Anda di halaman 1dari 66

Upaya Penyelesaian Masalah Gizi Buruk

Demi Terwujudnya Indonesia Sehat 2010


• Indonesia Sehat belum didukung anggaran?

• Visi Indonesia Sehat 2010 memang hanya menjadi mimpi


 IF kekurangan dan hambatan tidak ditangani sejak dini
oleh semua pihak

• Karena Kesehatan adalah persoalan lintas sector?

• Salah satu kekurangan dan hambatan  minimnya


anggaran sector Kesehatan.

• Tahun 2005  anggaran untuk pusat hanya 2,6% dari total


APBN, sedangkan idealnya menjadi 15%
Visi Indonesia Sehat 2010

Menciptakan masyarakat Sehat 


menempatkan 4 unsur (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif)  paradigma baru
pembangunan kesehatan
• Gizi buruk  seiring melambungnya
harga-harga sembako dan harga barang
lainnya

• Belum lagi ancaman pola hidup metropolis


dan modern  cenderung merugikan
kesehatan.
• Bermunculannya kasus gizi buruk
endemik di wilayah di Indonesia 
sebenarnya bukan fenomena
mengherankan

• Belum menganggap pembangunan SDM


(kes & pend)  investasi terpenting bagi
kesinambungan pertumbuhan ekonomi
• Balita penderita gizi buruk dari 1,8 juta (tahun 2005) 
2,3 juta (2006), Sekitar > 5 juta  gizi kurang

• Mengapa kasus gizi buruk terus meningkat  padahal


kemiskinan (mnrt pemerintah menurun dan
kesejahteraan masy meningkat  tergambar dari
peningkatan pendapatan per kapita masyarakat

• Jumlah bayi berstatus gizi buruk dan kurang ini 28 %


( total bayi) & 10 % berakhir dengan kematian.

• AKB 37 per 1.000 kelahiran, separuhnya adalah akibat


kurang gizi.
• Angka-angka di atas menunjukkan, Indonesia masih
belum merdeka dari kelaparan dan juga kemiskinan
sebagai akar penyebab utama malnutrisi

• Maraknya kasus gisi buruk juga membuktikan


ketahanan pangan masyarakat sebenarnya belum
terwujud

• Kemiskinan dan gizi buruk ibarat dua sisi mata uang


• Sekitar 17,7 % (39 juta) pend masih miskin dari
220 juta orang

• OSI, tidak mungkin mengatasi masalah gizi


buruk  tanpa adanya upaya peningkatan
ekonomi di tingkat rumah tangga.

• Persoalan lain : keterbatasan kemampuan


perekonomian utk menciptakan lapangan kerja
Tingginya kejadian luar biasa (KLB) tmsk
gizi  akibat kebijakan pemb kes yang
hanya responsif dan kagetan, atau
simptomatif dan populis  bukan kausatif
dan antisipatif thd fakta masalah
kesehatan yang dirumuskan di lapangan
• Maraknya kasus gizi buruk  BUKTI ketahanan pangan
masih belum terwujud

• Ketahanan pangan -- > tantangan Dep Pertanian,


Depnaker dan departemen teknis lain di pemerintahan

• Masalah gizi buruk ini muaranya  tergantung pada :


1. tingkat ekonomi penduduk/kemiskinan
2. ketersediaan lapangan kerja
3. ketersediaan pangan yang bisa dijangkau
4. pemahaman mengenai gizi (rendahnya tingkat
pendidikan masy)
• Gizi bukan hanya isu kesejahteraan, isu HAM,
serta masalah pangan dan konsumsi, tetapi juga
isu investasi.

• Tanpa itu, jangan berharap terlahir SDM yang


tangguh dan mampu bersaing atau
perekonomian yang kuat

• Tanpa itu, fenomena generasi yang hilang (lost


generation)
Penyebab masalah gizi
Dampak KURANG GIZI

Penyebab Makan Penyakit Infeksi


langsung Tidak Seimbang

Sanitasi dan air


Penyebab Tidak Cukup Pola Asuh Anak Bersih/Pelayanan Kesehatan
Tidak langsung Persediaan Tidak Memadai Dasar Tidak memadai
Pangan

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan

Pokok Masalah Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang


di Masyarakat pemanfaatan sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Akar Masalah Krisis Ekonomi, Politik, dan Sosial


(nasional)
Kekurangan gizi dpt disebabkan
oleh:
Secara mikro :
• Tidak tersedianya persediaan pangan di
tingkat RT
• Kurangnya penget/perilaku masy dlm
pemeliharaan gizi
• Peny infeksi terkait dg pemanfaatan zat
gizi dlm tubuh
Secara makro:
1. Penurunan daya beli
2. Kegagalan panen, kesulitan distribusi
3. Akses thd yankes
4. Faktor sosial budaya
Kesehatan  tanggung jawab bersama
semua individu, masy, pem dan swasta

Tugas utama sektor kesehatan 


memelihara & meningkatkan kesehatan
setiap individu, keluarga, masy Ind
Konsep Bloomm

Perilaku
Status Kesehatan Genetik/keturunan
&
Gizi

Pelayanan Kesehatan

Gambar. Bagan Bloomm


Faktor Yang Berkaitan dengan
Peningkatan Mutu SDM

Kemiskinan Ekonomi
Kurang Meningkat

Peningkatan Investasi Sektor


Perbaikan Gizi,
Produktivitas Sosial (Gizi, Kes,
tumbuh kembang
Pendidikan)
fisik & mental anak

Peningkatan Kualitas SDM


Sumber : Martorell 1992
• Secara umum  peningkatan ekonomi
sebagai dampak kurang gizi << 
berkaitan : << kematian dan kesakitan
dan >> produktivitas  peningkatan
kemampuan intelektualitas SDM
KURANG GIZI DAN TINGKAT PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN KURANG
14 BERKEMBANG

5 Sistem pasar yg
buruk
13
6
4 Harga tidak stabil
Produksi pangan
Pengangguran Kebijakan harga
Persediaan pangan di pasar

12 Rendahnya
Pendapatan
3 7
Pendidikan rendah/ Suply pangan
rendahnya ketrampilan Jumlah Anggota kel
Perilaku
11 Pola asuh

2
Konsumsi pangan RT
10 1
DO sekolah
8
Lingkungan buruk,
sanitasi
Sistem yankes tidak baik
9 KURANG GIZI

SAKIT

MENINGGAL

Sumber: The National BIDANI Network 1998, UPLB


Gizi, Kesehatan dan Kualitas SDM
HDI
Daya tahan rendah
Mudah sakit
Kematian

UMUR
HARAPAN
Daya tahan rendah HIDUP
Absensi meningkat
Produktivitas rendah
Pendapatan rendah PENDAPATAN
PERKAPITA

TINGKAT
MELEK
Pertumbuhan otak HURUF
terhambat
Gangguan kecerdasan
Potensi pendidikan

SUMBER: WHO 2002


Proses Terjadinya Kerawanan
Pangan dan Gizi
KEGAGALAN Sangat
PRODUKSI dini

1
Ketersediaan
Pangan di Cukup
Masy kurang dini
KRISIS 2
3 Ketersediaan
SOSIAL, Pangan RT Kurang
EKONOMI, kurang dini
POLITIK
4 5 Asupan
Pendapatan
Zat gizi
menurun
kurang

Daya beli 6 7
menurun

Penyakit
Infeksi 8
PREVENTIF
KURANG
KURATIF GIZI
Masalah Gizi Menurut Siklus Kehidupan

IMR, perkembangan Kurang makan,


mental terhambat, sering terkena
risiko penyakit kronis infeksi, pelayanan
pada usia dewasa kesehatan kurang,
pola asuh tidak
USIA LANJUT memadai
KURANG GIZI Proses
Tumbuh
Pertumbuhan
kembang
lambat, ASI
BBLR ekslusif kurang,
terhambat
MP-ASI tidak benar
Pelayanan
Kesehatan kurang
memadai BALITA KEP
Gizi janin
Konsumsi tidak
tidak baik
seimbang
Konsumsi
gizi tidak cukup,
pola asuh kurang
WUS KEK
REMAJA &
USIA SEKOLAH
BUMIL KEK GANGGUAN
(KENAIKAN BB Pelayanan PERTUMBUHAN
RENDAH) kesehatan tidak
memadai
Produktivitas
MMR fisik berkurang/rendah
Konsumsi Kurang
Jumlah gizi kurang dan buruk menurut
SUSENAS tahun 1989 – 2003

Jumlah balita
Jumlah balita
Tahun Jumlah penduduk gizi kurang
gizi buruk
dan buruk

1989 177.614.965 7.986.279 1.324.769


1992 185.323.456 7.910.346 1.607.866
1995 95.860.899 6.803.816 2.490.567
1998 206.398.340 6.090.815 2.169.247
1999 209.910.821 5.256.587 1.617.258
2000 203.456.005 4.415.158 1.348.181
2001 206.070.000 4.733.028 1.142.455
2002 208.749.460 5.014.028 1.469.596
2004 211.567.577 5.119.935 1.528.676
Catatan: Jumlah balita tahun 2003 diperkirakan 8,5% dari jumlah penduduk
The Prevalence of Malnourished Children in NTB & NTT,
2007
70

60

50

40
%

30

20

10

0
<6m 6-11m 12-23m 24-35m 36-47m 48-59m

Stunting Underweight Was ting 70

60

50

40
%

30

20

10

0
<6m 6-11m 12-23m 24-35m 36-47m 48-59m

Stunting Underweight Was ting


Upaya yang dilakukan :
• Peningkaan pengetahuan dan kesadaran gizi
masyarakat  upaya peningkatan pengetahuan
dan sadar gizi kepada keluarga dan masyarakat
perlu diprioritaskan & mendapat dukungan dari
berbagai sektor termasuk masyarakat
• Secara bertahap mutu pendidikan ditingkatkan
 dalam jangka panjang akan memberi
kontribusi yang besar mengatasi masalah
kesehatan dan gizi masyarakat.
• Meningkatnya kasus gizi buruk 
rendahnya ketahanan pangan di tingkat
RT upaya pemenuhan kesehatan dan
gizi mell program JPS masih perlu
mendapat prioritas (pemberian
supplementasi gizi yang tepat sasaran,
tepat waktu dengan mutu yang baik
PEMIKIRAN PROGRAM
PERBAIKAN GIZI
• Melakukan program perbaikan gizi dan
kesehatan  bersifat preventif untuk jangka
panjang
• Program kuratif diberikan pd kel masyarakat
yang benar-benar membutuhkan
• Program efektif seperti perbaikan perilaku
kesehatan dan gizi tingkat keluarga dilakukan
secara profesional dg ketentuan atau kriteria
yang spesifik lokal
• Upaya lebih komprehensif melalui:
1. Pemberdayaan keluarga, masyarakat,
peningkatan kerjasama lintas sektor,
kemitraan dengan LSM, masy dan
swasta
2. Terintegrasi dengan intervensi
diberbagai bidang  konseling
kesehatan dan gizi, pendidikan dll.
BAGAN INTERVENSI GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI ( Lintas Sektor )

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

POSYANDU

SELURUH KELUARGA Anak sehat


BB Naik (N)
Intervensi
jangka
1. Penyuluhan/konseling Gizi:
a. Hanya ASI saja 0-6 bulan &
menengah/ Makanan Pendamping ASI
panjang (MP-ASI) > 6 bln-24 bln (masa
emas)
b. Gizi seimbang dan Semua Gizi Buruk
penganekaragaman pangan balita  Ditimbang (D) Tanda-tanda INFEKSI
c. Pola asuh ibu & anak punya  Penyuluhan gizi
2. Pemantauan pertumbuhan balita Supplementasi gizi
3. Pemanfaatan pekarangan KMS 
Gizi Kurang
4. Peningkatan Daya Beli  Pelayanan Kes
5. Lumbung Pangan Masyarakat Dasar

KELUARGA MISKIN
Intervensi 6. Bantuan pangan darurat:
jangka - PMT balita, ibu hamil Panti Pemulihan Gizi
- Raskin
Pulih  PMT Pemulihan
pendek,
emergency  Konseling

Gizi buruk
1. PUSKESMAS
Tanda-tanda sakit
Sembuh, perlu Pemberian
Makanan tambahan (PMT)
2. RUMAH SAKIT
Sembuh tidak perlu PMT

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI


TERIMA KASIH
• Untuk melakukan kebijakan ini maka diperlukan hal-hal yang
menunjang, yaitu:
• Mengembangkan sistem ketahanan pangan dan gizi berbasis
keluarga dan kemampuan produksi, keragaman sumberdaya bahan
pangan serta kelembagaan dan budaya lokal.
• Mengembangkan agribisnis komoditas pangan berorientasi global
dengan membangun keunggulan lokal.
• Pola pengasuhan yang tepat dan bermutu pada anak termasuk
asuhan nutrisi.
• Pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah
daerah (desentralisasi) dan menyelenggarakan upaya penanganan
masalah spesifik daerah.
• Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
• Pada dasarnya kemampuan daya beli pangan dan akses pelayanan
sosial sangat mempengaruhi keadan gizi masyarakat
• V. STRATEGI
• Pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui peningkatan lintas sektor dan melibatkan sektor
swasta dan dunia usaha. Pemberdayaan diarahkan pada peningkatan pengetahuan, kesadaran
serta kemampuan keluarga berperilaku sadar gizi serta mampu memanfaatkan sumberdaya
keluarga untuk meningkatkan status gizi keluarga.
• Pelaksanaan intervensi harus dilakukan secara fokus pada upaya menurunkan kematian bayi,
ibu, anak dan gizi kurang, dengan pendekatan pada daur kehidupan dan multi-
program/pelayanan kepada masyarakat secara terpadu.
• Mengkaji semua komponen yang berakibat pada tingginya angka kematian tersebut terutama
yang berkait pada indikator IPM, IKM. Komponen tersebut antara lain angka harapan hidup,
angka melek huruf, pendapatan perkapita, presentase penduduk tanpa akses air bersih, fasilitas
kesehatan dan persentase balita kurang gizi.
• Menggunakan peluang desentralisasi, yaitu pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada
pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintah sendiri dan menyelenggarakan upaya
penanganan masalah gizi harus mulai dari masalah dan potensi masing-masing daerah.
• Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Pada dasarnya kemampuan daya beli
pangan dan akses pelayanan sosial sangat mempengaruhi keadaan gizi masyarakat
• Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan meningkatkan cakupan pelayanan serta
profesionalisme petugas
• Mengalokasikan anggaran secara efektif sesuai skala prioritas (wilayah dan sasaran)
Program pokok
• Program pemberdayaan keluarga, melalui Upaya Perbaikan Gizi Keluarga secara terintegrasi
dengan upaya peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan
• Pemantauan dan promosi pertumbuhan balita, pokok program ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melakukan deteksi dini gangguan pertumbuhan pada
anak.
• Program Pendidikan gizi, untuk mendukung tercapainya keluarga sadar gizi.
• Program supplementasi gizi, bertujuan untuk memberikan tambahan gizi kepada kelompok
rawan utamanya untuk keluarga miskin dalam jangka pendek. Jenis suplementasi gizi yang
diberikan berupa :
• Makanan Pendamping Asi untuk anak usia 6-11 bulan pada keluarga miskin
• Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil
• Supplemntasi kapsul Vitamin A untuk anak balita dan ibu nifas
• Supplementansi zat besi untuk ibu hamil dan sirup besi untuk anak balita.
• Suppplementasi kapsul Yodium terutama pada daerah endemis sedang dan berat.

• Program Fortifikasi bahan makanan, bertujuan meningkatkan mutu gizi pada bahan makanan
yang sering dan banyak dikonsumsi masyarakat utamanya pada keluarga miskin dan rawan
gizi.
• Program pelayanan gizi, mencakup pengembangan tatalaksana kasus salah gizi, konsultasi
gizi dan pelayanan gizi di institusi kesehatan dan non kesehatan.
• Program surveilans gizi, bertujuan menyediakan sistem informasi untuk mendukung strategi
dan kebijakan program gizi. Terdiri dari: pemantauan status gizi, surveilans gizi, jejaring
informasi pangan dan gizi
Possible causes of under nutrition
(Unicef, 1990)
• Penyebab langsung
• Makanan dan penyakit dapat secara langsung
menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup makanan tetapi
sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada
anak yang tidak memperoleh cukup makan,
maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan
akan mudah terserang penyakit.
• Penyebab tidak langsung
• Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang
yaitu :
• Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap
keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik
jumlah maupun mutu gizinya.
• Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
baik baik fisik, mental dan sosial.
• Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar
yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
• Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan
dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik
pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
• Pokok masalah di masyarakat
• Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber
daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak
langsung.
• Akar masalah
• Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya
pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya
pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi,
politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997.
Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat
kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
• Gizi Kurang merupakan salah satu masalah gizi utama
pada balita di Indonesia. Berdasarkan hasil susenas
data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4 %, sementara
itu data gizi buruk tahun 1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan
untuk tahun 2000 prevalensi gizi kurang 24.9 % dan gizi
buruk 7.1%.
• Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang
cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara
garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor. 2
3 tipe marasmus
Ciri-ciri marasmus

• Anak sangat kurus tampak tulang terbungkus
kulit
• Tulang rusukmenonjol
• Wajah seperti orang tua
• Kulit keriput (jaringan lemak sangat sedikit
sampai tidak ada)
• Cengeng/ rewel
• Perut cekung, disertai diare kronik dan susah
buang air kecil
Tanda-tanda kwashiorkor
Ciri-ciri kwashiorkor
• Bengkak pada seluruh tubuh, terutama pada punggung dan kaki,
bila ditekan akan mellinggalkan bekas seperti lubang.
• Otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus.
• Timbul ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
• Tidak nafsu makan.
• Rambut menipis, berwarna merah seperti rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sa kit.
• Wajah anak membulat dan sembab (moon face).
• Cengeng, rewel, dan apatis.
• Sering disertai infeksi, anemia, dan diare.
Marasmic kwashiorkor

Anda mungkin juga menyukai