Anda di halaman 1dari 6

Crop Circle dan Problema Disinformasi1

Riuh-rendah pemberitaan fenomena Crop Circle di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2011 menyajikan sejumlah fakta menarik terkait dengan cara media massa, masyarakat dan komunitas pemerhati fenomena UFO menanggapi fenomena tersebut. Hal ini menjadi menarik bukan karena beragamnya komentar yang ditulis dan diucapkan, melainkan karena asumsiasumsi tak tertulis dan terucapkan yang tampak melatar-belakangi komentar-komentar itu. Hampir serupa dengan fenomena Crop Circle yang menjadi fokus perhatiannya berbagai komentar atas peristiwa di Sleman juga menyajikan sejumlah pola yang saling terjalin dengan relatif rumit.

Crop circle di Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Sejumlah contoh pilihan sudut pandang yang diambil media massa atas fenomena Crop Circle di Sleman menunjukkan pola asumsi yang dimaksud di atas. Sebuah media online populer, misalnya, menyisipkan tagline Jejak UFO dalam rangkaian panjang liputan mengenai fenomena Crop Circle di Sleman. Sebuah media televisi mengemas peliputannya dengan sudut pandang probabilitas Crop Circle Sleman sebagai buatan manusia. Sementara itu, sebuah media cetak mencoba menyandingkan komentar institusi resmi, para ilmuwan dan mereka yang gemar mempelajari fenomena UFO tentang apa yang terjadi di Sleman. Walau sepintas terkesan berbeda ketiga sudut pandang di atas tampak dilatarbelakangi oleh sejumlah asumsi yang sama. Pertama-tama adalah asumsi bahwa fenomena Crop Circle dan UFO adalah hal yang tak terpisahkan (Crop Circle = UFO). Kata UFO sendiri mengandung sebuah asumsi lain: pesawat luar angkasa yang dikendalikan oleh mahluk dari planit lain (Alien). Lebih dari sekedar datang dari planit lain, mereka juga mempunyai teknologi yang jauh melampaui perkembangan teknologi manusia di Bumi, persis seperti wacana tentang UFO yang digambarkan film-film Hollywood. Lalu mengapa UFO diasumsikan terkait dengan Crop Circle? Alasannya cukup banyak dan bisa dimulai dari hal yang paling sederhana: mayoritas Crop Circle tampil dalam bentuk lingkaran sebagai bingkai utamanya. Penggambaran dominan dan populer atas bentuk fisik UFO adalah sebagai sebuah piringan (saucer) yang juga berarti sebuah lingkaran. Jika sebuah UFO mendarat pastilah jejaknya berupa lingkaran, sama seperti Crop Circle.2 Sebagai tambahan, ada beberapa ratus fenomena Crop Circle yang sudah dibuktikan secara ilmiah sebagai sesuatu yang mustahil dilakukan orang iseng belaka. Penelitian yang dilakukan ahli Biofisika A.S., W.C. Levengood menunjukkan tanaman dan tanah pada beberapa ratus kasus Crop Circle mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang signifikan dan tidak kasat mata3. Hal ini juga menyiratkan adanya probabilitas penggunaan teknologi canggih yang belum ada presedennya dalam perkembangan teknologi manusia saat ini.
Dr. W.C. Levengood

Bukankah ratusan ribu laporan penyaksian UFO juga selalu menyiratkan adanya teknologi yang luar biasa canggih? Teknologi yang memungkinkan sebuah UFO bergerak dengan kecepatan luar biasa, melakukan manuver yang mustahil ditiru pesawat biasa serta muncul dan menghilang dengan amat 1

cepat. Bukankah kecepatan adalah juga salah satu ciri khas Crop Circle, yang kerap muncul dalam waktu teramat singkat? Jika anda masih belum percaya Sebagai detail tambahan dalam pola asumsi Crop Circle = UFO adalah dimensi dari Crop Circle itu sendiri, yang umumnya terlalu besar untuk bisa diamati secara lengkap dari darat. Untuk mengamatinya secara utuh harus dilakukan dari udara atau tempat yang cukup tinggi. Bukankah hal ini menyiratkan bahwa siapa/apa pun yang membuatnya lebih berorientasi untuk melihat Crop Circle itu dari posisi tertentu di ketinggian langit? Jika detail itu belum cukup, masih ada kerumitan pola yang tergambar dalam banyak fenomena Crop Circle. Pola-pola ini adalah pola geometris yang dibuat dengan presisi matematis tinggi dan -kononkerap menyajikan simbol-simbol yang terkait dengan kebudayaan kuno. Sejumlah peneliti Crop Circle di barat menegaskan walaupun pola-pola tersebut bisa dirancang dengan komputer, pengerjaannya di lapangan membutuhkan terlalu banyak tenaga dan waktu untuk bisa dilakukan secara diam-diam dan dalam waktu beberapa jam saja4. Jika anda tak pernah percaya Di sisi lain, ternyata ada banyak juga fenomena Crop Circle yang terbukti dibuat oleh manusia, dengan teknologi yang relatif sederhana. Contoh utama dan paling terkenal adalah pengakuan dua warga negara Inggris, Doug Bower dan Dave Chorley, pada tahun 1991, bahwa merekalah yang bertanggungjawab membuat berbagai Crop Circle di sejumlah kawasan di selatan Inggris, yang sebelumnya telah menyita perhatian media massa dan masyarakat setempat5. Bagi mereka yang sejak awal telah meragukan asumsi Crop Circle = UFO, pengakuan ini laksana cahaya terang di tengah gelapnya malam.

Doug Bower dan Dave Chorley di tabloid Today.

Secara garis besar, pengakuan Doug dan Dave dianggap sebagai bukti bahwa anggapan Crop Circle dibuat oleh mahluk luar angkasa (Alien) yang datang ke Bumi dengan mengendarai UFO adalah omong kosong belaka. Lebih jauh lagi, bahwa asumsi tentang adanya UFO dan Alien adalah juga omong kosong, buah dari fantasi, mispersepsi atau pun kebohongan belaka. Tak ubahnya dengan kebohongan Doug dan Dave ataupun film-film fantasi ala Hollywood, semacam Star Wars, E.T. dan Independence Day. Kini kita berhadapan dengan pola asumsi berikutnya, bahwa UFO (dan apapun yang terkait dengannya) = omong kosong. Salah satu referensi utamanya adalah sikap institusi resmi militer dan institusi resmi sains di dunia Barat (khususnya di Amerika Serikat), yang telah cukup lama mencermati fenomena UFO. Beberapa contoh paling terkenal dalam sejarah studi fenomena UFO (Ufologi) adalah Proyek Buku Biru (Project Blue Book) yang dikelola Angkatan Udara Amerika Serikat dan Laporan Colorado University, A.S. (Condon Report) tentang studi ilmiah atas fenomena UFO, yang dikelola kalangan ilmuwan (sipil). Mengapa pendapat mereka menjadi penting? Salah satu alasannya adalah karena fenomena UFO dikaitkan dengan probabilitas penguasaan teknologi yang jauh lebih canggih dibandingkan dengan perkembangan teknologi di Bumi. Hal itu juga menyiratkan kemungkinan adanya kehidupan/peradaban lain di luar Bumi. Wilayah ini jelas menjadi kompetensi para ilmuwan, bukan masyarakat awam yang tidak punya dan tidak berpretensi punya kapabilitas sebagai ilmuwan. 2

Kenapa militer? Secara garis besar jawabannya adalah karena UFO juga menyiratkan potensi ancaman keamanan sekaligus pengembangan teknologi pertahanan - seperti diungkapkan pelopor studi fenomena UFO di Indonesia, Marsekal Udara (Pur) J. Salatun pada tahun 1960-an6 yang menjadi wilayah wewenang militer. Wajar juga jika kedua pihak (sipil dan militer) lalu bekerjasama seperti halnya dengan keterlibatan salah satu sosok peneliti Ufologi paling terkenal, Prof. J. Allen Hynek dengan Proyek Buku Biru mengingat sumber daya perlatan dan pengetahuan yang dimiliki masing-masing pihak. Kenapa kedua contoh riset di atas menjadi referensi utama untuk pola asumsi UFO = omong kosong? Sederhana saja: keduanya sama-sama menyimpulkan fenomena UFO sebagai hal yang tidak signifikan secara ilmiah maupun militer untuk dipelajari lebih jauh. Pernyataan dari dua lembaga dengan kapasitas (dan juga otoritas) yang begitu signifikan terkait dengan upaya mengungkap beragam misteri ilmiah dan pengembangan aplikasi teknologi, jelas berdampak besar pada persepsi masyarakat awam7. Secara umum, bagi media massa dan masyarakat, masalahnya pun segera menjadi jelas menyusul publikasi kedua laporan tersebut: UFO memang tampak hanya sebagai isapan jempol dan hobi orangorang aneh belaka. Kenapa demikian? Karena otoritas politik/militer dan ilmiah telah menegaskan demikian. Tidak peduli apakah kedua otoritas itu sungguh-sungguh menyimpulkan berdasarkan fakta ataukah berdasarkan bias kepentingan lain8. Lebih jauh, bagi dunia sains kedua laporan resmi tersebut juga segera mengukuhkan asumsi bahwa masalah UFO adalah hal yang tidak ilmiah. Berdasarkan apriori ini pula semua studi ilmiah yang dilakukan atas fenomena UFO lalu segera dikesampingkan dan tak lagi dihiraukan. Jurnal-jurnal ilmiah tak lagi sudi menyediakan ruang bagi analisis apapun yang terkait dengan UFO (sehingga banyak ilmuwan mainstream yang tidak tahu bahwa fenomena ini sudah dan masih dipelajari secara ilmiah). Termasuk analisis atas beragam kejanggalan seputar proses pembuatan kesimpulan dalam Proyek Buku Biru dan Condon Report.

Doug dan Dave memperagakan pembuatan crop circle di hadapan TV .

Sampai batas tertentu, seperti pernah diungkap ahli astrofisika dan mantan astronot Dr. Brian OLeary9, fenomena ini pun jadi tabu dibahas karena bisa mempengaruhi kredibilitas seorang ilmuwan di mata rekan seprofesi dan lembaga penyandang dana riset mereka. OLeary, yang sebelumnya sangat skeptis tentang UFO, juga mengakui bahwa kalangan ilmuwan di Barat cenderung bereaksi negatif secara spontan dan emosional terkait dengan masalah UFO. Sesuatu yang diakuinya sangat janggal, mengingat sifat sains yang sebetulnya selalu berupaya mengungkap sesuatu yang belum diketahui dengan tuntas. Sangat Percaya + Sangat Tidak Percaya = Disinformasi Asumsi UFO = omong kosong, tentu saja memicu reaksi negatif dari mereka yang berpandangan sebaliknya. Bagi sebagian orang yang sangat mempercayai asumsi UFO = Alien dan Crop Circle = UFO, reaksi negatif ini antara lain tercermin dalam ungkapan kecurigaan dan spekulasi mengenai konspirasi tingkat tinggi lembaga-lembaga pemerintahan (khususnya di Amerika Serikat) untuk menutup-tutupi kebenaran tentang UFO. Demikian pula dengan prasangka terhadap pernyataanpernyataan para ilmuwan, apalagi yang berasal dari lembaga resmi bentukan negara (seperti halnya NASA). 3

Di sisi lain, mereka yang tak pernah percaya tentang UFO ataupun Crop Circle sebagai dua fenomena yang betul-betul ada dan sangat misterius, bereaksi dengan sikap ultra skeptis. Perilaku janggal dari sebagian orang yang mempercayai UFO (khususnya mereka yang mengaku sebagai juru bicara para Alien), berita-berita murahan tentang UFO dan Alien dari berbagai tabloid gosip, adalah sebagian hal yang selalu mereka jadikan alasan untuk mengolok-olok siapa saja yang percaya dengan kedua asumsi itu. Termasuk mereka yang skeptis namun berpikiran terbuka dan secara serius mau mencoba untuk mempelajari kedua fenomena tersebut. Demikianlah, maka fakta-fakta kongkrit tentang fenomena UFO dan Crop Circle lalu tersisihkan, dan digantikan dengan dominasi beragam bentuk prasangka. Informasi tentang studi atas jejak-jejak fisik yang terkait dengan fenomena UFO; kejanggalan-kejanggalan fisis dan kimiawi pada tumbuhan yang Dua bola cahaya dan kemunculan crop circle menjadi media fenomena Crop Circle; atau pun kejanggalandi Inggris, 1996. kejanggalan di balik publikasi analisis Proyek Buku Biru dan Condon Report, semuanya tenggelam dalam debat kusir dan saling ejek antara mereka yang bertolak dari PRASANGKA, dan BUKAN FAKTA. Fakta tak lagi menjadi penting. Yang penting adalah asumsi, spekulasi dan keyakinan. Hitam dan putih. Barangsiapa tidak putih maka dia pasti hitam (seperti apapun fakta sesungguhnya), dan demikian pula sebaliknya. Tentu saja apa yang muncul kemudian adalah disinformasi (seperti halnya Hoax). Sesuatu yang bisa cukup memusingkan bagi siapapun yang baru mencoba-coba untuk mempelajari masalah UFO/Crop Circle (tak heran banyak orang lalu memilih untuk menjadi penonton saja daripada dipusingkan dengan saling klaim antara yang hitam dan yang putih).10 Dalam konteks ini, para ilmuwan maupun peneliti UFO/Crop Circle yang secara jujur, kritis dan tekun mempelajari kedua fenomena itu, adalah golongan abu-abu. Bagi para ultra-skeptik, para ilmuwan yang mempelajari UFO/Crop Circle secara serius dinilai telah salah jalan ataupun sesat. Sebaliknya, bagi para UFO believers, para ufolog yang selalu mencoba untuk menyikapi informasi tentang UFO/crop Circle secara kritis dinilai sebagai penghianat atau bahkan musuh di dalam selimut. Sekali lagi: Barangsiapa tidak putih maka dia pasti hitam (seperti apapun fakta sesungguhnya), dan demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa, sebagai contoh, ketika Ufolog senior seperti Professor Jacques Vallee mengungkapkan hipotesa bahwa Crop Circle bisa saja merupakan uji coba kalibrasi teknologi persenjataan militer, ia pun serta-merta dicaci sebagai agen susupan pemerintah11. Sebaliknya, ketika ilmuwan semacam Doktor John Mack dari Harvard University secara serius mempelajari fenomena penculikan manusia oleh Alien (abduction) ia pun tiba-tiba saja dihadapkan pada proses penelitian internal dari universitas Harvard, terkait dengan kelayakan penelitiannya atas masalah tersebut12. Tantangan Sesungguhnya Di dalam pusaran disinformasi memang tidak ada ruang bagi keterbukaan pandangan ataupun sikap ilmiah yang ingin mengkaji semua fakta secara berimbang. Termasuk pertimbangan bahwa UFO tidak semata-mata menjadi unidentified hanya karena bentuk, cara kemunculan ataupun pola gerakannya yang aneh. Bahwa UFO juga menjadi unidentified terkait dengan teknologi penerbangan yang memungkinkannya melakukan manuver-manuver yang luar biasa di angkasa. Lebih jauh lagi, bahwa suatu teknologi yang unidentified tidak otomatis berarti berasal dari planit lain, melainkan bisa juga karena dikembangkan secara sangat rahasia, di planit Bumi sendiri. 4

Di dalam negeri, masalah asumsi seputar fenomena UFO dan Crop Circle mungkin belum -atau bahkan tidak akan pernah- berkembang serumit di dunia Barat (khususnya A.S.). Namun produk budaya Barat, seperti halnya film-film Hollywood seputar kedua fenomena di atas, cepat atau lambat tentu akan mempengaruhi asumsi masyarakat dalam menyikapi permasalahan ini. Paling tidak, pola pendekatan media massa sudah mulai memperlihatkan ciri yang demikian. Kian meluasnya akses internet juga telah memperbesar peluang masyarakat untuk bersentuhan langsung dengan riuh-rendah disinformasi seputar fenomena UFO dan Crop Circle. Pada titik inilah, kelak ataupun sekarang, perkembangan penelitian atas fenomena UFO maupun crop Circle di Indonesia akan dihadapkan pada tantangan yang sesungguhnya. Andyono Muharso (2011)
1

Artikel ini ditulis untuk menyambut ulang tahun ke-14 BETA UFO yang jatuh pada 26 Oktober 2011.

Sejumlah peneliti fenomena Crop Circle (CC) dan UFO meyakini adanya keterkaitan kuat di antara kedua fenomena tersebut berdasarkan penyaksian fenomena bola cahaya (orb) di sekitar lokasi CC. Sebuah rekaman video bahkan pernah dibuat oleh seorang pengamat UFO asal Inggris, John Wavely pada 11 Agustus 1996, di Oliver Castle, Inggris. Rekaman video ini bisa dilihat -antara lain- dalam sebuah film produksi Italia bertajuk The Mystery of The Crop Circles karya Giorgio Bongiovanni dan Pier Giorgio Caria (t.t.; Nonsiamosoli Video). Sebuah rekaman video lain juga sempat dibuat oleh fotografer Steve Alexander pada tahun 1990, di Inggris, yang memperlihatkan sebuah orb bergerak di sekitar sebuah crop circle, pada siang hari. Rekaman video ini bisa dilihat dalam film Crop Circles - Quest for Truth, karya William Gazecki (2002; Open Edge Media).
3

Hal ini terungkap secara gamblang dalam hasil rangkaian penelitian Levengood, yang dimulai sejak dekade 1990-an. Kesimpulan-kesimpulan utama penelitian tersebut bisa dilihat dalam artikel Levengood di jurnal Physiologia Plantarum: Anatomical Anomalies in Crop Formation Plants"( Physiologia Plantarum #92; 1994) dan Dispersion Of Energies In Worldwide Crop Formations (Physiologia Plantarum #105;1999), yang ditulis bersama Nancy P. Talbott (seorang peneliti Crop Circle dari BLT Research Inc.). Informasi lebih lengkap bisa dilihat di website BLT Research: http://www.bltresearch.com. Satu hal yang patut digarisbawahi mengenai penelitian levengood adalah keyakinanya bahwa fenomena crop circle adalah buah dari sebuah fenomena alami yang disebut sebagai pusaran plasma (plasma vortex), dimana terjadi pemasana oleh radiasi microwave. Pendekatan serupa juga diambil oleh dua ilmuwan Indonesia, Dr. Muhammad Nur dan Kartono Msi, seperti dapat dibaca dalam buku Menguak Misteri Crop Circle di Indonesia (2011;Graha Ilmu).
4

Salah satu percobaan pembuatan crop circle paling menarik adalah yang dilakukan oleh tiga mahasiswa pasca sarjana dari sekolah teknologi prestisius MIT, di A.S. Percobaan ini, yang dilakukan untuk keperluan pembuatan sebuah film dokumenter televisi (diudarakan oleh Discovery Channel pada 2002), berakhir dengan sejumlah besar indikasi manipulasi data hasil percobaan, sebagaimana diungkapkan oleh Nancy P. Talbott dari BLT Research dalam artikelnya M.I.T. Kids Crop Circle Attempt Yields an Interesting (and Totally Inadvertent) Result. Secara garis besar, para mahsiswa M.I.T. itu mencoba mereplikasi tiga ciri khas dari fenomena crop circle yang dianggap bukan buatan manusia, sebagaimana dihasilkan oleh penelitian Levengood dan Talbott (batang tanaman yang mengalami pemanjangan; buku-buku batang tanaman yang mengalami perekahan dari dalam (akibat pemanasan cairan di dalam batang tanaman); serta bulir-bulir besi berdiameter 10 hingga 50 micron yang biasanya akan ditemukan dalam formasi garis lurus, di dalam tanah tempat munculnya fenomena crop circle). mereka mencoba melakukan itu dengan mengkonstruksi sebuah pernagkat khusus yang konon dapat meniru efek radiasi microwave seperti dipostulasikan oleh Levengood. Anehnya, percobaan itu sama sekali tidak bisa mereplikasi ketiga parameter yang disampaikan Levengood dan Talbott, namun tetap diklaim sebagai contoh sukses dari replikasi crop circle semata-mata karena faktor kerumitan pola yang dihasilkannya. Kesimpulan aneh itu juga dibuat tanpa menyertakan rekaman sesi diskusi dengan Talbott, dimana ketiga parameter percobaan dijabarkan dengan contoh-contoh foto dan penjelasan panjang lebar oleh Nancy Talbott. Sebagai tambahan, sejumlah saksi di lokasi percobaan mengungkapkan bahwa percobana itu sendiri memakan waktu lebih dari sekedar 4 jam sebagaimana diklaim oleh pembuat film dokumenternya. (Artikel selengkapnya dapat dibaca di: http://www.bltresearch.com/published/mit.php )

Pengakuan Doug Bower dan Dave Chorley pertama kali dipublikasikan pada 9 September 1991 oleh sebuah tabloid gosip ternama di Inggris (Today). Tidak berapa lama setelah publikasi tersebut, Bower dan Chorley diundang oleh kalangan peneliti crop circle di Inggris (antara lain oleh Colin Andrews, yang kini dikenal luas sebagai narasumber utama dalam hal penelitian fenomena crop circle di Inggris) untuk membuktikan kemampuan mereka dalam membuat crop circle di hadapan kamera TV. Hasil akhirnya (seperti berulangkali ditegaskan Colin Andrews) sangat jauh berbeda dari fenomena crop circle yang telah diteliti di Inggris maupun berbagai belahan dunia lainnya. Apa yang dikerjakan kedua pria berusia lanjut itu, dengan menginjak-injak tanaman menggunakan papan kayu, menyebabkan batang-batang tanaman tercerabut dan rusak. Dalam fenomena crop circle yang asli, pembengkokan batang tanaman (hingga 90 derajat) terjadi tanpa adanya kerusakan pada tanaman itu sendiri. Perubahan juga terjadi tidak saja pada level yang kasat mata melainkan juga pada level molekular yang hanya bisa dilihat dengan bantuan miskroskop. Hal yang terakhir ini juga tidak terjadi pada crop circle yang dibuat oleh Bower dan Chorley.
6

Lihat buku J. Salatun, UFO Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini, hal. 11 (1982; Yayasan Idayu). Signifikansi keterlibatan militer sejak awal perkembangan wacana mengenai fenomena UFO juga bisa dilihat -antara laindalam tulisan Dr. David M. Jacobs pada simposium MUFON (organisasi pengamat UFO sipil terbesar di A.S.) di tahun 1987, dengan judul "From Arnold to Hynek: The End of an Era". Dr. Jacobs adalah sejarawan yang hampir selalu menjadi referensi utama dalam pembahasan mengenai sejarah perkembangan Ufologi. Lihat juga artikel karya sejarawan Ufologi Richard M. Dolan, Twelve Government Documents That Take UFOs Seriously (2003/2009) yang secara gamblang menggambarkan besarnya perhatian yang diberikan institusi militer terhadap fenomena UFO (khususnya di A.S.).
7

Signifikansi dampak negatif dari sikap resmi kedua lembaga tersebut terhadap studi Ufologi antara lain ditegaskan oleh Prof. Bruce S. Maccabee (ufolog ternama dari A.S. ), dalam artikelnya Still in Default (1986/2004), sebagaimana dapat dilihat melalui link berikut: http://brumac.8k.com/Still%20In%20Default/Still%20in%20Default.html. Hal serupa juga dikemukakan Prof. Vallee dalam bukunya, Messengers of Deception - UFO Contacts and Cults (1979; Daily Grail Publishing; hal 5455).
8

Untuk kritik yang tajam serta studi mendalam atas laporan Condon, lihat: tesis master Diana Palmer Hoyt pada tahun 2000 dan artikel Professor P. A. Sturrock di Journal of Scientific Exploration pada tahun 1987. (Kedua dokumen ini bisa diunduh melalui link berikut: http://www.ziddu.com/download/16136176/UFO_SocScience_CondonReport.PDF.html untuk tesis Hoyt; http://www.ziddu.com/download/16136177/AnalysisofCondonReport.PDF.html untuk artikel Prof. Sturrock).
9

Dr. OLeary belum lama berselang dikabarkan telah wafat di kediamannya di Ekuador, Amerika Selatan (29 Juli 2011). Selain ketertarikannya pada studi ilmiah atas fenomena UFO, OLeary juga dikenal sebagai pendukung utama pengembangan sistem energi/teknologi baru untuk menopang kehidupan manusia secara berkelanjutan di planit bumi. (Informasi lebih lengkap mengenai kegiatan Dr. OLeary dapat dibaca di: http://www.brianoleary.info/about.html).
10

Lihat, misalnya, rangkaian artikel yang ditulis Richard J. Boylan, Ph.D. tentang siapa-siapa saja ufolog yang bisa dan tidak bisa dipercaya menurut versi Boylan sendiri di http://www.bibliotecapleyades.net/vida_alien/esp_vida_alien_27f.htm. Lihat juga beragam tudingan balik terhadap Boylan di http://www.bibliotecapleyades.net/bb/boylan.htm.
11

Lihat rangkaian artikel Prof. Vallee dan berbagai tanggapan yang muncul terkait dengan artikel-artikel tersebut, di website boingboing.com (http://www.boingboing.net/2010/06/21/of-crop-circles-meme.html; http://www.boingboing.net/2010/04/28/of-flattened-flora-a.html#previouspost; http://boingboing.net/2010/04/08/crop-circles-part-de.html#previouspost; http://boingboing.net/2010/03/23/insearch-of-alien-g.html#previouspost)
12

Informasi umum mengenai almarhum Prof. Mack bisa dilihat di http://en.wikipedia.org/wiki/John_Edward_Mack. Untuk detail pekerjaan yang dilakukannya bisa dilihat di http://johnemackinstitute.org/.

Anda mungkin juga menyukai