Negeri 1001 malam – julukan irak – mempunyai masjid yang unik. Ya, itulah
Masjid Sammara. Masjid yang telah berusia 1100 tahun lebih. Dibangun pada masa
kekhalifahan Abbasiyah, Khalifah Al-Mutawakkil sekitar tahun 833 – 842 M. Terletak di
sebelah timur sungai tigris, sekitar 125 km dari arah utara ibu kota Irak.
Masih bicara soal konstruksi, dari menaranya pun, bangunan ini bukan seperti
menara umumnya yang bentuknya meruncing. Sebaliknya, bentuknya malah spiral,
walaupun semakin ke atas juga tampak meruncing.
Seperti umumnya menara, kalaupun ada cara untuk naik ke puncaknya, tangga
dibangun di bagian dalam menara. Sedangkan Masjid Agung Samarra ini, tangga
melingkar justru dibangun berbarengan dengan bangunan menara yang berbentuk
spiral. Dikisahkan, Khalifah Al-Mutawakkil pernah mencapai bagian atas menara ini
dengan menunggang keledai putih miliknya.
Inilah keunikan dari Masjid Agung Samarra. Bentuk menara spiral ini
mengingatkan pada menara Babel (the Tower of Babel) yang dibangun pada masa
Kerajaan Babilonia yang memerintah di wilayah Mesopotamia oleh Nebuchadnezzar.
Menara berbentuk spiral ini disebut juga dengan Malwiyya. Tingginya mencapai
52 meter. Bagian dasar menara berbentuk empat persegi. Sedangkan pada bagian atas
menara terdapat sebuah paviliun yang difungsikan sebagai tempat muazin
mengumandangkan suara azan. Keseluruhan dinding pada ruang tempat muazin ini
terbuat dari material kayu.
Kota Samarra pernah menjadi ibu kota pemerintahan Islam yang menguasai
sejumlah provinsi di masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah yang
berasal dari Tunisia melebarkan wilayah kekuasaannya hingga ke kawasan Asia Tengah
pada abad ke-9 Masehi.
Masjid ini sedikitnya pernah dua kali diserang, yang terakhir terjadi pada 13
Juni 2007. Serangan pertama terjadi pada 2006, berupa serangan bom yang
menghancurkan kubah emas masjid itu. Peristiwa ini memicu aksi saling balas serangan
antara Muslim Sunni dan Syiah di Irak.