Bab 1 Pendahuluan 1
a. Gambaran Kerusakan
b. Jenis dan Lamanya Kegiatan
c. Tujuan
d. Sosialisasi
e. Perizinan
f. Pembangunan
g. Kebutuhan Dana
h. Spesifikasi Bahan
a. Kepanitiaan
b. Sekretariat dan Nomor Rekening
Bab 5 Penutup 6
Lampiran 7
a. Sketsa Bangunan
b. Gambar Tiga Dimensi Bangunan
Bab 1. Pendahuluan
Gereja Katolik Santo Yusup Bintaran Yogyakarta adalah gereja Jawa pertama.
Maksudnya adalah gereja yang diperuntukkan bagi umat Katolik Jawa atau pribumi.
Mgr. A. Th. van Hoof SJ, Vikaris Apostolik Batavia, (sekarang Jakarta) meresmikan
pemakaian gereja ini pada hari Minggu 8 April 1934. Pada hari tersebut diadakan
Ekaristi untuk pertama kalinya yang dihadiri sekitar 1.800 umat Katolik pribumi.
Dari segi budaya dan sejarah, arsitektur gereja Bintaran sangat khas karena satu-
satunya yang ada di Indonesia. Karena itu, oleh pemerintah RI melalui Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.25/PW.007/MKP/2007, gereja, aula, dan
pastoran ditetapkan sebagai cagar budaya. Dalam kaitannya dengan itu pula, Gereja
Santo Yusup Bintaran Yogyakarta memperoleh piagam penghargaan dari Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata RI serta Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia sebagai pelestari
cagar budaya.
Gempa hebat yang berkekuatan 5,9 skala Richter yang mengguncang daerah
Yogyakarta dan sekitarnya pada 27 Mei 2006 telah memporakporandakan sejumlah besar
rumah dan bangunan, tak terkecuali kompleks bangunan Gereja Bintaran. Sesuai dengan
arahan Bapa Uskup, selama masa darurat pasca gempa para Romo dan umat Bintaran
dihimbau terlibat secara aktif dalam membantu korban gempa. Setelah lebih dari satu
tahun menaruh konsentrasi pada korban gempa, kini tiba saatnya Gereja Bintaran
memikirkan bangunan komplek gereja yang rusak.
Dalam proposal berikut ini akan diuraikan serba singkat secara berturut-turut:
praperencanaan dan perencanaan, sosialiasasi, kebutuhan dana, organisasi kepanitiaan,
penggalian dana, spesifikasi, dan hal-hal penting lainnya.
Sebagai kawasan cagar budaya yang menjadi korban gempa, bangunan bersejarah
tersebut mendesak untuk segera dipugar dan dibangun kembali.
c. Tujuan
1) Memugar gedung gereja sebagai tempat ibadat.
2) Memugar dan mengembalikan fungsi aula sebagai tempat kegiatan umat Katolik dan
masyarakat sekitar.
3) Memugar pastoran menjadi tempat kegiatan Dewan Paroki.
4) Mengembalikan fungsi kompleks tersebut sebagai kawasan cagar budaya, yaitu
bangunan tinggalan sejarah dan purbakala di wilayah DIY.
5) Memugar Gedung Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang (Komsos)
sebagai pastoran.
d. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi rencana pemugaran gereja, aula, dan pastoran kepada umat,
dimulai dengan penyampaian dan uraian langsung olehPastor dan Dewan Paroki
kemudian dilanjutkan oleh Panitia. Berbagai cara lain juga ditempuh diantaranya melalui
uraian di buku panduan misa, buletin Lonceng Bintaran, homili pada waktu misa di
gereja dan lingkungan-lingkungan, pertemuan-pertemuan umat, dan seterusnya.
Maksud kegiatan sosialisasi ini adalah untuk membangkitkan rasa handarbeni dan
partisipasi umat agar menyumbangkan pikiran, tenaga, dan dana guna kelancaran
pemugaran.
e. Perizinan
Mengingat bahwa kompleks gereja Bintaran tidak sekadar sebagai tempat ibadat dan
pertemuan umat Katolik, tetapi juga sebagai cagar budaya, maka panitia meminta surat
izin pemugaran kompleks tersebut sampai ke tingkat menteri. Meskipun sampai beberapa
bulan panitia harus menunggu, namun pada akhirnya surat izin terbit dengan nomor
2316.N2/BP3/DKP/2007.
f. Pembangunan
Menilik urgensinya, tahap pertama yang dilakukan panitia adalah merenovasi bagian
sekitar altar gereja agar segera dapat digunakan untuk beribadat. Kini, gereja sudah
berfungsi kembali meskipun di beberapa bagian gereja yang retak-retak belum ditangani.
Berikutnya adalah renovasi gedung Komsos yang akan dijadikan sebagai tempat
tinggal pastor.
Kemudian, pastoran lama akan dipugar dan difungsikan menjadi tempat kegiatan
Dewan Paroki.
Tahap selanjutnya yang juga mendesak adalah pembangunan kembali aula agar
segala kegiatan umat dan pelayanan pastoral segera berjalan seperti semula. Meskipun
dari segi bentuk arsitektur bangunan tidak akan mengalami perubahan berarti, namun
penataan bagian interior aula akan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pastoral
masa kini.
Diharapkan proses pembangunan ini bisa selesai dalam dua tahun (2007-2009).
g. Kebutuhan Dana
Sumber dana berasal dari swadaya umat Katolik Bintaran dan partisispasi masyarakat
serta umat di luar Bintaran.
Dana yang dibutuhkan untuk memugar dan membangun kembali kompleks gereja
sebesar Rp. 3.241.000.000 (tiga miliar dua ratus empat puluh satu juta rupiah) dengan
perincian sebagai berikut ini.
h. Spesifikasi Bahan
Dalam merencanakan pemugaran, Panitia dibantu oleh Universitas Atma Jaya
Yogyakarta dan berkonsultasi dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Yogyakarta.
Tim Teknis merencanakan bangunan aula dan pastoran akan menggunakan struktur
kolom beton bertulang dan ring untuk penguat dan pengikat dinding-dinding agar tahan
gempa. Struktur atap memakai kayu Kalimantan, adapun atapnya memakai genteng press
tanah liat. Kusen, pintu, jendela, dan bata bangunan lama tetap akan dipakai kembali.
Lantai aula memakai marmer kelas dua. Pada bagian dalam aula akan dibuat sekat-sekat
memakai partisi yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan kegiatan umat.
Gedung Komsos memakai kusen jati dan lantai keramik KIA motif.
Alamat Sekretariat: Jl. Bintaran Kidul 5, Yogyakarta 55151, telepon (0274) 375 231.
Nomor kontak Simpati 081328198404 (Anita Flora) dan Flexi 0274 6610828 (Mita).
Email : gerejabintaran@yahoo.com
Blog : http://gerejabintaran.multiply.com
Panitia membuka dua rekening untuk transfer dan transaksi dana, yaitu
1. Bank BTPN Kc Jogjakarta 04948.6 atas nama PGPM Santo Yusup Bintaran
2. Bank BCA nomor rekening 037.266.4451 atas nama Ag. Tejo Kusumantono, Pr dan
Ignatius Nugroho
Penggalian dana dilakukan secara internal dan eksternal. Secara internal terdiri dari:
1. Kolekte II misa mingguan
2. Iuran lingkungan
3. Sumbangan pribadi umat
Panitia akan terus memikirkan bentuk-bentuk upaya penggalangan dana lain yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dana dan kondisi.
Penggalangan dana dilaksanakan sejak kepanitiaan dibentuk, yaitu mulai Juli 2007
sampai dengan Juli 2009.
Bab 5. Penutup
Panitia dan segenap umat Katolik Bintaran mengucapkan banyak terima kasih atas
dukungan Bapak Uskup dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian besar pada
pelestarian dan pemugaran cagar budaya yang bersejarah tersebut. Semoga “Allah yang
memulai pekerjaan yang baik juga menyelesaikannya,” (bdk. Flp 1: 6). Amin.
Hormat kami,
Ketua Sekretaris
E.S. Sunaryanto K. Taluki Sasmitarsi
Mengetahui,
Citra 3D Bangunan
Scan Penghargaan