Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN DIREKTUR KEPOLISIAN UDARA BAHARKAM POLRI NOMOR : 31 TAHUN 2011

TENTANG PENYELENGGARAAN S.A.R KEPOLISIAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR KEPOLISIAN UDARA BAHARKAM POLRI,

Menimbang :

1.

Search and Resque (S.A.R) adalah merupakan kewajiban moril bagi setiap orang dan bersifat sukarela yang dilakukan terhadap jiwa manusia dengan mempertimbangkan faktor ekonomis; Polri merupakan salah satu komponen dari sistem S.A.R Nasional, dan dalam setiap pelaksanaannya dibawah koordinator Badan S.A.R Nasional (BASARNAS); Polri memiliki fasilitas dan kemampuan untuk melaksanakan pencarian serta memberikan pertolongan S.A.R dengan mengerahkan unsur-unsur satuannya; Direktorat Kepolisian Udara sebagai satuan yang mempunyai kemampuan S.A.R, merupakan salah satu unsur S.A.R Polri dalam pelaksanaan SAR dapat melaksanakan tugas secara mandiri maupun dibawah kendali S.A.R Polri, Badan S.A.R Nasional (BASARNAS);

2.

3.

4.

Mengingat

1.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, tanggal 12 Januari 2009); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pencarian dan Pertolongan; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1972 tentang Badan SAR Indonesia; Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; Peraturan Kapolri Nomor : 21 Tahun 2010 tanggal 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia; Surat Keputusan Kapolri Nomor : Kep / 606 / X / 2010 tanggal 5 Oktober 2010 tentang Standar Biaya Khusus ( SBK ) di Lingkungan Polri TA 2011.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR KEPOLISIAN UDARA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI TENTANG PENYELENGGARAAN S.A.R KEPOLISIAN UDARA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : a. Kepolisian Udara yang selanjutnya disebut Poludara adalah fungsi teknis Kepolisian yang memiliki kemampuan teknis professional yang khas Kepolisian dibidang penerbangan guna melaksanakan kegiatan Kepolisian, operasional Kepolisian dan kontijensi di seluruh wilayah RI. Penerbangan Polri adalah kegiatan baik yang dilakukan oleh pesawat udara Polri maupun pesawat udara non Polri yang digunakan berdasarkan pada aturan-aturan operasional Polri. Penerbangan S.A.R Direktorat Kepolisian Udara Baharkam Polri melaksanakan penerbangannya atas perintah Dirpoludara atau pimpinan Polri yang berwenang mengeluarkan surat perintah; Kepala unit opsnal S.A.R udara adalah captain pilot yang memimpin dan mengendalikan pelaksanaan S.A.R udara sesuai perintah pimpinan dengan tetap memperhatikan peraturan keselamatan penerbangan;

b.

c.

d.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2 Ruang lingkup peraturan ini meliputi penggolongan S.A.R Poludara yang terdiri dari : a. b. c. d. e. f. Sasaran S.A.R Poludara; Perencanaan S.A.R Poludara; Susunan tugas S.A.R Poludara; Penyelenggaraan S.A.R Poludara; Koordinasi S.A.R Poludara; Kodal S.A.R Poludara. BAB III PERSIAPAN

Pasal 3

Sasaran S.A.R Poludara antara lain : a. b. c. d. e. f. Menemukan kembali manusia atau materil yang hilang atau dikhawatirkan akan hilang; Mencegah dan mengurangi kemungkinan dari kerugian yang lebih besar; Menyelamatkan dan memberikan pertolongan serta memindahkan korban bencana ketempat yang aman; Menghindarkan korban bencana dari ancaman lingkungan yang tidak menguntungkan di lokasi kejadian; Membantu usaha-usaha kemanusiaan dan menormalkan keadaan; Membantu meningkatkan moril korban bencana.

Pasal 4 Perencanaan S.A.R Poludara antara lain : a. Tahap penilaian segera dilaksanakan setelah adanya suatu gejala / bencana yang membahayakan atau suatu keadaan darurat yang masih belum menentu (ragu-ragu), termasuk dalam tahap ini diterimanya informasiinformasi dari masyarakat atau badan organisasi tentang keadaan-keadaan geografi, ekologi, dan demografi untuk memperoleh data kualitatif; Tahap persiapan, S.A.R Ditpoludara terdiri dari 2 (dua) tim anatara lain terdiri dari tim pencarian dan tim pertolongan, masing-masing satuan terdiri dari beberapa unit tergantung kepada kecil / besarnya bencana yang dihadapi.

b.

BAB IV TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 5 a. S.A.R Ditpoludara dapat dibentuk dalam unit kecil lengkap (UKL) atau satuan tugas S.A.R yang mandiri baik di tingkat pusat maupun di tingkat kewilayahan; UKL terdiri dari unit pencari dan unit penolong dengan jumlah personil yang disesuaikan tingkat bencana yang terjadi; UKL pencari merupakan unit yang menggunakan pesawat terbang dan helikopter dengan dipimpin oleh seorang captain pilot serta membawa

b. c.

d.

anggota resque dan tenaga medis sebagai observer yang apabila sewaktuwaktu diperlukan dapat segera diterjunkan ketempat bencana; UKL penolong merupakan unit yang menggunakan helikopter dengan dipimpin oleh seorang captain pilot serta membawa anggota penolong dan tenaga medis yang dapat diturunkan langsung ketempat bencana.

Pasal 6 a. Operasi S.A.R dimulai dari adanya atau akan adanya berita tentang kebutuhan usaha pencarian dan pertolongan serta telah diuji kebenaranya dan segera menemukan lokasi dengan mengadakan pencarian; Operasi pencarian bertujuan untuk memberikan pertolongan dan penyelamatan terhadap segala bentuk bencana / musibah / kecelakaan yang terjadi; Operasi pencarian dapat dilaksanakan secara mandiri maupun bersamasama unsur S.A.R lainya.

b.

c.

Pasal 7 Tugas dan tanggung jawab UKL pencari antara lain : a. Mengumpulkan,menganalisa dan menterjemahkan berita dari pos dengan atau pihak yang memerlukan pencarian untuk dijadikan bahan perencanaan dalam pencarian; Menganalisa daerah kemungkinan diketemukannya sasaran pencarian; Mengadakan pembagian daerah pencarian; Menuntun petugas SAR lain kearah sasaran; Mengirim data korban ke-pos darurat; Memberikan bantuan darurat kepada korban; Mengadakan koordinasi dengan seluruh potensi yang terlibat dalam operasi pencarian.

b. c. d. e. f. g.

BAB V PELAKSANAAN Pasal 8 Tahap pelaksanaan dimulai sejak satuan S.A.R Poludara diberi arahan oleh Dirpoludara atau yang mewakilinya dan selanjutnya team S.A.R Poludara di

diberangkat kan kelokasi yang sudah ditentukan, melakukan pencarian sesuai rencana S.A.R yang telah di buat, sampai korban / sasaran diketemukan atau sampai pencarian dihentikan; Pasal 9 Sasaran operasi pencarian dalam rangka operasi S.A.R Poludara maupun bersamasama unsur S.A.R lainnya adalah untuk menemukan orang atau materiil bernilai taktis / ekonomis maupun kemanusiaan yang hilang atau dikhawatirkan akan hilang.

Pasal 10 Pola operasi S.A.R baik secara operasi mandiri maupun operasi bersama dengan satuan tugas S.A.R lainnya antara lain : a. b. Satu atau lebih unit pencari dari udara dengan menggunakan fixed wing; Satu atau lebih unit pencari dari udara dengan menggunakan helikopter.

Pasal 11 Pola operasi pencarian dengan disesuaikan luas dan bentuk area bencana antara lain : a. b. c. d. e. Garis lurus sejajar dengan garis lintas (track sasaran yang dicapai); Garis berkelok; Garis tegak lurus dengan lintasan; Bujur sangkar dalam bentuk dam-dam; Lingkaran.

Pasal 12 a. b. Setelah operasi pencarian berhasil menemukan sasaran segera disusul dengan operasi penyelamatan atau pemberian pertolongan; Operasi penyelamatan atau pemberian pertolongan bertujuan untuk mengembalikan hasil pencarian guna memulihkan atau mengurangi korban dan kerugian semaksimal mungkin; Pelaksanaan operasi penyelamatan atau pemberian pertolongan dilakukan dengan usaha pemberian bantuan makanan, obat-obatan dan pertolongan darurat serta penyelamatan materiil.

c.

Pasal 13 Fungsi operasi penyelamatan dan pemberian pertolongan antara lain : a. b. c. d. e. Memberikan sarana guna kelangsungan hidup para korban; Mencegah kerusakan yang lebih parah; Meninggikan moriil; Memberikan makanan dan obat-obatan; Merawat korban secara darurat.

Pasal 14 Kemampuan personil penyelamatan dan pertolongan antara lain : a. b. Mampu memberikan keterangan-keterangan secara cepat, tepat, padat dan aktual tentang hasil penyelamatan; Mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelamatan dan pertolongan secara benar didasari oleh rasa kemanusiaan yang tinggi.

Pasal 15 Pola operasi penyelamatan dan pertolongan antara lain : a. b. c. d. Dropping dari udara sarana guna kelangsungan hidup, obat-obatan, makanan dan lainya; Dropping dari udara regu penolong,guna menolong korban dan menyelamatkan benda-benda berharga; Pendaratan regu penolong dengan pesawat helikopter; Pemindahan korban dan materiil dengan pesawat terbang dan helikopter.

Pasal 16 a. Dalam situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan disekitar kejadian, perlu diadakan pemindahan hasil operasi penyelamatan dan pertolongan ke daerah yang lebih aman; Tujuan pemindahan hasil operasi S.A.R adalah untuk menyelamatkan orang / materiil dari ancaman lingkungan daerah kejadian, serta mencegah kemungkinan lebih parahnya kondisi korban / materiil hasil operasi S.A.R, agar memudahkan perawatan dan pertolongan lebih lanjut;

b.

c.

Pelaksanaan pemindahan operasi penyelamatan dan pemberian pertolongan dilaksanakan dengan atau tanpa menggunakan sarana angkut udara ke tempat yang lebih aman;

Pasal 17 Tugas operasi pemindahan antara lain : a. b. c. d. e. f. Menentukan tempat pemindahan; Menentukan prioritas korban / materiil yang akan dipindahkan; Mengamankan korban, materiil yang tidak dipindahkan; Melaksanakan pemindahan; Mengamankan korban / materiil yang dipindahkan; Memberikan keterangan / laporan hasil pemindahan.

Pasal 18 Kemampuan personil yang melaksanakan tugas operasi pemindahan antara lain : a. b. Mampu menilai keadaan korban dan materiil yang mempunyai prioritas tinggi untuk dipindahkan; Mampu melaksanakan pemindahan, dengan aman, cepat, tepat ke tempat yang dituju.

Pasal 19 Sasaran operasi pemindahan hasil operasi S.A.R adalah mampu menyelamatkan dan menghindari kerusakan yang lebih parah serta korban yang lebih banyak dari ancaman lingkungan daerah kejadian.

Pasal 20 Pola operasi pemindahan antara lain : a. b. c. d. Pengumpulan hasil operasi S.A.R yang akan dipindahkan; Pengarahan menuju sasaran yang ditentukan; Pengguna sasaran, prasarana angkutan yang ada; Pengarahan baik dalam perjalanan maupun setelah sampai di daerah sasaran.

BAB VI S.A.R NASIONAL Pasal 21 Bantuan S.A.R Poludara dalam rangka S.A.R Nasional merupakan upaya Polri untuk ikut berpartisipasi secara aktual dalam tugas-tugas kemanusiaan serta dengan dimilikinya kemampuan personil maupun sarana yang dapat dikerahkan untuk menunjang pelaksanaan S.A.R Nasional.

Pasal 22 Operasi S.A.R Poludara dalam mendukung S.A.R Nasional diselenggarakan dengan mengerahkan satuan tugas S.A.R Poludara atas perintah pimpinan sesuai dengan kemampuan yang ada tanpa mengabaikan kepentingan Polri sendiri.

Pasal 23 Tujuan bantuan S.A.R Poludara adalah mendukung keberhasilan pelaksanaan S.A.R Nasional dengan berazaskan pada kecepatan, ketepatan, ketelitian, tanggap dan tuntas.

Pasal 24 Fungsi S.A.R Poludara dalam rangka S.A.R Nasional antara lain : a. b. Mengadakan koordinasi dengan Basarnas dan potensi S.A.R lain yang terlibat didalamnya berdasarkan perintah pimpinan; Melaksanakan S.A.R sesuai dengan prosedur dan perencanaan yang berlaku. Pasal 25 Pengerahan operasi S.A.R Poludara dalam rangka mendukung S.A.R Nasional dilaksanakan atas perintah pimpinan Ditpoludara sesuai dengan prosedur yang berlaku.

BAB VII KOORDINASI DAN PENGENDALIAN Pasal 26 Untuk melaksanakan kegiatan S.A.R, Ditpoludara dapat melakukan koordinasi dengan : a. b. c. d. e. f. g. S.A.R Polri pusat maupun daerah; Basarnas pusat maupun daerah; Instansi TNI yang berpotensi S.A.R; Instansi sipil yang berpotensi S.A.R; Organisasi masyarakat yang berpotensi S.A.R; Organisasi / badan-badan lain yang dianggap perlu; Di luar negeri dengan negara tetangga dan internasional lainya melalui kerjasama dibidang S.A.R.

organisasi-organisasi

Pasal 27 a. b. Komando dan pengendalian S.A.R Polri secara nasional berada pada kapolri dengan bantuan oleh Assops Kapolri; Komando dan pengendalian S.A.R Poludara berada pada Dirpoludara di tingkat pusat dengan dibantu oleh Kasubditopsudara dan berkordinasi secara ketat dengan Basarnas pusat maupun daerah; Komando dan pengendalian S.A.R Polri di kewilayahan dilaksanakan oleh Kapolda dengan dibantu oleh Karoops Polda dan berkoordinasi secara ketat dengan Basarnas daerah.

c.

BAB VIII ADMINISTRASI DAN LOGISTIK Pasal 27 a. Untuk kepentingan S.A.R Ditpoludara penyelenggaraan administrasi umum harus dilaksanakan secara tertib / benar dan berlanjut serta dapat dapat di pertanggungjawabkan;

b.

Penyelenggaraan administrasi S.A.R Ditpoludara harus disesuaikan dengan petunjuk / ketentuan khusus yang berlaku dalam administrasi Polri.

Pasal 28 a. Logistik S.A.R Ditpoludara Baharkam Polri menggunakan anggaran yang tercantum dalam DIPA Ditpoludara atau menggunakan anggaran kotinjensi Ditpoludara atau Mabes Polri atau menggunakan anggaran dari departemen lain; Perbekalan diatur sesuai dengan ketentuan / petunjuk yang berlaku.

b.

BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Direktur Kepolisian Udara Baharkam Polri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada Tanggal : : Pondok Cabe 2011

DIREKTUR KEPOLISIAN UDARA BAHARKAM POLRI

Ttd Drs. H. DEDDY FAUZI ELHAKIM, MH. BRIGADIR JENDERAL POLISI

BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI DIREKTORAT KEPOLISIAN UDARA

PENYELENGGARAAN S.A.R KEPOLISIAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR KEPOLISIAN UDARA BAHARKAM POLRI NOMOR 31 TAHUN 2011 TANGGAL 1 JUNI 2011

BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI DIREKTORAT KEPOLISIAN UDARA

AMBULANCE UDARA POLRI

PERATURAN DIREKTUR KEPOLISIAN UDARA BAHARKAM POLRI NOMOR 30 TAHUN 2011 TANGGAL 1 JUNI 2011

Anda mungkin juga menyukai