Anda di halaman 1dari 9

1.

Pendahuluan
Artikel terjemahan cukup berperanan penting dalam surat kabar atau majalah. Di samping berita-berita
hasil liputan lapangan, surat kabar atau majalah juga memuat artikel terjemahan yang bersumber dari
berbagai surat kabar/majalah manca negara (terutama yang berbahasa Inggris).
Artikel terjemahan tersebut bisa kita ketahui karena penulisnya biasanya mencantumkan sumbernya,
misalnya : Reuter/AFP, time, Reader’s Digest, news Week, dsb. Ada dua kemungkinan : nama penulis
dan sumbernya ditulis secara utuh atau disingkat.
Ada dua macam artikel terjemahan yang dimuat di surat kabar : (1) artikel terjemahan yang bersifat
‘hard news’ (perang, pembunuhan, musibah, pidato pejabat pemerintah, dsb); (2) artikel terjemahan
yang bersifat ‘soft news’ (profile, human interest). Menurut Anderson, D.A & Itule, B.D. (1984:23), ‘soft
news’ dimaksudkan untuk menghibur atau mendidik, disamping memberikan informasi; maka, penulis
(wartawan) lebih bebas untuk menentukan bentuk tulisan dan berkreasi.
Dalam hal ini sebagian besar data (artikel terjemahan) yang terkumpul bersufat ‘soft news’. Artikel-
artikel tersebut bersumber dari Time, Reader’s digest, Womas’s Affair dan dimuat di kompas, Suara
merdeka, dan Wawasan.

2. Pengertian Artikel Terjemahan dalam Kegiatan Jurnalistik.


Artikel terjemahan yang dimuat di surat kabar atau majalah agak berbeda dengan karya terjemahan dari
buku teks atau artikel ilmiah lainnya. Sebenarnya kurang tepat kalau disebut artikel terjemahan karena
bukan merupakan terjemahan murni:artinya penerjemah lebih bebas untuk berkreasi. Sebaliknya, karya
terjemahan yang bersumber dari buku teks dapat dikatakan taat azas, artinya terjemahan judul, sub
judul, dan tubu karangan tidak menyimpang dari karya sumbernya.
Artikel terjemahan dalam surat kabar/majalah sering kali tidak taat azas. Pemberian judul misalnya,
sering kali menyimpang dari artikel aslinya. Disamping itu, pemberian ‘lead’ juga tidak sama dengan
artikel aslinya. Pada karya terjemahan yang bersumber pada buku teks, urutan paragraf sesuai dengan
karya aslinya; sebaliknya, artikel terjemahan di surat kabar tidak mengikuti urutan paragraf pada partikel
aslinya. Kadang-kadang terjemahan dimulai dari bagian tengah artikel atau adanya penggabungan dua
paragraf. Maka, cukup sulit untuk mencocokkan dengan karya aslinya, karena kalimat-kalimat sudah
dioplos sedemikian rupa sehingga artikel yang muncul tidak sama dengan artikel aslinya.
Disamping itu, penerjemah terpaksa harus menghilangkan beberapa bagian karena terbatasnya kolom
yang disediakan dalam surat kabar. Misalnya bagian ‘desk’ hanya menghendaki artikel terjemahan
sepanjang tiga halaman, ketikan dua spasi, padahal artikel aslinya (sumbernya) cukup panjang. Maka
tidak ada cara lain, kecuali menghilangkan beberapa bagian atau merangkumnya, sehingga artikel
terjemahan tersebut tetap tampak utuh, tidak tersendat-sendat bila dibaca.
Si penerjemah bila perlu mengaitkan informasi yang relevan agar artikel terjemahan tersebut menjadi
lebih lengkap. Jadi, dia tidak semata-mata tergantung pada teks tersebut. Pada tahap tertentu, artikel
semacam itu tidak bisa disebut artikel terjemahan karena artikel tersebut hasil oplosan dari beberapa
sumber dan pengetahuan penerjemah.
Artikel terjemahan dalam surat kabar/majalah dalam beberapa hal bisa digolongkan ragam terjemahan
bebas. Nurachman Hanafi (1986:58) melukiskan terjemahan bebas sebagai berikut :
“Umumnya terjemahan semacam ini (terjemahan bebas) lebih berorientasi dan memberikan penekanan
pada bahasa sasaran. Itulah sebabnya segala bentuk kemudahan hendaknya bercermin agar pembaca
bisa merasa puas. Umpamanya walaupun terpaksa terjadi pemberontakan, penghilangan dan
penambahan bagian-bagian tertentu dari kalimat-kalimatnya, hal itu dibenarkan dalam mencapai
kemudahan pengertian. Terjemahan bebas semacam ini oleh Savory (1969) disebut pula sebagai :
Idiomatic Translation”
3. Korpus
Artikel-artikel terjemahan sebagai bahan analisis diambil dari tiga surat kabar:Kompas, Suara Merdeka,
dan Wawasan. Pemilihan artikel dilakukan secara acak dan diusahakan dari berbagai topik. Ada 9 artikel
yang terkumpul:2 artikel film, 1 artikel mode, 2 artikel wanita, dan 1 artikel kesehatan.
Sebagian besar artikel terjemahan tersebut diambil dari Wawasan (2 artikel). Dan jumlah artikel
sumbernya pun sebagian besar dari majalah Time (6), dan sisanya dari Woman’s Affair (2),dan Reader’s
Digest (1).
Berikut ini adalah daftar artikel yang terpilih :
I. Hollywood Makin Effisien sebagai Gurita Perfilman, Kompas, Minggu, 5 Agustus, 1990. (Movie Muscle,
Time, May, 1990).
II. Hollywood Kekurangan Cerita : Lantas Rame-rame Bikin Film Ulang, Suara Merdeka, Minggu, 15 Juli
1990. (Hollywood’s Rage for Remakes, Time, May 28, 1990)
III. Jangan Kaget, Pemeran Gali Sunguhan, Suara Merdeka, Minggu, 17 juni, 1990. (Lights! Camera!
Murder!, Time, May 14, 1990.)
IV. Basia Trzetrzelewska; Ada Jazz, Soul dan Samba, Wawasan, Minggu, 29 April, 1990. (Poland’s Silky
Pop Export, Time, April 23, 1990)
V. Aids Jangkiti Industri Mode, Kompas, 7 April, 1990. (Dressed To Kill and Die, Time, April 9, 1990)
VI. Siluet Ramping, Siluet Tak Terpotong, Wawasan, Minggu, 20 Mei, 1990. (Stripping Down to
Essentials, Time, May 14, 1990)
VII. Mempererat Hubungan Bisnis – Business Lunch, Wawasan, Minggu, 24 Juni, 1990. (Business Lunch,
Woman’s Affair, March, 1990).
VIII. Jatuh Cinta Di Tempat Kerja, Wawasan, Minggu, 1 Juli, 1990. (Love at Work, Woman’s Affair, March,
1990).
IX. Proses Kebotakan Biasanya Dimulai pada usia 20-an, Wawasan, Minggu, 10 Juni, 1990. (The Naked
Truth of Baldness, Reader’s Digest, April, 1990).

4. Metode Analisis
Setelah memilih sejumlah artikel, saya perlu menjelaskan metode analisis yang akan saya gunakan.
Metode ini disebut ‘a genre-based analysis’ karena hanya berkaitan dengan satu jenis teks yaitu artikel
surat kabar. Menurut Swales (1985) pengertian ‘genre’ adalah sebagai berikut: A genre is a recognized
communicative event with a shared public purpose and with aims mutually understood by the
participants within that event.
Dalam menulis sejumlah artikel, saya akan menitik beratkan pada struktur makro (makro Structure).
Pendekatan ini, menurut Hutchins (1977), adalah “untuk memperoleh suatu perspektif yang lebih
global, untuk mencoba memahami organisasi teks secara menyeluruh.” Jadi dalam pendekatan ini, saya
akan menganalisis struktur organisasi teks berdasarkan pembagian retorik (judul, lead, tubuh dan
penutup). Berikut adalah sebuah diagram yang menunjukkan bagian-bagian dari artikel surat kabar baik
yang berupa berita maupun feature.

(Tempo, 1979: 33)


Maka ada tujuan yang ingin dicapai dalam analisis ini. Tujuan tersebut adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai struktur artikel terjemahan dalam surat
kabar.
2. Untuk mengetahui ragam terjemahan dalam kegiatan jurnalistik.

5. Analisis Korpus
5.1 Bagian Judul (Headline)
Prinsip penulisan judul dalam artikel terjemahan tidak berbeda dengan penulisan judul berita. Bagian
‘desk’ selalu berusaha menulis judul (berita) yang dapat menarik pembaca, kalau perlu dengan bahasa
yang agak merangsang atau bombastis. Disamping ‘lead, judul juga berfungsi sebagai kail bagi pembaca
beritanya.
Menurut Assegaff, D. H. (1983:50), pengertian judul berita (headline) adalah sebagai berikut ;
Judul berita (headline) berfungsi menolong pembaca yang bergegas untuk cepat mengenal kejadian-
kejadian yang terjadi di sekelilingnya yang diberitakan. Fungsi lainnya adalah teknik grafika dengan tipe-
tipe huruf, judul berita yang menonjolkan berita tadi, untuk dapat lebih menarik orang membacanya.
Karena sifat manusia di abad modern yang selalu bergegas, maka banyak pembaca surat kabar yang
hanya membaca judu-judulnya berita (headline atau kepala berita) saja. Pembaca surat kabar di Amerika
sering disebutkan sebagai “headline-reader” (pembacajudul/kepala berita).
Dalam artikel terjemahan, penulisan judul tidak harus sama dengan judul artikel sumbernya. Dari
sembilan artikel terjemahan, hanya dua artikel menggunakan judul yang hampir sama dengan artikel
sumbernya, yaitu artikel VII dan VIII.

Artikel VII (Wawasan)

Mempererat Hubungan Bisnis

Business Lunch

Artikel VIII (Wawasan)

Jatuh Cinta Di Tempat Kerja

Sedangkan sisanya (7 artikel) menggunakan judul yang berbeda dengan menonjolkan salah satu unsur
tema artikel tersebut. Artikel V, misalnya, lebih menekankan tema AIDS dan tema tersebut diangkat
menjadi judul artikel (Aida Jangkiti Industri Mode) sedangkan judul aslinya (Dressed to Kill-and Die) lebih
tersamar, meskipun tidak bombastis tetapi judul tersebut membuat pembaca penasaran untuk
membacanya.

Artikel V (Kompas)

Dressed to Kill and Die

Aids Jangkiti Industri Mode

Demikian juga untuk artikel III. Pada judul artikel sumber, bagian desk menggunakan tiga kata dan
masing-masing diakhiri dengan tanda seru (Lights! Camera! Murder!), sedangkan pada versi terjemahan,
bagian desk menggunakan judul yang menonjolkan unsur pemeran (Jangan Kaget, Pemeran “Gali”
Sungguhan).

Artikel III (Suara Merdeka)

Lights! Camera! Murder!

Jangan Kaget, Pemeran “Gali” Sungguhan

Dua contoh judul terjemahan diatas (artikel III, V) memberi kesan bahwa bagian desk masih
menekankan bahasa yang bombastis dan lebih eksplisit. Sebaliknya judul artikel sumbernya, meskipun
kurang bombastis, lebih memancing rasa penasaran pembaca.

5.2 Bagian Lead


Dalam surat kabar atau majalah, penulisan lead adalah mutlak. Lead yang “provokatif, jelas dan
sederhana” (Anderson & Itule, 1984:37), dapat merangsang pembaca berita/informasi untuk membaca
berita tersebut. Karena lead merupakan bagian tersulit, kadang-kadang si wartawan terpaku agak lama
di muka meja tulisnya untuk mencari dan memilih bagian mana yang paling pokok dalam suatu berita,
untuk dijadikan lead. Oleh Assegaff D.H. (1984:51) menulis lead diibaratkan “Mencium seorang gadis jika
kamu dapat sekali maka lainnya akan mudah.”
Lead biasanya ditulis diantara judul dan paragraf pertama. Untuk ‘hard news’, lead tidak lebih dari 5
kata, sedang untuk ‘feature’ (karangan khas) bisa lebih dari 35 kata karena berbentuk ‘summary lead’.
Tetapi, sering lead langsung ditulis pada paragraf pertama.
Dari sembilan artikel terjemahan, hanya satu artikel (VI) yang leadnya ditulis secara terpisah, dan sisanya
(8 artikel) lead ditulis pada paragraf I atau paragraf 1 dan 2. disamping itu, pada lima artikel (I, III, IV, VI,
VII, dan IX), lead ditulis berdasarkan improvisasi si penerjemah, bukan terjemahan langsung. Sedangkan
untuk sisanya (3 artikel), lead ditulis sesuai dengan artikel sumbernya, meskipun kadang-kadang
diambilkan dari bagian tengah artikel (III, V).

Artikel I (Kompas)

Hollywood adalah gurita. Sekali musuh dicengkau, tak bakal dilepaskan. Dengan banyak tangan, banyak
koloni pula mampu dicengkramnya. Dan kata jauh dekkat tak dikenal, sehingga jarak sasaran dan dirinya
bersifat relatif.
Globalisasi perfilman lebih berarti karya Hollywood yang menyerbu ke negara lain, ketimbang
keseimbangan distribusi film negara yang satu ke negara yang lain. Globalisasi di sini jadinya tetap
bermakna ada wilayah pusat yang mendominasi daertah pinggiran.

Ever searching for funds and profits, Hollywood increases its dominance over the global film industry,
inspiring fear and imitators.

Pada artikel I, paragraf 1 dan 2 berfungsi sebagai lead dan ditulis berdasarkan improvisasi penerjemah,
bukan terjemahan langsung lead artikel sumbernya. Terjemahan baru dimulai pada bagian akhir
paragraf 1 artikel sumber, itupun hanya kutipan kata-kata Duncan Clark, Wakil Presiden Divisi
Pemasaran Internasional Columbia Tri Star.
Jadi, lead prolog berupa kutipan dialog dan paragraf 1 pada artikel sumber tidak diterjemahkan.
Artikel II (Suara Merdeka)

Apa yang dilakukan para produser Hollywood kalau sedang bokek cerita (asli) atau novel atau lakon
pentas yang patut diangkat ke layar film?
Kalau sampai terjadi krisis seperti itu, mereka biasanya melirik Perancis untuk mencari bahan yang
pantas difilmkan atau dibuat ulang dengan tambal sulam di sana-sini (remake).
Studio-studio seperti Disney, Paramount, Warner Bros dan 20th Century Fox, misalnya, berebut
mendapatkan hal pembuatan ulang atas film-film cerita Prancis populer, seperti Mama. There’s a Man in
Your Bed.

What a poor Hollywood produce to do when there are no more sequels to make or plays or novels or
newsheadlines to get the creative accounting juice going? These days major studios are looking a cross
the Atlantic, particularly to France, for materials. Disney, Paramount, Universals, Warner Bross, and 20th
Century Fox are all vying for the U.S. rights to remake such popular French features as Mama, There’s a
Man in Your Bed.

Sebaliknya pada artikel II, lead dibuat sesuai dengan artikel sumbernya berupa ‘question lead’. Agar
sesuai dengan prinsip bahasa pers, paragraf 1 pada artikel sumber dipecah menjadi paragraf pada artikel
terjemahan karena dianggap terlalu panjang.

Artikel III (Suara Merdeka)

Begitu parahnya kehidupan remaja Kolombia yang tergabung pada gang-gang Medellin, ternyata malah
menjadi ide bagi sutradara Gaviria untuk menarik mereka terlibat dalam pembuatan film. Sembilan
remaja yang sudah tidak mempunyai masa depan, karena terlibat perdagangan kokain, atau dengan
enak membunuh calon presiden, betul-betul menghayati peran yang diberikan. Itu terjadi karena sehari-
hari mereka memang menjadi “preman”.

A shocker film exposes the milieu of Medellin’s youthful killers By John Moody Medellin Carlos Mario
Restrepo, 21, was guided to the grave by a brutal and simple philosophy: live fast, die fast. “Who cares if
they knock us off as long as we’ve got some money and a girlfriend while we’re alive?” he proclaim to a
visitor. Some 40 months later, he was dead, shot by a trio of teenge strangers for no apparent reasons.

Pada artikel III, lead (paragraf 1) dibuat berdasarkan oplosan dari artikel sembernya. Pada artikel
sumber, certia dimulai dengan tokoh Carlos Mario Restrepo, sedang pada artikel terjemahan, cerita
dimulai dengan gambaran kehidupan remaja di Medellin (Kolumbia).

Artikel V (Kompas)
As more and more designers succumb, AIDS take devasting toll on the fashion industry.

Gara-gara perancang mode Yves Saint Laurents masuk rumah sakit bulan lalu, gosip pun berkembang
perancang kenamaaan asal Perancis itu kejangkitan AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome)).
Perancang top ini memang untuk pertama kalinya tidak menghadiri peragaan busana siap pakai di Paris.
Padahal dia masuk rumah sakit karena kondisi fisiknya yang melemah akibat terlalu keras bekerja dan
kurang istirahat.
Pada artikel V, penulisan lead diambil dari bagian tengah artikel sumber (paragraph 6) dengan
mengedepankan perancang mode Yves Saint Laurent, bukan merupakan terjemahan langsung lead
artikel sumber.

Artikel VI (Wawasan)

Pakaian itu tak seksi, wanitalah yang seksi

Leggings, tight and body stockings give slink a high profile


By Martha Duffy

Penulisan lead pada artikel VI hamper sama dengan artikel V, yakni diambilkan dari bagian-bagian
penutup artikel sumber (paragraph akhir), dengan mengutip kata-kata perancang Jepang, Issey Miyake,
“Clothes aren’t sexy, women are”.
Berdasarkan analisis tersebut diatas, penulisan lead pada artikel terjemahan dapat dikatakan cukup
bebas, artinya si penerjemah dapat berkreasi atau berimprovisasi sehingga artikel yang muncul lebih
enak dibaca atau sesuai dengan gaya bahasa targt (bahasa Indonesia). Dan dari enam sampel analisis
(artikel I,II,III,V, dan VI) tersebut, penulisan lead dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis ;
1. Lead dibuat berdasarkan improvisasi penerjemah (artikel I,III,IV,VII,IX)
2. Lead dibuat sesuai dengan artikelsumbernya (artikel II,V,VI,VII)
3. Lead diambilkan dari bagian tertentu artikel sumber (artikel V,VI)

5.3 Bagian Tubuh


Dalam proses menerjemahkan, penerjemah sering kali menghilangkan beberapa bagian pada artikel
sumber atau kadang-kadang menambah informasi yang diambilkan dari sumber lain sehingga artikel
terjemahan tersebut menjadi lebihlengkap.dari Sembilan artikel, hanya dua artikel (VII,VIII) tidak
mengalami pemotongan kar4ena kedua artikel sumbernya sudah cukup pendek, sehingga tidak perlu
memotongnya.
Pada artikel I, penerjemah menambah informasi yang sumbernya diambilkan dari American Film. Dan
informasi tersebut ditambahkandi bagian tengah artikel (sebanyak tiga paragraph). Pada bagian tubuh
artikel I, disamping ada beberP bagian yang dihilangkan karena dianggap kurang penting, ada
penambahan informasi.
Sebaliknya pada artikel II, hanya satu paragraph yang dihilangkan. Yang dilakukan penerjemah adalah
membuat paragraph-paragraf yang lebih pendek. Misalnya paaragraf 1 pada artikel sumber dibuat
menjadi 3 paragraf pada artikel terjemahan.
Pada artikel III, proses terjemahan tidak berdasarkan urutan paragraph, tetapi dioplos sedemikian rupa
sehingga cukup sulit untuk merunutnya. Misalnya, tokoh Mario Restrepo yang muncul pada paragraph 1
pada artikel sumber baru muncul di bagian tengah artikel terjemahan. Disamping itu, penerjemah
menambahkan beberapa informasi tentang sindikat kokain di Kolombia seperti ‘Kartel Medellin’, ‘Segi
Tiga Emas’ di perbatasan Laos-Thailand dan Myanmar (Birma)’. (lihat Lampiran 11)
Proses terjemahan untuk artikel-artikel lainnya (IV-IX) hampir sama dengan ketiga artikel tersebut diatas
(I,II,III).

5.4 Bagian Penutup


Suatu karangan khas (feature) biasanya mempunyai penutup (ending) karena dua sebab :
1. Menghadapi feature hampir tidak ada alasan untuk terburu-buru dalam proses redaksi. Editor tidak
lagi harus memotong dari bawah, tapi ia harus punya cukup wakti untuk membaca naskah secara cermat
dan meringkasnya sesuai dengan ruangan yang tersedia.
2. Ingat bahwa seorang penulis feature pada prinsipnya adalah tukang cerita. Ia dengan hati-hati
mengatur kata-katanya secara efektif untuk mengkomunikasikan ceritanya. Umumnya sebuah cerita
mendorong untuk terciptanya suatu penyelesaian. Penutup tidak sekedar layak, tapi mutlak bagi banyak
feature (Tempo, 1979:34).
Untuk artikel terjemahan, mestinya penerjemah hanya mengikuti artikel sumbernya. Dari Sembilan
artikel, hanya empat artikel (II,V,VI,VII) yang penutupnya sesuai dengan artikel sumbernya. Sedangkan,
untuk artikel I,III, dan VIII penutupnya dibuat berdasarkan rangkuman penerjemah. Dua artikel sisanya
(IV,IX) tidak mempunyai penutup karena terjemahan tidak sampai paragraph terkahir. Berikut ini adalah
dua sampel penutup.

Artikel I

Apapun analisis orang tentang kekuatan gurita Hollywood, agaknya cengkeramannya tak mudah
dilepaskan. Selama mesin Hollywood masih pandai memanipulasikan selera penonton, jalur distribusi,
dan pasaran pasaran film di berbagai Negara lain bakal tetap terengah-engah. (fit).

Golden Harvest could count on kung fu super star Jackie Chan to draw audiences everywhere, including
Southeast Asia, Taiwan, China, South Korea, Japan, India, The Soviet Union, much of Europe and
Chinatowns of North America. Everywhere except mainstream U.S.A. but Golden Harvest hit the jackpot
when it backed the American conceived Teenage Mutant NinjaT urtles, a $16 million picture that has so
far earned about $100 million in the U.S. Turtles II is already on the drawing board, again with Golden
Harvest backing

Artikel V

Flanders menyatakan “Selama ini wanita perancang sudah frustasi mendapat dukungan keuangan.
Sekarang para investor justru mencari para wanita perancang dan dengan cara yang sangat berbeda dari
sebelumnya.” Menarik. Sayang sekali, biaya manusiawi memenangkan minat baru itu cukup tragis;
kematian para pria perancang mode berbakat karena AIDS. (Time/Satrio)

Because of concern about men’s vulnerability to AIDS, women designers are attracting new interest
from the financial community. New York designer Rebecca Moses, for one, has been approached by
investor about expanding her line. Says DIFA’s Flanders: It’s been notoriously frustrating for women to
get the backing. Now investor are looking at women with very open eyes and in a very different way
than they did before. “They human cost of winning that new interest, however, is tragic. –By J.D. Reed
Reported by Kathrin Jackson Fallon/New York

6. Proses Penerjemahan dan Masalah-masalahnya


Proses menerjemahkan untuk artikel-artikel surat kabar tidak jauh berbeda dengan proses
menerjemahkan untuk buku teks. Secara umum proses penerjemahan terdiri dari tiga langkah. De Maar
dalam A. Widyamartana (1989:15) memberikan petunjuk senagai berikut :
Bacalah dengan tuntas karangan dua atau tiga kali untuk memperoleh suatu pemahaman yang jelas
mengenai arti umum dari seluruhnya maupun hubungan-hubungan dari bagian-bagiannya. Proses
penerjemahan meliputi tiga tahap:
(a) membaca dan mengerti karangan itu;
(b) menyerap segenap isinya dan membuatnya menjadi kepunyaan kita;
(c) mengungkapkannya dalam langgam bahasa kita dengan kemungkinan perubahan sekecil-kecilnya
akan arti atau nadanya.
Prinsip penerjemahan untuk artikel surat kabar bias dikatakan cukup longgar jika dibandingkan dengan
prinsip penerjemahan untuk buku teks. Dengan demikian proses penerjemahan lebih cepat. Meskipun
prosesnya cukup cepat tidak berarti lepas dari masalah atau hambatan. Masalah-masalah yang muncul
biasanya berupa terminology, idiomatic expression, dan struktur kalimat.

Terminologi
Seorang penerjemah yang belum berpengalaman akan mengalami kesulitan untuk mencari padanan
istilah-istilah. Maka tingkat kesulitannya tergantung pada ‘frame of reference’ penerjemah itu sendiri.
Misalnya kalau kita menerjemahkan artikel tentang mode, maka kita harus mengikuti istilah-istilah atau
seluk beluk dunia mode dengan cara mebuka buku-buku / artikel-artikel tentang mode dalam bahasa
target (bahasa Indonesia). Dengan demikian, kita akan hapal istilah-istilah maupun gaya bahasa yang
biasa digunakan dalam artikel mode. Semakin banyak membaca dan membuat kliping, frame of
reference kita semakin lengkap, sehingga sewaktu menerjemahkan artikel tentang mode tidak akan
mengalami banyak kesulitan.

Idiomatic Expression
Kadang-kadang proses penerjemahan terhambat oleh serangkaian ‘idiomatic expression’ yang ada
dalam artikel. Biasanya kalau terbentur masalah semacam itu penerjemah akan mencari padanannya di
kamus atau menafsirkan berdasarkan konteks, atau, yang terburuk, dilewati sepanjang bukan
merupakan unsur kunci.

Struktur Kalimat
Struktur kalimat yang rumit juga merupakan hambatan bagi penerjemah. Untuk mengatasi hal itu,
penerjemah harus mengubah total struktur kalimat tersebut. Perubahan struktur kalimat tidak bias
dihindarkan agar hasil terjemahannya lebih enak dibaca sesuai dengan pola kalimat bahasa target
(bahasa Indonesia).
Tingkat perubahan struktur kalimat juga berbeda-beda. Untuk artikel-artikel yang bersumber dari
majalah wanita seperti Woman’s Affair, New Idea, dll., struktur kalimat tidak banyak mengalami
perubahan. Tetapi artikel-artikel tentang tokoh (penyanyi/bintang film), struktur kalimat atau urutan
paragraph seringkali diubah secara total sehingga artikel terjemahan yang muncul nampak berbeda
dengan artikel sumbernya, meskipun intisarinya tetap sama.
Ciri yang menonjol untuk artikel jenis ini adalah penggambaran bentuk wajah, tubuh si tokoh, terutama
untuk penyanyi wanita atau aktris film meskipun dalam artikel sumbernya tidak disebutkan. Artikel
tersebut biasanya menggunakan bahasa yang lebih seronok, kenes atau bombastis.

7. Kesimpulan
Berdasarkan analisis sembilan artikel terjemahan tersebut diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa
prinsip penerjemahan untuk artikel surat kabar cukup longgar karena beberapa hal:
1. Pemberian judul yang berbeda dengan judul artikel sumber.
2. Pemberian lead berdasarkan improvisasi penerjemah.
3. Penghilangan beberapa bagian karena artikel sumber dianggap terlalu panjang atau terbatasnya
kolom yang tersedia.
4. Penambahan informasi sesuai dengan tingkat ‘frame of reference’ penerjemah.
5. Perombakan struktur kalimat maupun urutan paragraph, terutama untuk artikel tokoh music/film.
Daftar Pustaka
Anderson, D.A. & B.D. Itule
1983 Contemporary News Reporting. New York: House.
Assegaff, D.H.
1983 Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hanafi, N.
1986 Teori dan Seni Menerjemahkan. Ende-Flores: Nusa Indah.
Hutchins, J.
1977 On the Structure of Scientific Texts. Journal in Linguistics, September 1977.
Swales, J.
1985 A agenre-Based Approach To Language Across the Curriculum.
Paper presented at the RELO Conference, Singapore.
Widyamartana, A.
1989 Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius

1979 Misalkan Anda Seorang Wartawan Tempo. Jakarta: Biro Pendidikan Majalah Tempo. 1979.

Anda mungkin juga menyukai