zat kimia formalin ternyata terus dan mungkin sampai saat ini masih saja kita
santap pada sejumlah produk makanan massal, meski sudah banyak pernyataan dari
pemerintah daerah/kota bahwa daerah/kota tersebut sudah bebas formalin. ini lebih
disebabkan karena isu formalin saat ini tertutup oleh isu dan berita lain yang lebih
besar (semisal impor beras, bencana, rencana kenaikan tarif dasar listrik, kasus
saat ini masih ramai dibicarakan dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat
sebenarnya bukanlah kasus baru. kasus ini sudah ada sejak tahun 1990-an.
‘pengracunan rakyat’! pengelolaan dan keselamatan ranah publik di negeri ini terus
saja diabaikan dan dibiarkan terus berlalu secara sembrono. ironisnya, kita selaku
konsumen setali tiga uang malah menginginkan bahan makanan yang kita beli
itu awet untuk jangka waktu yang lama, hingga kita juga memilih makanan
berformalin. berarti adanya kasus makanan berformalin tak lepas dari ‘ulah’ kita
(konsumen) sendiri.
seperti kita ketahui bersama, formalin adalah nama dagang dari larutan
formaldehida dalam air dengan kadar 30-40%, sebagai bahan kimia yang biasa
digunakan dalam industri plastik, kertas, cat, dan kosmetik. dalam bidang forensik,
formalin dipakai sebagai bahan pengawet mayat. formalin sebenarnya tidak boleh
1
subrubrik/kolom: “nguda rasa”, koran merapi
digunakan untuk mengawetkan makanan karena dampaknya akan sangat buruk
bagi kesehatan. tapi kenyataanya, formalin kini banyak digunakan para pengusaha
dalam pengolahan makanan agar makanan lebih awet sehingga tidak terjadi
dalam hal ini dinas kesehatan terkesan tak mau memperhatikan kondisi
bahan makan yang masuk kedalam perut itu harus sesuai dengan standar kesehatan
dan kelayakan khusus (codexalimentarius). jadi jika ada zat kimia berbahaya
masuk ke dalam tubuh yang melebihi standar kelayakan, tentu akan mempengaruhi
stabilitas fungsi kerja organ tubuh. seperti kita ketahui bahwa penggunaan formalin
dalam bahan makanan dengan dosis rendah akan menimbulkan pusing, sakit perut,
batas normal dalam tubuh, maka akumulasi zat kimia tersebut di dalam tubuh dapat
hukum yang tidak ‘bertaring’ ditengarai sebagai penyebab masih banyaknya para
pemerintah yang dalam hal ini departemen kesehatan dan balai pengawasan obat
dan makanan (bpom) harus berusaha agar para pengusaha dan pedagang nakal
2
subrubrik/kolom: “nguda rasa”, koran merapi
itu dijerat melalui izin usaha perdagangan bahan makanannya. selain itu, bpom
harus melacak keberadaan produsen formalin yang memasok formalin kepada para
pengusaha makanan di tingkat bawah. selama ini belum ada pengusaha nakal yang
menggunakan formalin. mulai saat ini bpom seharusnya tak lagi memberi toleransi
pengawasan peredaran formalin dengan mengatur tata niaga penjualan bahan kimia
berbahaya di pasaran. jika hal ini tidak segera dilakukan, maka bukan tidak
mungkin akan semakin banyak warga yang terkontaminasi zat berbahaya yang
tentu saja semakin lama akan terakumulasi dalam tubuh manusia. hingga dalam
jangka waktu yang panjang akan berdampak buruk bagi rakyat indonesia, yakni
akan menurunkan daya tahan tubuh yang tentu saja akan berakibat pada kematian
atau paling tidak akan menurunkan kerja otak dan kualitas pikir generasi penerus
kita.
pemerintah harus memotong jalur distribusi barang laknat tersebut. bila perlu
untuk formalin dan zat berbahaya lain seperti boraks, rhodamin b, dan
tunggal, ini salah satu solusi yang sederhana. mustahil bisa terhindar dari makanan
3
subrubrik/kolom: “nguda rasa”, koran merapi
berformalin, jika jalur distribusi masih seperti sekarang ini, dijual bebas dipasaran,
dan siapapun boleh beli. saat ini formalin memang masih banyak dijual di pasaran
dijual bebas di pasaran. kabar mengenai makanan yang mengandung formalin atau
formalin adalah suatu keharusan. saat ini memang sudah ditemukan salah satu
alternatif bahan pegawet makanan dari hasil destilasi asap hasil pembakaran
makanan, hendaknya menggunakan bahan pengawet alami yang sejak dulu biasa
menanyakan suatu produk itu bebas formalin atau tidak. atau jika tidak dijawab,
maka dapat dilihat dari ciri-ciri yang terdapat pada bahan makan tersebut. bahan
yang mengandung formalin, seperti pada makanan, biasanya bahan itu kenyal,
saat ini dinilai sangat lemah. oleh karena itu, masyarakat diminta berhati-hati dan
pasaran.
4
subrubrik/kolom: “nguda rasa”, koran merapi
bahan itu lagi. dapat dipastikan para pengusaha akan menuruti kemauan kita. sekali
* sudaryanto, s.pd
guru tidak tetap di sma n i bayat
tegalrejo, bayat, klaten