Anda di halaman 1dari 6

Siang itu aku ada jadwal tahfiz dengan ustadzah Aan.

Aku senang tahfiz bersama ustadzah Aan karena


ustadzah Aan sering bercanda, aku pun kadang-kadang
aku juga sering mengobrol dengan utadzah dan aku
sering boleh main hamster punya anak ustadzah setelah
selesai tahfidz sambil menunggu abi menjemput aku.
Sebelum tahfiz aku shalat dzuhur karena jadwalnya jam
satu.
Aku siap-siap memakai gamis, Al-Qur’an, buku tulis dan
pensil. Semua aku taruh ke dalam tas.
Setelah itu aku menunggu abi siap, oh iya aku belum
pakai kaos kaki! Pakai dulu kaos kaki, yeay aku sudah siap
Abi juga sudah siap, aku pun pamit ke ummi lalu aku naik
motor, Bismillahhirahmanirahim. Brrmm brrmm aku
berangkat tahfiz, diperjalanan aku menikmati
permandangan padang rumput dan bunga-bunga
bermekaran, indah sekali permandangan itu.
Walau siang itu terik tapi udara disepanjang jalan terasa
begitu segar.
Mendekati tempat tujuan, aku minta diturunkan dijalan
dekat rumah ustadzah, kira-kira 50 meter sebelum
rumahnya. Jalan kaki memang menyenangkan, bikin
badan segar, bergerak. Lagi enak-enak jalan kog di sepatu
sebelah kiri ku ada rasa yang kurang enak kayaknya,
Ada rasa geli yang menganggu pikiranku. Penasaran?
Karena penasaran aku buka sepatu aku sebelah kiri,
repot juga buka sepatu.
Setelah aku buka sepatu ternyata ada cicak itu masih
hidup di dalam sepatuku!
Aku menjadi deg-degkan karena si cicak hidup itu ^_^
Setelah aku sudah tidak deg-deggan lagi aku perjalanan
ketujuanku.
Setelah kejadian itulah aku kalua ketemu cicak akau
merasa dikakiku ada cicak jadi geli, hiyy.

Mungkin aku trauma dengan cicak.


Tentang Cicak:
Kisah Cicak dalam Sejarah Pekembangan Islam
Kisah cicak yang legendaris ini terjadi saat Nabi Ibrahim
as dilempar hidup-hidup ke dalam kobaran api yang telah
disiapkan oleh Namrud Ibn Kan’an, ia adalah seorang raja
yang pertama kali mengaku-ngaku sebagai Tuhan dari
kerajaan Babilonia atau yang sekarang dikenal dengan
Negara Irak.
Dalam peristiwa ini dikisahkan terdapat dua ekor
binatang yang turut berperan, yakni semut dan cicak. Jika
semut berpihak pada Nabi Ibrahim as maka cicak malah
berpihak kepada sang raja, Namrud Ibn Kan’an.
Dalam cerita itu semut dengan susah payah berlari-lari
membawa butiran butiran air yang ada di mulutnya
untuk memadamkan kobaran api yang membakar tubuh
Nabi Ibrahim as. Kemudian seekor burung berkata
mewakili keheranan semua binatang yang menyaksikan
peristiwa tersebut.
“Tidak mungkin setetes air yang ada di mulutmu mampu
memadamkan kobaran api yang sangat besar itu.” sahut
si burung. Namun kemudian semut menjawab “Memang
air ini tidak akan bisa memadamkan api itu, tapi ini
kulakukan paling tidak semua akan melihat bahwa aku di
pihak yang mana.”
Dari peristiwa tersebutlah akhirnya banyak hadis yang
mengisahkan tentang bagaimana peranan cicak dalam
mempersulit penyebaran Islam pada masa Nabi Ibrahim
AS.
Di antaranya adalah dalam sebuah hadis muslim yang
mengisahkan bahwa cicak adalah tersangka utama yang
meniup dan memperbesar kobaran api sehingga
membakar Nabi Ibrahim.
Dalam agama Islam adalah Sunah. Hal ini disebabkan
oleh kisah cicak yang akhirnya berpihak kepada Namrud
Ibnu Kan’an untuk ikut membakar Nabi Ibrahim AS.
Beberapa hadis bahkan sangat menganjurkan umat
muslim untuk membunuh cicak yang mendapat gelar
sebagai hewan fasiq dari Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam.
Imam Nawawi dalam syarah shahih Muslim
menyebutkan ‘illat bahwa cicak digolongkan hewan yang
fasiq karena ia merupakan hewan yang memberikan
dampak Sumber mudharat dan mengganggu manusia.
(dari: Dalamislam)
Cicak termasuk hewan yang memakan seranga sama
seperti Kodok dan lain lain. Dia adalah Reptilia alias reptil

Anda mungkin juga menyukai