TURUNAN
5.1 Pengertian
5.1.1 Turunan Biasa
Turunan sebuah fungsi f adalah fungsi lain f’ (dibaca ”f aksen”) yang
nilainya pada sebarang bilangan c adalah
f’(c) = lim
h→0
Thania Fathimah A. Zahra, Fitriani, Putri Annisa P. Lestari, Piere A. Hugo Riok
turunan ketiga, dan seterusnya. Turunan ini biasa dikenal dengan turunan
tingkat tinggi (Purcell, 2003).
5.1.1.2 Sifat-sifat Turunan
1. Bila u = u (x) dan v = v (x), maka :
a. y = u ± v → y’ = u’ ± v’
b. y = u . v → y = v . u’ + u . v’
𝑢 𝑣 . 𝑢′ −𝑢 .𝑣′
c. y = 𝑣 → y’ = 𝑣²
Thania Fathimah A. Zahra, Fitriani, Putri Annisa P. Lestari, Piere A. Hugo Riok
−1
d. y = arc ctg x maka y’ = 1+𝑥²
−1
e. y = arc sec x maka y’ =
𝑥√𝑥²−1
−1
f. y = arc cosec x maka y’ =
𝑥√𝑥 2 −1
(Suharto, 1992).
5.1.2 Turunan Parsial
Andaikan bahwa f adalah suatu fungsi dua variabel x dan y. Jika y
dijaga agar tetap konstan, katakanlah y = y0, maka f(x, y0) adalah fungsi satu
variabel x. Turunan di x = x0 disebut parsial f terhadap x di (x0, y0). Jadi,
𝑓(𝑥0 + 𝛥𝑥 , 𝑦0 ) − 𝑓(𝑥0 , 𝑦0 )
𝑓𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 ) = lim
𝛥𝑥 →0 𝛥𝑥
(Varberg, 2006).
Dengan cara serupa, turunan parsial f terhadap y di (x0, y0) dinyatakan oleh
fy(x0, y0) dan diberikan oleh
𝑓(𝑥0 , 𝑦0 + 𝛥𝑦 ) − 𝑓(𝑥0, 𝑦0 )
𝑓𝑦 (𝑥0 , 𝑦0 ) = lim
𝛥𝑦 →0 𝛥𝑦
(Varberg, 2006).
Ketimbang menghitung fx(x0, y0) dan fy(x0, y0) secara langsung dari
definisi, biasanya kita mencari fx(x0, y0) dan fy(x0, y0) dengan menggunakan
aturan baku untuk turunan; kemudian kita mensubstitusikan x = x0 dan y =
y0. Aturan untuk diferensiasi fungsi satu variabel berlaku untuk mencari
turunan parsial, selama kita memegang satu variabel tetap (Varberg, 2006).
5.1.3 Turunan Implisit
Aturan fungsi y = f(x) dapat ditampilkan dalam bentuk F(x, y) = 0,
dengan F(x, y) dalam aturan F(x, y) = 0 menyatakan bahwa y adalah funsi
dari x, dan juga x fungsi dari y. Di sini kita mengatakan bahwa y adalah funsi
implisit dari x, dan juga x adalah fungsi implisit dari y. Dari aturan F(x, y) =
0, mungkin terjadi y dapat dinyatakan secara eksplisit dalam x (atau
sebaliknya), atau mungkin juga tidak (Martono, 1999).
Konsep fungsi satu peubah y = f(x) dapat diperluas sehingga menjadi
fungsi dua peubah z = F(x, y). Di sini peubah bebasnya x dan y, sedangkan
peubah tak bebasnya z. Pada fungsi implisit y = y(x) yang termuat dalam F(x,
Thania Fathimah A. Zahra, Fitriani, Putri Annisa P. Lestari, Piere A. Hugo Riok
y) = 0, terdapat selang terbuka (x, x dengan > 0 tertentu sehingga y =
y(x) adalah fungsi dalam pengertian biasa, yaitu untuk setiap x dikaitkan
dengan tepat satu y (Martono, 1999).
Menentukan turunan fungsi y = y(x) yang terkandung secara implisit
dalam F(x, y) = G(x, y). Jika fungsi y terdiferensialkan terhadap x, maka
d d
(F(x, y)) = (G(x, y))
dx dx
dengan menganggap y sebagai fungsi dari x akan menghasilkan y’ sebagai
fungsi dari x dan y (Martono, 1999).
> f:=x->2*x^4+x^3+4*x^2+5*x+10;
f := x2 x 4x 34 x 25 x10
> Diff(f(x),x);
d
( 2 x 4x 34 x 25 x10 )
dx
> diff(f(x),x);
8 x 33 x 28 x5
cos(𝑥𝑦)
2. fx dan fy dari f(x,y) = + x2y adalah…
𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑥
3. Diketahui f(x,y) = x3 + 2x3 3y2 – y3 = 0. Tentukan 𝑑𝑥 dan 𝑑𝑦 dari turunan
tersebut!
Thania Fathimah A. Zahra, Fitriani, Putri Annisa P. Lestari, Piere A. Hugo Riok
> f:=(x,y)->x^3+2*x^3*3*y^2-y^3=8;
f := ( x, y )x 36 x 3 y 2y 38
> implicitdiff(f(x,y),y,x);
x 2 ( 6 y 21 )
y ( 4 x 3y )
> implicitdiff(f(x,y),x,y);
y ( 4 x 3y )
x 2 ( 6 y 21 )
Thania Fathimah A. Zahra, Fitriani, Putri Annisa P. Lestari, Piere A. Hugo Riok
LAMPIRAN 5.3
1. > f:=x->(x+2)^3/(1-3*x)^2;
( x2 ) 3
f := x
( 13 x ) 2
> simplify(diff(f(x),x));
3 ( x2 ) 2 ( 5x )
( 13 x ) 3
> evalf(subs(x=-3,%),2);
2. > f:=(x,y)->2*x^3+5*x^2*y^3-y^2;
f := ( x, y )2 x 35 x 2 y 3y 2
> diff(f(x,y),x);
10 x y 36 x 2
> diff(f(x,y),y);
3. > implicitdiff(x^2*y-3*y^3*x=0,x,y);
x ( 9 y 2x )
y ( 3 y 22 x )
Thania Fathimah A. Zahra, Fitriani, Putri Annisa P. Lestari, Piere A. Hugo Riok