Anda di halaman 1dari 9

PERNIKAHAN DI ATAS BALAI

(Di angkat dari cerita rakyat Teluk Makmur)

Dulu bernama Negeri Puak Kini bernama Medang Kampai Harap supaya adat tidak hilang dan rusak Kami ungkapkan adat pernikahan di atas balai

Negeri nelayan tentulah di tepi laut Dulu Puak kini menjadi Teluk Makmur Cerita berkembang dari mulut ke mulut Kini tersaji untuk bahan bertutur

Tersebut kisah pada masa yang silam di daerah Puak. Ada sebuah cerita rakyat konon seorang pemuda tampan berperawakan kurus tinggi, hidung mancungberkulit hitam manis dengan gigi yang rata serta putih, pemuda ini sangat berwibawa karena ia adalah keturunan Batin Sederak, pemuda ini pendiam dan apabila berbicara suaranya menggema membuat orang maupun sarwa terdiam, maka dia disebut atau dipanggil Sipetir. Sifat pendiam dan sering menyendiri kiranya pemuda telah jatuh hati pada seorang putri bunian (orang halus) di bukit pelentong ( Pau Lim Tong ) . karena orang bunian atau putri bunian maka disebut oleh masyarakat di situ dengan sebutan hantu kebughu(antu keburu) yaitu makhluk halus (orang bunian) sebagai penunggu atau penjaga hutan. Ia di panggil namanya Siti Unan karena orangnya berkulit putih, hidung mancung berparas cantik bermata sipit, ada sebagian masyarakat konon menggangap putri ini datang dari negeri Yunan(china). Setelah mengetahui tentang percintaan antara Sepete dengan Putri Unan tadi maka Bathin Seneghak(senerak) membuat acara upacara peminangan. Setelah diadakan perundingan secara ritual, antara pihak Bhatin Seneghak dengan keluarga Siti Unan, maka di buatlah tujuan persyaratan : 1. Pihak laki-laki Bathin Senderak harus datang dengan sebuah lancang yang berhias lampu dan bunga pada tengah malam yang bernama LANCANG BALAI 2. Membuat satu balai di kuala sungai Datuh Hakem, telaga itu yang bernama balai mandi sipemuda tersebut harus mandi di telaga sambil berbedak langir dengan santan kelapa hijau setelah bermandi uap dan membersih diri dengan air bunga, barulah ia menuju bukit Pelentong. 3. Di bukit Pelentong sang pemuda harus membangun balai bertingkat tiga yang di beri nama Balai Kemujok di balai ini sang pemuda mengadakan upacara peminangan dengan menyguhkan tepak sirih yang di bawa oleh petua adat (pemimpin acara adat) yang disaksikan oleh kedua orang tua. 4. Di balai kemojok ini diadakan pestar pertunangan, setelah perundingan dibuat dan menentukan hari upacara perkawinan, dilanjutkan dengan mengharitas tanda di bukit Seludung, disana ada

sebuah balai bertingkat lima yang bernama Balai Pesembah. Disini diadakan upacara ritual dengan berbalas pantun sebagai perjanjian yang mengikat. 5. Acara pesta pernikahan di bukit Kerikil selama 7 hari 7 malam di adakan pesta rakyat dari berandam,berinai,dipadukan dengan tari sampai hari ke tiga ijab kabul, dengan upacara berdah sampai pagi. Pada siang harinya diadakan upacara berarak sesampai nya pengantin laki-laki ke balai pengantin perempuan yang bernama balai berandam tujuh tingkat. Disini pengantin laki-laki disambut dengan pencak silat dari kedua belah pihak. Kemudian pengantin di bawa masuk pada pintu pertama pada tingkat pertama dengan upacara membuka pintu, membalas pantu kemudian diteruskan kepintu tingkat dua, demikian pula dengan membawa uang membuka pintu di pintu ketiga dimana disinilah upacara puncaknya dimana mempelai perempuan turun dari anjungan tingkat tujuh meuju tingkat tiga, di tingkat tiga inilah pengantin di persandingkan. Selesai upacara persandingan sepasang pengantin turun ke anjungan lantai kedua, sebelum turun ke lantai kedua pengantin terlebih dahulu naik kelantai ke empat untuk upacara makan berhadap. Tem[at hiburan disajikan dilantai dasar, yang merupakan tempat tetamu mengucapkan salam. 6. Dibalai Mani (balai mandi) setelah upacara persandingan keesokkannya diadakan upacara mandi sampat atau mendi kembang setaman dengan memecahkan kelapa hijau yang ada di atas kepala sepasang pengantian airnya dimandikan kepada kedia pengantin. Setelah selesai mandi malamnya diadakan upacara sembah mertua kedua belah pihak keluarga. 7. Acara terakhir berbulan madu ditasik sembilan disana ada balai pemain sembilan tingkat disini pengantin berbulan madu selama tujuh purnama.

Setelah kandungan tujuh bulan sang istri tidak boleh lasak atau bergerak keras atau membuat kerja berat. Setelah kandungan berumur tujuh bulan, sang suami mengadakan upacara menempah bidan atau dukun beranak. Sang dukun menyembah setiap sudut rumah dengan mengadakan upacara menyemah kampung dengan pemuka adat. Kemudian menyiapkan peralatan persalinan sepertisembilu buloh(bambu) yang di buat seperti pisau kemudian benda ini dibersihkan dengan daun obat, kemudian di jemur sampai kering, lalu di bungkus kain tiga lapis, yaitu putih,kuning dan hijau. Pada malamnya diadakan upacara Tolak Bala untuk mengusir roh-roh jahat yang menggangu kelahiran sang bayi dan memanggil rohroh baik sebagai penjaganya. Setelh kandungan sebilan bilan sepuluh hari, pada saat ini rumah di jaga oleeh seorng pawang. Dibawah rumah diletakkan abu dapur,duri rotan,duri rimbang dll. Beberapa orang laki-laki termasuk sang suami tidak boleh tidur malam sampai kelahiran bayi, diatas pintu-pintu, jendela-jendela juga dipasang duri tersebut. Yang di ikatt dengan perca kain tiga warna, merah,kuning dan hitam, yang berarti merah pembungkus rohani, kuning pembungkus jasmani dan hitam pembungkus nurahi. Setelah lahir sang bayi disambut dengan dulang emas atau talang emas atau suasa di sini acara pemotong tali pusat dengan menggunakan sembilu buloh. Kemudia sang bayi di bersih kan dengan air bersih yang sudah di campur dengan bahan obat-obatan yang terbuat dari akar kayu, sedangkan tembuni(kakaknya) setelah di bersihkan dikafanin dengan kain putih dan ditanam dibawah pohon pisang kuburan tembuni tadi di letakkan abu dapur dan duri pandan atau pun duri yang panjang serta di hidupkan lampu pelita maksudnya untuk menghindari makhluk jahat. Kemudian setelah mandi sibayi dibendungi lalu sang bayi di susui dengan susu ibu pertam dengan terlebih dahulu membasahi bibr sang bayi dengan madu lebah, selesai menyusu sang bayi di tidurkan diatas tikar pandan yang di bawah nya dialas dengan daun ribu-ribu sebagai kasur,

sedangkan kepalanya dialaskan dengan bantal yang berisi beras atau bantal beras. Menjelang sepekan diadakan upacara penabalan nama atau memberi nama, cukur rambut dan naik buaian. Maka sang bayi pertama anak dari Sipete dengan Siti Unan di beri nama Ribu-Ribu (ghibughibu). Upacara pada waktu itu adalah marhaban sambil memotong rambut si bayi dengan peralatan air kelapa muda,gunting,pisau lipat, air bunga mawar, beras kunyit dan bunga rampai. Setelah si ghibu-ghibu berumur empat puluh hari diadakan pula adakan pula acara Turun Tanah disini diadakan balai Seghaken (balai serakan) yang bermaksud serasi satu tingkat, setelah matahari terbit si bayi dimandikan dibalai dengan air bunga suam kuku, setelah bersih si bayi di beri gurita yang telah disapu diperutnya dengan air mumbang kelapa hijau,kemudia di papah diatas rumput yang basah berembun sampai matahari terbit(panas pagi) barulah si bayi disusukan oleh ibunya. Ke esokan harinya diadakan acara mandi cakar ayam, acara ini diadakan untuk melepaskan keterikatan dengan bidan. Sang ibu berserta anaknya dimandikan dengan air bekas cakaran ayam seslasih. Diambil sebilah papan lantai rumah, kemudian di bersihkan, ayam jantan tadi dimandikan. Diatas papan, kemudian kaki ayam dicakar-cakar diatas papan tadi lalu air nya di alirkan pada bejanan yang terbuat daripada kayu, sang ibu dan anak tadi mandi didalam bejana tersebut yang sudah di beri ramuan bunga-bungan dan limau purut yang sudah di tawari oleh sang duku beranak, kemudian sang ibu di bawa kee suatu bilik untuk bertangas, di sana sudah disediakan aair panas yang di jerang diatas tungku dengan kayu bakar. Pada api di taburi dengan kemenyan dan harum-haruman. Sang ibu di naikkan di atas jerangan air tadi sambil berbedak kasai kemudia ditutupi dengan tikar pandan selama lebih kurang 30 menit, setelah itu mandi lagi dengan air kembang. Menjelang petang san ibu berdandan dan mengkiasi tempat tidur, sedangkan sang bayi tidur di buaian yang di beri kelambu gantung, diatas ujung kepala si bayi diletakkan pisau lipat sedang kan dibawah buai diletakkan dupa yang dikelilingi duri.

Dengan demikian lah peristiwa seterusnya dari keturunan suami istri (Sipete dengan Siti Unan) sampai mereka dikaruniai tujuh anak kesemuanya perempuan. Yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Putri Rhibu-Rhibu. Putri Sempang Putri kandis Putri Belanak Putri Ridepe Putri Sebu andak. Putri tinggal dipanggil sipesan,pinggangnya ramping,kulitnya putih, rambutnya panjang,giginya putih dan rapi profesinya sebagai penasehat dan ahli hukum Shahdan hikayat bahwa ketujuh putri ini mempunyai harium peliharaan dan bertindak sebagai pengawal sebagai kemana pergi.

Konon kabar nya pasangan keluarga sipete degan siti unan ini hidup rukun dan damai. Sipete diangkat menjadi datuk yang bergelar datuk panglima hitam sedangkan siti unan di pangggil mak unan atau serendah, karena orang nya cantik dan tubuhnya rendah. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sedang kan tahun terus berganti tahun, tersebutlah kisah seorang putri yang datang dari Deli tua yang bernama Ence Sinia. Beliau menurut cerita adalah putri hijau yang lari dari daerah kerajaan Deli tua tersbut, karena dikejar oleh raja dari aceh yang ingin menjadikan putri hijau sebagai istrinya, tetapi pinangan itu di tolak, konon putri hijau ini tersohor sangatlah cantik, ia mempunyai saudara kembarnya sepucuk meriam yang bernama Lela dan seekor naga bernama Berhala, ketika adanya serangna dari Aceh, putri hijau membuat benteng dari batu yang sangat kokoh tetapi karena karena bala tentara aceh yang begitu kuat, akhinya putri hijau melarikan diri dari kejaran pasukan aceh tersebut dari selat malaka. Konon kisah ini menerangkan bahwa adek nya (naga) menjelma menjadi perahu dan membawa kakaknya beserta inang pengasuh dan beberapa orang pengawal, rencana semula akan pergi kemalaka, berhubung banyaknya perahu

aceh yang tersebar di selat malaka dan juga di daratan, maka mereka pun singgah disuatu bukit tempat bekas pemukiman cina di bukit Pau Lin Tong(bukit pelintung) disini ia disambut oleh keluarga datuk panglima hitam, tetapi hal tersebut lama kelamaan tercium jugapanglima perang aceh yang berada di hulu sungai jantan (siak kecil sekarang) kahirnya disebarkanl lah pasukan aceh menuju tempat persembunyiannya di bukit Seludong, bukit ini dulunya bernama bukit selendang karena waktu putri hijau lari tertinggallah selendang diatas batu, akhirnya dinamakan batu Seludong. Sedangkan putri hijau di larikan oleh adik sepupunya Sultan Allaudin Rhiayatsyah ke melaka, karena raja malaka tertarik hati dengan putri hijau makan dilarikan lagi ke bintan, di bintan raja bintan juga ingin mempersunting putri hijau tesebut, akhirnya lari kepulau Sugi, ia di tawari oleh orang suku laut untuk melepaskan dirinya ditinggalkannya subang emas dari telinga nya sebelah dan ia pun terus mencarinya adiknya sinaga di pulau berhala kepulauan Riau. Disatu pihak setelah pasukan Aceh sampai disana gua batu tertutup sangking marahnya mereka, mencincang batu penutup gua dengan pedang dan tombak, datanglah utusan raja aceh bernama Mambang Sugara yang sangat kejam. Raja Nyanyo sangat tertarik akan wajah ketujuh putri ini dengan ilmu kesaktiannya awalnya dipinanglah yang paling cantik untuk istri nya, tetapi ditolak oleh panglima hitam dengan mak unan, maka murkalah raja Nanyo. Dalam diam-diam raja Nyanyo memerintahkan kepada prajuritnya untuk menyembunyikan 7 putri ini kedalam lubang, tujuannya akan dijadikan istrinya ketujuh-tujuhnya sedangkan mak unan. Disangkanya putri hijau ditawan diserahkan kepada raja aceh, terbitlah murka panglima hitam lalu menyarankan seluruh pngawalnya harimau-harimau untuk membantu menyerang pasukan aceh, terjadilah perperangan yang di bantu oleh bansang-bangsa jin dan satwasatwa lainnya, perperangan yang panjang terjadi entah beberapa purnama, panglima aceh tersebut dapat di pancung kepalanya dan hanyut di muara sungai belumai(sngai dumai) dan menjadi puaka di kuala yang dangkal(toho) karena raja Nyanyo di anggap durhaka maka dikuala sungai dumai terkenallah istilah penunggu yang bernama panglima dakoho(panglima durhaka hanyut

didaerah toho). Setelah perang usai panglima hitam mencari ketujuh putrinya sudah hilang pada malamnya ia bermimpi bahwa ketujuh anaknya sudah menjadi bangsa peri kalau ayahnda ingin berjumpa, ahyanda haarus berpuasa selama 7 hari 7 malam tidak makan dan minum dan akhirnya ayahnya melakukan pertapaan dibukit tempurung lalu hilang dan gaib pula menjadilah ia sebagi penunggu dikawasan ketujuh bukit di daerah Pelintung.

Tugas Kebudayaan

CERITA Rakyat Dumai

DIBUAT OLEH : 1.Agus Santoso 2.Andy junianto

Anda mungkin juga menyukai