Anda di halaman 1dari 5

UNTUK BACAAN GURU (Tulisan ini saya ambil dari catatan facebook : Tommy Hansen Silalahi, M.Th.

) MENGAPA TUHAN YESUS MENCONTOHKAN DIRINYA SEPERTI "INDUK AYAM?" I. SUMBER TULISAN MATIUS 23:37 "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti INDUK AYAM mengumpulkan anakanaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 23:38 Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. 23:39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" II. PENGALAMAN MASA KECIL DI DESA Ketika masih kecil kami tinggal di desa dan memelihara ayam kampung. Saya senang sekali merawat ayam. Induk ayam betina bisanya bisa bertelur sampai 10 butir dan mengerami telurnya. Setelah beberapa minggu telur-telur itu akan menetas dan anak-anak ayam masih berwarna kuning, hitam dan abu-abu senantiasa mengikuti ibunya. Anakanak ayam belum bisa mencari makan sendiri, maka si induk membawa anak-anaknya ke kebun dan mencarikan makanan untuk anak-anak ayam tersebut. Jika si ibu menemukan makanan seperti cacing, kemudia ia memanggil anak-anaknya dan mereka berebutan. Biasanya yang paling dekat dengan si induklah yang paling banyak dapat makanan. "anak ayam yang dekat dengan induknya adalah yang paling banyak dapat makanan; demikian juga kita, jika kita dekat dengan TUHAN berkatNYA juga dekat dengan kita." Pelajaran apa yang didapat dari cerita di atas? Setelah aku merenungkannya ada sebuah makna rohani yang bisa kutemukan. Bahwa seekor anak ayam tidak akan pernah kelaparan jika ia DEKAT DENGAN INDUKNYA. Demikian pula anak TUHAN; ia tidak akan pernah mengalami kekeringan jika ia dekat dengan TUHAN. III. INDUK AYAM YANG MELINDUNGI Suatu kali induk ayamku membawa anak-anaknya pergi ke kebun; namun sayang tidak lama kemudian cuaca buruk datang dan hujan turun dengan deras sekali. Aku melihat induk ayamku memanggil semua anak-anaknya dan membawa mereka berteduh di bawah pohon yang rindang. Tapi, karena hujan yang sangat deras tetap saja air menetes jatuh lewat celah-celah rindangnya pohon. Lalu sang induk ayam mengumpulkan anakanaknya di bawah kepak sayapnya. Sementara angin yang dingin terus bertiup; aku melihat anak-anak ayam itu tetap hangat di bawah pelukan sayap sang ibu yang memberikan kehangatan sementara dirinya sendiri kedinginan. Untungnya aku datang

dan mengambil keranjang dan memasukkan anak-anaknya ke dalam keranjang dan terakhir ibu ayam itu. Demikianlah TUHAN; Ia melindungi kita dari bahaya apapun juga. Itulah yang dilakukan oleh TUHAN YESUS untuk kita. IV. INDUK AYAM MATI KARENA MELINDUNGI ANAK-ANAKNYA DARI ELANG Di siang hari yang terik, induk ayam membawa anak-anaknya ke tanah lapang yang terbuka. Ternyata dari ketinggian ada seekor musuh yang sedari tadi mengintai mereka. Burung elang sudah berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk bermanuver mencari peluang menyambar kawanan ayam tersebut. Rupanya si ibu telah memiliki insting untuk mengantisipasi setiap hal buruk yang terjadi kepada anak-anaknya. Dengan cekatan ia mengumpulkan anak-anaknya dibawah rentangan sayapnya. Tak lama kemudian sang elang menerkam ibu ayam itu dan mencengkeram tubuhnya, sementara anak-anaknya aman di bawah sayapnya. Si elang terbang ke langit membawa induk ayam itu dan membunuhnya dan induk ayam itupun mati. Demikianlah TUHAN, demi melindungi kita dari dosa, Ia rela mati disalibkan di atas kayu salib, supaya kita yang seharusnya mati oleh dosa kita hidup karena kemurahanNYA. V. SIAPAKAH KITA SESUNGGUHNYA? seperti anak ayam yang lemah kita juga manusia lemah; jangan menyombongkan diri, apalagi sampai kita meniadakan TUHAN. Kita ada karena anugerah kemurahan sang PENCIPTA. Tidak ada yang patut kita banggakan. Kita ini sebenarnya mahluk yang sangat lemah. Seumpama anak ayam yang kecil baru menetas. Tidak bisa berbuat apa-apa selain bergantung sepenuh dengan ibunya. Kita pun demikian; jangan sombong karena kita merasa diri kita kuat. Saya punya anak kecil, hingga saat ini berumur 10 bln. Kami merawatnya dan mengikuti setiap perkembangannya. Sejak ia lahir; ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mencuci tangan, mengganti popok, hingga seandainya ia "pup" ia tidak bisa membersihkannya. Ia hanya berharap kepada ayah dan ibunya. Demikian pula kita manusia kita ini mahluk lemah eperti anak ayam; jangan sombong karena kita ada adalah anugerah kemurahan sang KHALIK. VI. PENUTUP 1. TERIMAKASIH AYAM Ayam adalah hewan yang sangat berjasa membesarkan manusia. Semua yang terdapat di dalam diri ayam bermanfaat buat manusia. Kita bisa sebutkan bahwa mulai dari kepala sampai kakinya dapat digunakan untuk menolong manusia. Dagingnya untuk dimakan,

telurnya bisa dibuat kue, bulunya bisa dibuat kemoceng, ataupun shuttle cock bulutangkis, kakinya bisa dijadikan santapan yang lezat menemani bubur ayam, ususnya bisa dibuat sate usus, kulit kakinya bisa dibuat kerupuk, beberapa orang menjadikan cangkangnya sebagai souvenir indah di warnai dengan berbagai rupa, bahkan kotoran ayam bermanfaat bagi manusia karena bisa dijadikan pupuk. Terimakasih ayam... 2. IMPLIKASI Semoga memberikan sedikit jawaban, mengapa Yesus memakai induk ayam dalam mengumpulkan anak-anaknya sebagai gambaran bagaimana IA menggembalakan kita manusia yang lemahnya seperti anak ayam, IA memberkati kita dan memelihara kita, DIA melindungi kita saat kita membutuhkan "sayapNYA", bahkan IA mati sebagai tumbal dosa kita agar kita hidup bersama dengan DIA. Gambaran yang indah yang diberikanNYA untuk kita. Sayang kembali ke Matius 23:37-39; Alkitab berkata bahwa disana kita tolak DIA dan bahkan membunuh nabi-nabi yang DIA utus untuk kita. Mungkin manusia dewasa ini bisa berdalih "kami tidak pernah membunuh nabi-nabi", tapi saya berpendapat sbb: Nabi yang secara fisik memang tidak pernah kita bunuh, namun betapa seringnya suara kenabian dalam rupa suara ROHNYA yang berbicara menegur, menyapa, membimbing dan memanggil kita datang kepadaNYA kita bunuh dan abaikan. Dengan tulisan ini, saya mengajak kita kembali kepada PENJUNAN yang telah menyelamatkan kita dari dosa. Sola Gratia... Salam bahagia untuk kita semua Di dalam kasihNYA... Tommy Hansen Silalahi, M.Th.

CERITA UNTUK ANAK (Tulisan ini saya ambil dari catatan facebook : Tommy Hansen Silalahi, M.Th. Didramatisir oleh : Grace Sumilat) Bacaan guru: Matius 23:37 Tulisan Tommy Hansen Silalahi, M.Th. di atas Model Penuturan: Guru membahasakan si pencerita dengan gaya bahasa penutur sebagai aku INDUK AYAM SAYANG ANAK-ANAKNYA

Aku memelihara ayam di halaman rumahku. Waaaah ayamku ini sehat sekali, Ia sering bersuara petok petok petok.. Ayam itu sangat rajin, saat pagi hari matahari terbit, ia sudah berkokok kukuruyuuuuuuuuuuuuuk kukuruyuuuuuuuuuuuuuk, seakan-akan ia ingin membangunkan kami sekeluarga ayo bangun-ayo bangun Pada suatu hari, ayam betinaku bertelur, suaranya rebut sekali tok petok petok petok petok ternyata setelah kutengok di kandang, telurnya ada banyak sekali, satu, dua, tiga, empat, lima, enam..waaaaah semuanya ada sepuluh telur.! Ayam itu menaruh telur-telur itu di dekat tubuhnya, dan setiap hari ia memayungi telurtelur itu dengan sayabnya yang bisa mengembang dengan sangat lebaaaaaaaaar sekali. Ia pun duduk berdiam menghangati telur-telur itu, hal itu terus ia lakukan sampai berminggu-minggu. Akhirnya telur-telur yang sudah dipanasi/dierami induk ayam itu pun menetas, keluar dari cangkangnya ciap-ciap-ciap. Ramai sekali suaranya, seakan-akan mereka berebut ingin memanggil mamanya mama-mama-mama Ayam kecil berwarna abu-abu, hitam atau bahkan kuning itupun belum bisa mencari makan sendiri. Maka sang induk ayam mengajak ayam kecil berjalan-jalan mencari makan. Biasanya setelah mendapatkan cacing gemuk kesukaan ayam, induk ayam segera memanggil anak-anaknya ptok ptok ptok seakan-akan ia berteriak anak-anaksini ada makanan untuk kalian! Segera si anak-anak ayam berebut makanan yang diberikan induk ayam pada mereka. Nyam nyam nyam hmmmmmmm kelihatannya cacing yang menjijikkan itu enak buat mereka. Suatu siang saat aku pulang sekolah, seperti biasa aku meliat-lihat ayam kesayanganku. Ternyata induk ayam sedang mengajak anak-anaknya bermain di kebun. Ketika sore tibaterdengar suara grrrrrrrrrrrrrrr brrrrrrrrrrrrrrrruuuuuuuuuuuuurrrrrrrr Itu adalah suara guntur, langit terlihat mendung. Sebentar lagi pasti turun hujan. Maka induk ayam yang pandai itu, segera mengajak anak-anaknya berlindung di bawah pohon. Hujan pun turun tik tik tik bunyi hujan di atas gentingairnya turun..tidak terhingga Hujan pun semakin lebat, walaupun sudah berteduh di bawah pohon, tetap saja air hujan lebat itu menembus dedaunan, maka ayam itu pun mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayabnya. . Sementara angin yang dingin terus bertiup; aku melihat anak-anak ayam itu tetap hangat di bawah pelukan sayap sang ibu yang memberikan kehangatan sementara dirinya sendiri kedinginan. Untungnya aku datang dan mengambil keranjang dan memasukkan anak-anaknya ke dalam keranjang dan terakhir ibu ayam itu.

Di siang hari yang terik, induk ayam membawa anak-anaknya ke tanah lapang yang terbuka. Ternyata dari ketinggian ada seekor musuh yang sedari tadi mengintai mereka. Burung elang sudah berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk terbang menyambar kawanan ayam tersebut. Rupanya si induk telah memiliki insting untuk mengantisipasi setiap hal buruk yang terjadi kepada anak-anaknya. Dengan cekatan ia mengumpulkan anak-anaknya dibawah rentangan sayapnya. Tak lama kemudian sang elang menerkam ibu ayam itu dan mencengkeram tubuhnya, sementara anak-anaknya aman di bawah sayapnya. Si elang terbang ke langit membawa induk ayam itu dan membunuhnya dan induk ayam itupun mati. KESIMPULAN Nah adik-adik, Tuhan itu mengasihi kita seperti induk ayam sangat mengasihi anakanaknya. Seperti induk ayam memberi makan anak-anaknya demikian juga Tuhan memelihara hidup kita setiap hari, menyediakan makanan untuk kita makan, rumah tempat kita tinggal, uang untuk kita bisa sekolah, dll Seperti induk ayam melindungi anak-anaknya dari hujan, badai, demikian juga Tuhan melindungi kita. Bahkan seperti induk ayam rela mati disambar Elang asal anak-anaknya selamat, demikian juga Tuhan rela mati di kayu salib demi menyelamatkan kita. Ayat mas: I Yohanes 4: 19 Kita mengasihi , karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.

Anda mungkin juga menyukai