.PANYINGKUL! Jurnalisme Orang Biasa
.PANYINGKUL! Jurnalisme Orang Biasa
Ketika Pak Harto tgl 20 Mei betemu Habibie, ia mengatakan hari Sabtu tgl 23 Mei
akan memanggil DPR/MPR dan setelelah itu akan mundur atau lengser,
sesungguhnya di dalam lubuk hati Pak Harot menunggu jawaban Habibie untuk
mengatakan ;” Jangan Pak, kita akan mempertahankan. Saya akan menggalang
dukungan, kalau perlu kita gunakan Kostrad untuk membubarkan DPR/MPR.”.
Di balik itu Soeharto telah menyusun strategi untuk tidak kelihatan terlibat atau
menciptakan alibi dengan pembubaran DPR/MPR karena ada jadwal pertemuan
hari Sabtu. Tetapi sebaliknya yang keluar dari mulut Habibie : “ Saya bagaimana
Pak?”
Setelah mendengar pertanyaan itu, Pak Harto tediam sejenak, yang oleh Habibie
ditafsir Pak Harto sedang berpikir keras sebagaimana kalau menghadapi masaalah.
Habibie menganggap Soeharto pemikir ulung seperti dirinya.
Sore itu Soeharto lengser dan Habibie diangkat sebagai Presiden. Sejak hari itu
pula Soeharto tidak mau betemu lagi dengan Habibie. Bahkan ketika Habibie
langsung menelpon di hari ulang tahun Soeharto yang ke 77, Habibie ditolak untuk
bertemu. “Kerjakan tugasmu dengan baik. Saya sudah tua, kita bertemu dalam
batin saja,” jawab Soeharto. Habibie heran. “Hanya Pak Harto yang tahu,” katanya
kemudian.
Habibie tetap heran mengapat Pak Harto tidak mau ditemui. Padahal jawabannya -
Soeharto sangat kecewa ketika akan menyusun Kabinet, ia ditinggal oleh 15
menteri senior yang menolak dan Habibie sampai hati pula akan meninggalkannya.
Habibie tidak mengunakan batinnya untuk menyadari apa sebab Soeharto tidak
mau bertemu lagi, pada hal Soeharto sudah memberi isyarat, “Kita bertemu dalam
batin saja”.
Tetapi hikmah dari komunikasi budaya yang “gak nyambung” ini adalah:
Reformasi. Dan masa bagi Habibie menjabat presiden. Presiden dari Bugis. (p!)
Komentar :
04-10-2010
Dari : jgdrgzg | pbmoke@edyizx.com
XfY1m1 lmpoccwmcsuh, [url=http://dxkggiio rlva.com/]dxkggiiorl va[/url],
[link=http://weqigeq tniqw.com/]weqigeqtn iqw[/link], http://bsfuxpfqmemd. com/
02-10-2010
Dari : qAcnNUglGkq | upnzrv@bmccqo.com
eFR4Xs ypkutxqfrdvw, [url=http://wpkjxqnl ppen.com/]wpkjxqnlpp en[/url],
[link=http://ttzdppq ophpe.com/]ttzdppqop hpe[/link], http://dgfvxswbroub. com/
30-07-2010
panyingkul.com/view.php?id=1188&je… 2/3
10/18/2010 .:|:.PANYINGKUL! Jurnalisme Orang Bi…
Dari : M.Ridwan | lapacikoa@yahoo.com
Boleh tong ini cerita sebagai renungan, tapi saya ketawa dengan komentar dari
halimhade tentang pejabat lokal dengan istri pejabat dari Jakarta. Iyo tawwa Pak
Zain, bagus ki cerita ta.
29-06-2010
Dari : Muslimin Beta | muslimin.beta@pewarta-indonesia.com
Saya pernah hidup ditengah-tengah orang Betawi dan Sunda di Depok, pola
komunikasi antara orang Betawi dengan orang Bugis-Makassar ada kemiripan
seperti suka berterus terang, ceplas-ceplos, dan cenderung komunikasi bersifat
terbuka
25-06-2010
Dari : halim hd. | halimhade@yahoo.com
ini guyonan. tapi juga bisa menggambarkan suatu komunikasi, yaang bisa salah
paham, bisa jadi bahan lelucon: suatu hari seorang pejabat, elite, di makassar
menjemput seorang pejabat pusat, atasannya, dari jakarta. pejabat
bugis/makassar itu ketika berada di ruang vip bertanya kepada ibu pejabat: "kita
tidur di mana?". kontan ibu pejabat yang ditanya merah mukanya. yang ditanya
nggak ngerti dan paham, "kita" bagi orang bugis/makassar artinya "anda", kata
ganti kedua untuk menghormati. ibu pejabar menganggap "kita" artinya antara
dirinya dengan pejabat lokal.
19-06-2010
Dari : papa Farhan | hatta67us@yahoo.com
ada benarnya tulisan di atas,meskipun tidak lagi sepenuhnya wong jawa seperti
itu,terutama karena tingkat mobilitas wong jawa yang sangat tinggi dan luas
membuat budaya personal ter erupsi dengan budaya di mana mereka tinggal untuk
sekian lama,meskipun itu wong jowo jogya ( jawa tengah )sekalipun. dan
sebenarnya mereka juga menyadari kalau budaya ( terutama budaya tutur )
sangat sulit untuk straight forward,kettika ada orang lain yg punya gaya bicara
straight forward mereka akan berkomentar " neng wong makassar/bugis
ngomonge ra'ngubeng beda karo wong jowo" dan ini menjadi bagian tersendiri
dalam budaya jawa.
14-06-2010
Dari : Erwin Rachim | erwin.century@yahoo.com
Saya sangat senang membaca tulisan bapak Zain, bapak beruntung lama bergaul
dan tinggal d tanah jawa. Sayangnya saya tidak banyak tahu tentang sindiran
halus dan tata cara pergaulan mereka. Saya lahir di tengah kehidupan bugis-
makassar-cina, tamat sekolah kerja di Bali dan sudah tinggal di Arab Emirat
selama 7 tahun. Walau tinggal di tanah arab tapi saya bergaul dengan orang2 yg
datang dari segala penjuru dunia. Ada beberapa orang jawa teman dekat tapi rata2
mereka seperti saya bicara blak2an dan straight forward. Apa mungkin karena kita
banyak belajar dari orang luar? Mungkin saya terlalu cepat berkesimpulan mungkin
karena di tanah jawa pengaruh orang2 bangsawan masih kental yang terkenal
berbahasa terlalu halus dan terlalu brhati hati seperti kata pak Zain.
panyingkul.com/view.php?id=1188&je… 3/3