salah satu alat pendukung terlaksananya kurikulum pendidikan dengan baik adalah
buku ajar. dengan adanya buku ajar yang baik maka kurikulum tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik.
tahun 2005 tentang penetapan buku teks pelajaran (buku ajar) yang memenuhi syarat
kelayakan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas mencakup tiga mata
pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yakni matematika, bahasa indonesia dan
bahasa inggris untuk jenjang smp/mts dan sma/ma. dalam keputusan itu ditetapkan
sebanyak 294 buku teks pelajaran dari 98 penerbit untuk tingkat smp/mts dan sebanyak
keputusan ini sekaligus menjawab pertanyaan, apakah buku-buku ajar yang beredar
di pasaran selama ini sudah baik dan layak dipakai ditinjau dari kesesuaian materi, tujuan
pembelajaran. karena buku ajar yang ada sebelumnya berbeda dengan kbk, baik urutan
materi maupun sajian materinya maka buku-buku ajar yang beredar sekarang ini lebih
buku ajar merupakan alat pengajaran yang paling banyak digunakan diantara semua
alat pembelajaran lainnya. keuntungan dengan digunakannya buku ajar dalam proses
belajar mengajar antara lain: dapat membantu guru melaksanakan kurikulum yang berlaku,
siswa untuk mengulangi pelajaran dan dapat digunakan pada tahun berikutnya. terlebih
sudah ada pp no 11/2005 yang mengatur tentang masa pakai buku ajar minimal selama 5
tahun. selain itu, buku ajar yang uniform memberi kesamaan mengenai beban dan standar
pengajaran serta memberikan pengetahuan dan metode mengajar lebih mantap bila guru
1
kolom “suara guru” kr
sebagai salah satu media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran, buku ajar
dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik; mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu; dapat mengatasi sifat pasif anak didik. buku ajar harus
mempunyai kualitas yang baik dari segi struktur isinya. selain itu, buku ajar yang baik
harus memenuhi kriteria cbsa serta sepuluh butir kriteria kelayakan yaitu: menarik minat;
memberi motifasi; memuat ilustrasi yang menarik hati; mempertimbangkan aspek kognitif;
isinya berkaitan dengan mata pelajaran lain (pengetahuan dan kompetensi lintas
yang samar dan tidak pasti; mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegas; mampu
memberi pemantapan, penekanan pada nilai siswa; dan melibatkan siswa dalam
pembelajaran. materi pokok dalam buku ajar dipaparkan untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. selain digunakan sebagai buku pegangan,
diharapkan dapat membangkitkan keinginan untuk belajar, membentuk karakter yang baik
dan berpikiran cerdas dari seorang siswa, memiliki keahlian, menerapkan teknologi tepat
kita menyambut baik keputusan tentang buku yang layak dipakai dalam
pembelajaran di sekolah. hanya saja, diharapkan tidak ada paksaan dalam penggunaan
buku tersebut mengingat kemampuan keuangan siswa dan memang tak boleh memaksa
siswa membeli buku. namun akan lebih baik jika pemerintah daerah mengalokasikan
anggarannya untuk membeli buku pelajaran layak pakai itu dan men-drop ke sekolah
sehingga memperingan beban siswa. tentunya dengan cara ini, peningkatan kualitas
pendidikan melalui pemakaian buku teks pelajaran akan dapat terealisasi dan pembelajaran
meski berbagai kalangan tak terkecuali dpr ri mengajukan hak angket untuk menolak
kebijakan impor beras, ternyata pemerintah tetap ‘nekat’ dan tetap pada pendiriannya untuk
melakukan impor beras sebanyak 110 ribu ton beras dari vietnam.
adanya impor beras sebagai bukti ketidakberpihakan pemerintah terhadap para petani
kita yang notabene adalah wong cilik sekaligus kaum miskin termarginalkan di negeri ini.
alasan klasik yang diajukan pemerintah adalah bahwa dengan impor beras akan dapat
menjaga kestabilan harga beras di pasaran. jika demikian halnya, di saat harga beras naik
dan dapat dinikmati para petani kita, mengapa serta merta pemerintah ingin menurunkan
harganya? lalu kapan lagi para petani kita bisa menikmati hasil jerih payah mereka setelah
selama ini kebijakan impor beras selalu saja berorientasi kepada para konsumen.
pemerintah selalu berpijak pada argumen bahwa petani adalah produsen sekaligus
konsumen beras. alasan yang dikemukakan pemerintah ini jelas sangat gegabah, ambisius,
dan tak masuk akal. tidak mungkin petani padi di negeri ini akan menjual seluruh hasil
produksinya, dan tidak menyisakan sedikit pun untuk memenuhi kebutuhan makan mereka
sendiri. dalam hal ini, harga beras yang tinggi ditingkat konsumen juga akan membebani
petani. argumentasi pemerintah ini sama artinya bahwa harga beras tidak boleh naik, tetapi
harga-harga lain boleh naik, termasuk harga pupuk, obat-obatan, dan biaya transportasi.
kebijakan impor beras ini sangat dilematis. di satu sisi dengan adanya impor beras
maka rakyat miskin di negeri ini dapat membeli beras dengan harga yang murah, namun di
sisi yang lain petani kita akan semakin menjerit karena harga beras tidak berpihak pada
kesejahteraan mereka. pemerintah terkesan tidak ‘sabar’ menanti pasokan beras produksi
dari dalam negeri. waktu pembelian beras dari petani pun sangat mepet dan tidak tepat saat
panen raya. alasan ini seakan dibuat pemerintah agar tetap bisa impor beras, karena setiap
kali impor beras ‘mungkin’ ada apa-apanya semisal para birokrat bisa ikut ‘kecipratan’
3
kolom “suara guru” kr
untungnya. seharusnya pemerintah menambah pasokan beras dari hasil produksi petani
dalam negeri dahulu. bulan februari yang akan datang adalah masa panen raya di berbagai
daerah di indonesia. saat ini, kebijakan impor beras bukan saja sebagai bukti bahwa
pemerintah tak mau lagi memperhatikan nasib dan selalu ‘memeras’ petani. namun lebih
dari itu yakni telah “mengeringkan” petani kita serta membuat para petani kita ‘kalah’
lebih dahulu mengeluarkan kebijakan kompensasi bagi petani. masih banyak yang bisa
dilakukan pemerintah untuk meringankan beban petani saat ini, misalnya dengan memberi
subsidi dan menjamin ketersediaan pupuk, obat-obatan, menyediakan kredit lunak, bantuan
langsung tunai khusus petani, atau menaikkan hpp. dengan demikian petani kita tidak
semakin “babak belur” dan menjadi rakyat yang menanggung beban yang paling berat.
yang jelas, kebijakan impor beras hanya akan mereduksi ketahanan pangan nasional.
impor beras juga sarat dengan muatan politik. alasan impor beras yang hanya berorientasi
pada kepentingan politik dan fee oriented, bukan hanya memeras dan mengeringkan
petani, bahkan lebih dari itu, yakni menghancurkan petanian kita yang tak lain adalah
pemerintah tidak lagi melakukan impor beras dan lebih memperhatikan kesejahteraan
petani kita dengan membeli beras dari petani. kita memohon kepada pemerintah agar tak