Anda di halaman 1dari 8

6.

Istilah Dasar
6.1. Sudut
Adalah besaran selisih derajat yang dibentuk oleh 2 buah garis, dimana yung satu menuju ke utara magnetis dan yang lain menuju ke sasaran.
1) Sudut Azimuth
Sudut mendatar yang besarnya dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari arah utara. Azimuth ditujukkan untuk menentukan arah di medan atau di
peta, melakukan pengecekkan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tsb adalah arah lintasan yang menghubungkan titik
awal dan akhir perjalanan kita.

2) Sudut Back Azimuth


Sudut arah dari suatu garis dilihat menurut arah kebalikkan. Cara menghitung nya : Jika azimuth lebih dari 180º, maka back azimuth sama dengan
azimuth dikurangi 180º. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth.

6.2. Skala Peta, jarak antara titik di peta dengan jarak mendatar pada medan sebenarnya.
1) Skala Numerik, dinyatakan dengan angka
Contoh :
1:50.000 berarti 1 cm = 50.000 cm atau 1 cm = 500 m atau 2 cm = 1 km

2) Skala Grafis, dinyatakan dengan unit batang disertai nilai, berguna ketika terjadi perubahan ukuran peta pada saat penggandaan /info skala
numerik tidak tercantum

6.3. Sistem Koordinat


Adalah titik yang terbentuk berdasarkan sistem sumbu yaitu dari perpotongan garis koordinat horizontal / absis dan vertikal / ordinat yang terdapat
dipeta. Koordinat peta berguna untuk menunjukan suatu posisi pada permukaan bumi di peta. Pada penyebutan, garis mendatar diinformasikan
terlebih dahulu lalu garis tegak. Garis Koordinat ini membagi peta dalam kotak – kotak (karvak). Sistem Koordinat yang lazim digunakan yaitu :
1) Geografi / gratikul (Geographical Coordinat)
Menyatakan posisi suatu titik dalam satuan derajat , menit , dan detik dari garis lintang (Utara dan Selatan) dan bujur (Barat dan Timur)
2) Grid / UTM (Grid Coordinat)
Menyatakan posisi suatu titik dalam ukuran jarak (meter) dari perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinalt(y) pada koordinat grid sebelah
selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. Penyebutan dengan koordinat grid dapat dilakukan dengan 4 Angka, 6 Angka, atau 8 Angka.

6.4. Arah Utara


* Utara Sebenarnya / Utara Geografi (Truth North / Geographical North, US / TN) diberi simbol * , arah utara yang ditunjukan garis bujur (meridian)
dan menuju ke kutub utara bumi atau titik pertemuan garis bujur bumi.

* Utara peta / Utara Grid (Grid North, UP / GN) diberi simbol GN, arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke arah atas

* Utara magnetik (Magnetic North, UM) diberi simbol T (anak panah separuh) , arah utara yang ditunjukan jarum kompas menuju kutub utara
magnetik bumi

6.5. Iktilaf

* Iktilaf Peta / Konvergensi Meredian, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta
* Iktilaf Magnetik / Deklinasi, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
* Iktilaf Utra Peta – Utara Magnetik / Deviasi, merupakan sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetis

6.6. Variasi Magnetik,


yaitu perbedaan besarikhtilaf magnetik pada waktu yang berlainan. Jika variasi magnetis ini bertambah maka disebuti Increase dan jika berkurang
maka disebut Decrease.

6.7. Kontur,
garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik yang tingginya sama sehingga dapat mengetahui bentuk medan yang
sebenarnya (menunjukan ketinggian, perbedaan ketinggian, kemiringan, proyeksi 3D). Terdapat istilah penting :
* Interval Kontur, jarak tegak 2 garis kontur yang berdekatan / jaran bidang datar yang berdekatan.
Rumus : Interval kontur atau Ci = 1/2000 x skala peta
Namun rumus ini tidak selamanya dapat digunakan karena garis kontur pada daerah terjal berbeda dengan daerah landai
* Indeks Kontur, garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiapinterval kontur tertentu untuk memudahkan pembacaan medan.
Rumus : i = 25 / jumlah cm dalam 1 km
i = n log tan a, dengan n (0.01 S + 1)1/2 m

6.8. Titik Ketinggian


* Tinggi Mutlak adalah tinggi yang diukur dari pemukaan laut, merupakan standarisasi pengukuran. Tinggi mutlak digunakan untuk menentukan tinggi
sebenarnya dari permukaan laut.
* Tinggi Nisbi adalah tinggi yang diukur dari tempat dimana bendaitu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.
* Titik Triangulasi adalah titik atau tanda yang merupakan pilar / tonggak yang menyatakan tinggi mut lak suatu tempat dari permukaan laut . Titik ini
digunakan oleh jawatan topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu
pembuatan peta.

7. Pengetahuan Peta
7.1. Bagian – Bagian Peta
*Judul Peta, bagian yang menyatakan identitas peta. Pada peta BAKOSURTANAL meliputi Judul Peta (biasanya merupakan nama daerah adminsist
ratif, tempat terkenal dll) , Skala, Nomor Lembar Peta, Nama Lembar dan Edisi / terbitan. Sistem Penomoran Peta perlu diketahui untuk membantu
dalam mencari peta tertentu.
* Letak Peta dan Diagram Lokasi Petunjuk Letak Peta, menunjukan nomor dan nama lembar peta terhadap peta sekelilingnya. Biasanya dalam
bentuk matrikini berukuran 3 x 3.
* Lokasi, menunjukan letak peta pada ara yang lebih luas
* Sistem Referensi, terdiri dari sistem proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi dan selang kontur
* Pembuat dan Penerbit Peta
* informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
*Legenda, merupakan petunjuk tanda atau simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskribsi
*Keterangan Riwayat Peta
*Petunjuk Pembacaan Koordinat
· Pembagian Daerah Administrasi
*Skala
* Singkatan / Kesamaan Arti
* Utara Sebenarnya, Utara Grid, Utara Magnetik

7.2. Sistem Penomoran Peta


* Penomoran Peta Topografi proyeksi LCO
Batas peta wilayah indonesia yaitu : Barat : 940 40’ BT, Timur : 1410 BT, Utara : 60 LU, Selatan : 110 LS. Penomoran dimulai dari meridian 0 di
jakarta yaitu 1060 48’ 27,29 ” BT (120 barat bujur 1060 40’ 27,29 timur green wich)
1) Lembar Peta skala 1 : 100.000 (Petainduk)
- Ukuran 1 lembar peta adalah 20’ bujur x 20’ lintang. Sehingga terdapat 7089 Lembar Petaindonesia skala 1 : 100.000.
-Penomoran tiap 20’ lintang dari 94.50 BT - 1410 BT dengan angka latin 1-139
-Penomoran tiap 2’ bujur dari 110 LU - 60 LU dengan huruf latini – LI

Contoh penomoran : 58/XLII berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLII vertikal dari atas.

2) Lembar Peta skala 1 : 50.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 10’ bujur x 10’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan huruf latin A – D mulai pojok kanan bawah berlawanan arah jarum jam.
Contoh penomoran : 58/XLII – B berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLIi vertikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 2 dari pojok
kanan bawah berlawanan arah jarum jam.

3) Lembar Peta skala 1 : 25.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 5’ bujur x 5’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 3 x 3 = 9 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan huruf latin a – q tanpa hurufi mulai dari pojok kanan atas searah jarum jam.

Contoh penomoran : 58/ XLIi f berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLIi ver tikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 6 dari pojok
kanan atas searah jarum jam.

* Sistem Penomoran Peta Topografi proyeksi UTM/AMS


Batas peta wilayah indonesia yaitu : Barat : 940 30’ BT, Timur : 1410 BT, Utara : 60 LU, Selatan : 120 LS
1) Lembar Peta UTM global skala 1 : 1.000.000
-Penomoran tiap 60 bujur dari 1800 BB – 1800 BT dengan angka latin 1 – 60
-Penomoran tiap 80 lintang dari 840 LU - 800 LS dengan huruf latin dari huruf C – X tanpa huruf I dan O.
-Dengan penomoran seperti ini (885 km x 665 km) maka indonesia berada pada zona 46 dengan bujur sentral 930 BT – zona 54 dengan bujur
sentral 1410 BT serta arah lintang L,M,N,P mulai 150 LS – 100 LU

2) Lembar Peta skala 1 : 250.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 10 30’ bujur x 10 30’ lintang. Sehingga terdapat 4 x 8 = 32 lembar peta wilayah indonesia skala 1 : 250.00
-Penomoran tiap 1.50 bujur dari 94.50 BT - 1410 BT dengan angka latin 1-31
-Penomoran tiap 10 lintang dari 60 LU - 120 LS dengan angka romawii – XVII

3) Lembar Peta skala 1 : 1 00.000 indonesia ( Peta Induk)


-Ukuran 1 lembar peta adalah 30’ bujur x 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 250.000 terdapat 2 x 3 = 6 lembar peta skala 1 : 100.000
-Penomoran tiap 30’ bujur dari 94.50 BT - 1410 BT dengan angka latin 1-94 Penomoran tiap 30’ lintang dari 60 LU - 110 LS dengan angka latin 1-36

Contoh penomoran : 2145 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal.

4) Lembar Peta skala 1 : 50.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 15’ bujur x 15’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan angka romawii –iV mulai dari pokok kanan atas searah jarum jam

Contoh penomoran : 2145-iv berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas searah jarum jam.

5) Lembar Peta skala 1 : 25.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 7’30” bujur x 7’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan huruf latin a – d mulai dari pokok kanan atas searah jarum jam

Contoh penomoran : 2145-iVa berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas searah jarum jam dan pertama dari pojok kanan atas searah
jarum jam.

*Sistem Penomoran Peta Topografi BAKOSURTANAL


Batas peta wilayah Indonesia yaitu : Barat : 900 BT, Timur : 1410 BT, Utara : 60 LU, Selatan : 150 LS
1) Lembar Peta UTM global skala 1 : 1.000.000
Ukuran 1 lembar peta adalah 40 bujur x 60 lintang. Karena peta BAKOSURTANAL mengikuti proyeksi UTM, maka maka tiap 40 bujur dibagi menjadi
2 penomoran lagi : A dan B. Utk arah lintang Selatan makin besar ke bawah (A, B) , utk lintang Utara makin kecil ke bawah (B, A).

2) Lembar Peta skala 1 : 500.000 indonesia


Ukuran 1 lembar peta adalah 20 bujur x 30 lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 1.000.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 500.000

3) Lembar Peta skala 1 : 2 50.000 indonesia ( Peta Induk)


-Ukuran 1 lembar peta adalah 10 bujur x 10 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 500.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 250.000
-Penomoran tiap 1.50 lintang dari 94.50 BT - 1410 BT dengan angka latin 1-31
-Penomoran tiap 10 bujur dari 110 LU - 60 LU dengan angka latin 1 – 17

Contoh penomoran : 2145 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal.

4) Lembar Peta skala 1 : 100.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 30’ bujur x 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 250.000 terdapat 3 x 2 = 6 lembar peta skala 1: 100.000

5) Lembar peta skala 1 : 100.000


-Penomoran dengan angka latin 1 – 6 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

Contoh penomoran : 2145-1 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal, urutan ke 1 dari pojok kiri bawah ber lawanan arah jarum jam.

6) Lembar Peta skala 1 : 50.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 15’ bujur x 15’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 4 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

Contoh penomoran : 2145-12 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal peta 1 : 250.000, urutan ke 1 dari pojok kiri bawah berlawanan arah
jarum jam peta 1 : 100.00, urutan ke 2 dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam peta 1 : 50.000.

7) Lembar Peta skala 1 : 25.000


-Ukuran 1 lembar peta adalah 7’30” bujur x 2’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 4 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

8) Lembar Peta skala 1 : 10.000


Ukuran 1 lembar peta adalah 2’30” bujur x 2’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 4

9) Lembar peta skala 1 : 25.000


Penomoran dengan angka latin 1 – 9 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam
8. Orientasi Peta
Adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya. Sebelum Memulai
orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda- tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta dengan pencocokan bentuk
puncakan, sungai, desa dll. Jadi minimal diketahui secara kasar posisi. Orientasi peta ini berfungsi untuk meyakinkan perkiraan posisi anda adalah
benar.

Langkah-langkah orientasi peta:


1) Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda- tanda medan yang menyolok.
2) Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan
arah medan sebenarnya
3) Cari tanda- tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda- tanda medan tersebut di peta.
4) Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5) Ingat tanda- tanda tersebut, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

9. Cross Bearing Technic :


a. Resection
Yaitu menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Langkah-langkah melakukan resection:
1) Lakukan orientasi medan
2) Cari objek / titik yang mudah dikenali pada medan sebenarnya dan pada peta, minimal 2 buah
3) Bidik tanda- tanda medan tersebut dari posisi saat ini (azimuth)
4) Hitung hasil backazimuth, tarik garis lurus dari titik acuan tersebut
5) Lakukan langkah 2 – 4 pada titik acuan lain
6) Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth titik acuan tersebut adalah posisi kita dipeta.

b. Intersection
Yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) pada peta dengan menggunakan 2 atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan dan dipeta.
Langkah- langkah melakukan intersection adalah:
1) Lakukan orientasi medan dan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
2) Bidik obyek yang kita amati
3) Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
4) Bergerak ke posisi lain dan lakukan langkah 1-3
5) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Semakin banyak titik bidik untuk menarik garis
perpotongan, semakin akurat hasil yang didapatkan. Sudut terbaik antara titik bidik untuk melakukan intersection adalah 900

10. Metode Pergerakan Sudut Kompas ( Passing Compass / Man to Man)


Yaitu membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Tentukan titik awal dan titik akhir perjalanan dan plot pada peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan / azimuth dan
back azimuth nya.
2) Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3) Bidikkan kompas seusai dengan azimuth, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan / titik bidik sebagai penunjuk.
4) Pergi ke tanda medan di tersebut, dan bidik kembali ke titik awal tadi. Jika arah perjalanan benar maka sudut ini akan sama dengan back azimuth.
5) Sering terjadi tidak ada benda / tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai
tanda (Man to Man) .

11. Interpretasi dan Analisa Peta Topografi


Sebelum melakukan perjalanan untuk memahami kondisi medan sebenarnya berdasarkan informasi pada peta sehingga dapat digunakan sebagai
asumsi awal dalam penyusunan rencana perjalanan. Interpretasi dan analisa peta ini dapat dilakukan dari :
a. Informasi dasar peta,
seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta, lokasi daerah dan titik ekstrim seperti perkampungan (nama daerah, nama jalan, nama sungai,
nama gunung dan bentukan alam lain), perpotongan sungai, jalan, ketinggian suatu titik, kerapatan kontur berdasarkan pemahaman tentang sifat
kontur yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dan waktu tempuh, karakter medan / kemiringan (terjal / landai), vegetasi, dll.

b. Tanda Medan
Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan gambaran medan sebenarnya. Mengenali tanda medan ini dapat
dilakukan berdasarkan sifat garis kontur yaitu :
1) Perbedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan dalam satuan meter (biasanya tertera pada
setiap peta topografi)
2) kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk kawah
3) antar kontur tidak akan saling berpotongan, kecuali berhimpit pada lembah yang sangat curam dimana terdapat air terjun
4) kontur yang bebentuk seperti huruf V dari pusat kontur merupakan punggungan dan yang berbentuk seperti huruf V terbalik dari pusat kontur
adalah lembahan.
5) Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 buah kontur berurut.
6) Makin rapat kontur, menunjukkan daerah yang makin terjal/curam.
7) Saddle adalah daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
8) Pass adalah celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
9) Bentukan sungai dapat terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian tingkat kontur, biasanya terdapat pada lembahan dan namanya
tertera mengikuti alur sungai.

Dalam kondisi sebenarnya, sering kali teknik cross bearing tidak selalu dapat dilakukan seperti karena faktor cuaca atau tidak terlihatnya titik
ekstrim yang dapat dijadikan acuan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah dengan melakukan analisa dan
interpretasi peta untuk kemudian dapat dibandingkan hasilnya dengan medan sekitar, serta merunutnya dari titik awal perjalanan.

Oleh karena itu, biasakan untuk mempelajari, menandai dan melakukan sebanyak mungkin analisa medan selama perjalanan serta
melakukancross check perkiraan awal tadi dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Semakin banyak kita mengetahui tanda – tanda
medan yang dilalui, semakin memahami pula kita tentang sifat dan tingkat kesulitan medan tersebut yang akan sangat berguna selama
melakukan perjalanan dan dalam situasi darurat.

Namun, Navigasi darat merupakan ilmu praktis, yang hanya dapat terasah jika dipraktekkan langsung pada kondisi
sebenarnya.Pemahaman mengenai teori dan konsep hanyalah membantu untuk memahami ilmu navigasi, bukan menjamin kemampuan
navigasi darat seseorang.
Daftar Pustaka
-Amri, Yul Ir. 1997. ”Diktat Pendidikan Gunung Hutan Mahasiswa Se-Indonesia 1997, Sistem Penetuan Posisi Global” . Padang : MAPALA
UNAND (Tidak Diterbitkan).
-ASTACALA. 2002. ”Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan) .
-Azha, Aksan. 2006. ”Dasar Navigasi Darat”. http://www.daksina.org.
-GEGAMA. 2004. ”Mater i Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi ( Tidak diterbitkan)
-WANADRI . 1996. ”Diktat Pendidikan Dasar Wanadri” . Bandung: Badan Pendidikan dan Latihan Wanadri (Tidak Diterbitkan).
-_________. 2004. ”Panduan Membaca Peta Rupa Bumi Indonesia”. Bogor : BAKOSURTANAL (Tidak Diterbitkan).
-___________. - . ”Diktat Kursus Navigasi Darat ’”. Bandung : Yayasan Kapinis Indonesia (Tidak Diterbitkan).
-_________. 1992. ”Naskah Departemen untuk Navigasi Darat”. Bandung : Pusat Kesenjataan Infanteri TNI AD Pusat Pendidikan (Tidak
Diterbitkan).
-_________.” Tutorial Navigasi 1”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_1.htm
-_________.” Tutorial Navigasi 2”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_2.htm
-_________.”Pengetahuan dasar Navigasi Darat ”. http://www.gappala.or.id
-_________.”Dasar - dasar navigasi ”. http://www.highcamp.web.id
-_________.” Lamber t Conformal Conic” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Lat itude / Longitude Project ion” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Projections Tutorial” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Transverse Mercator” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Universal Transverse Mercator (UTM) ” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t

Anda mungkin juga menyukai