Anda di halaman 1dari 36

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

5. Turunan Berarah, Gradien


Pada gambar peta kontur di
sebelah, kita melihat lintasan air
dari ketinggian menuju S.
Hudson. Tiap lintasan air itu
merupakan kali kecil.
Air mengalir mengikuti lintasan
yang turun paling curam dan
berpotongan tegak lurus dengan
kurva-kurva ketinggian.
Apakah secara kebetulan kali
dan kurva kontur berpotongan
tegak lurus?
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 1

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Turunan Berarah
Turunan parsial mengukur laju perubahan (dan gradien garis
singgung) dalam arah sejajar dengan sumbu-sumbu
koordinat. Tujuan kita adalah mempelajari laju perubahan
fungsi untuk sebarang arah.
Untuk memudahkan, kita menggunakan notasi vektor.
f ( p + hi ) − f ( p )
f x ( p ) = lim
h→0 h
f ( p + hj ) − f ( p )
f y ( p ) = lim
h →0 h
Maka turunan berarah tidak lain adalah perluasan konsep di
atas.
Bagaimana caranya? Cukup mengganti i atau j dengan
sebarang vektor satuan u (sesuai arah yang dimaksud).

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 2

1
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Definisi
Untuk tiap vektor satuan u,
f ( p + hu ) − f ( p )
Du f ( p ) = lim
h→0 h
disebut turunan berarah dari f di p dalam arah u, bila limit itu ada.

Interpretasi: Misalkan T = f(x,y) menyatakan temperatur di


titik (x,y) pada suatu plat.
Maka Du f(p) memberikan laju perubahan sesaat
temperatur di titik p bila bergerak dalam arah u.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 3

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 4

2
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Teorema
Diberikan f mempunyai turunan di p. Maka f mempunyai turunan
berarah di p dalam arah satuan u = u1i + u2 j dan
Du f ( p ) = u ⋅∇f ( p ) ,
yaitu
Du f ( x, y ) = u1 f x ( x, y ) + u2 f y ( x, y )
Bukti : Karena f mempunyai turunan, maka
f ( p + hu ) − f ( p ) = ∇f ( p ) ⋅ hu + ε ( hu ) ⋅ ( hu )
dengan ε ( hu ) → 0 bila h → 0. Akibatnya
f ( p + hu ) − f ( p )
lim = lim ( ∇f ( p ) ⋅ u + ε ( hu ) ⋅ u )
h →0 h h→0

= lim ∇f ( p ) ⋅ u + lim ε ( hu ) ⋅ u = ∇f ( p ) ⋅ u
h→0 h→0
   
=∇f ( p )⋅u =0

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 5

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Jika f ( x, y ) = 4 x 2 − xy + 3 y 2 , hitunglah turunan berarah


f di ( 2, −1) searah dengan vektor w = 4i + 3j.
Penyelesaian w = 42 + 32 = 5. Vektor satuan dalam arah w
w 5 = u = ( 4 5 ) i + ( 3 5 ) j.
Sedangkan f x = 8 x − y; f y = − x + 6 y. Maka, f x ( 2, −1) = 17 dan
f y ( 2, −1) = −8. Jadi, ∇f ( 2, −1) = (17, −8 ) dan oleh karena itu,
Du f ( 2, −1) = ∇f ( 2, −1) ⋅ u = (17, −8 ) ⋅ ( 4 5, 3 5 ) =
=17 ( 4 5 ) − 8 ( 3 5 ) = 44 5.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 6

3
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Latihan Tentukanlah turunan berarah f ( x, y ) = xe y + cos xy, di titik ( 2, 0 )


dalam arah v = 3i − 4 j.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 7

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Memaksimalkan Laju Perubahan


Jika θ adalah sudut antara u gradien ∇f (p), maka dari rumus
hasil kali titik kita peroleh bahwa
Du f (p) = |∇f (p)||u|cos θ = |∇f (p)|cos θ .
Jadi, nilai Du f (p) akan mencapai nilai maksimal ketika θ = 0
dan minimal ketika θ = p.
Teorema
Nilai suatu fungsi f di p naik dengan laju terbesar terjadi dalam arah
yang searah dengan ∇f ( p ) .
Sebaliknya, nilai fungsi f di p menurun dengan laju terbesar terjadi
dalam arah yang berlawanan dengan ∇f ( p ) .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 8

4
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh seekor kepik berada pada permukaan paraboloida


hiperbolik z = y 2 − x 2 , pada titik (1,1, 0 ) . Tentukan arah ia merayap
agar ia menanjak dengan laju maksimal dan hitunglah kemiringannya
dalam arah tersebut.
Penyelesaian Misalkan f ( x, y ) = y 2 − x 2 .
∇f ( x, y ) = fx ( x, y ) i + fy ( x, y ) j = −2 xi + 2 yj
Maka kepik tersebut harus bergerak dari (1,1, 0 ) dalam arah ∇f (1,1) = −2i + 2 j.
Sedangkan kemiringan yang dialaminya adalah −2i + 2 j = 8.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 9

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Latihan
Tentukan arah vektor u sehingga f ( x, y ) = x 2 2 + y 2 2
1. bertambah nilainya dengan laju terbesar di (1,1) .
2. berkurang nilainya dengan laju terbesar (1,1) .
3. tidak ada perubahn dalam nilai f di (1,1)

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 10

5
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Rangkuman Sifat-sifat Turunan Berarah


Duf = ∇f ·u =| ∇f | cosθ
1. Nilai fungsi f bertambah dengan laju maksimal ketika
cosθ=1 atau ketika u searah dengan ∇f . Artinya pada tiap
titik p pada domain dari f, nilai f naik dengan laju terbesar
dalam arah ∇f(p). Duf = | ∇f | cos0= | ∇f |.
2. Nilai f turun dengan laju maksimal bila u berlawanan arah
dengan ∇f . Duf = | ∇f | cos π= – | ∇f |.
3. Bila u tegak lurus terhadap ∇f ≠0, tidak ada perubahan
dalam nilai tidak ada perubahan dalam nilai f,
Duf = | ∇f | cos π/2= 0.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 11

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Kurva Ketinggian dan Gradien


Sepintas lalu, tidak ada hubungan antara kurva ketinggian dan
gradien.
Kurva ketinggian permukaan z=f(x,y), untuk tinggi z=k, adalah
himpunan semua (x,y) sehingga f(x,y)=k.
Sepanjang kurva ini tidak ada perubahan pada nilai f . Misalkan
p=(x0,y0) sebuah titik pada kurva dan v0 adalah vektor yang
menyinggung kurva dititik itu.
Maka secara intuitif kita dapat menyimpulkan bahwa dalam arah
v0 tidak ada perubahan nilai dari f, yaitu Dv0f(p)=0.
Karena Dv0f (p)= |∇f (p)||v0|cos θ, maka haruslah θ=π/2, atau
∇f (p) ⊥ v0.
Hal ini akan kita bicarakan secara lebih formal pada pasal
mengenai bidang singgung.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 12

6
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Gradien fungsi dua variabel atau


lebih selalu tegak lurus terhadap
vektor singgung kurva ketinggian di
titik tersebut.

Teorema
Gradien f di titik p tegak lurus terhadap kurva ketinggian dari f yang melalui
titik p.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 13

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

z = x 2 − 2 y 3 + xy

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 14

7
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Kurva Ketinggian f(x,y,z)


Jika f(x,y,z)=x2+ y2+ z2, maka permukaan ketinggian untuk
f=1 memberikan bola dengan jari-jari 1.
Oleh karena itu. kurva ketinggian untuk fungsi dengan tiga
variabel atau lebih disebut permukaan ketinggian, karena ia
merupakan permukaan. Tentu saja, kita akan sulit untuk
menggambarnya bila variabelnya lebih dari 3.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 15

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

6. Aturan Rantai
Jika fungsi f dibangun dari g dan h melalui komposisi, f =
g∘h, maka aturan rantai memungkin kita untuk menentukan f
́ berdasarkan ǵ dan h́.
Pada fungsi dua atau lebih variabel kita juga mengenal
aturan rantai.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 16

8
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Teorema Aturan Rantai untuk Fungsi Dua Variabel


Jika kedua turunan parsial dari w = f ( x, y ) kontinu dan jika x = x ( t ) , y = y ( t )
mempunyai turunan yang kontinu, maka fungsi komposisi w = f ( x ( t ) , y ( t ) )
mempunyai turunan terhadap t dan
df
= fx ( x (t ) , y (t )) ⋅ x '(t ) + f y ( x (t ) , y (t )) ⋅ y '(t )
dt
atau
dw ∂f dx ∂f dy
= +
dt ∂x dt ∂y dt

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 17

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Sketsa Bukti
∆ w = f ( p + ∆ p ) − f ( p ) = ∇ f ( p ) ⋅ ∆p + ε ( ∆ p ) ⋅ ∆ p
= f x ( p ) ∆x + f y ( p ) ∆y + ε ( ∆p ) ⋅ ∆p
dengan ε ( ∆p ) → 0 bila ∆p → 0. Maka,
∆w ∆x ∆y ∆x ∆y
= fx (p) + f y (p ) + ε ( ∆p ) ⋅ ,
∆t ∆t ∆t ∆
t ∆

t
∆p ∆t

∆x ∆y
Karena x ( t ) , y ( t ) mempunyai turunan, maka lim ∆t →0 dan lim ∆t →0 ada.
∆t ∆t
Dengan demikian lim ∆t →0 ∆p = 0. Akibatnya, lim ∆t →0 ε ( ∆p ) = 0. Kita peroleh
dw ∆w ∆x ∆y
( p ) = lim ∆t →0 = lim ∆t →0 f x ( p ) + lim ∆t →0 f y ( p )
dt ∆t ∆t ∆t
dx dy
= fx (p) + f y (p )
dt dt

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 18

9
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Hitunglah turunan w = xy terhadap t sepanjang kurva x = cos t ,


y = sin t. Tentukan turunan di t = π 2.
Penyelesaian
dw ∂w dx ∂w dy ∂ ( xy ) d cos t ∂ ( xy ) d sin t
= + = +
dt ∂x dt ∂y dt ∂x dt ∂y dt
= y ( − sin t ) + x cos t = sin t ( − sin t ) + cos t cos t
= − sin 2 t + cos 2 t = cos 2t
dw
Sedangkan pada saat t = π 2, = cos ( ( 2 )(π 2 ) ) = −1.
dt
Kita dapat mencek hasil dengan hitung langsung:
w ( t ) = cos t sin t = (1 2 ) sin 2t.
Maka,
dw dt (π 2 ) = (1 2 ) 2 cos ( 2t ) t =π 2 = cos π = −1.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 19

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Bukti Aturan Rantai di atas dapat dengan


dimodifikasi untuk membuktikan Aturan
Rantai untuk fungsi tiga variabel atau
lebih.

Contoh Hitunglah turunan w = xy terhadap t jika diketahui


w = xy + z , x = cos t , y = sin t , z=t
Fungsi w berubah sepanjang kurva helix. Tentukan w ' ( 0 ) .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 20

10
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Hitunglah turunan w = xy terhadap t jika diketahui


w = xy + z , x = cos t , y = sin t , z=t
Fungsi w berubah sepanjang kurva helix. Tentukan w ' ( 0 ) .

Penyelesaian
dw ∂w dx ∂w dy ∂w dz
= + + = y ( − sin t ) + x cos t + 1 × 1
dt ∂x dt ∂y dt ∂z dt
= sin t ( − sin t ) + cos t cos t + 1 = − sin 2 t + cos 2 t + 1
= cos 2t + 1
Sedangkan
⎛ dw ⎞
⎜ ⎟ = cos ( 0 ) + 1 = 1 + 1 = 2.
⎝ dt ⎠t =0

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 21

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Versi kedua
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana menentukan dw/dt, bila
w=f(x,y,z), dimana ketiga variabel x,y, dan z juga fungsi dari
dua variabel atau lebih.
Perhatikan kasus
x=x(r,s), y=y(r,s), z=z(r,s).
Sebagai contoh, w=f(x,y,z) menyatakan temperatur di suatu
titik (x,y,z) di bumi. Masing-masing variabel x,y, dan z
adalah fungsi dari garis lintang r dan garis bujur s.
Kasus x,y, dan z mempunyai lebih dari dua peubah dapat
diselesaikan cara serupa.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 22

11
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Teorema Aturan Rantai untuk Fungsi Dua Variabel


Misalkan w = f ( x, y, z ) , x = x ( r , s ) , y = y ( r , s ) , dan z = z ( r , s ) .
Jika keempatnya mempunyai turunan, maka w mempunyai turunan parsial
terhadap r dan s
∂w ∂f ∂x ∂f ∂y ∂f ∂z
= + +
∂r ∂x ∂r ∂y ∂r ∂z ∂r
∂w ∂f ∂x ∂f ∂y ∂f ∂z
= + +
∂s ∂x ∂s ∂y ∂s ∂z ∂s

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 23

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Teorema di atas dapat dibuktikan secara berikut. Pertama


asumsikan s konstan. Maka, x,y, dan z adalah fungsi dari r
saja.
Persamaan pertama, ∂w/∂r , diperoleh dengan
menggunakan Teorema Aturan Rantai yang telah diperoleh
sebelumnya, Tentu saja dengan mengganti d dengan ∂
menandakan s konstan.
Rumus untuk ∂w/∂r diperoleh dengan cara serupa, yaitu r
dianggap konstan.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 24

12
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Tentukan ∂w ∂r dan ∂w ∂s jika diketahui


r
w = x + 2 xy + z 2 , x = , y = r 2 + ln s, z = 2r .
s
Penyelesaian
∂w ∂f ∂x ∂f ∂y ∂f ∂z ⎛ ⎛ 1 ⎞⎞
= + + = (1 + y ) ⎜ ⎟ ⎟ + ( 2 x ⋅ 2r ) + ( 2 z ⋅ 2 )
∂r ∂x ∂r ∂y ∂r ∂z ∂r ⎝⎜ ⎝ s ⎠⎠
⎛ ⎛ 1 ⎞ ⎞ ⎛ 2r ⎞
= ⎜ (1 + r 2 + ln s ) ⎜ ⎟ ⎟ + ⎜ ⋅ 2r ⎟ + ( 2 ⋅ 2r ⋅ 2 )
⎝ ⎝ ⎠⎠ ⎝
s s ⎠
1 + r + ln s 4r
2 2
= + + 8r
s 2
Sedangkan
∂w ∂f ∂x ∂f ∂y ∂f ∂z ⎛ ⎛ r ⎞⎞ ⎛ 1⎞
= + + = (1 + y ) ⎜ − 2 ⎟ ⎟ + ⎜ 2 x ⋅ ⎟ + ( 2 z ⋅ 0 )
∂s ∂x ∂s ∂y ∂s ∂z ∂s ⎝⎜ ⎝ s ⎠⎠ ⎝ s⎠
r + r 3 + r ln s 2r
=− + 2
s2 s
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 25

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Tentukan ∂w ∂r dan ∂w ∂s jika diketahui


w = x2 + y 2 , x = r − s, y = r + s.
Penyelesaian
∂w ∂f ∂x ∂f ∂y
= + = ( ( 2 x )(1) ) + ( 2 y ⋅ 1)
∂s ∂x ∂s ∂y ∂s
= 2 ( r − s ) + 2 ( r + s ) = 4r
Sedangkan
∂w ∂f ∂x ∂f ∂y
= + = ( 2 x ⋅ ( −1) ) + ( 2 y ⋅ 1)
∂s ∂x ∂s ∂y ∂s
= −2 ( r − s ) + 2 ( r + s ) = 4 s

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 26

13
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Jika f adalah fungsi dari satu variabel, maka situasi menjadi


lebih sederhana. Kta dapat menggunakan turunan biasa
(satu variabel), dw/dx.
Jika w = f ( x ) dan x = x ( r , s ) maka
∂w dw ∂x ∂w dw ∂x
= , =
∂r dx ∂r ∂ 2 dx ∂s

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 27

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Sekali lagi: Turunan Implisit


Dalil atau Aturan Rantai untuk dua variabel membawa kita
pada formula yang dapat digunakan pada turunan fungsi-
fungsi implisit, bahkan jauh lebih singkat.
Misalkan:
„ Fungsi F(x,y) mempunyai turunan.
„ Persamaan F(x,y)=0 mendefinisikan y sebagai fungsi dari x secara
implisit yang mempunyai turunan, (sebut saja y=h(x)).
Apabila Aturan Rantai digunakan pada F(x,y)=0 maka
dihasilkan
dx dy dy
0 = Fx + Fy = Fx + Fy
dx dx dx
Maka
dy F
=− x
dx Fy
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 28

14
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Tentukan dy dx bila y 2 − x 2 − sin xy = 0.

Penyelesaian Misalkan F ( x, y ) = y 2 − x 2 − sin xy. Maka,


dy F −2 x − y cos xy
=− x =−
dx Fy 2 y − x cos xy
2 x + y cos xy
=
2 y − x cos xy
Catatan: Dengan cara ini, perhitungan turunan implisit jauh lebih singkat,
dibandingkan turunan implisit yang dipelajari pada Kalulus I.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 29

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Sebelumnya kita telah mempelajari bagaimana


menggunakan turunan aturan rantai untuk menghitung
turunan dy/dx bila fungsi satu variabel y didefinisikan
secara implisit oleh persamaan F(x,y)=0.
Bagaimana halnya bila fungsi dua variabel z didefinisikan
secara implisit oleh persamaan F(x,y,z)=0.
Sebagai contoh tentukan ∂z/∂x dan ∂z/∂y bila
y sinz+xyz2=0
Pertama lakukan turunan terhadap x pada kedua sis dari
F(x,y,z)=0, dengan y dianggap konstan. Diperoleh
∂F ∂x ∂F ∂y ∂F ∂z
+ + =0
∂x N
∂x ∂y N
∂x ∂z ∂x
=1 =0

∂y ∂x = 0 karena y konstan.
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 30

15
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Lakukan hal yang sama tapi, variabel x dianggap konstan.


Diperoleh
∂F ∂x ∂F ∂y ∂F ∂z
+ + =0
∂x N
∂y ∂y N
∂y ∂z ∂y
0 =1
Masing-masing persamaan di atas memberikan
∂z F ∂z Fy
=− x dan =− .
∂x Fz ∂y Fz

Kembali pada soal semula: tentukan ∂z/∂x dan ∂z/∂y bila


y sinz+xyz2=0
∂z yz 2 ∂z sin z + xz 2
=− dan =− .
∂x y cos z + 2 xyz ∂y y cos z + 2 xyz

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 31

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Jika F ( x, y, z ) = ye − z + z sin x = 0 mendefinisikan x sebagai fungsi


dari y dan z , tentukan ∂x ∂z .
Penyelesaian Misalkan F ( x, y ) = ye − z + z sin x. Maka,

∂x F y ( −e − z ) + sin x ye − z − sin x
=− z =− =
∂z Fx 0 + z cos x z cos x

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 32

16
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

7. Bidang Singgung, Hampiran


Tidak semua fungsi nilai-nilainya dapat dihitung secara
‘eksak’. Kita telah melihat peran garis singgung sabagai
fungsi hampiran dalam membantu kita memperoleh nilai
hampirannya.
Hal serupa juga kita hadapi untuk fungsi dua variabel atau
lebih. Oleh karena itu kita mencari analogi garis singgung
pada permukaan (grafik z=f(x1, …,xn)).
Padanan (analogi) garis singgung adalah bidang singgung.
Pertanyaan: Apa dan bagaimana kita mendefinisikan bidang
singgung?

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 33

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Bidang Singgung
Vektor r’(t) adalah vektor yang menyinggung kurva pada
saat t (lihat Bab 13).
Dengan demikian, gradien adalah vektor yang tegak lurus
terhadap garis singgung.
Ide dapat diperluas untuk fungsi dengan tiga variabel atau
lebih.
Misalkan sebuah permukaan ditentukan oleh persamaan
F(x,y,z) = 0. (Apa hubungannya dengan persamaan
z=f(x,y)?). Perhatikan sebarang kurva mulus pada
permukaan yang melalui titik p0=(x0,y0,z0). Misalkan
r(t) = (x (t),y (t),z (t))
adalah persamaan parametrik dari kurva tersebut.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 34

17
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Dengan demikian, F(x (t),y (t),z (t))=0. Mengapa?


Dengan Aturan Rantai diperoleh
dF ∂F dx ∂F dy ∂F dz d 0
= + + = =0
dt ∂x dt ∂y dt ∂z dt dt
Hasil ini bila ditulis dengan menggunakan gradien dan
turunan vektor, diperoleh
dr
∇F ⋅ =0
dt
Vektor dr/dt menyinggung kurva r (lihat Bab 13). Maka
gradien di p0 tegak lurus terhadap garis singgung di titik
tersebut.
Kesimpulan ini berlaku untuk tiap kurva yang melalui p0
Karena semua garissinggung itu tegak lurus terhadap satu
vektor yang sama maka himpunan semua garis singgung
ini membentuk bidang yang akan disebut bidang singgung.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 35

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Definisi
Misalkan diketahui sebuah permukaan ditentukan oleh persamaan
F ( x, y, z ) = 0 dan F mempunyai turunan di p 0 ( x0 , y0 , z0 ) ,
dengan ∇F ( p 0 ) ≠ 0. Maka bidang yang melalui p 0 tegak lurus terhadap
∇F ( p 0 ) disebut bidang singgung permukaan di p 0 .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 36

18
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Teorema Persamaan Bidang Singgung


Bidang sinnggung permukaan F ( x, y, z ) = 0 di p 0 ( x0 , y0 , z0 ) , mempunyai
persamaan ∇F ( p 0 ) ⋅ ( p − p 0 ) = 0, yaitu
Fx ( x0 , y0 , z0 )( x − x0 ) + Fy ( x0 , y0 , z0 )( y − y0 ) + Fz ( x0 , y0 , z0 )( z − z0 ) = 0.
Khususnya, untuk permukaan dengan persamaan z = f ( x, y ) , persamaan
bidang singgung di titik ( x0 , y0 , f ( x0 , y0 ) ) adalah
z − z0 = f x ( x0 , y0 )( x − x0 ) + f y ( x0 , y0 )( y − y0 )

Persamaan ke dua pada teorema di atas akan lebih ringkas


bila digunakan notasi vektor
z = f (p0) + ∇f (p0)·(p - p0)
dengan p = (x,y), p0 = (x0,y0).

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 37

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Seperti halnya garis singgung, bidang singgung adalah


hampiran linear terbaik bagi permukaan di suatu titik.
Maka garis yang tegak lurus bidang singgung dipandang
sebagai juga tegak lurus pada permukaan. Garis ini disebut
garis normal. Jelas ∇F memberikan arah bagi garis normal.
Persamaan garis normal pada bidang F(p) = 0, di titik p0
adalah
p = p0 + λ ∇F(p0), λ ∈ R.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 38

19
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh
Tentukan persamaan bidang
singgung dan garis normal pada
permukaan x2+ y2+ z-9=0
di titik (1,2,4).

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 39

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Hampiran dan Diferensial


Ingat kembali, fungsi f ( p ) mempunyai turunan di p 0 jika
(p)
L 
f ( p ) = f ( p 0 ) + ∇f ( p 0 ) ⋅ ( p − p 0 ) + ε ( p ) ⋅ ( p − p 0 )
dengan lim ε ( p ) = 0.
p→p0
Fungsi linear L ( p ) tidak lain adalah persamaan bidang yang menyinggung
permukaan f ( p ) di p 0 . Fungsi linear L ( p ) disebut linearisasi dari f di p 0 .
Karena lim ε ( p ) = 0, dari hubungan tersebut diperoleh
p →p0

f ( p ) ≈ f ( p 0 ) + ∇f ( p 0 ) ⋅ ( p − p 0 ) = L ( p )
Untuk kasus dua variabel, p = ( x, y ) ,
f ( x, y ) ≈ f ( x0 , y0 ) + f x ( x0 , y0 )( x − x0 ) + f y ( x0 , y0 )( y − y0 )


L( x , y )

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 40

20
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Maka fungsi L ( p ) juga dapat berperan sebagai hampiran fungsi f


di sekitar p 0 , sebagaimana halnya garis singgung pada fungsi satu variabel.
Dari sudut pandang lain, karena lim ε ( p ) = 0, dari hubungan tersebut
p →p 0

diperoleh ∆f = f ( p ) − f ( p 0 ) ≈ ∇f ( p 0 ) ⋅ ( p − p 0 )
Khususnya untuk kasus dua variabel, p = ( x, y ) ,
∆z = f ( x, y ) − f ( x0 , y0 ) ≈ f x ( x0 , y0 )( x − x0 ) + f y ( x0 , y0 )( y − y0 )



∆x ∆y

Definisi
Fungsi z = f ( x, y ) diketahui mempunyai turunan p 0 ( x0 , y0 ) dan dx, dy
adalah diferensial dari variabel x dan y. Diferensial dari z ditulis dz
(atau total diferensial dari fungsi f , ditulis df ) didefinisikan sebagai
dz = df ( x, y ) = f x ( x, y ) dx + f y ( x, y ) dy

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 41

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Total diferensial dz memberikan hampiran perubahan nilai variabel z, yaitu


∆z, bila variabel independen mengalami perubahan nilai masing-masing
sebesar dx=∆x, dy=∆y.
∆ : perubahan aktual; d : hampiran perubahan.

Contoh
Sebuah perusahaan pembuah tanki memproduksi tanki penimpanan
minyak mentah berbentuk silinder berukuran tinggi 25 m dan jari-jari
5 m. Tentukanlah sensitifitas volume tanki terhadap berbedaan jari-jari
dan tinggi.
Penyelesaian
Volume tanki adalah V ( r , h ) = π r 2 h. Perubahan volume dapat dihampiri
oleh diferensial
dV = Vr ( 5, 25 ) dr + Vh ( 5, 25 ) dh
= 2π rh (5,25) dr + π r 2 dh = 250π dr + 25π dh
( 5,25)
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 42

21
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Jadi, perubahan satu satuan panjang dalam radius menghasilkan perubahan


10 kali lipat perubahan serupa pada tinggi. (250π = 10 × 25π ).
Dengan demikian pengawas kualitas harus lebih cermat pada pengukuran
jari-jari.
Sedangkan bila r = 25 dan h = 5, maka diferensial dari adalah
dV = 2π rh ( 25,5) dr + π r 2 dh = 250π dr + 625π dh
( 25,5)
Dalam hal ini, volume lebih sensitif terhadap perubahan tinggi.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 43

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Kurva Ketinggian dan Gradien


Kurva ketinggian permukaan z=f(x,y), untuk tinggi z=k,
adalah himpunan semua (x,y) sehingga f(x,y)=k. Misalkan
Kurva ini mempunyai parameterisasi x=g(t),y=h(t).
Dengan demikian vektor posisi tiap titik pada kurva adalah
r(t) = g(t)i + h(t)j, di mana f(g(t),h(t)) = k.
Apabila dilakukan turunan terhadap t pada kedua sisi
diperoleh
d dg dh
0= f ( g ( t ) , h ( t ) ) = fx + fy
dt dt dt
⎛ dg dh ⎞
0 = ( fx , fy ) ⋅ ⎜ , ⎟

⎝ dt dt ⎠
∇f 

dr
=r '( t )
dt

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 44

22
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

8. Maksimum dan Minimum

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 45

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 46

23
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Di sini kita memperluas konsep nilai ekstrim untuk fungsi dengan


dua variabel atau lebih.
Definisi
Misalkan fungsi f ( p ) didefinisikan pada himpunan D dan a ∈ D.
f ( a ) disebut nilai maksimum global bila f ( a ) ≥ f ( x ) untuk tiap x ∈ D.
f ( a ) disebut nilai minimum global bila f ( a ) ≤ f ( x ) untuk tiap x ∈ D.
f ( a ) disebut nilai ekstrim global bila f ( a ) adalah nilai maksimum global
atau nilai minimum global.

Lingkungan dari p adalah himpunan berbentuk


{x: |x – p| < δ} untuk suatu δ > 0
Notasi: N(p, δ)

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 47

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

f(a) disebut nilai maksimum lokal bila terdapat lingkungan


N=N(a, δ) dari a sehingga f(a) adalah nilai maksimum global dari f
pada D ∩ N.
f(a) disebut nilai minimum lokal bila terdapat lingkungan
N=N(a, δ) dari a sehingga f(a) adalah nilai minimum global dari f
pada D ∩ N.
f(a) disebut nilai ekstrim lokal bila f(a) adalah nilai maksimum
global atau nilai minimum lokal dari f.
Sebagaimana telah kita ketahui pada Kalkulus I, terdapat dua
pertanyaan yang umumnya ditanyakan mengenai nilai ekstrim:
1. Apakah nilai ekstrim tercapai?
2. Bila tercapai, lokasinya di mana?
Jawab atas kedua pertanyaan di atas juga serupa dengan pada
kalulus satu variabel.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 48

24
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Keujudan dan Lokasinya


Teorema Eksistensi Nilai Ekstrim
Jika f ( p ) kontinu pada sebuah himpunan terbatas dan tutup D, maka f
mencapai nilai nilai maksimum global dan nilai minimum global di D..

Seperti halnya pada kalkulus satu variabel, nilai ekstrim hanya


akan tercapai pada titik-titik kritis dari f. Terdapat tiga macam
titik kritis f pada himpunan S:
„ Titik batas
„ Titik stasioner: titik p0 disebut titik stasioner bila ia adalah titik
dalam S di mana f mempunyai turunan dan ∇f(p0) = 0. Bidang
singgung pada titik ini mendatar.
„ Titik singular: adalh titik dalam S di mana f tidak mempunyai
turunan.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 49

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Teorema Teorema Titik Kritis


Misalkan f terdefinisi pada S dan p 0 ∈ S . Jika f ( p 0 ) adalah nilai ekstrim,
maka p 0 adalah titik kritis.:
1. p 0 adalah titik batas dari S , atau
2. p 0 adalah titik stasioner dari f , atau
3. p 0 adalah titik singular dari f .

Bukti : Cukup bila dibuktikan bahwa


jika p 0 ( x0 , y0 ) bukan titik batas dan
bukan titik singular, maka p 0 adalah
titik stasioner.
Dengan asumsi itu p 0 haruslah titik
dalam dari S dan ∇f ( p 0 ) ada. Jadi cukup dibuktikan bahwa ∇f ( p 0 ) = 0.
Misalkan g ( x ) = f ( x, y0 ) dan h ( y ) = f ( x0 , y ) .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 50

25
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Keduanya mempunyai turunan dan g ( x 0 ) serta ( y0 ) adalah nilai ekstrim.


Akibatnya g ' ( x 0 ) = 0 = h ' ( y0 ) . Jadi, terbukti bahwa ∇f ( p 0 ) = 0.

Catatan: Teorema ini juga berlaku untuk nilai ekstrim global


maupun lokal.
Contoh
Tentukan nilai maksimum atau minimum dari f ( x, y ) = x 2 − 2 x + y 2 4.

Penyelesaian
Jelas f ( x, y ) = x 2 − 2 x + y 2 4 sebagai polinomial, mempunyai turunan di
selruh bidang. Jadi, nilai ekstrim hanya terjadi pada titik stasioner.
Titik stasioner dapat diidentifikasi dengan menyelesaikan sistem persamaan
⎧⎪ f x ( x, y ) = 2 x − 2 = 0

⎪⎩ f y ( x, y ) = y 2 = 0

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 51

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Sistem persamaan ini hanya mempunyai satu solusi yaitu ( x, y ) = (1, 0 ) .


Apakah f (1, 0 ) nilai maksimum atau minimum?
f ( x, y ) = x 2 − 2 x + y 2 4 = x 2 − 2 x + 1 + y 2 4 − 1
= ( x − 1) + y 2 4 − 1 ≥ −1 = f (1, 0 ) .
2

Jadi, f (1, 0 ) adalah nilai minimum global. f tidak memiliki nilai maksimum.

Catatan: Fungsi f ( x, y ) = x 2 a 2 − y 2 b 2 tidak memiliki nilai ekstrim,


sekalipun ∇f ( 0, 0 ) = 0. Jadi, ∇f ( p ) = 0 pada suatutitik dalam p tidak
menjamin bahwa f ( p ) adalah nilai ekstrim.
Titik x di mana ∇f ( x ) = 0 tapi f ( x ) bukan nilai ekstrim disebut titik pelana.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 52

26
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

xy ( x 2 − y 2 ) z = y 2 − y 4 − x2
z=
(x 2
+y 2
)

Titik pelana di (0,0)

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 53

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Syarat Cukup Ekstrema


Teorema berikut adalah padanan teorema Uji Turunan
Kedua untuk fungsi satu variabel,
Teorema Ujian Parsial Kedua
Misalkan turunan-turunan kedua dari f ( x, y ) kontinu pada sebuah lingkungan
dari p 0 dan ∇f ( p 0 ) = 0. Misalkan
D = D ( x, y ) = f xx ( x0 , y0 ) f yy ( x0 , y0 ) − f xx ( x0 , y0 )
2

Maka
1. jika D > 0 dan f xx ( x0 , y0 ) < 0, maka f ( x0 , y0 ) nilai maksimum lokal;
2. jika D > 0 dan f xx ( x0 , y0 ) > 0, maka f ( x0 , y0 ) nilai minimum lokal;
.:
3. jika D < 0, f ( x0 , y0 ) bukan nilai ekstrim, ( x0 , y0 ) adalah titik pelana;
4. jika D = 0, uji gagal.
D disebut Hessian.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 54

27
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh
Dengan menggunakan Uji Turunan Kedua, tentukan semua nilai ekstrim
f dan lokasi di mana terdapat titik pelana, jika
f ( x, y ) = x 2 − 2 xy + y 3 3 − 3 y.
Penyelesaian
Karena f adalah polinom, maka f mempunyai turunan. Jadi, titik kritis
yang mungkin hanyalah titik stasioner.
f x ( x, y ) = 2 x − 2 y f y ( x, y ) = −2 x + y 2 − 3.
Perhatikan bahwa f x ( x, y ) = 0 jika x = y dan f y ( x, y ) = 0 jika
−2 x + y 2 − 3 = 0. Untuk memperoleh titik stasioner ( x, y ) substitusikan
y pada x dalam − 2 x + y 2 − 3 = 0 menghasilkan persamaan kuadrat
−2 y + y 2 − 3 = 0. Persamaan ini mempunyai dua solusi yaitu x = −1 dan
x = 3. Diperoleh dua titik stasioner ( −1, −1) , ( 3,3) .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 55

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

f xx ( x, y ) = 2, f xy ( x, y ) = −2, f yy ( x, y ) = 2 y.
Maka,
D ( −1, −1) = f xx ( −1, −1) f yy ( −1, −1) − f xy ( −1, −1)
2

= 2 ( −2 ) − ( −2 ) = −8 < 0
2

D ( 3,3) = f xx ( 3,3) f yy ( 3,3) − f xy ( 3,3)


2

= ( 2 )( 6 ) − ( −2 ) = 8 > 0
2

Karena D ( 3,3) < 0 dan f xx ( 3,3) = 2 > 0


maka f mencapai nilai minimum lokal di ( 3,3) .
Sedangkan D ( −1, −1) < 0 yang berarti f
memiliki titik pelana di ( −1, −1) .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 56

28
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh
Fungsi T ( x, y ) = 2 x 2 + y 2 − y menyatakan temperatur pada cakram
{( x, y ) : x 2
+ y 2 ≤ 1} . Tentukan titik paling panas dan paling dingin pada
cakram.
Penyelesaian
Cakram adalah himpunan tertutup. Menurut Teorema Eksistensi Nilai
Ekstrim, fungsi kontinu T mencapai nilai ekstrim. Karena T
mempunyai turunan maka titik kritis hanyalah dari jenis titik batas δ:
x2 + y2 = 1 dan titik stasioner. Titik stasioner dari T dari solusi
persamaan ∇T=0.
∇T=(Tx,, Ty) = (4x, 2y – 1) = (0,0)
Diperoleh titik stasioner (x,y)=(0,½).
Temperatur tiap titik pada batas δ : x2 + y2 = 1, adalah
T(x,y)= 2x2 + y2 – y = x2 + 1 – y

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 57

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Terdapat dua kasus:


Bila y = 1 − x 2 , maka T ( x, y ) = T1 ( x ) = x 2 + 1 − 1 − x 2 .
Bila y = − 1 − x 2 , maka T ( x, y ) = T2 ( x ) = x 2 + 1 + 1 − x 2 .
Persamaan T1 ' ( x ) = 0 dan T2 ' ( x ) = 0 masing-masing memberikan
x = 0 dan x = − 3 2, 0, 3 2. Maka diperoleh titik-titik ( 0,1) ,

(− )
3 2 , −1 2 , ( 0, −1) , dan ( 3 2, −1 2 ) .
T ( 0,1) = 0, T ( − 3 2, − 1 2 ) = 9 4 = T ( 3 2, − 1 2 ) , T ( 0, −1) = 2,
Sedangkan pada titik stasioner T ( 0,1 2 ) = − 1 4.

(
Dengan demikian, titik terpanas adalah ± 3 2, − 1 2 tercapai pada )
titik batas dan titik paling dingin adalah ( 0,1 2 ) berada di dalam cakram.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 58

29
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 59

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

9. Metoda Lagrange
Sebelumnya kita telah membicarakan masalah optimisasi tanpa
kendala, yaitu masalah menentukan p dan q sehingga
f(p) ≥ f(x) untuk tiap x dalam domain f dan
f(q) ≤ f(x) untuk tiap x dalam domain f.
Di sini kita membicarakan masalah serupa hanya untuk x pada
himpunan tertentu. Pada Contoh terakhir kita telah mencoba
memecahkan masalah sejenis yaitu menentukan nilai maksimum
dati T(x,y) pada cakram tutup x2 + y2 ≤ 1. Pertidaksamaan x2 + y2
≤ 1 disebut kendala. Bagian dari masalah ini adalah
menyelesaikan optimisasi f pada batas, yaitu jika kendala berupa
persamaann x2 + y2 = 1.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 60

30
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Pada pasal ini kita membicarakan masalah optimisasi dengan


kendala berupa persamaan.
Bentuk umum dari masalah ini adalah:
„ Menentukan nilai maksimum f(x,y,z) dengan syarat g(x,y,z)=0
Masalah ini disebut masalah optimisasi terkendala, dengan
fungsi objektif f(x,y,z) dan kendala g(x,y,z) =0 .
Artinya, kita tidak mencari nilai ekstrim f di seluruh domain f,
tapi hanya pada himpunan {p: g(p) = 0}..
Contoh masalah optimisasi terkendala: Tentukan titik pada
silinder hiperbolik x2 – y2 = 1 yang terdekat pada titik (0,0,0).

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 61

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Misal Sr adalah himpunan semua titik yang jaraknya ke titik asal


(0,0,0) sama yaitu r > 0. Sr adalah kurva ketinggian dari fungsi
jarak.
Sr = {(x,y,z): ρ2(x,y,z) = x2 + y2 + z2 =r2 }
Diagram berikut secara visual menyarankan bahwa bila Sr
berpotongan dengan silinder hiperbolik, misalnya di p, maka r
bukan nilai minimum yang dicari.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 62

31
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Bila berpotongan di p, maka ada titik p’∈Sr’ yang lebih dekat ke (0,0,0).
r’<r.
Ini adalah penjelasan intuitif mengapa titik ekstrim terjadi di mana
permukaan menyinggung kurva ketinggian ( yaitu bila ∇f tegak lurus
vektor singgung kurva Sr).
Prinsip di atas dirumuskan sebagai teorema berikut

Teorema Teorema Gradien Ortogonal


Misalkan f ( x, y, z ) mempunyai turunan pada suatu himpunan yang
interiornya memuat sebuah kurva mulus
C: r ( t ) = g ( t ) i + h ( t ) j + k ( t ) k , t ∈ I .
Jika p 0 ∈ C dan f ( p 0 ) adalah nilai maksimum lokal* atau minimum lokal
dari f sepanjang C , maka ∇f ( p 0 ) tegak lurus terhadap C di p 0 .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 63

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

*: Misalkan p 0 = r ( t0 ) . Terdapat selang ( u , v ) ⊂ I yang memuat t0 sehingga


f ( r ( t0 ) ) ≥ f ( r ( t ) ) untuk tiap u ≤ t ≤ v.
Bukti
Nilai fungsi f sepanjang kurva C adalah f ( r ( t ) ) = f ( g ( t ) , h ( t ) , k ( t ) ) .
Turunannya terhadap t adalah
df df dg df dh df dk
= + + = ∇f ⋅ v ( t )
dt dx dt dy dt dz dt
df
Di titik p 0 = r ( t0 ) , f mencapai nilai ekstrim lokal berlaku =0.
dt t = t0

Maka ∇f ( p 0 ) ⋅ v ( t0 ) = 0.
Jadi, di titik di mana f ( r ( t ) ) mencapai nilai ekstrim lokal, ∇f tegak lurus
terhadap garis singgung kurva C.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 64

32
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Tentu saja teorema di atas juga berlaku untuk fungsi dua variabel.
Teorema di atas menjadi dasar bagi Metoda Pengali Langrange
(The Method of Lagrange Multipliers).

Metoda Pengali Lagrange


Misalkan f ( x, y, z ) dan g ( x, y, z ) mempunyai turunan. Untuk menentukan
nilai-nilai ekstrim lokal dari f pada himpunan yang didefinisikan oleh
persamaan g ( x, y , z ) = 0, carilah nilai x, y, z , dan λ yang menjadi solusi
dari sistem persamaan
⎪⎧∇f ( x, y, z ) = λ∇g ( x, y, z )

⎪⎩ g ( x, y, z ) = 0
Tiap solusi ( x, y, z ) merupakan titik kritis dari masalah optimisasi terkendala
di atas. Variabel λ disebut pengali Lagrange.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 65

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Tentukan nilai maksimal dan nilai minimal f ( x, y ) = xy pada


ellipse x 2 8 + y 2 2 = 1.
Penyelesaian Berarti kita perlu mencari nilai maksimal dan nilai minimal
f ( x, y ) = xy dengan kendala g ( x, y ) = x 2 8 + y 2 2 − 1 = 0.
Menurut Metoda Lagrange, pertama kita perlu mencari semua nilai x, y , z ,
dan λ yang memenuhi ∇f = λ∇g dan g ( x, y ) = 0.
Persamaan tentang gradien memberikan
( y, x ) = λ ( x 4, y ) = ( λ x 4, λ y )
sehingga
x
y=λ dan x = λ y.
4
Subsitusi x = λ y pada y = λ x 4 memberikan y = yλ 2 4 atau
⎛ λ2 ⎞
y ⎜1 − ⎟ = 0. Jadi, y = 0 atau λ = ±2.
⎝ 4 ⎠
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 66

33
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Jika y = 0 : maka x = y = 0. Tapi ( 0,0 ) tidak berada pada ellips.


Jika λ = ±2 : Karena y ≠ 0, maka x = ±2 y. Substitusi pada kendala
g ( x, y ) = ( ±2 y ) 8 + y 2 2 − 1 = 0 atau 4 y 2 + 4 y 2 − 1 = 0.
2

Dengan demikian, y = ±1. Maka diperoleh empat titik kritis:


( −2,1) , ( 2,1) , ( −2, −1) , dan ( 2, −1) .
Nilai maksimum lokal adalah xy = 2.
Nilai minimum lokal adalah xy = −2.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 67

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Tentukan nilai maksimum dan nilai minimum dari fungsi


f ( x, y ) = 3 x + 4 y pada lingkaran x 2 + y 2 = 1.

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 68

34
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Multikendala
Banyak masalah optimisasi yang memuat lebih dari satu kendala.
Kita akan membahas masalah untuk 2 kendala. Masalah untuk n
kendala dapat didekati dengan cara serupa.
Misalkan kita perlu menentukan nilai ekstrim lokal dari f (p)
dengan syarat
g1(p) = 0 dan g2(p) = 0
dimana g1 dan g2 mempunyai turunan dan ∇g1 dan ∇g2 tidak
sejajar (satu bukan kelipatan yang lain).
Titik kritis diperoleh dengan menentukan solusi x,y,z,  dan  dari
persamaan
⎧∇f = λ∇g1 + µ∇g 2

⎨ g1 ( x, y, z ) = 0
⎪ g ( x, y , z ) = 0
⎩ 2
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 69

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Vektor-vektor ∇g1 dan ∇g 2 berada pada bidang


yang tegak lurus terhadap kurva C sebab ∇g1 adalah
vektor normal permukaan g1 = 0 dan ∇g 2 adalah
vektor normal permukaan g 2 = 0

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 70

35
Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Contoh Irisan bidang x + y + z = 1 dan silinder x 2 + y 2 = 1 berbentuk


ellips. Tentukan titik-titik pada ellips yang terdekat dan terjauh dari titik
asal ( 0,0,0 ) .

Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 71

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Soal-soal PR Bab 15
15.1: 5, 9, 10, 14, 20, 22, 23, 28, 34, 36, 40.
15.2: 5, 8, 14, 20, 27, 28, 31, 40, 43, 46.
15.3: 4, 6-8, 12, 15, 16, 27.
15.4: 4, 8, 16, 20, 22, 24, 25.
15.5: 5, 8, 10, 12, 16, 21, 22, 27, 29, 31.
15.6: 4, 5, 10, 12, 13, 19, 24, 26, 31, 34.
15.7: 4, 7, 10, 14, 17, 20, 22, 26.
15.8: 3, 6, 9, 13, 22, 24, 27, 31, 34.
15.9: 2, 6, 8, 9, 13, 15, 17.
Oki Neswan, Ph.D. – Departemen Matematika ITB 72

36

Anda mungkin juga menyukai