Anda di halaman 1dari 6

IP TELEPHONY SYSTEM SMO CLUSTER PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

R. Fibrian Satya Putera1), R. Rizal Isnanto2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia email : b1214ns@gmail.com

ABSTRAK
Teknologi komunikasi suara pada saat ini sudah dapat melalui media internet, teknologi ini disebut Voice over Internet Protocol. Jaringan internet sudah bisa ditemui dimana-mana, oleh karena ini penerapan teknologi VoIP sangat mudah untuk dilakukan. Integrasi dengan teknologi komunikasi yang lain juga dapat dilakukan baik sesama VoIP maupun dengan teknologi sebelumnya yaitu telepon analog. Sistem IP Telephony memanfaatkan teknologi VoIP dan dapat menyediakan komunikasi multimedia seperti suara dan video. Sistem IP Telephony menggunakan banyak protokol untuk memungkinkan komunikasi multimedia dan komunikasi antar teknologi VoIP yang berbeda dapat terhubung. Protokol-protokol yang biasa digunakan adalah TCP, UDP, RTP, SIP, dan H.323 serta protokol yang khusus untuk vendor Cisco yaitu SCCP dan MGCP. Pembangunan sebuah infrastruktur sistem IP Telephony memerlukan perancangan yang meliputi topologi jaringan, model pengembangan, pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada, integrasi dengan teknologi komunikasi suara lain, Quality of Service, serta yang paling penting adalah kebijakan dalam pembagian nomor telepon dan penetapan jalur komunikasi. Kata kunci : VoIP, IP Telephony, Telepon, Komunikasi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan perubahan besar pada hampir semua aspek kehidupan. bisnis, gaya hidup, dan berbagai macam bidang kehidupan lainnya telah dipengaruhi oleh teknologi. PT Chevron Pacific Indonesia merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi terbesar di Indonesia yang dalam operasinya membutuhkan suatu teknologi untuk mendukung segala proses kerja agar dapat berjalan dengan tepat, akurat, dan efisien. Beberapa bidang teknologi yang terpenting adalah teknologi informasi dan telekomunikasi Saat ini PT Chevron Pacific Indonesia sudah menggunakan teknologi VoIP yang seluruh perangkatnya sudah tersedia di setiap ruangan, gedung, daerah serta terhubung ke jaringan WAN internal Chevron Global dengan Cisco sebagai vendor penyedia perangkat dan infrastruktur sistem IP Telephony menggantikan sistem PABX Nortel yang dianggap sudah tertinggal. Tujuan Tujuan dari kerja praktek ini adalah mempelajari sistem IP Telephony yang sudah diimplementasikan di PT CPI dan melakukan pengujian teknologi VoIP selain Cisco sebagai alternatif pengganti sistem PABX di lingkungan PT CPI. Batasan Masalah Adapun pembatasan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut : a. Sistem IP Telephony yang dibahas sebagian besar berdasarkan dengan Cisco Unified Communication b. Simulasi dilakukan dengan bantuan program simulasi Packet tracer dan GNS 3

c. Simulasi dilakukan dengan tujuan untuk pengujian pada studi kasus sistem IPT di PT CPI II. LANDASAN TEORI VoIP dan IP Telephony Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. IP Telephony adalah sistem komunikasi yang menggunakan teknologi VoIP serta mengintegrasikan teknologi VoIP dengan sistem komunikasi yang lain. VoIP dapat divariasikan dengan peralatan yang sudah ada, misalnya komputer. Perangkat telepon yang terhubung dengan jaringan IP ini biasanya disebut dengan Telepon IP. Teknologi VoIP umumnya digunakan untuk menggantikan telepon biasa yang menggunakan saluran analog Public Switching Telephone Network (PSTN). VoIP mengirimkan informasi suara secara digital dalam bentuk paket data dibandingkan secara tradisional melalui saluran analog. Protokol-protokol dalam sistem IP Telephony Pada sistem IP Telephony diperlukan beberapa protokol untuk membangun sebuah komunikasi, berikut ini adalah protokol-protokol yang digunakan dalam sistem IP Telephony : a. Transmission Control Protocol (TCP) Protokol yang bersifat connection-oriented yang berperan untuk proses signaling pada teknologi VoIP. b. User Datagram Protocol (UDP) Protokol yang bersifat connectionless-oriented yang berperan untuk pengiriman audio streaming secara terus menerus. c. Real-time Transport Protocol (RTP) RTP merupakan protokol yang dibuat untuk memesan bagian dari bandwidth yang tersedia untuk lalulintas UDP.

1)

Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP Dosen Teknik Elektro UNDIP

2)

d. Real-Time Transport Control Protocol (RTCP) RTCP biasanya digunakan bersamaan dengan RTP karena fungsinya untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya agar lalulintas UDP dapat dilakukan. e. Skinny Client Control Protocol (SCCP) Protokol client/server yang secara eksklusif digunakan untuk berkomunikasi antara perangkat IP dan Cisco CallManager. f. Media Gateway Control Protocol (MGCP) Protokol pengontrol panggilan yang digunakan oleh Media Gateway Controller (MGC) untuk mengontrol para kliennya. g. H.323 H.323 merupakan protokol yang mendefinisikan komunikasi multimedia real-time dan konferensi melalui jaringan packet-based yang tidak menyediakan guaranteed QoS seperti LAN dan Internet. h. Session Initiation Protocol (SIP) SIP merupakan protokol yang berada pada lapisan aplikasi dimana mendefinisikan proses awal, pengubahan, dan pengakhiran (pemutusan) suatu sesi komunikasi multimedia Cisco CallManager Server CallManager adalah perangkat terpenting yang harus dimiliki oleh infrastruktur sistem IP Telephony. Karena tanpa adanya fungsi CallManager maka proses pengolahan panggilan pada setiap IP Phone tidak akan berjalan. Hal ini dikarenakan CallManager bertanggung jawab dalam pendaftaran perangkat telepon dan pengolah panggilan. Setiap sistem IP Telephony setidaknya harus memilki dua server CallManager yang terbagi juga atas dua peran utama yaitu sebagai publisher dan subscriber. Publisher digunakan untuk memasukkan dan memperbaharui data yang ada pada SQL database sehingga semua perubahan dan pengaturan dilakukan pada sisi publisher. Untuk melakukan penyimpanan data CallManager menggunakan Structured Query Language (SQL). Semua hal yang ditambahkan atau diubah pada pubisher maka informasi tersebut akan dikirimkan dengan segera ke semua subscriber yang ada. Data tidak akan pernah ditulis pertama kali di sisi subscriber, karena subscriber hanya akan merubah datanya setelah terjadi perubahan pada publisher. Sesuai dengan pembagian tugas pada suatu cluster CallManager dimana publisher bertugas untuk melakukan pengaturan dan perubahan informasi pada database secara keseluruhan maka yang bertugas sebagai pengolah panggilan adalah subscriber. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa publisher hanya boleh terdapat ada satu pada setiap cluster namun subscriber dapat berjumlah lebih dari satu buah tergantung dengan perangkat IP Phone yang terpasang. Model pengembangan Cisco IP Telephony System Pembangunan sebuah sistem IPT dianjurkan untuk mengetahui dan menentukan model pengembangan yang digunakan. Terdapat tiga model yang disediakan dengan pembagian berdasarkan 2

besarnya infrastruktur jaringan dan kebutuhan akan perangkat IP Telephony. Ketiga model ini adalah: a. Single site : Model Single-site terdiri dari pengolah panggilan yang terletak di satu sisi dan melalui LAN atau MAN untuk membawa suara lalulintas di seluruh sisi. Untuk melalukan panggilan keluar LAN atau MAN yaitu dengan menggunakan jaringan PSTN b. Multi-Site WAN with Centralized Call Processing: Model WAN Multi-Site dengan pengolah panggilan terpusat terdiri dari satu sistem pemrosesan panggilan yang menyediakan layanan bagi banyak perangkat dan menggunakan jaringan WAN untuk transportasi lalulintas suara antara daerah. Jaringan WAN juga melakukan pengaturan sinyal panggilan antara daerah pusat dan daerah-daerah cabang. Model ini digunakan untuk daerah pusat yang mempunyai beberapa daerah cabang. c. Multi-Site WAN with Distributed Call Processing : Model WAN Multi-site dengan pengolah panggilan terdistribusi terdiri dari beberapa daerah independen. Masing-masing dengan sistem pemroses panggilan sendiri yang terhubung ke jaringan WAN. Jaringan WAN dalam model ini tidak melalukan pengolahan sinyal panggilan antar daerah karena masing-masing telah memilki sistem pemroses panggilan tersendiri. Model ini digunakan untuk daerah yang besar dengan lebih dari 30.000 pengguna atau untuk penyebaran lebih dari enam daerah besar yang saling berhubungan melalui QoS aktif pada WAN. Dial Plan Dial plan adalah salah satu elemen kunci dari sistem IP Telephony, dan merupakan bagian integral dari agen pemrosesan panggilan. Secara umum dial plan bertanggung jawab untuk menginstruksikan agen pemrosesan panggilan bagaimana merutekan panggilan. Secara khusus, dial plan melakukan fungsi utama sebagai berikut : a. Endpoint addressing : Memberikan nomer direktori ke semua endpoint (seperti telepon, mesin fax, dan telepon analog) dan aplikasi (seperti sistem voicemail, auto attendansts, dan sistem konferensi) b. Path selection : Sesuai dengan perangkat telepon, jalur yang berbeda dapat dipilih untuk mencapai tujuan yang sama, selain itu jalan sekunder dapat digunakan ketika jalur utama tidak tersedia (misalnya panggilan dapat dialihkan ke PSTN dalam satu kegagalan jaringan WAN) c. Calling privileges : Kelompok-kelompok perangkat yang berbeda dapat diberikan untuk kelas pelayanan yang berbeda pula. Dengan memberikan atau menolak akses ke tujuan tertentu. Sebagai contoh telepon lobi mungkin hanya diizinkan untuk mencapai tujuan internal dan lokal PSTN. Sementara pihak eksekutif bisa saja menelepon ke luar negeri d. Digit manipulation : Dalam beberapa kasus. Perlu dilakukan manipulasi angka sebelum melakukan perutean panggilan. Misalnya ketika perutean atas

PSTN awalnya menggunakan kode akses on-net, atau ketika mempeluas kode yang disingkat (seperti 0 untuk operator) e. Call coverage : Khusus kelompok perangkat dapat dibuat untuk menangani panggilan masuk untuk layanan tertentu sesuai dengan aturan yang berbedabeda ( top-down, circular hunt, longest idle atau broadcast). Pada Cisco CallManager pengaturan dial plan terdapat pada bagian call routing. Pada call routing beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Route patterns : Merupakan pola penomoran nomor telepon dan ditujukan langsung ke gateway. b. Route lists : Merupakan daftar jalur yang memenuhi syarat dan diprioritaskan untuk panggilan keluar. Secara khusus route list digunakan untuk menetukan dua jalur untuk mencapai tujuan (daerah remote) dimana jalan pilihan pertama adalah jaringan WAN dan jalur pilihan kedua adalah melalui PSTN. c. Route groups : Sebuah route group digunakan untuk merutekan panggilan ke sebuah perangkat (biasanya berupa gateway atau gatekeeper). Setiap route group memilki setidaknya satu buah gateway, meskipun terkadang lebih dari satu gateway. Urutan gateway yang berada di route group akan menentukan gateway mana yang akan digunakan pertama kali untuk merutekan sebuah panggilan.. III. SISTEM IP TELEPHONY PT CPI PT Chevron Pacific Indonesia memiliki jaringan komunikasi yang luas yaitu mencakup jaringan komunikasi internal perusahaan dan juga jaringan komunikasi ekstenal perusahaan. Jaringan komunikasi pada daerah operasi Sumatera menggunakan dua media transmisi yaitu fiber optic dan jaringan wireless yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara keempat daerah besar (Rumbai, Minas, Duri, dan Dumai) dan tiga daerah terpencil (Bangko, Libo, dan Petapahan). Sebelum adanya sistem IP Telephony PT CPI sudah mempunyai jaringan komunikasi data dan komunikasi suara secara terpisah. Dengan Adanya sistem IP Telephony maka komunikasi telepon sudah dapat digabungkan ke infrastruktur jaringan komunikasi data yang sudah ada meskipun jaringan komunikasi suara yang lama masih digunakan sampai saat ini (untuk perumahan). Berikut ini merupakan gambaran topologi sistem IP Telephony pada PT CPI daerah operasi Sumatera.

Pada gambar 1 adalah gambaran perancangan sistem IP Telephony yang telah terpasang di PT CPI, dari gambar tersebut terlihat jelas semua informasi tentang sistem IP Telephony di PT CPI mulai dari topologi yang digunakan, metode pengembangan yang dipakai, perangkat-perangkat yang digunakan, daerahdaerah yang sudah terpasang sistem IPT, serta interkoneksi dengan jaringan komunikasi data dan komunikasi suara yang lama (jaringan PABX). Model pengembangan sistem IPT PT CPI Dengan adanya router SRST dan komunikasi intracluster maka sudah dapat dipastikan bahwa model pengembangan sistem IPT pada daerah operasi Sumatera adalah model pengembangan CallManager terpusat. Rumbai dijadikan sebagai tempat dimana publisher ditempatkan dan daerah Duri sebagai backup terpusat. Selanjutnya daerah Minas dan Dumai yang tidak terdapat CallManager server serta router SRST. Daerah remote yang terpasang router SRST yaitu Bangko, Libo, dan Petapahan dengan jumlah perangkat Telepon IP hanya berkisar 100 buah ditiap lokasi. Jika membandingkan dengan gambaran ideal model pengembangan terpusat, gambaran cluster CallManager yang diterapkan pada daerah operasi Sumatera masih terdapat sedikit perbedaan yaitu pada sisi jalur cadangan dengan menggunakan jalur PSTN. Pada gambar di bawah ini memperlihatkan perbedaan antara model pengembangan PT CPI dengan gambaran ideal model pengembangan terpusat
Rumbai Duri

PSTN

WAN
Minas Bangko Libo Patapahan Dumai

(a) (b) Gambar 2 (a) Model pengembangan PT CPI (b) Model pegembangan terpusat

Pada kedua gambar tersebut terlihat perbedaan dalam sisi jalur redudansi menggunakan jalur PSTN dan beberapa peletakan CallManager. Idealnya semua lokasi tersambung dengan jalur PSTN bahkan daerah remote sekalipun untuk memungkinkan daerah remote dapat menghubungi daerah pusat apabila jaringan WAN internal terputus. Akan tetapi yang terlihat pada gambaran nyata yang telah diterapkan PT CPI yaitu jalur PSTN hanya ada pada daerah Rumbai dan Duri sedangkan kelima daerah lain tidak terhubung jalur PSTN. Alasan PT CPI menggunakan desain tersebut adalah: 1. Pada daerah tetangga pusat seperti Minas dan Dumai hanya memiliki jarak yang berdekatan dan mudah ditangani jika terjadi permasalahan. 3

Gambar 1 Topologi sistem IPT PT CPI

2. Jumlah perangkat yang ada pada Minas dan Dumai tidaklah sebanyak yang terpasang di Rumbai maupun Duri, sedangkan CallManager yang terpasang di Rumbai dan Duri masih sanggup untuk menampung perangkat yang ada di Minas dan Dumai 3. Daerah remote seperti Bangko, Libo dan Petapahan masih belum terdapat jalur PSTN dari PT Telkom oleh karena itu hanya bisa mengandalkan jalur komunikasi PT CPI sendiri 4. Adanya redudansi jalur komunikasi yang menghubungkan seluruh daerah operasi Sumatera. Melaluli pertimbangan di atas maka PT CPI sudah dapat merasa cukup dengan model pengembangan yang ada pada saat ini. Kebijakan dial plan PT Chevron Pacific Indonesia mempunyai banyak daerah operasi. Untuk dapat membedakan lokasi-lokasi tersebut maka ditentukanlah pembagian nomor telepon untuk setiap lokasi. Berikut ini merupakan pembagian pola nomor telepon yang ada pada empat lokasi besar PT Chevron Pacific Indonesia
Tabel 1 Pembagian pola nomor telepon dan voice vlan

beberapa route pattern yang ada pada CallManager PT CPI.


Tabel 2 Tabel route pattern No Pola Deskripsi 1 10XXX Dumai 2 11XXX Dumai 3 4 5 6 7 8 9 10 2XXXX 3XXXX 4XXXX 50XXX 51XXX 56XXX 6XXXX 70761X XXXX! Duri Nortel Minas PBX RBI and MNS PBX Jakarta Jakarta 51XXX Darajat Kalimantan Pekanbaru PSTN Local from JAVA Partisi pt Offnet pt DMIint pt DRIint pt Offnet pt RBIint pt Offnet pt Offnet pt JKTint pt Offnet pt PSTN JAVA KLO Device RL DMI PBX RL DMI PBX RL DMI PBX RL RBI PBX RL RBI PBX RL JAVA KLO RL JAVA KLO RL JAVA KLO RL JAVA KLO RL RBI-CB

No 1 2 3 4

Lokasi Dumai Duri Minas Rumbai

Pola Nomor 1XXXX 2XXXX 3XXXX 4XXXX

Banyak IP Phone 2400 300 400 1300

Voice Vlan 36-46 44-45 25-27 16-21

Pada pola-pola nomor telepon mempunyai deskripsi masing-masing yang menjelaskan kemana pola nomor telepon itu ditujukan. Masing-masing pola juga ditentukan partisinya untuk menentukan pengguna mana yang dapat menggunakan panggilan dengan pola tersebut. IV. SIMULASI DAN PENGUJIAN Simulasi dilakukan untuk mengidentifikasi aliran panggilan intercluster CallManager dan pengujian integrasi Cisco CallManager dengan Asteriks server. Simulasi pertama dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Packet Tracer dan simulasi kedua menggunakan bantuan GNS 3 sebagai emulator router CallManager Express, serta Cisco IDS 4210 yang menjadi Asteriks server. Aliran panggilan intercluster CallManager Simulasi kali ini dapat mewakili konsep aliran panggilan pada sistem IP Telephony PT CPI. Panggilan dilakukan oleh Telepon IP A yang berada pada cluster CallManager A menuju Telepon IP B yang berada pada cluster CallManager B. Berikut ini adalah gambaran dari skenario dan hasil simulasi.
DHCP Server DHCP & DNS Server CME-A VLAN 100

Pada tabel di atas memperlihatkan perbedaan pola nomor telepon pada masing-masing lokasi. Angka yang paling awal merupakan angka tetap yang mengidentifikasi setiap daerah sedangkan keempat angka berikutnya dapat mengikuti kebijakan pembagian nomor telepon yang lebih detail. Pola pembagian nomor terlepon ini sudah ada sebelum sistem IP Telephony dan pada saat ini menjadi pola pada sistem IPT juga jaringan PABX tradisional yang masih ada pada perumahan kompleks chevron. Setiap nomor telepon yang ada pada sistem telepon PT Chevron Pacific Indonesia juga diintergrasikan dengan nomor telepon yang terdaftar ke PSTN milik PT Telkom. Dengan sedikit manipulasi digit dan pengaturan DID (Direct Inward Dialling) dan DOD (Direct Outward Dialling) maka hal tersebut dapat dilakukan. Hal ini juga mempermudah administrasi panggilan yang dilakukan keluar cluster dengan menggunakan jalur PSTN karena sistem billing akan dilakukan oleh pihak PT Telkom. Untuk panggilan yang dilakukan di luar cluster sistem IP Telephony, dibutuhkan pengaturan route group, route list dan route pattern. Route pattern menjelaskan pola-pola nomor telepon yang berada di luar cluster sistem IPT Untuk menentukan pola-pola ini dapat digunakan teknik manipulasi digit. Pola-pola ini didaftarkan pada route list yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tabel berikut ini merupakan tabel dari 4

6
10.10.10.0/30

CME-B

SWITCH A1

Trunk

4 8 7
Web Server

1
NTP Server VLAN 100

2
Trunk SWITCH A2

7 3
22222

11111

RTP H.323 TCP SCCP

Gambar 3 Topologi simulasi dan tahapan skenario panggilan

Dari hasil simulasi di atas dapat dibuat sebuah diagram aliran panggilan berdasarkan protokol dan

paket yang ditransmisikan pada panggilan intercluster secara umum sebagai sebagai berikut:
CME A IP PHONE A CME B IP PHONE B

SCCP dikirimkan kembali untuk memberitahukan RTP Stream dihentikan.

12. Komunikasi terputus.


Integrasi Cisco CallManager dengan Asteriks server Saat ini PT Chevron Pacific Indonesia sedang merencanakan untuk memperluas sistem IP Telephony yang telah ada ke jaringan telepon perumahan yang saat ini masih menggunakan PABX tradisional. Sistem IP Telephony yang ditawarkan oleh Cisco dinilai hanya cocok digunakan pada tingkatan industri dan perkantoran saja, sedangkan pada perumahan hanya diperlukan jaringan VoIP biasa dengan beberapa layanan sederhana saja. Simulasi dilakukan dengan berdasarkan pada perancangan yang telah dibuat untuk implementasi Asterisk server sebagai alternatif dari teknologi Cisco. Berikut ini merupakan gambaran dari perancangan jaringan VoIP pada perumahan.

1 2 3

SCCP SCCP SCCP 4 TCP 6 H.323 H.323 SCCP SCCP 7 8 9 5 TCP

H.323

SCCP

SCCP RTP RTP

RTP RTP RTP RTP SCCP SCCP 12 SCCP SCCP 11 13 10

Gambar 4 Diagram aliran panggilan intercluster

Penjelasan dari diagram aliran panggilan di atas adalah sebagai berikut : 1. Telepon IP A mengangkat gagang telepon (off hock), sinyal SCCP dikirimkan ke CallManager. 2. CallManager mengirimkan sinyal SCCP untuk memberikan bunyi dial kepada Telepon IP A yang menyatakan CallManager siap melayani permintaan dial dari Telepon IP A. 3. Telepon IP A memasukkan nomor telepon, bunyi dial berhenti. Disetiap penekanan tombol maka disiapkan satu sinyal SCCP menuju CallManager. 4. Setelah CallManager menerima kombinasi nomor telepon dengan lengkap, dan ternyata nomor yang dipanggil tidak ada pada tabel Destination Number router CME A akan tetapi pola nomor yang dipanggil ternyata cocok dengan destination number router CME B maka router CME A mengirimkan paket TCP SYN untuk memastikan dapat dijalinnya komunikasi antara kedua router. 5. Router CME B mengirimkan konfirmasi kepada router CME A bahwa komunikasi dapat dijalin. 6. Router CME A mengirimkan sinyal H.323 ke router CME B yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk komunikasi suara interluster CallManager yang berbeda. 7. Sinyal H.323 diterima oleh Telepon IP A dan Telepon IP B. Telepon IP B berdering dengan alamat pemanggil Telepon IP A. 8. Gagang telepon Telepon IP B diangkat (off hock), sinyal SCCP dikirimkan lagi ditujukan kepada Telepon IP A sebagai penanda kalau sudah menerima dan mengizinkan panggilan 9. Telepon IP A menerima sinyal SCCP dari Telepon IP B, dengan demikian kedua Telepon IP berstatus connected 10. Ketika pembicaran dimulai maka yang digunakan adalah sinyal RTP yang dikirimkan oleh Telepon IP A maupun Telepon IP B, sinyal RTP ini melewati kedua router atau perangkat-perangkat lain diantara kedua Telepon IP. Tidak digunakan protokol apapun selain RTP pada saat pembicaraan berlangsung. 11. Saat Pembicaraan diakhiri, maka pada saat gagang telepon Telepon IP sudah diletakan (on hock) sinyal 5

Gambar 5 Topologi perancangan peletakan Asteriks server

Pada gambar di atas terlihat bahwa jaringan VoIP Asteriks server harus diintegrasikan dengan PSTN dan Cisco CallManager. Pada integrasi Asteriks server dengan Cisco CallManager diperlukan hubungan trunk. Dengan demikian dibuatlah SIP trunk dan konfigurasi dial pattern pada Asterisk server. Berikut ini merupakan pengaturan yang dilakukan pada Asterisk server: 1. Pada bagian PEERS Detail, pengaturan yang diberikan adalah sebagai berikut
host=192.168.56.11 username=cisco secret=cisco123 type=peer context=from-trunk qualify=yes insecure=port,invite authuser=cisco fromuser=cisco fromdomain=192.168.56.11 dtmfmode=rfc2833 disallow=all allow=ulaw&alaw&gsm&ilbc

2. Pada bagian register string diberikan identifikasi panggilan yang dilakukan oleh Cisco CallManager yaitu: cisco:cisco123@sip_trunk

3. Pada bagian Dial pattern dimasukkan pola penomoran yang ada pada CallManager yaitu 4. Yang berarti angka 4 sebagai angka pertama dan 4 angka selanjutnya dapat bervariasi. Setelah konfigurasi dilakukan di sisi Asterisk server, maka selanjutnya dilakukan konfigurasi pada Cisco CallManager, router yang digunakan sebagai CallManager adalah 3725 dengan IOS yang telah mendukung fitur voice. Konfigurasi yang dilakukan pada CallManager adalah sebagai berikut
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22

Cisco(config)#voice service voip Cisco(conf-voi-serv)#sip Cisco(conf-serv-sip)#ds0-num Cisco(conf-serv-sip)#header-passing Cisco(conf-serv-sip)#registrar Server expires max 3600 min 600 Cisco(conf-serv-sip)#no call service stop Cisco(config)#dial-peer voice 1 voip Cisco(config-dial-peer)#destination-pattern 3.... Cisco(config-dial-peer)#session protocol sipv2 Cisco(config-dial-peer)#session target ipv4:192.168.56.100 Cisco(config-dial-peer)#codec g711ulaw Cisco(config)#sip-ua Cisco(config-sip-ua)#authentication username cisco password cisco123 Cisco(config-sip-ua)#retry invite 2 Cisco(config-sip-ua)#retry response 2 Cisco(config-sip-ua)#retry bye 2 Cisco(config-sip-ua)#retry cancel 2 Cisco(config-sip-ua)#registrar ipv4:192.168.56.100 expires 3600 Cisco(config-sip-ua)#sip-Server ipv4:192.168.56.100

Interface eth0 adalah interface yang terhubung dengan Cisco CallManager, sedangkan interface eth1 adalah interface yang terhubung dengan komputer pengguna SIP softphone. Pada masing-masing interface menunjukan rata-rata penggunaan bandwidth untuk mengirim dan menerima dalam satu pembicaraan adalah 20 KB/s atau 160 kbps. Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis codec yang dipakai. Jenis codec G.711 ulaw pada percobaan kali ini secara normal mengkonsumsi bandwidth 64 kbps, akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena pada saat pembicaraan berlangsung terdapat beberapa paket header yang diikut sertakan sehingga kemungkinan bandwidth yang dibutuhkan harus lebih dari 64 kbps. PENUTUP Kesimpulan 1. Sistem IP Telephony yang ada pada PT Chevron Pacific Indonesia sudah sesuai dengan standart yang diberikan oleh Cisco. 2. Beberapa penyesuaian dibutuhkan dalam pengembangan Sistem IP Telephony di PT Chevron Pacific Indonesia mengingat banyaknya variasi vendor komunikasi yang ada sehingga dibutuhkan interopabilitas antara masing-masing perangkat. 3. Sistem IP Telephony lebih mudah digunakan dan dioperasikan dibandingkan sistem PABX yang lama. 4. Pengunaan Asterisk sebagai SIP server dapat menekan biaya pengembangan jaringan VoIP dibandingkan dengan penggunaan perangkat dari beberapa vendor terkenal seperti Cisco, Navaya, dan Nortel. Akan tetapi masih perlu dilakukan analisa dan evaluasi untuk menilai kelayakan dari penggunaan Asterisk server ini. 5. Perhitungan bandwidth yang diperlukan untuk komunikasi VoIP tidak hanya berdasarkan atas audio codec yang digunakan akan tetapi juga harus memperhitungkan paket-paket yang berisi informasi selain informasi suara. 6. Quality of Service selalu menjadi perhatian penting dalam pengembangan Jaringan VoIP DAFTAR PUSTAKA [1]. Cisco System, 2008, Cisco Unified Communications Solution Reference Network Design [2]. Denise Donohue, Cisco Press, 2006, Cisco Voice Gateways and Gatekeepers [3]. Jeremy D. Cioara, Cisco Press, 2006, Authorized Self-Study Guide Cisco IP Telephony (CIPT), Second Edition [4]. Michael Valentine, Cisco Press , 2008, CCNA Voice Quick Reference [5]. Ramesh , Salman, Cisco Press, 2005, Cisco IP Telephony: Planning, Design, Implementation, Operation, and Optimization 6

Pengujian dilakukan dengan menggunakan codec G.711 ulaw yang dimaksudkan untuk melihat konsumsi bandwidth yang dipakai untuk satu aliran pembicaraan. Berikut ini merupakan hasil yang ditampilkan pada pilihan FreePBX System Status mengenai lalulintas yang keluar dan masuk pada masing-masing interface yang digunakan.

Gambar 6 FreePBX Status pada saat satu pembicaraan berlangsung

Anda mungkin juga menyukai