Anda di halaman 1dari 3

RAMBU RAMBU JALAN MENUJU ALLAH

II

1.GODAAN SYAITHAN PADA MAQAM ASBAB DAN TAJRID

Dalam memberikan paparan tentang tajrid dan asbab,Ibnu ‘Abbad mengatakan :tanda bahwa
Allah menempatkan seseorang dalam asbab ialah hal itu berjalan terus menerus dan nampak
buah dan hasilnya,yaitu sibuk dengan sebab sebab itu ia mendapati keselamatan dalam
agamanya, hilang ketamakan terhadap milik orang lain,memiliki niat yang baik untuk
menjalin hubungan silaturahmi.menolong orang fakir dan cara cara lain dalam memanfaatkan
harta yang berkaitan dengan agama.Dan ciri bahwa Allah menempatkan kita pada TAJRID
adalah :dawam ( berlangsung terus menerus ) dan bisa dipetik buahnya, yaitu ketenangan hati
ketika melakukan tajrid, kejernihan hati,merasakan ketenangan dengan tidak bergaul dan
bercengkrama dengan makhluk.

Dalam perjalanan menuju Allah syaitan akan selalu mnggoda dan merayu dengan sangat
lembut, seperti ketika menggoda nenek moyang kita nabi Adam AS. sehingga beliau harus
keluar dari surga.seperti yang diingatkan Allah dalam surat al ‘Araaf 20 – 21 : “ Dan
syaetan berkata :Rabb kamu berdua tidak melarangmu berdua mendekati pohon ini
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat dan tidak termasuk orang orang
yang kekal ( dalam surga ).DAN ia ( syaitan) bersumpah kepada keduanya”sesungguhnya
aku bagi kamu berdua termasuk orang orang yang memberikan nasihat”.

Demikia juga syaitan juga membisikan kedalam orang yang ber tajarud, dengan kata kata :
“"sampai kapankah kamu meninggalkan asbab? tidakah kalian tahu, bahwa meninggalkan
asbab itu membuat hati melirik pada milik orang lain, lalu pintu ketamakan terbuka, lantas
kalian tidak mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri dan tidak melaksanakan kewajiban
kewajiban? sebagai ganti engkau menunggu  terbukanya pinti rezki untukmu dari orang
lain .Jika engkau mau memasuki asbab, maka orang lainlah yang akan menunggu pintu rezki
darimu!”.dan banyak  rayuan lainnya.Padahal hamba tersebut telah memperoleh ketenangan,
terpancar cahayaNya, dan telah merasakan ketenangan dengan cara meninggalkan
makhluk.Maka ia akan selalu dalam kondisi seperti itu hingga ia kembali berada pada asbab,
lalu ia diterpa kekacauan dan kegelapan.Kondisi orang yang tetap berada pada asbab –nya
lebih baik darinya, sebab ia tidak menempuh suatu jalan lalu kembali darinya,dan iapun tidak
mengarah ke suatu tujuan tertentu lalu berpaling.Maka pahamilah dan perpeganglah pada
Allah:

“Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesunggunhnya ia
dibimbing ke jalan yang lurus “.(S.Ali ‘Imron:101).

Dengan cara ini syaitan bermaksud untuk merintangi para hamba dari keridlaan Allah tentang
apa yang mereka tempati (maqam), dan ingin mengeluarkan mereka dari pilihan Allah
menuju pilihan mereka sendiri.Padahal jika Allah memasukanmu pada sesutu (maqam), maka
Allah akan menolongmu atas hal itu;sedang jika engkau memasuki sesutu(maqam) lantaran
keinginanmu sendiri,maka hal itu akan di bebankan kepadamu.
“Dan katakanlah :”Wahai Tuhanku, masukan aku dengan cara yang benar, keluarkan aku dengan cara
yang benar, dan berikanlah padaku dari sisi-MU kekuasaan yang menolong”’(al-Isra’:80).

Cara masuk yang benar ialah,engkau dimasukan ( oleh Allah)ke dalamnya (maqam),bukan
atas keinginanmu.Hal yang sama juga menyangkut cara keluar yang benar.Pahamilah hal ini
Yang dituntut oleh Allah ialah agar engkau tetap berada posisi dimana Allah
menempatkanmu (maqam),hingga Allah sendiri berkenan untuk mengeluarkanmu
sebagaimana IA telah memasukanmu.Sejatinya ialah bukannya engkau keluar dari asbab,
namun engkau ditinggalkan oleh asbab.

Demikianlah ahwal shidiqun; mereka tidak keluar dari suatu yang mubah, hingga Allah
berkenan mengeluarkan mereka.

2.ANTARA HIMMAH DAN TAKDIR

Ada seorang syeikh mengkhawatirkan seorang yang menyangka bahwa kehendak kuat
(himmah) bisa memusnahkan dinding takdir .Dalam hal ini syeikh Ibn ‘Atha’illah
mengatakan :’Kehendak progesif ( sawabiq al-himam) tidak akan membakar dinding takdir”.

As sawabiq dalam ungkapan diatas adalah bentuk jamak dari sabiqah, berarti bergerak
maju.Dan al himam adalah jamak dari himmah berarti kehendak kuat yang mendorong hati
untuk mencari sesuatu dan memperhatikannya.Sawabiq al himam termasuk dalam adlafah
(penyandaran )antara yang disifati dengan sifatnya,yakni cita cita yang maju tidak akan
membakar dinding dinding takdir,Jika orang yang berma’rifat atau belajar ber cita cita
terhadap suatu hal dengan kehendak yang kuat untuk mendapatkannya.maka Allah akan
merealisasikan perkara itu melalui kuasa-NYA dalam sekejap,sehingga urusanya atas
perintah Allah.

Orang orang yang bekerja untuk kepentingan umum harus menanamkan keyakinan menerima
takdir di hati mereka,yaitu dengan memasrahkan segenap urusan kepada Allah.sejak awal
sampai akhir perjalanan.mereka juga harus membulatkan hati bahwa mereka tidak berdaya
melalui dan menembus alam asbab.

Kekuatan himmah tidak akan mampu menembus dinding takdir.Betapapun tinggi


himmahmu,namun ada kekuasaan yang tidak bisa ditembus oleh himmah.Maka wajiblah
menyerahkan segalanya kepada Allah, dan kita harus tahu bahwa ada takdir yang
menentukan, ada sebab sebab yang telah ditentukan dan ada pula perjalanan takdir yang tak
seorangpun dapat mengubahnya.Karena itu anda harus mematuhi kewajiban kewajiban dan
memperhatikan tujuan tujuan tersebut semaksimal mungkin.Inilah yang melahirkan 
keinsyafan kita bahwa ternyata ada tirai yang membatasi segenap tuntutan kita.

Melihat keterangan diatas, maka segala sesuatu tidak akan terpisah dan terbentuk kecuali
telah diliputi oleh qodlo dan qadar.Jadi, kehendak kuat orang makrifat terhadap suatu
perkara,jika terbukti bahwa qadlo telah mendahuluinya, berarti kehendak berjalan sesuai izin
Allah.Dan jika terbukti bahwa dinding takdir telah ditetapkan untuknya,maka kehendak itu
tidak menghancurkannya,melainkan mengikuti jejaknya dan kembali kepada sifat dasarnya,
yaitu hamba.maka jangan merasa cemas dan sedih.Tetapi kadang engkau bahagia karena
kehendak itu kembali, menetap dan kokoh pada sfatnya.Sayyidina ‘Ali k,w.pernah
berkata :”Ketika kita mengatakan sesuatu perkara dan terbukti,kita merasa senang satu
kalidan jika tak terbukti.kita merasa senang sepuluh kali’.Pernyataan itu keluar karena
aktualisasinya dalam makrifat kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai