus dan peristaltik usus dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis
memiliki hubungan antara dua ganglion yaitu ganglion Aurbach dan ganglion Meissners. Ganglion
Aurbach terletak diantara dua jenis otot dan ganglion Meissners di lapisan sub mukosa.
Serabut saraf pada sistem parasimpatis mensarafi otot polos, otot jantung, dan jaringan
glandular. Pada umumnya, rangsangan melalui serabut simpatis meningkatkan kecepaan dan akifitas
metabolisme. Rangsangan sistem simpatis akan meningkatkan tonus otot dan peristaltik usus.
Rangsangan yang berlebihan akan menghasilkan spasme.
Obat-obatan yang merelaksasikan efek otot disebut antispasmodic atau Spasmolyic. Ada dua
jenis Spasmolytic, kelompok pertama adalah obat-obatan yang bertindak langsung pada otot usus
(contohnya alverin, meberverin) dan kelompok berikutnya adalah obat-obatan yang bertindak pada
reseptor muscarinic (conohnya atropine sulfate, atropine, scopolamine, prophantelin dan muscarinic
antagonis)