Anda di halaman 1dari 4

Teks Cerpen

ABDUR RAFIQ NASHARUDIN MUHAMAD IX D

SENJA INDAH MENJADI PAGI DUKA

HAIII Ini merupakan Pengalamanku bersama teman temanku di bulan Agustus lalu di tahun
2023.Perkenalkan namaku Afiq Dan ini cerita ku bersama ke 4 temanku Ada Iyan,Iyas,Dika,Naban.

Kisah ini dimulai pada suatu siang saat aku sedang bersantai santai di teras rumahku menikmati siang
panas di temani angin segar yang berhembusan. Sesaat sebelum aku memejamkan mata di kursi
panjang yang berada di teras rumahku aku di kagetkan dengan suara seseorang yang memanggilku.

“Fiq ayo dolan ngisis neg pinggir kali panas panas ngeneki penak mestine”

Ucap Dika

“wah do ngageti wae “ jawabku

“ Yo Sory Fiq aku ra reti nek kowe turu mau, yowis gek siap siap karo jupuk Golok sikik kono”

Ucap Dika
“ Yo sik”Balasku

Setelah bersiap siap aku menggambil golok dan menyelipkan di dekat celanaku.Setelah persiapan
selesai kami berlima pun pergi berjalan santai melewati perkampungan yang terasa sepi siang itu
mungkin para warga sedang beristirahat atau tidur siang karna waktu itu suasanya panas tapi sejuk
jadi bisa dibilang waktu yang pas untuk tidur siang .Kami berjalan beriringan saat perjalanan kami
bertemu dengan kakeknya Dika yang bernama Mbah Miturut .Dia Bertanya kepada kami mau pergi
kemama siang siang begini.

“Eee kowe do arep neg ndi panas panas ngeneki dolan mending turu neg omah penak,la do arep neg
ndi kok gowo golok ki arep neg kali po?” Tanya mbah Miturut

“ Ho mbah” Jawab kami berlima kompak

“ Yo wis ati ati neg kali ne yo” pesan mbah Miturut

“Yo mbah” Jawab kami

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju sungai yang berada di Desaku itu. perjalanan kami
di iringi canda tawa yang menambah suasana menyenangkan di kala itu.Setelah menempuh
perlanan 150 meter kami sampai di Jalan setapak yang di samping kirinya mengalir sungai yang besar
dan airnya jernih sekali. Sebelum berjalan di jalan setapak itu kami berlima menggambil golok di
setiap samping celana kami untuk membersihkan jalan yang akan kami lewati karna banyak semak
belular yang menghalangi jalan kami. Hal itu untuk berjaga jaga agar mengantisipasi Hal hal yang
tidak di inginkan mengingat masih sering Di jumpai beberapa hewan berbahaya Seperti
Ular,Biawak,Garangan,musang,dan Beberapa serangga berbahaya lainnya. Saat berjalan Iyan
memimpin Di depan. Di sepanjang perjalanan terlihat pohon pohon besar pohon bambu dan semak
belukar lainnya. Saat sudah berjalan sekitar 50 meter Iyan menghentikan jalannya kami yang melihat
itu sudah hafal pasti Ada sesuatu di depan sana. Dan saat kami melihat Terdapati seekor biawak
dengan besar seperti anak anak sedang tertidur di bawah pohon besar . Iyas yang melihat itu
memiliki rencana untuk menangkap hewan itu.

“ He ayo di cekel wae mumpung biawak e turu ayo gopek empring go gebugki tapu ujunge di gawe
lancip lumayan nek kecekel iso go party rica rica mengko bengi” Ucap Iyas

“Yo ayo” jawab kami berlima serentak.

Setelah itu kami memotong bambu yang berjarak jauh dari tempat biawak itu tidur agar tidak
membuatnya terbangun dari suara orang memotong bambu. Setelah selesai memotong bambu
dengan panjang 1 meter Iyas mengawali menangkap hewan itu aku Dika Iyan dan Naban mengitari
hewan itu. Setelah dekat Iyas menghadapkan bambu itu di atas kepala biawak itu dan
mengangkatnya dengan tinggi dan Buggghhhh Terdengar suara pukulan yang keras ternyata Iyas
berhasil mengenai kepala hewan itu, kami berlima yang sedari tadu mengitari hewan tersebut
langsung ikut membantu Iyas memukul hewan tersebut. Setelah terlihat lemas Iyas langsung
menggambil goloknya dan menyembelih hewan tersebut sampai hewan tersebut mati. Setelah
hewan itu mati Iyas mentelfon ayahnya untuk menggambil hewan hasil buruan kita untuk di bawa
pulang dan membuat rica rica nanti malam. Tak menunggu waktu lama ayah Iyas sudah mengambil
hewan tersebut dan sudah membawanya pulang.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju tempat kami akan menikmati sore yang indah. Kami
berjalan urut karna jalan yang kami lalu i merupakan jalan setapak. Setelah berjalan kurang lebih 10
menit kami sampai di spot sungai tempat kami biasa berenang dan santai santai . dipinggir sunggai
terdapat pohon munggur yang biasa kami jadikan tempat berteduh saat cuaca panas. Setelah
melepas baju dan golok kami pun menyeburkan diri ke sungai tersebut rasa segar langsung
menyambut tubuhku saat aku sudah menceburkan diri ke sungai tersebut. Setelah kurang lebih ada
sejam kami berenang kami keluar dari sungai dan bersantai di bawah pohon munggur.

Karna lapar dan beruntungnya di dekat sungai ada sawah yang di tanami singkong dan jagung kami
memiliki ide untuk membakar jagung dan singkong. Tanpa waktu lama Iyan dan Dika pergi hendak
menggambil jagung dan singkong Namun baru menggambil jagung ada suara kakek kakek marah
yang terdengar di suara mereka berdua Dan ternyata itu suara mbah Miturut yang mempergoki aksi
mereka.

“ BOCAH KURANG AJAR SIK NGAJARI SOPO NYOLONG KO NGENE RA DONG TENAN DADI
MENUNGGO” marah mbah miturut

“la wei ngopo ngurusi uripku urusono uripmu dewe” balas Dika yang terlihat Emosi

“ KURANG AJAR BOCAH WANI RO MBAH NE DEWE “ maki mbah Miturut.

“menengo kowe ki” balas dika sambil mendorong simbahnya hingga terjatuh. Iyan yang melihat itu
langsung membantu mbah Miturut untuk berdiri dan terlihat nafas kakek itu terengah engah
sedangkan dika pergi meninggalkan kakeknya dan kembali ke bawah pohon dan membakar jagung
itu dengan yang lain. Sementar beruntung ada tetangga Dika yang lewat alhasil lyan meminta
bantuan kepadanya untuk menghantar mbah miturut pulang ke rumah.

Setelah itu Iyan kembali dan bergabung di antara kami. Saat jagung matang di iringi dengan matahari
yang mukai tengelam di arah barat yang membuat langit berubah menjadi oranye sungguh suasana
yang indah. Karna sudah mau malam kami kembali ke rumah dan bersih bersih.

Malamnya kami berkumpul di tempat kami biasa ngumpul dan membuat rica rica biawak yang kami
tangkap tadi. Tetangga juga banyak yang bergabung menikmati enaknya daging hewan itu sampai
habis dan bersih. Sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari kami tidur di tempat itu
karna sudah biasa setiap malam minggu tidur di tempat itu. Biasanya Dika tidak ikut tapi malam itu
dia ikut, mungkin masih marah dengan perkataan kakeknya itu.

Tak terasa matahari mulai terbit dan di iringi kokokan ayam jantan akan tetapi kami masih terpejam.
Kami di bangunkan dengan pengumumam orang meninggal di masjid yang kebetulan deket dengan
tempat kami biasa nongkrong. Kami kaget dan saling tatap karna yang meninggal adalah mbah
Miturut.

Dika langsung berlari ke arah rumahnya yang sudah terdapat banyak orang kerja bakti membuat
tenda dan membantu proses pemakanan nantinya. Di saat yang sama terdengar sirine Ambulance
yang mendekat dan berhenti di depan rumah Dika. Dika tak kuasa menahan air mata dan menjerit
histeris karna melihat sang kakek sudah terbungkus kain kafan dan ti tutupi jarik. Dia histeris dan
meminta maaf karna kelakuannya kemarin. Ternyata menurut ayahnya Dika Mbah Miturut setelah di
bawa pulang oleh tetangga keadaannya drop dan langsung di bawa ke Rumah sakit akan tetapi
sampainya di Rs beliau tak sadarkan diri dan dinyatakan meninggal Dunia karna serangan jantung.
Dika yang mendengar penuturan sang ayah tambah histeris sejadi jadinya karna merasa bersalah
kepada sang kakek. Mbah Miturut di makamkan hari itu juga dan di hadiri banyak tetangga Dika
meratapi kepergian kakeknya dengan tangis saat pemakaman sudah selesai. Setelah itu kami pulang
dan beristirahat Di rumah masing masing Dan ceritapun selesai.

Sekian
Biografi penulis

Lahir Di Batam kepulauan Riau pada tanggal 8 Mei 2008 merupakan anak pertama. Tinggal di Bantul
Dan sedang mengenyam pendidikan Di Smp N 1 Bantul . Siswa kelas IX D mempunyai hoby
berenang.

Sering Di panggil dengan nama Afiq oleh teman temannya. Di besarkan Di Yogyakarta dan pindah ke
Bantul pada tahun 2016.

Suka banget jalan jalan dan selalu ingin tahu akan hal baru itulah Afiq.

Mungkin itu aja sih

Anda mungkin juga menyukai