Anda di halaman 1dari 15

Kalkulus Peubah Banyak

Turunan Berarah, Gradien, Aturan Rantai, dan Bidang Singgung


Dosen Pengampu: Dr. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd

Kelompok 2:
1. Novelty Kamila Nurramadhani (4101422009)
2. Eka Sari Laras Asih (4101422011)
3. Rizal Maulana Darmawan (4101422039)
4. Nurmalita Ayu Malinda (4101422045)

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2023
Turunan Berarah dan Gradien

Perhatikan bahwa turunan parsial fungsi dua variabel f x ( x , y) dan f y (x , y ) mengukur laju
perubahan dan kemiringan garis singgung pada arah-arah yang sejajar sumbu x dan sumbu y .

Sasaran kita selanjutnya adalah mempelajari laju perubahan f pada sembarang arah, yang
mengarahkan kita pada konsep Turunan Berarah, yang kemudian dihubungkan dengan
gradien.

Sebagai penunjang, penting bagi kita mengetahui cara penulisan vektor. Misalkan p= ⟨ x , y ⟩ ,
kemudian misalkan idan j adalah vektor-vektor satuan pada arah-arah x dan y positif.
Maka dua turunan parsial dari p dapat ditulis
f ( p+ h i ) −f ( p )
f x ( p )=lim ⁡
h→ 0 h

f ( p+ h j )−f ( p )
f y ( p )=lim
h→0 h

Yang kita lakukan selanjutnya hanya perlu mengganti i dan j dengan suatu vektor satuan
sebarang u.
Definisi
Untuk setiap vektor satuan u, Turunan Berarah f di p pada arah u didefinisikan
f ( p+h u )−f ( p )
Du f ( p )=lim
h →0 h

dengan catatan limitnya ada.


Hubungan dengan Gradien
Teorema
Misalkan f terdiferensialkan di p, maka f mempunyai turunan berarah di p dalam arah vektor
satuan u=u1 i+u2 j dan

Du f ( p )=u ⋅ ∇ f ( p )

Yakni,
Du f (x , y)=u1 f x (x , y)+u 2 f y (x , y )

Bukti
Karena f mempunyai turunan di p, maka
f ( p+ hu )−f ( p)=∇ f ( p)⋅(h u)+ε (hu)⋅(hu)

Dengan ε ( h u ) → 0 ketika h → 0. Bagi kedua ruas dengan h , diperoleh

f ( p+h u )−f ( p)
=∇ f ( p)⋅(u)+ε (h u)⋅(u)
h
Dengan menghitung limit untuk h → 0, dihasilkan
Du f ( p )=∇ f ( p ) ⋅ ( u )

Dengan demikian teorema terbukti.


Laju Perubahan Maksimum

Misal θ adalah sudut antara u dan ∇ f ( p), maka

Du f ( p )=u ⋅ ∇ f ( p )

Du f ( p )=‖u‖⋅‖∇ f ( p )‖cos θ

Du f ( p )=‖∇ f ( p )‖cos θ

Dengan demikian, Du f ( p ) akan bernilai maksimum apabila cos θ=1(θ=0) dan bernilai
minimum apabila cos θ=−1(θ=π ).

θ=0 ⇒ Du f ( p )=‖∇ f ( p )‖

θ=π ⇒ D u f ( p )=−‖∇ f ( p )‖

Teorema
Suatu fungsi bertambah paling cepat di p pada arah gradien, dengan laju ‖∇ f ( p )‖, dan
berkurang paling cepat ke arah berlawanan, dengan laju −‖∇ f ( p )‖ .

Kurva Ketinggian dan Gradien

Kurva ketinggian permukaan z=f (x , y )adalah proyeksi ke bidang−xy dari kurva-


kurva perpotongan permukaan dengan bidang-bidang z=k yang sejajar bidang−xy . Nilai
fungsi di semua titik pada kurva ketinggian yang sama adalah konstan (Gambar 3).

Nyatakan dengan L kurva ketinggian dari f (x , y ) yang melalui titik P(x 0 , y 0)yang
dipilih sebarang di daerah asal f dan tetapkan vektor satuan u yang menyinggung Ldi P.
Karena nilai f sama di semua titik pada kurva ketinggian L, maka turunan berarahnya
Du f (x 0 , y 0 ), yang berupa laju perubahan f (x , y ) pada arah u, adalah nol ketika u
menyinggung L. Karena,

0=Du f ( x 0 , y 0 ) =∇ f ( x 0 , y 0 ) ∙u

Disimpulkan bahwa ∇ f dan utegak lurus.


Teorema C
Gradien dari f di titik P adalah tegak lurus terhadap kurva ketinggian f yang melalui P.
Ilustrasi tambahan dari Teorema B dan C

Gambar permukaan z=|xy| dengan peta kontur dan medan gradiennya. Hasilnya terlihat
pada gambar 5. Hal tersebut vektor-vektor gradien tegak lurus pada kurva-kurva ketinggian
dan menunjuk kea rah pertambahan z yang terbesar.

Dimensi yang Lebih Tinggi


Konsep kurva ketinggian fungsi dua variabel dapat diterapkan pada permukaan
ketinggian untuk fungsi tiga variabel. Jika f suatu fungsi tiga variabel, permukaan
f (x , y , z)=k , di mana k konstanta, disebut permuka ketinggian untuk f . Di semua titik pada
suatu permukaan ketinggian, nilai fungsi adalah sama dan vektor gradien dari f (x , y , z) di
suatu titik P(x , y , z) dalam daerah asalnya adalah normal terhadap permukaan ketinggian
dari f yang melalui P .

Dalam masalah konduksi kalor dalam benda homogen, di mana w=f (x , y , z)


memberikan suhu pada titik (x , y , z), permukaan ketinggian f (x , y , z)=k dinamaka
permukaan isotermal karena semua titik di sana memiliki suhu sama k . Di sebarang titik pada
benda tersebut, kalor mengalir dalam arah yang berlawanan dengan gradiennya (dalam arah
penurunan suhu terbesar) sehingga tegak lurus terhadap permukaan isoterm yang melalui titik
itu. Jika w=f (x , y , z) memberikan potensial elektrostatis (voltase) pada suatu titik sebarang
dalam suatu medan potensial listrik, permukaan ketinggiannya dinamakan permukaan
ekuipotensial. Semua titik pada sua permukaan ekuipotensial memiliki potensial elektrostatis
yang sama, dan arah arus listrik adalah searah dengan negatif gradiennya, yaitu dalam arah
penurunan terbesar pada potensial.
Dari Dua variabel ke 3 Variabel
z=f (x , y ) w=f (x , y , z)

Grafik adalah permukaan. Tidak dapat menggambarkan grafik karena


akan memerlukan ruang dimensi-empat.

f ( x , y , z )=k menentukan permukaan


f ( x , y )=k menentukan kurva ketinggian di ketinggian di bidang−xyz .
bidang−xy .

∇ f adalah vektor normal terhadap kurva ∇ f adalah vektor normal terhadap


ketinggian. permukaan ketinggian.

Contoh Soal

1. Tentukan turunan berarah f di (2 ,−1) pada arah vektor a=4 i+3 j, jika
2 2
f ( x , y )=4 x −xy+ 3 y .
Penyelesaian:
Diketahui: f ( x , y )=4 x2 −xy+ 3 y 2, p= ( 2,−1 ) ,dan a=⟨ 4 , 3 ⟩.
Ditanya: Du f ( p ) .
Jawab:
a
Vektor satuan u dengan arah a adalah , sehingga diperoleh
‖a‖
u=
a
= 2 2=
‖a‖ √ 4 +3 √25
=
5 ⟨ ⟩
⟨ 4 ,3 ⟩ ⟨ 4 ,3 ⟩ ⟨ 4 , 3 ⟩ 4 3
= , .
5 5
Dari fungsi f diperoleh f x =8 x−1 dan f y =−1+6 y . Sehingga
∇ f =⟨ f x , f y ⟩
∇ f =⟨ 8 x− y ,−x +6 y ⟩
∇ f ( 2 ,−1 )= ⟨ 8 ( 2 ) −(−1),−2+6 (−1) ⟩
∇ f ( 2 ,−1 )= ⟨ 16+1 ,−2−6 ⟩
∇ f ( 2 ,−1 )= ⟨ 17 ,−8 ⟩ .
Dengan demikian diperoleh turunan berarah
Du f ( p )=u ⋅ ∇ f ( p )

⟨ ⟩ 4 3
Du f ( p )= , ⋅ ⟨ 17 ,−8 ⟩
5 5
4 3
Du f ( p )= ( 17 )+ (−8 )
5 5
68 24
D u f ( p )= −
5 5
44
D u f ( p )= .
5
Jadi, turunan berarah f di (2 ,−1) pada arah vektor a=4 i+3 j jika
44
f ( x , y )=4 x2 −xy+ 3 y 2 adalah .
5
Sumber : Purcell, V.R(2008). Kalkulus Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Halaman 260, Contoh 1.

2. Perlihatkan bahwa f ( x , y )=x e y + x 2 y dapat didiferensialkan dimana-mana dan


tentukan gradiennya.
Penyelesaian:
Diketahui: f ( x , y )=x e y + x 2 y
Ditanya: Perlihatkan diferensialnya dan tentukan gradiennya.
Jawab:
f ( x , y )=x e y + x 2 y
∂f y 2−1
=1 e +2 x y
∂x
y
¿ e +2 xy .
Dan
∂f y 2 1−1
=xe + x 1. y
∂y
y 2
¿ xe + x .0
y 2
¿ xe + x .
Kedua fungsi tersebut kontinu dimana – mana. Sehingga menurut teorema B, f dapat
didiferensialkan dimana-mana.

∂f ∂f
Gradien ¿ ∇ f ( p )= ( p ) i+ ( p) j
∂x ∂y
y 2
¿(e¿¿ y +2 xy )i+(xe + x ) j ¿

Sumber: Turunan Berarah dan Gradien. Diakses dari https://youtu.be/naBltgfDfTE?


si=iJp3d-mV-arQP9PO, contoh 1 menit 4.50.
ATURAN RANTAI

Jika y=f (x ( t ) ) dengan f dan x keduanya fungsi yang dapat didiferensiasikan, maka
dy dy dx
=
dt dx dt
digunakan untuk memperoleh generalisasi untuk fungsi-fungsi beberapa variabel.

Versi Pertama. Jika z=f (x (t ) ) dengan x dan y adalag fungsi t , maka diperoleh pertanyaan
dz /dt .

Teorema A Aturan Rantai

Misalkan x=x ( t ) dan y= y ( t ) terdiferensiasikan di t dan dimisalkan z=f ( x , y )


terdiferensiasikan di ( x , (t ) , y ( t ) ) . Maka, z=f (x (t ) , y ( t ) ) dapat didiferensiasikan di t dan

dz dz dx dz dy
= +
dt dx dt dy dt

Berikut gambar untuk memudahkan menghafal aturan rantai dua variabel dan tiga variabel
Versi Kedua. Selanjutnya asumsikan bahwa z=f ( x , y )dengan x=(s ,t ) dan y= y (s ,t ). Maka
dapat diperoleh pertanyaan ∂ z /∂ s dan ∂ z /∂ t .

Teorema B Aturan Rantai

Misalkan x=x ( s ,t ) dan y= y ( s , t ) mempunyai turunan-turunan parsial pertama ( s , t ) dan


misalkan z=f ( x , y )terdiferensiasikan di ( x ( s ,t ) , y ( s , t ) ) . Maka, z=f (x ( s , t ) , y ( s , t ) )
mempunyai turunan-turunan parsial pertama yang diberikan oleh :
∂ z ∂z ∂x ∂z ∂ y
1. = +
∂s ∂ x ∂ s ∂ y ∂s

∂ z ∂z ∂x ∂z ∂ y
2. = +
∂ t ∂ x ∂ t ∂ y ∂t

Fungsi Implisit. Andaikan bahwa F (x , y )=0 mendefinisikan y secara implisit sebagai fungsi
x , misalnya y=g (x) tetapi bahwa fungsi g sukar atau tidak mungkin ditentukan. Kita masih
tetap dapat mencari dy /dx . Satu metode untuk melakukan in yakni diferensiasi implisit,
dibahas di Subbab 2.7. Berikut ini suatu metode lain.

Mari kita turunkan kedua ruas F (x , y )=0 terhadap x dengan menggunakan Aturan Rantai.
Kita peroleh
∂ F dx ∂ F dy
+ =0
∂ x dx ∂ F dx

Dengan menyelesaikan persamaan untuk mencari nilai dy /dx , dihasilkan rumus

−∂ F /∂ x
dy /dx =
∂ F /∂ x

Contoh Soal Latihan


dw
1. Misalkan w=x 2 y3 dengan x=t 3 dan y=t 2, tentukan
dt
12
A. 11t
11
B. 12 t
11
C. 14 t
12
D. 13 t
22
E. 12 t
Penyelesaian:
Diketahui:
2 3 3 2
w=x y dengan x=t dan y=t ,
Ditanya:
dw
tentukan
dt
Jawab:
dw ∂ w dx ∂ w dy
= +
dt ∂ x dx ∂ F dx
¿ ( 2 x y 3 ) ( 3 t 2 )+ ( 3 x2 y 2 ) ( 2t )
2 3 3 2 2 2
¿ 2 t ( t ) ( 3 t ) +3 ( t ) ( t ) ( 2 t )
3 2

3 6 3 6 4
¿ 2 t . t .3 t +3 t . t .2t
11 11
¿ 6 t +6 t
11
¿ 12 t
dw
Jadi adalah 12 t 11(B).
dt
Sumber: Kalkulus | Fungsi Dua Peubah (Part 11)-Aturan Rantai , (menit ke 3:10)
https://youtu.be/j4W3uAmd18M?si=pYriusfV_0LRTqYb

∂z ∂z
2. Misalkan z=3 x 2− y 2 dengan x=2 s +7 t dan y=5 st , tentukan dan
∂t ∂s
Penyelesaian:
Diketahui:
2 2
z=3 x − y
x=2 s +7 t
y=5 st
Ditanya:
∂z ∂z
tentukan dan
∂t ∂s
Jawab:
∂z
 Mencari
∂t

∂ z ∂z ∂x ∂z ∂ y
= +
∂ t ∂ x ∂ t ∂ y ∂t
¿ 6 x .7 + (−2 y ) 5 s
2
¿ 42 ( 2 s +7 t )−50 s t

∂z
 Mencari
∂s

∂ z ∂z ∂x ∂z ∂ y
= +
∂s ∂ x ∂ s ∂ y ∂s
¿ 6 x .2+ (−2 y ) 5 t
2
¿ 12 ( 2 s+7 t )−50 s t

∂z ∂z 2
Jadi =¿ 42 ( 2 s +7 t )−50 s 2 t dan =12 ( 2 s +7 t ) −50 s t
∂t ∂s
Sumber: Kalkulus | Fungsi Dua Peubah (Part 11)-Aturan Rantai , (menit ke 07:00)
https://youtu.be/j4W3uAmd18M?si=pYriusfV_0LRTqYb

Bidang Singgung dan Aproksimasi


Bidang Singgung
Apabila f mempunyai turunan di p= ( a , b ) , maka kita mempunyai hampiran linear
f ( x , y ) ≈ f ( a , b ) +∇ f (a , b)∙(x−a , y−b)
Dalam hal ini, persamaan
z=f ( a , b ) +∇ f ( a , b ) ∙ ( x−a , y−b )
¿ f ( a ,b ) +f x ( a , b ) ( x−a ) + f y ( a , b ) ( y−b )
merupakan persamaan bidang singgung pada permukaan z=f (x , y ) di titik ( a , b ) .

Definisi
Misalkan F (x , y , z)=k menentukan suatu permukaan dan andaikan bahwa F
terdiferensiasikan di titik P(x 0 , y 0 , z 0 ) dari permukaan ini dengan ∇ F (x 0 , y 0 , z 0 )≠ 0. Maka
bidang yang melalui P yang tegak lurus ∇ F (x 0 , y 0 , z 0 ) disebut bidang singgung terhadap
permukaan di P .

Teorema
Untuk permukaan F (x , y , z)=k persamaan bidang singgung di (x ¿ ¿ 0 , y 0 , z 0 )¿ adalah
∇ F ( x 0 , y 0 , z 0 ) ∙ ⟨ x−x 0 , y− y 0 , z−z 0 ⟩ =0 , yakni
F x ( x 0 , y 0 , z 0 ) ( x−x 0 ) + F y ( x 0 , y 0 , z 0) ( y− y 0 ) + F z ( x 0 , y 0 , z 0 ) ( z−z 0 )=0
Khususnya, untuk permukaan z=( x , y ) , persamaan bidang singgung di
(x ¿ ¿ 0 , y 0 , f (x 0 , y 0))¿ adalah
z−z 0=f x ( x 0 , y 0 )( x −x0 ) + f y ( x 0 , y 0 ) ( y − y 0 )
Bukti:
Diferensial dan Aproksimasi
Definisi
Misalkan z=f ( x , y ) , dengan f suatu fungsi yang dapat didiferensialkan, dan misalkan dx
dan dy (disebut diferensial-diferensial x dan y ) berupa variabel-variabel. Diferensial
variabel tak-bebas, dz disebut juga diferensial total dari f dan ditulis df ( x , y ) , didefinisikan
oleh
dz=df ( x , y )=f x ( x , y ) dx +f y ( x , y ) dy =∇ f ∙ ⟨ dx ,dy ⟩
Pentingnya dz muncul dari kenyataan bahwa jika dx=∆ x dan dy =∆ y , masing-
masing mewakili perubahan kecil pada x dan y , maka d z akan berupa suatu aproksimasi
yang baik terhadap ∆ z , perubahan padanannya dalam z . Ini diilustrasikan pada Gambar 5
dan walaupun dz tidak kelihatan sebagai suatu aproksimasi yang baik terhadap ∆ z , maka
dapat dilihat bahwa aproksimasi ini akan semakin baik jika∆ x dan ∆ y semakin kecil.

(Gambar 5)

Fungsi Taylor untuk Fungsi Dua


Variabel atau Lebih
Fungsi satu variabel dapak mengaproksimasi fungsi f (x) dengan menggunakan polynomial
Taylor Pn (x ). Polynomial Taylor orde satu dan dua adalah
P1 ( x ) =f ( x 0 ) + f ' (x 0)(x −x 0)
' 1 2
P2 ( x ) =f ( x 0 ) + f ( x 0 ) ( x−x 0 ) + f ' ' (x 0)( x −x 0)
2
Yang pertama adalah garis singgung di titik ( x 0 , f (x 0 )¿ . Besaran-besaran analog untuk fungsi
dua-variabel f (x , y ) adalah
P1 ( x , y )=f ( x 0 , y 0 ) + [ f x ( x 0 , y 0) ( x− x0 ) + f y ( x 0 , y 0 ) ( y − y 0 ) ]
yang tentu saja berupa sebuah bidang singgung di ( x 0 , y 0 , f ( x 0 , y 0 ) ), dan
1
P1 ( x , y )=f ( x 0 , y 0 ) + [ f x ( x 0 , y 0) ( x− x0 ) + f y ( x 0 , y 0 ) ( y − y 0 ) ] + [ f xx ( x 0 , y 0 )( x−x 0 ) + 2 f xy ( x 0 , y 0 )( x−x 0 )( y− y 0 ) + f
2
2
Hasil ini meluas ke polynomial Taylor orde ke- n maupun untuk fungsi lebih dari dua
variabel.

Aproksimasi Polinom Taylor untuk Fungsi


Dalam perhitungan matematika, terutama untuk fungsi-fungsi transenden, sering sekali
dijumpai kesukaran dalam menghitung nilai fungsi tersebut. Sebagai contoh,
sin ()
π
7
, √ 4 , 1 , log 2 7 , dan lain-lain. Bila kita hitung nilainya menggunakan

kalkulator/komputer, maka yang diperoleh adalah nilai hampirannya. Ada berbagai macam
teknik hampiran yang dapat digunakan, namun prinsip dasarnya menggunakan polinom.
Penggunaan polinom sebagai fungsi hampiran didasarkan dua alasan berikut:
 Setiap fungsi kontinuselalu dapat dihampiri oleh polinom
 Nilai sebuah polinom selalu mudah untuk dihitung
Pada pasal ini akan dibahas hampiran menggunakan polinom Taylor.

Aprosikmasi Linear atau Polinom Taylor Derajat Satu


Misalkan f (x) sebuah fungsi yang dapat diturunkan pada interval buka I yang memuat titik
a . Akan dikonstruksikan polinom derajat satu yang menghampiri f (x) sebagai berikut:
f ( x ) ≈ p 1 (x)=c 0+ c1 (x −a) (1)
Pada masalah ini, kita harus menentukan nilai c 0 dan c 1 agar hampiran tersebut ‘baik’, artinya
polinom p1 ( x) ‘dekat’ dengan fungsi f ( x ) . Kriteria yang digunakan adalah:
' ( a)
f ( a )= p1 (a) dan f = p ' 1(a)
Substitusikan masing-masing kriteria di atas pada
persamaan (??) maka akan diperoleh c 0=f (a) dan
'
c 1=f ( a ) .
p1 ( x ) =f ( a )+ f '(a)(x−a)
Polinom p1 ( x) disebut hampiran Taylor derajat 1 dari
f (x) disekitar titik x=a .

Aproksimasi Kuadrat atau Polinom Taylor


Derajat Dua
Pada hampiran Taylor derajat satu, terlihat bahwa untuk titik yang jauh dari titik a , nilai
hampirannya kurang baik. Salah satu upaya perbaikannya adalah dengan meningkatkan
derajat dari polinom yang digunakan. Untuk itu kita akan membahas hampiran Taylor derajat
dua.
2
f ( x ) ≈ p 2 ( x )=c 0+ c1 ( x−a )+ c 2( x−a) (2)
Kita harus menentukan koefisien c 0, c 1 dan c 2. Kriteria yang digunakan adalah:
' ''
f ( a )= p2 ( a ) , f ( a ) =p ' 2 (a) f ( a ) =p ' ' 2 (a)
Substitusikan masing-masing kriteria di atas pada
persamaan (??) maka akan diperoleh c 0=f ( a ) , c 1=f ' ( a ) ,
f
dan c 2= .
2!
' f '' 2
p2 ( x ) =f ( a )+ f ( a ) ( x−a )+ (x −a)
2!
Polinom p2 ( x ) disebut hampiran Taylor derajat 2 dari f ( x )
disekitar titik x=a .

Latihan Soal
2 2
x y
1. Carilah persamaan bidang singgung terhadap z= + di titik P(2 , 2 ,2)
4 4
Penyelesaian:
2 2
x y
Diketahui: z= +
4 4
P(2 , 2 ,2)
2 2
x y
Ditanya: persamaan bidang singgung terhadap z= + di titik P(2 , 2 ,2)
4 4
Jawab:
Langkah 1
2 2
x y
Carilah turunan pertama dari persamaan z= +
4 4
2 2
x y 1
f x ( x0 , y0 )= + = x
4 4 2
2 2
x y 1
f y ( x 0 , y 0 )= + = y
4 4 2

Langkah 2
Karena berada di titik (2, 2, 2) kemudian titik P disubstitusikan ke dalam hasil turunan
pertama, maka diperoleh
1
f x ( x0 , y0 )= x
2
1
f x ( 2, 2 )= (2 )
2
¿ 1.
1
f y ( x 0 , y 0 )= y
2
1
f y ( 2 , 2 )= ( 2 )
2
¿ 1.

Langkah 3
Substitusikan hasil dari langkah 1 dan langkah 2 ke dalam rumus persamaan bidang
singgung
z−z 0=f x ( x 0 , y 0 )( x −x0 ) + f y ( x 0 , y 0 ) ( y − y 0 )
⟺ z−2=f x ( 2 , 2 )( x−2 )+ f y ( 2 ,2 )( y−2 )
⟺ z−2=1 ( x−2 )+1 ( y−2 )
⟺ z−2=x−2+ y−2
⟺ z=x + y−2+2
⟺ z=x + y
⟺ 0=x+ y−z .
Sumber: Bidang Singgung Dan Aproksimasi oleh Ghozi Izzulhaq. Halaman 2,
Contoh Soal Nomor 1. Link: https://www.scribd.com/document/531859184/Bidang-
Singgung-Dan-Aproksimasi-1
2. Misalkan z=f ( x , y )=2 x 3+ xy + y 3 . Hitunglah ∆ z dan dz ketika (x , y ) berubah dari
P ( 2 ,1 ) ke Q ( 2 , 03 ; 0 , 98 ) .
Penyelesaian:
Diketahui: z=f ( x , y )=2 x 3+ xy + y 3
P ( 2 ,1 ) dan Q ( 2 ,03 ; 0 , 98 )
Ditanya: Hitunglah ∆ z dan dz ketika ( x , y ) berubah dari P ( 2 ,1 ) ke Q ( 2 , 03 ; 0 , 98 )
Jawab:
Langkah 1
Substitusikan titik P dan Q ke dalam persamaan z=f ( x , y )=2 x 3+ xy + y 3
∆ z=z Q −z P
⟺ ∆ z=f ( 2 , 03 ,0 , 98 )−f (2 ,1)
⟺ ∆ z=( 2 ( 2, 03 )3 + ( 2 , 03 ) ( 0 , 98 ) + ( 0 , 98 )3 ) −( 2 ( 2 )3 +(2)(1)+ ( 1 )3 )

⟺ ∆ z= ( 2 ( 8,3654 ) +1,9894+ 0,9411) −( 2 ( 8 ) +2+1 )


⟺ ∆ z= (16,7308 +1,9894+0,9411 )−( 16+ 3 )
⟺ ∆ z=19,6614−19
⟺ ∆ z=0,6613.
Langkah 2
Mencari turunan pertama dari persamaan z=2 x 3+ xy+ y 3
3 3 2
f x ( x , y )=2 x + xy+ y =6 x + y
2 2 2
f y ( x , y )=6 x + 3 y =x−3 y
Langkah 3
Substitusikan hasil turunan pertama ke dalam rumus diferensial
dz=f x ( x , y ) ∆ x + f y ( x , y ) ∆ y

⟺ dz=(6 x 2 + y)(x Q −x P )+(x−3 y 2 )( y Q − y P )

⟺ dz=( 6 ( 2 )2 +1 ) ( 2 ,03−2 ) + ( 2−3 ( 1 )2) ( 0 ,98−1 )

⟺ dz= ( 6 ( 4 ) +1 ) ( 0 , 03 ) + ( 2−3 )(−0 , 02 )


⟺ dz= ( 25 ) ( 0 ,03 )+ (−1 )(−0 ,02 )
⟺ dz=0 ,75+ 0 , 02
⟺ dz=0 ,77.
Sumber : Purcell, V.R(2008). Kalkulus Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta:Erlangga )
Halaman 272, Contoh 3.

Anda mungkin juga menyukai