Halaman 1

Desain balok utama plat 9.1 PENDAHULUAN Jenis yang paling umum dari gelagar pelat adalah bagian I berbentuk dibangun dari dua pelat flens dan satu piring web, seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 9.1 dan 9,2. Saat-menolak kapasitas balok utama plat terletak di suatu tempat antara standar dalam bentuk digulung lebar flens dan orang-orang gulungan. Balok utama plat dapat dilas (Gambar 9,2-9,5), dikeling, atau dibaut (Gambar 9.6). Balok utama plat terpaku praktis usang. Sangat sedikit kabur balok utama plat dirancang saat ini. Karena itu, kami hanya mencakup desain Gambar 9.1 Lempeng gelagar di sebuah gedung bertingkat
Halaman 2

Desain balok utama plat 2 dari balok utama plat dilas dalam buku ini. Balok utama plat yang digunakan pada kedua bangunan dan jembatan. Pada bangunan, ketika besar kolom bebas ruang dirancang untuk digunakan sebagai perakitan ruang, misalnya, gelagar pelat seringkali merupakan solusi ekonomis. Di kasus seperti ini, perancang harus memilih antara gelagar pelat dan sebuah truss. Balok utama plat, secara umum, memiliki beberapa keuntungan atas gulungan: Gambar 9.2 Welded plat girder Gambar 9.5 Welded box girder Gambar 9.6 dikeling atau sambungan dibaut plat girder 9,4 Gambar Builtsampai girder dengan T bagian Gambar 9.3 Lempeng gelagar dengan penutup pelat
Halaman 3

Desain balok utama plat 3 1. Koneksi yang kurang penting untuk balok utama plat daripada gulungan, terutama statis determinate gulungan. Dalam statis

truss determinate, satu koneksi buruk dapat menyebabkan runtuhnya truss. 2. Fabrikasi biaya balok utama plat adalah lebih rendah dari gulungan. 3. Balok utama plat dapat didirikan lebih cepat dan lebih murah daripada gulungan. 4. Kedalaman dari sebuah gelagar pelat kurang dari tinggi suatu truss sebanding. Akibatnya, balok utama plat perlu izin kurang dari vertikal gulungan. Hal ini membuat mereka sangat menarik untuk jalan raya bertingkat jembatan. 5. Balok utama plat umumnya bergetar kurang dari gulungan bawah bergerak beban. 6. Lukisan dari balok utama plat lebih mudah daripada lukisan gulungan. Ini berarti biaya pemeliharaan kurang untuk balok utama plat. Sebaliknya, plat girder pada umumnya lebih berat daripada gulungan, terutama untuk bentang yang sangat panjang. Balok utama plat dasarnya membawa beban dengan menekuk. Pembengkokan saat ini kebanyakan dilakukan oleh lempengan flange. Untuk mengurangi balok utama berat dan mungkin mencapai ekonomi maksimal, balok utama plat hibrida kadang-kadang digunakan. Dalam sebuah balok hibrida, pelat flens terbuat dari tinggikekuatan baja dari itu dari web. Atau, dalam gelagar pelat tee-built-up, ditunjukkan pada Gambar. 9.4, dua T bagian terbuat dari baja berkekuatan tinggi dari pelat web penghubung. Desain balok utama plat hibrida juga dibahas dalam bab ini. Tegangan lentur yang diijinkan untuk balok utama hibrida adalah terbatas pada 0,60 M y (ASD F1).
Halaman 4

Desain balok utama plat 4 9,2 POSTBUCKLING PERILAKU PELAT WEB Selain pelat flens dan sepiring web, gelagar pelat sering terdiri dari pengaku antara dan bantalan. Seperti yang disebutkan dalam bagian sebelumnya, kedua pelat flens pada dasarnya membawa lentur saat. Sebuah piring web diperlukan untuk menyatukan dua piring flens dan membawa geser. Pelat tipis web yang rentan terhadap perilaku yang tidak stabil. Pelat tebal membuat web girder yang tidak perlu berat. Sebuah relatif tipis web pelat diperkuat dengan pengaku sering menghasilkan gelagar pelat paling ringan. Gambar 9,7 Analogi antara rangka dan gelagar pelat kaku

Halaman 5

Desain balok utama plat 5 Balok utama plat kaku dirancang atas dasar yang paling kekuatan konsep. Sebagai besarnya beban pada gelagar meningkat, panel web antara pengaku vertikal berdekatan gesper karena tekan diagonal akibat geser. Untuk presentasi teoritis subjek pembaca harus merujuk pada Salmon dan Johnson (1996). Untuk perancang balok utama plat pengetahuan rinci tentang teoritis pengembangan tidak penting. Dia / ia harus, bagaimanapun, memperoleh merasakan perilaku balok utama plat bawah beban meningkat. Jika gelagar pelat telah dirancang dengan baik pengaku, ketidakstabilan dari pelat panel web, dibatasi di semua sisi oleh pengaku melintang dari flensa, tidak akan menghasilkan kegagalan. Bahkan, setelah panel web gesper di geser, balok utama plat berperilaku seperti truss Pratt ditunjukkan pada Gambar. 9.7 (a). Ini kemudian akan mampu membawa beban tambahan. Sebuah pelat kaku gelagar memiliki kekuatan postbuckling cukup besar. Pratt truss Gambar. 9.7 (a) terkena beban terkonsentrasi diterapkan pada tengah bentang tersebut. Dalam truss, anggota vertikal di kompresi dan diagonal dalam ketegangan. Perilaku postbuckling dari gelagar pelat analog dengan perilaku truss ini. Seperti ditunjukkan pada Gambar. 9,7 (b), setelah ketidakstabilan geser dari web terjadi, redistribusi tegangan terjadi; pengaku berperilaku seperti anggota aksial dikompresi, dan bagian yang diarsir dari web berperilaku seperti diagonal ketegangan dalam rangka Gambar. 9.7 (a). Ini truss seperti perilaku disebut ketegangan-bidang tindakan dalam literatur. Para postbuckling kekuatan pelat web mungkin tiga atau empat kali awal tekuk kekuatan. Akibatnya, desain berdasarkan ketegangan-bidang tindakan bisa menghasilkan ekonomi yang lebih baik. Girder hibrida tidak dapat dirancang berdasarkan ketegangan-bidang tindakan, karena kurangnya hasil eksperimen yang cukup.
Halaman 6

Desain balok utama plat 6 9,3 proporsi DARI PELAT WEB Pada tahap awal, kita awalnya harus memilih nilai h kedalaman pelat web. Sebagai panduan umum, pengalaman menunjukkan bahwa rasio kedalaman piring h web untuk rentang panjang L bervariasi dari 1/25 sampai 1/6.

6 1 25 1 L h (9.1) Rasio ini, bagaimanapun, sering dalam kisaran 1/15 sampai 1/10. 10 1 15 1 L h (9.2) Girder lebih dalam umumnya digunakan ketika beban berat (untuk Misalnya, ketika mereka harus membawa beban kolom besar di bertingkat tinggi bangunan). Girder Sangat dangkal dengan 1/25 <h / L <1/15 digunakan sebagai terus menerus plat girder. Dalam desain balok utama plat, kita harus merancang gelagar pelat dengan beberapa nilai yang berbeda dari rasio web kedalaman-ke-span dan menemukan total berat gelagar pelat untuk setiap kasus. Dengan menggambar berat total vs h / L rasio, kita dapat memperoleh ekonomis (perkiraan praktis optimal atau minimal berat) solusi untuk desain kami. Tentu saja, manual desain berulang balok utama plat cukup rumit dan waktumengkonsumsi. Namun, dengan bantuan program interaktif (menjadi dibahas di Sec. 9.12), desain akhir dapat dicapai dengan cepat. Sama sekali desain optimal otomatis balok utama plat kaku agak rumit karena sifat yang sangat nonlinier dari masalah. Abuyounes dan Adeli (1986, 1987) hadir algoritma untuk minimum berat desain pelat baja hanya didukung homogen dan hibrida girder. Adeli dan Chompooming (1989) berat minimum ini
Halaman 7

Desain balok utama plat 7 desain terus menerus balok utama plat prismatik dan nonprismatic. Adeli dan

Mak (1990) sekarang berat desain minimal jembatan gelagar pelat akibat beban bergerak. Dalam buku ini, bagaimanapun, pendekatan kami adalah interaktif desain yang disajikan di Sec. 9,12. Setelah rasio h / L telah dipilih, kedalaman pelat web akan diketahui. Langkah berikutnya adalah memilih ketebalan web. Web ketebalan dipilih berdasarkan dua kriteria berikut: 1. Pelat web harus memiliki kekuatan tekuk cukup untuk mencegah vertikal tekuk dari sayap tekan ke web. 2. Pelat web harus membawa semua kekuatan geser. Dalam perhitungan kekuatan geser dari web, diasumsikan bahwa distribusi tegangan geser adalah seragam di seluruh kedalaman web. Gambar 9.8 Meremas web karena lentur dari gelagar selama keteganganbidang tindakan
Halaman 8

Desain balok utama plat 8 Selama perilaku postbuckling dari pelat web, lentur kelengkungan dari gelagar pelat menghasilkan kekuatan tekan di web piring, seperti ditunjukkan pada Gambar. 9,8. Angka ini menunjukkan sebagian dari gelagar pelat terletak di antara dua bagian tetangga. Karena bentuk dibelokkan dari balok utama, F gaya tekan 1 , Yang bekerja pada kompresi atas flange dan gaya F ketegangan 2 bertindak dalam flens bawah ketegangan membuat tekan pasukan F 3 pada pelat web. Pelat ini harus memiliki cukup tekuk kekuatan untuk melawan kekuatan tekan F 3 . Untuk memenuhi ini kebutuhan, sesuai dengan ASD G1, web kedalaman ketebalan rasio harus tidak lebih besar dari 1

, Yang merupakan fungsi penurunan tegangan luluh F kompresi flens yf . F yf F yf F yf Gambar 9,9 F yf F yf F yf
Halaman 9

Desain balok utama plat 9 2 /1 1 )] 5. 16 ( [ 000 , 14 + = yf yf w F F t

h (9.3) Variasi 1 dengan F yf ditunjukkan pada Gambar. 9,9. Persamaan ini berasal dari analisis stabilitas dari pelat web, dengan mempertimbangkan efek dari tegangan sisa tetapi tanpa termasuk pengaku melintang. Untuk pengaku dekat jarak - yaitu, ketika jarak dari transversal pengaku yang tidak lebih besar dari 1,5 kali jarak antara flensa rasio membatasi 1 meningkat menjadi 2 . h . sebuah F t h yf w 5 1 en wh 000 ,2 2 = (9.4) Variabel

2 juga ditunjukkan pada Gambar. 9,9. Perhatikan bahwa perbedaan antara 1 dan 2 meningkat dengan peningkatan tegangan luluh. Untuk tinggi kekuatan baja, 2 jauh lebih besar dari 1 . Untuk memenuhi kriteria kedua, kita harus memiliki v w hf V tI (9.5) di mana V adalah gaya geser dan F v adalah tegangan geser yang diijinkan diberikan dalam ASD F4. 40 .0 89 .2 y v y v F C F F

= untuk 380 y w F t h > (9.6) dimana

Halaman 10

Desain balok utama plat 10 = v C 2 ) / ( 000 , 45 w y v t h F k ketika C v 0,8 y w v F t h

k / 190 ketika C v > 0,8 (9.7) = v k 2 ) / ( 34 .5 00 .4 h sebuah + ketika / jam <1,0 (k v > 9,34) 2 ) / ( 00 .4 34 .5 h sebuah + bila / h I 1,0 (9.8) Perhatikan bahwa C v adalah rasio tegangan geser di tekuk dengan yield geser stres (Salmon dan Johnson, 1996). Untuk balok-balok hibrida, F

y dalam Pers. (9.6) dan (9,7) adalah tegangan luluh baja web. Kita dapat meningkatkan tegangan geser yang diijinkan dengan mengandalkan pada postbuckling tindakan perilaku dan ketegangan-bidang pelat web, asalkan bahwa kondisi berikut terpenuhi (ASD F5 dan G3): 1. Para gelagar pelat bukan satu hibrida 2. Pengaku Menengah disediakan 3. C v 1,0 (9.9) 4. A / h H [260 / (h / t w )] 2 (9.10) 5. A / h H 3,0 (9.11) Dua yang terakhir kondisi agak sewenang-wenang dipilih batasan pada panel aspek rasio / jam untuk memfasilitasi penanganan selama fabrikasi dan ereksi. Ketika efek dari ketegangan-bidang tindakan diambil ke rekening, tegangan geser yang diijinkan diberikan oleh (ASD G3)
Halaman 11

Desain balok utama plat 11 y v v y v F h sebuah C C F F 40 .0

) / 1( 15 .1 1 89 .2 2 /1 2 2

+ + = (9.12) Perhatikan bahwa kedua istilah dalam kurung adalah ketegangan-bidang kontribusi. Satu dapat memilih ketebalan web berdasarkan kriteria pertama [Pers. (9,3) dan (9.4)] dan kemudian memeriksa [criteron kedua Pers. (9,5)]. Dalam hal ini dihitung maksimum tegangan geser (f v ) max harus kurang dari F stres geser yang diijinkan v . v w v F ht

V f = max max ) ( (9.13) Setelah proporsi awal dari pelat web, kita dapat memeriksa jika pengaku menengah diperlukan. Menurut ASD F5, menengah pengaku tidak diperlukan jika 260 < w t h (9.14) dan tegangan geser maksimum di web kurang dari geser yang diijinkan tegangan tertentu Persamaan. (9.6). Persamaan (9.6) dapat khusus untuk kasus tidak ada pengaku. Untuk yang sangat besar a / h, Persamaan. (9,8) menghasilkan k = 5,34. Mengganti ini nilai k ke dalam Pers. (9.7) dan nilai-nilai yang dihasilkan menjadi Persamaan. (9.6), kita akhirnya menemukan persamaan berikut untuk tegangan geser yang diijinkan saat pengaku menengah tidak diperlukan:
Halaman 12

Desain balok utama plat 12 = v F 2 ) / ( 150 , 83 w

t h ketika y w F t h 548 > w y t h F / 152 ketika y w y F t h F 548 380 < y F 40 .0 ketika y w F t h 380

(9.15) Perlu dicatat bahwa plat girder dengan pengaku menengah adalah umumnya lebih ringan dari balok utama plat tanpa pengaku menengah. Untuk mencegah konsekuensi yang tidak diinginkan dari korosi, sebuah minimum ketebalan web absolut biasanya ditentukan dalam praktek. Sebuah ketebalan minimum 3/8 in direkomendasikan untuk balok utama plat jembatan. Untuk balok utama plat digunakan pada bangunan yang tidak terkena keras korosif lingkungan, minimal lebih kecil ketebalan web mutlak masuk disarankan. 9,4 proporsi DARI flensa 9.4.1 Perhitungan Awal Daerah Flange Tujuannya adalah untuk memilih pelat flens dari luas yang cukup untuk membawa maksimum saat lentur M max . b F M S max Diperlukan ! (9.16) Dalam persamaan ini, S adalah modulus penampang elastis sehubungan dengan besar sumbu dan F b adalah tegangan lentur yang diijinkan diberikan dalam F1 ASD dan
Halaman 13

Desain balok utama plat 13 dibahas dalam Bab 5. Kita dapat menemukan hubungan perkiraan untuk Bagian modulus. Momen inersia dari bagian yang berkaitan dengan sumbu utama adalah 3 12 2 2 3 12 1 )2

/ 2/ ( 2 f f f f f w t b t h t b h t Saya + + + = 2 3 12 1 )2 / ( 2 h Sebuah h t Saya f w + (9.17)

di mana b f adalah lebar pelat flens, t f adalah ketebalan flange piring, dan A f =B f t f = Daerah flange. Modulus bagian elastis maka kurang lebih sama dengan h Sebuah h t h Saya d Saya S f w + = = 6 2/ 2/ 2 (9.18) Dengan menyamakan Pers. (9.16) dan (9,18) dan pemecahan untuk A f , Kami menemukan persamaan untuk perhitungan sementara dari daerah flange. 6 6 max max

w b w b f f f Sebuah h F M h t h F M t b Sebuah = = (9.19) Dalam persamaan ini, A w =T w h adalah area web. 9.4.2 Pendahuluan Pemilihan Lempeng Flange Untuk menghindari flens lokal tekuk, rasio lebar-tebal dari pelat flens dibatasi oleh B5 ASD (Tabel 5.1 dalam teks).
Halaman 14

Desain balok utama plat 14 c y f f

k F t b / 190 (9.20) = c k 70 1 70 ) / ( 05 .4 46 .0 > w w w t h t h t h (9.21) Untuk mengetahui ketebalan flange minimum yang diperlukan, kami menetapkan f c y f t k F

b / 190 = (9.22) Mengganti Persamaan. (9.22) ke dalam Pers. (9.19) dan pemecahan untuk t f , Kita memperoleh 2 /1 2 /1 max 190 / 6 190 /

= f c y w b c y f Sebuah k F h t h F M k F t (9.23) Persamaan ini memberikan kira-kira ketebalan flange minimum yang diperlukan untuk mencegah tekuk lokal dari pelat flens. Kita mungkin bulat ini ketebalan ke ukuran yang tersedia secara komersial, misalnya, sebagai fraksi dari 1/16 in, dan menggunakannya sebagai ketebalan desain percobaan dari pelat flens. Namun, dalam banyak kasus, desain ini akan berakibat sangat tipis dan lebar flens pelat. Oleh karena itu, perancang mungkin ingin memilih suatu flens lebih besar dari yang diperoleh Persamaan ketebalan. (9,23). Setelah memilih ketebalan pelat flens, kita menemukan b flens lebar diperlukan f dari Persamaan. (9.19).
Halaman 15

Desain balok utama plat 15 Pada titik ini, kita dapat menghitung nilai yang tepat dari saat

inersia dari bagian dari Persamaan. (9,17) dan periksa apakah bagian yang tersedia modulus adalah setidaknya sama dengan M max /F b. 9.4.3 Pengurangan tegangan lentur yang diijinkan Dalam daerah momen lentur yang besar, piring web tipis mungkin membelokkan lateral pada sisi kompresi. Ketika ini terjadi pembengkokan stres distribusi melalui kedalaman balok utama tidak lagi linier. Hasilnya akan pengurangan kapasitas tegangan lentur dari web dan transfer tekanan tambahan untuk sayap tekan. Daripada melakukan analisis nonlinier yang agak rumit untuk menemukan peningkatan maksimum stres dalam flange, ASD G2 mensyaratkan bahwa diijinkan tegangan lentur pada sayap tekan harus dikurangi menjadi 'F b ketika web kedalaman-ketebalan melebihi rasio y F / 970 . e b w f w b b R F t h Sebuah Sebuah F F

 760 0005 .0 0. 1 ' ketika y w F t h 970 > (9.24) Dalam persamaan ini, A w adalah area web. Ketika h / t w < , / 970 y F tidak

pengurangan tegangan lentur yang diijinkan diperlukan. Perhatikan bahwa ketika sayap tekan tidak memiliki dukungan lateral yang cukup, diijinkan stres F lentur b harus dikurangi sesuai dengan ASD F1, sebagai dibahas di Sec. 5.5, untuk memperhitungkan kemungkinan lateral yang torsional buckling. R e adalah koefisien balok hibrida yang diberikan oleh
Halaman 16

Desain balok utama plat 16 ( ) 0. 1 6 2 3 12 3

+ + = f w f w e Sebuah Sebuah Sebuah Sebuah R

(9.25) dimana F yw adalah stres web hasil, = 0,60 F yw /F b 1,0, dan F b adalah tegangan lentur yang diijinkan setelah lateral-torsi tekuk telah dipertimbangkan, bila diasumsikan bahwa seluruh anggota terbuat dari kelas dari baja yang digunakan dalam flensa. Persamaan ini dimaksudkan untuk memperhitungkan efek pada kekuatan sebuah balok hibrida dengan web rendah kekuatan luluh. Persamaan (9.25) berlaku hanya ketika daerah tersebut dan kelas baja di kedua flensa adalah sama. Jika tidak, lebih analisis rumit diperlukan. Untuk balok-balok nonhybrid, R e = 1,0. Jika pengurangan tegangan lentur yang diijinkan adalah perlu, kita harus memeriksa apakah tegangan lentur dihitung kurang dari mengurangi

lentur yang diijinkan stres. ' max b b F S M f < = (9.26) 9,5 INTERMEDIATE pengaku Pengaku Menengah disediakan untuk kaku piring web terhadap tekuk dan untuk menahan kekuatan tekan ditransmisikan dari Web saat ketegangan-bidang tindakan. Mereka dirancang berdasarkan mengikuti persyaratan: 1. Ketika desain gelagar pelat didasarkan pada ketegangan-bidang tindakan, kotor daerahnya masing-masing pengaku menengah atau total luas sepasang
Halaman 17

Desain balok utama plat 17 pengaku, ketika mereka digunakan berpasangan, harus setidaknya sama dengan (ASD G4)

+ = v v ys yw v w st F f f F h sebuah h sebuah h sebuah C DHT Sebuah 2 /1 2 2 2 2 ) / 1( / )

1( 2 1 (9.27) dimana f v adalah tegangan geser terbesar dihitung di panel bawah pertimbangan, F ys adalah tegangan luluh pengaku, dan 2,4 untuk pengaku pelat tunggal 1,0 untuk pengaku digunakan berpasangan D= 1,8 untuk pengaku sudut tunggal Selama ketegangan-bidang tindakan pengaku menengah berperilaku sebagai pendek struts. Daerah yang diperlukan oleh Pers. (9,27) memastikan cukup kompresi kapasitas pengaku. Karena pengalihan eksentrik beban sehubungan dengan web, satu-sisi pengaku tunduk pada cukup lentur saat di samping beban aksial dan akibatnya secara substansial kurang efisien daripada dua sisi pengaku. Pertimbangan ini tercermin dalam Pers. (9,27) oleh variabel D. 2. Momen inersia dari pengaku menengah tunggal atau sepasang menengah pengaku (saya st ) Sehubungan dengan sumbu pada bidang dari web dan tegak lurus terhadap bidang dari pengaku (s) (sumbu X - X dalam Gambar. 9,10) harus setidaknya sama dengan (ASD G4) 4 ) 50 / (H Saya st = (9.28)
Halaman 18

Desain balok utama plat 18

di mana h, kedalaman pelat web, adalah dalam inci. Persyaratan ini adalah dimaksudkan untuk memberikan dukungan lateral yang cukup untuk pelat web dan mencegah dari membelokkan keluar dari pesawat ketika web tekuk mengambil tempat. 3. Setiap pengaku harus diperiksa untuk kebutuhan tekuk dari ASD B5. Pengaku bebas di satu sisi dan akibatnya dianggap sebagai elemen unstiffened. Yang menunjukkan lebar dan ketebalan pengaku dengan b s dan t s , Masing-masing, kita harus memiliki y s s F t b 95 (9.29) 4. Ketika pengaku antara yang diperlukan, jarak mereka harus sehingga a. Tegangan geser dihitung di web tidak melebihi tegangan geser yang diijinkan diberikan oleh Persamaan. (9.6) atau Persamaan. (9.12), mana yang berlaku. b. 2 )] / /( 260 [ / w t h h sebuah (9.10)

c. 0. 3 /H h sebuah (9.11) Gambar 9.10 Rencana porsi piring gelagar dengan sepasang pengaku
Halaman 19

Desain balok utama plat 19 d. y y v v b b F F F f F f 60 .0 375 .0 825 .0

= (9.30) Persyaratan terakhir harus dipenuhi hanya jika desain plat web didasarkan pada ketegangan-bidang tindakan. Dalam hal ini, karena geser besar tekanan dalam web, tegangan tarik maksimum yang bertindak pada sudut untuk sumbu gelagar bisa jauh lebih besar daripada tarik maksimum sejajar dengan sumbu balok stres. Sebagai pengganti sebuah analisis panjang untuk menemukan tegangan maksimum tarik berdasarkan gabungan geser dan ketegangan tekanan, ASD G5 mengharuskan Persamaan. (9.30) puas, di mana f b adalah maksimum tegangan tarik lentur karena saat di pesawat dari balok lintang web. Menurut ASD Komentar G5, persamaan interaksi (9.30) tidak perlu diperiksa dalam dua kasus berikut. 1. F v 0,60 M v dan f b F b 2. F v F v dan f b 0,75 M b Panel akhir dua berdekatan dengan mendukung dirancang tanpa keuntungan dari ketegangan-bidang tindakan. Mereka diharapkan untuk bertindak sebagai jangkar panel untuk panel tetangga dengan ketegangan-bidang tindakan. Untuk kedua panel, tegangan geser dihitung tidak boleh melebihi geser yang diijinkan

tegangan tertentu Persamaan. (9.6). 9,6 BEARING pengaku Menurut ASD K1.8, pengaku bantalan harus selalu disediakan di pasang di ujung-ujung balok utama plat dan, jika diperlukan, pada titiktitik penerapan beban terkonsentrasi. Ini pengaku bantalan harus memperpanjang kasar ke tepi pelat flens, dan panjang mereka harus dekat
Halaman 20

Desain balok utama plat 20 sampai kedalaman pelat web untuk memiliki bantalan yang erat dengan flens pelat. Mereka dirancang sebagai kolom dengan luas penampang yang mencakup strip terletak di pusat dari web. Untuk pengaku dukung ujung, lebar strip sentral dari web diambil sebagai 12 kali ketebalan web (Gambar 9.11). Oleh karena itu, luas efektif untuk memeriksa tegangan tekan aksial 2 12 2 w bs eff t Sebuah Sebuah + = (9.31) dimana A bs adalah luas penampang setiap pengaku bantalan. Untuk bantalan pengaku interior lebar dari strip utama web diambil sebagai 25 kali ketebalan web (Gambar 9.11). Dengan demikian, daerah yang efektif menjadi 2 25 2 w bs eff

t Sebuah Sebuah + = (9.32) Jika pengaku bantalan terkena beban terkonsentrasi (atau reaksi) besarnya P, tegangan tekan di pengaku bantalan, f cb , Tidak boleh melebihi tegangan yang diijinkan F aksial tekan sebuah . Gambar 9.11 Setara luas penampang untuk desain kolom bantalan pengaku
Halaman 21

Desain balok utama plat 21 sebuah eff cb F Sebuah P f = (9.33) Evaluasi tegangan aksial yang diijinkan memerlukan penentuan kelangsingan ransum KL / r. Karena pengaku bantalan yang terhubung ke web, K panjang efektif faktor diambil serendah 0,75. Karena F stres diijinkan aksial tekan sebuah tergantung pada jari-jari rotasi, r, pengaku bantalan harus dirancang oleh percobaandan-kesalahan prosedur. Tekuk dari web dibayangkan akan terjadi sekitar horizontal sumbu sejajar terhadap bidang web. Demikianlah ini lazim diasumsikan bahwa kolom hipotetis yang terdiri dari web dan pengaku mungkin akan tekuk di sekitar sumbu yang sama, jika tidak setiap pengaku akan menekuk nya

sendiri sumbu, yang tegak lurus dengan sumbu disebutkan sebelumnya. Sebagai Akibatnya, jari-jari girasi r dihitung terhadap sumbu horizontal dalam bidang web. 9,7 PERANCANGAN SAMBUNGAN LAS 9.7.1 Koneksi Flange ke Web Flange dan web piring saling terhubung satu sama lain dengan fillet lasan. Gambar 9.12 menunjukkan sebagian dibongkar dari gelagar pelat antara dua bagian tetangga. Flange-untuk-web lasan filet adalah dirancang untuk mengirimkan geser horisontal karena variasi dari bending saat atas gelagar dan tekanan langsung akibat diterapkan didistribusikan load.
Halaman 22

Desain balok utama plat 22 Dari teori balok dasar (Bag. 5.2), horizontal (Longitudinal) geser per satuan panjang pengelasan fillet adalah Saya t h VA Saya VQ q f f 2 ) ( 1 + = = (9.34) dimana Q adalah saat pertama dari daerah flange terhadap sumbu netral dan V adalah gaya geser di bagian dalam pertimbangan. Tekanan langsung karena beban yang diterapkan menciptakan geser vertikal 2 q per satuan panjang dari las filet, yang dalam praktek dianggap kurang lebih sama dengan intensitas w beban terdistribusi. Resultan

desain gaya per satuan panjang las adalah Gambar 9.12 Koneksi mengarah ke web
Halaman 23

Desain balok utama plat 23 2 /1 2 2 ) ( 2 1 q q q + = (9.35) Jika kita menyatakan ukuran pengelasan fillet oleh w w dan geser yang diijinkan stres dari elektroda las oleh F v , Mencatat bahwa ada dua baris fillet lasan pada setiap sisi dari pelat web, kekuatan diijinkan fillet las akan v w sebuah F w q ) 2 )( 707 .0 ( =

(Untuk SMAW) (9.36) Menggantikan nilai 1 q, dari Pers. (9,36), dan 2 q = b ke Pers. (9.35) dan menyamakan persamaan yang dihasilkan untuk Persamaan. (9.36), kita mendapatkan berikut persamaan untuk ukuran pengelasan fillet terus menerus: v f f w F w t h Saya Sebuah V w 414 .1 ) ( 4 2/ 1 2 2 2 2 2

+ + = (Untuk SMAW) (9.37) Daripada terus-menerus mengarah ke web las, fillet intermiten lasan kadang-kadang digunakan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 9,13. Jika kita menunjukkan panjang Gambar 9.13 terputus mengarah ke web las filet
Halaman 24

Desain balok utama plat 24 setiap bagian dari las filet oleh L 1 dan jarak dari intermiten mengelas oleh 1 , Hubungan berikut ini berlaku antara dua variabel: q sebuah q L sebuah 1 1 = (9.38) Menggantikan q dan q sebuah membentuk Pers. (9,35) dan (9,36), masing-masing, kami memperoleh v f f w F w t h

Saya Sebuah V sebuah w L 414 .1 ) ( 4 2/ 1 2 2 2 2 2 1 1

+ + = (Untuk SMAW) (9.39) Dengan memilih dua dari tiga parameter a 1 ,L 1 , Dan w w , Perancang dapat menemukan parameter ketiga dari Persamaan. (9,39).

9.7.2 Koneksi pengaku Menengah ke Web Besarnya transfer gaya geser antara web dan pengaku pada umumnya sangat kecil. Akibatnya, jumlah minimum las yang digunakan. Ketika aksi ketegangan-bidang adalah dasar desain [Persamaan. (9.12)], bagaimanapun, formula konservatif disediakan oleh kode ASD untuk jumlah geser yang akan ditransfer antara web dan pengaku. Menurut ASD G4, sambungan dari pengaku antara untuk pelat web harus dirancang untuk transfer gaya geser total, dalam per Kips linier inci pengaku tunggal atau sepasang pengaku, setidaknya sama dengan v v y vs F f F h f 2/ 3 340

= (9.40)
Halaman 25

Desain balok utama plat 25 dimana F y adalah tegangan luluh baja web di ksi, dan f v dan F v

adalah maksimum dihitung tegangan geser dan tegangan geser yang diijinkan dalam berdekatan panel, masing-masing. Selanjutnya, lasan di pengaku yang diperlukan untuk mengirimkan sebuah beban terpusat atau reaksi harus dirancang untuk lebih besar dari beban yang sesuai (atau reaksi) dan geser diberikan oleh Pers. (9,40). Jika pengaku menengah digunakan berpasangan, mencatat ada empat baris las filet di setiap koneksi-pengaku web, kita menemukan bahwa ukuran las diperlukan kontinyu adalah v vs v vs w F f F f w 828 .2 707 .0 4/ = = (Untuk SMAW) (9.41) Ketika pengaku tunggal digunakan, baik bergantian di sisi pelat web (Gambar 9.14) atau ditempatkan di salah satu sisi web (Gambar 9.15) Gambar 9.14 bagian horizontal dari gelagar pelat dengan alternatif yang pengaku Gambar 9.15 bagian horizontal dari gelagar pelat dengan pengaku ditempatkan pada satu sisi
Halaman 26

Desain balok utama plat 26 mungkin untuk melihat lebih jelas, dua baris lasan filet tersedia di setiap pengaku-web koneksi dan ukuran pengelasan yang diperlukan akan v

vs v vs w F f F f w 414 .1 707 .0 2/ = = (Untuk SMAW) (9.42) Kami juga dapat menggunakan las intermiten untuk pengaku-web koneksi, seperti ditunjukkan pada Gambar. 9,16. Yang menunjukkan panjang lasan oleh L 1 dan jarak dengan 1 , Kita menemukan bahwa ukuran yang dibutuhkan pengelasan fillet untuk kasus pengaku ganda v vs w F L f sebuah w 1 1 828 .2 = (Untuk SMAW)

(9.43) Demikian pula, untuk kasus pengaku tunggal, kita memperoleh v vs w F L f sebuah w 1 1 414 .1 = (Untuk SMAW) (9.44) Gambar 9.16 Koneksi pengaku untuk web dengan lasan intermiten
Halaman 27

Desain balok utama plat 27 Jarak yang jelas antara lasan tidak harus lebih besar dari 16 kali web ketebalan atau lebih besar dari 10 inci (ASD G4). 16 ) ( 1 1 w t L sebuah dan 10 masuk (9.45) Pengelasan pengaku untuk sayap tekan membuat mereka normal untuk Web dan akibatnya membuat mereka lebih stabil. Selain itu, seperti

las menyebabkan pengaku untuk melawan setiap kecenderungan mengangkat karena torsi dan dengan demikian memberikan pengekangan terhadap tekuk torsi kompresi flange. Pengelasan pengaku pada flensa ketegangan tidak perlu (Gambar 9.16). Bahkan, las seperti meningkatkan kemungkinan kelelahan atau rapuh kegagalan. Pengaku antara tak transmisi beban terkonsentrasi atau reaksi dapat dihentikan pendek dari flens ketegangan (ASD G4) (Gbr. 9.16). Jarak antara titik terminasi dari pengaku-web kelas dan ujung las dekat dari web-to-flens tidak boleh lebih kecil dari empat kali ketebalan web atau lebih besar dari enam kali web ketebalan. 9,8 PERANCANGAN Sebuah GIRDER PLATE SEDERHANA HOMOGEN BERDASARKAN KODE ASD 9.8.1 Masalah Deskripsi Desain dari gelagar pelat ganda simetris ditunjukkan pada Gambar. 9.17 tercakup dalam bagian ini. Gelagar ini memiliki rentang L = 150 ft loading pada gelagar terdiri dari beban seragam w = 4 K / ft dan beban terpusat P = 500 Kips diterapkan pada jarak 100 ft dari
Halaman 28

Desain balok utama plat 28 dukungan kiri. Gunakan baja A36 dengan tegangan luluh dari 36 ksi untuk flange dan web piring serta pengaku ganda. Untuk lasan, gunakan E70 elektroda dengan tegangan geser yang diijinkan dari 21 ksi. Dukungan lateral adalah disediakan mendukung, pada titik penerapan beban terpusat, dan di titik D terletak pada jarak 50 kaki dari dukungan Sebuah kiri. Karena sayap tekan membawa beban seragam, menganggap bahwa itu tertahan melawan rotasi. 9.8.2 Diagram Momen Lentur dan Geser Reaksi pada dukungan A dan B (Gambar 9.17) adalah 67 . 466 150 (500) (50) 5) (4) (150) (7 = +

= Sebuah R Kips 33 . 633 67 . 466 500 ) 150 )( 4( = + = B R Kips Diagram geser ditunjukkan pada Gambar. 9,18. Bending momen lebih balok utama: Untuk 0 ft <x <100 ft: Gambar 9,17
Page 29

Desain balok utama plat 29 2 ) ( 2 wx x R x M Sebuah -

= 67 . 116 4 67 . 466 0 ) ( 1 1 = = = = = w R x wx R dx x dm Sebuah Sebuah ft> 100 ft Tidak ada maksimum antara A dan C. Untuk 100 ft <x <150 ft: ) 100 ( 2 ) ( 2 -

= x P wx x R x M Sebuah 0 0 ) ( 1 1 < = = = w P R x P wx R dx x dm Sebuah Sebuah Tidak ada maksimum antara C dan B. Oleh karena itu, maksimum momen lentur atas gelagar berada pada titik C di bawah terkonsentrasi load. M

max =M c = 466,67 (100) - 4 (100) (50) = 26667 K-ft Diagram momen lentur ditunjukkan pada Gambar. 9,19. Gambar 9.18 Diagram Shear
Halaman 30

Desain balok utama plat 30 9.8.3 Pemilihan Lempeng Web Mengacu Persamaan. (9.2), kita memilih kedalaman berikut untuk gelagar web: 150 12 ) 12 )( 150 ( 12 = = = L h masuk Dari Persamaan. (9,3): 47 .0 322 150 0. 322 )] 5. 16 36 ( 36 [

000 , 14 2/ 1 = = + w w t t h masuk Untuk pengaku berjarak dekat, yaitu, ketika H 1,5 d, dari Pers. (9.4): 45 .0 3. 333 150 3. 333 36 2000 = = w w t t h masuk Hal ini terlihat bahwa untuk baja A36 dengan tegangan luluh dari 36 ksi, Pers. (9,3) dan (9.4) nilai hasil dekat satu sama lain. Dengan kata lain, minimum

ketebalan pelat web tidak dapat dikurangi secara substansial dengan erat jarak pengaku. Coba t w = 0,5 inci atau PL150 in.x0.5 masuk untuk pelat web. Gambar 9.19 Diagram momen lentur
Halaman 31

Desain balok utama plat 31 300 = w t h ; 75 = w Sebuah masuk 2 Sementara dengan asumsi tegangan lentur yang diijinkan untuk menjadi F b = 0,60 M y = 22 ksi, periksa apakah pengurangan tegangan lentur yang diijinkan adalah diperlukan. 67 . 161 970 300 = > = y w F t h

tegangan lentur yang diijinkan harus dikurangi sesuai dengan Persamaan. (9,24). 9.8.4 Pemilihan Pelat Flange Karena tegangan lentur yang diijinkan dalam pelat flens harus berkurang, kita dapat menurunkan F b = 0,60 F y = 22 ksi agak, mengatakan, untuk F b = 20 ksi. Daerah yang diperlukan flange, A f , Dapat dihitung sekitar dari Persamaan. (9.19). 17 . 94 6 75 ) 150 )( 20 ( ) 12 )( 667 , 26 ( = = = f f f t b Sebuah

masuk 2 Ketebalan minimum mengarah untuk mencegah flens lokal tekuk diperoleh dari Persamaan. (9,22). 46 .0 ) / ( 05 .4 w c t h k! untuk 70 > w t h
Halaman 32

Desain balok utama plat 32 294 .0 ) 300 ( 05 .4 46 .0 = = c k 2/ 1

) 17 . 94 ( 190 294 .0 36

= f t = 2,34 masuk Cobalah PL38 in.x2.5 masuk untuk flens masing-masing; A f = 95 masuk 2 . Bagian gelagar adalah ditunjukkan pada Gambar. 9,20. Dari Persamaan. (9.17): Gambar 9.20
Halaman 33

Desain balok utama plat 33 4 3 12 2

2 3 12 1 masuk 396 , 245 ,1 )5 .2 )( 38 ( ) 25 .1 75 )( 5. 2 )( 38 (2 ) 150 )( 5. 0( = + + + = Saya 3 masuk 16,069.6 2.5 75 1,245,396

2/ = + = + = f t h Saya S Temukan F stres diijinkan lentur b (Bag. 5,5). r T = Radius girasi dari flange ditambah seperenam dari area web tentang sumbu y (Gambar 9.20) 2/ 1 3 3 ) 6( 12 6

+ + = w f f w

f f T ht b t ht b t r 2 /1 2 /1 3 ) / 2 12 ( ) 6( 12 6 f w f w f f f f T Sebuah Sebuah b ht b t b t

r + =

+ (9.46) 31 . 10 ) 95 / 150 12 ( 38 2 /1 = + = T r masuk Untuk AD wilayah dan CB dari gelagar rasio yang lebih kecil untuk akhir yang lebih besar momen, M 1 /M 2 , Adalah nol (Gambar 9.17 dan 9.19). Rasio ini untuk wilayah DC sama dengan M

1 /M 2 =M D /M C = -18,333.5 / 26.667 = -0,687 Daerah DC adalah wilayah penting, sehingga kita menemukan tegangan lentur yang diijinkan untuk wilayah ini.
Page 34

Desain balok utama plat 34 C b = 1,75 + 1,05 (M 1 /M 2 ) 0,3 (M 1 /M 2 ) 2 = 1,75 +1,05 (-0,687) +0,3 (-0,687) 2 = 1,17 <2,30 74 . 128 36 ) 17 .1 )( 000 , 510

( 000 , 510 2/ 1 2/ 1 =

y b F C 58 . 57 36 ) 17 .1 )( 000 , 102 ( 000

, 102 2/ 1 2/ 1 =

y b F C u L = panjang tanpa pengikat = 50 = = = CB DC AD ft 2/ 1 2/ 1 000

, 510 2. 58 31 . 10 ) 12 )( 50 ( 000 , 102

< = = <

y b T u y b

F C r L F C 55 . 21 ) 36 ( ) 17 .1 ( 000 , 530 ,1 )2 . 58 )( 36 ( 3 2 000 , 530 ,1 ) / ( 3 2 2 2 =

= y b T u y b F C r L F F ksi Hitung F stres berkurang diijinkan lentur ' b dari Persamaan. (9,24). 39 . 20 55 . 21 55 .

21 760 5. 0 150 95 75 0005 .0 0. 1 ' =

= b F ksi Tegangan lentur maksimum dalam gelagar adalah 91

. 19 6. 069 , 16 ) 12 )( 667 , 26 ( max = = = S M f b ksi <20,39 ksi Oke

Page 35

Desain balok utama plat 35 9.8.5 Menengah pengaku 1. Periksa apakah pengaku menengah diperlukan [Persamaan. (9.14)]. 260 300 5. 0 150 > = = w t h pengaku yang diperlukan.

2. Cari lokasi dari pengaku pertama dari setiap ujungnya. a. Pada ujung kiri 22 .6 75 67 . 466 = = = w Sebuah v Sebuah R f ksi Pemain pengganti untuk F v =F v = 6.22 ksi dalam Pers. (9.6) dan memecahkan untuk C v . 8. 0 5. 0 36 ) 22 .6 )( 89 .2 ( 89 .2 < =

= = y v v F F C Dari Persamaan. (9.7): 34 .9 36 000 , 45 ) 300 )( 5. 0 )( 36 ( 000 , 45 ) / ( 2 2 > = = = w v y v t h

C F k Dari Persamaan. (9,8):

Halaman 36

Desain balok utama plat 36 2 /1 2 /1 4 36 34 .5 4 34 .5

= v k h sebuah

= 0,41 sebuah max = 0,41 (150) = 61,3 in Tentatif, tempatkan pengaku menengah pertama pada jarak 50 masuk dari ujung kiri A. b. Di ujung kanan 44 .8 75 33 . 633 = = = w B v Sebuah R f ksi 8. 0 678 .0 36 ) 44 .8 )( 89 .2 ( 89 .2 < = = =

y v v F F C 34 .9 81 . 48 000 , 45 ) 300 )( 678 .0 )( 36 ( 000 , 45 ) / ( 2 2 > = = = w v y v t h C

F k 345 .0 4 81 . 48 34 .5 4 34 .5 2 /1 2 /1 =

= v k h sebuah masuk

sebuah max = 0,345 (150) = 51,8 in Gambar 9.21 daerah Setara untuk bantalan pengaku di A dan C
Halaman 37

Desain balok utama plat 37 Tentatif, tempatkan pengaku menengah pertama pada jarak 40 masuk dari B ujung kiri. 3. Cari jarak pengaku tersisa. Dari Persamaan. (9.10) [ ] [ ] 6. 112 ) 150 ( ) 300 /( 260 ) / /( 260 2 2 = = h t h sebuah w masuk sebuah

max = 112,6 masuk Persamaan (9.10) menguasai lebih dari Persamaan. (9.11), sehingga yang terakhir tidak perlu menjadi diperiksa. Kami memilih untuk menggunakan jarak seragam antara titik E (pada lokasi pengaku pertama jauh dari ujung kiri) dan titik C (pada lokasi beban terkonsentrasi) dan juga antara titik C dan F (di lokasi pengaku pertama jauh dari ujung kanan) (Gbr. 9,22). a. Jarak dari pengaku antara titik E dan C (Gambar 9.22) Gambar 9,22 desain Akhir Flange: 2PL38 masuk x 2 masuk Web: PL150 masuk x masuk Menengah pengaku antara E dan C: 2PL6.5 masuk x 7 / 16 masuk x 12 ft 4 in Menengah pengaku antara C dan F: 2PL7 masuk x 9 / 16 masuk x 12 ft 4 in Bantalan pengaku di A, B, dan C: 2PL18 masuk x 1 3 / 16 masuk x 12 ft 6 in
Halaman 38

Desain balok utama plat 38 max V = Geser maksimum = 0. 450 )4

( 67 . 466 ) ( 12 50 12 50 = = w R Sebuah Kips 00 .6 75 450 max = = = w v Sebuah V f ksi Coba = 105 masuk dan mengubah jarak dari pengaku tandang pertama dari ujung A dari 50 sampai 45 masuk masuk (Gambar 9.22). 67 . 451 )4 ( 67 .

466 ) ( 12 45 12 45 max = = = w R V Sebuah Kips 02 .6 75 67 . 451 max = = = w v Sebuah V f ksi 1 7. 0 150 105 < =

= h sebuah 90 . 14 )7 .0 ( 34 .5 0. 4 ) / ( 34 .5 0. 4 2 2 = + = + = h sebuah k v 8. 0 207 .0 ) 300 )( 36 ( )

90 . 14 )( 000 , 45 ( ) / ( 000 , 45 2 2 < = = = w y v v t h F k C Karena semua lima syarat yang disebutkan dalam Sec. 9,3 puas, kita dapat mengambil keuntungan dari aksi ketegangan-lapangan dan menggunakan Pers. (9.12) untuk menghitung tegangan geser yang diijinkan. ksi 6.02 ksi 62 .9 04 .7 58

.2 ) 7. 0 1( 15 .1 207 .0 1 207 .0 89 .2 36 2 /1 2 = > = + =

+ + = v v f F Oke
Page 39

Desain balok utama plat

39 Perhatikan bahwa kontribusi tindakan ketegangan-lapangan substansial dalam contoh ini. b. Jarak dari pengaku antara titik C dan F (Gambar 9.22) 0. 620 )4 ( 33 . 633 ) ( 12 40 12 40 max = = = w R V B Kips 27 .8 75 620 max = = = w v Sebuah V f

ksi Coba = 110 masuk dan mengubah jarak dari pengaku tandang pertama dari B akhir dari 40 masuk sampai 50 inci (Gambar 9.22). 66 . 616 )4 ( 33 . 633 ) ( 12 50 12 50 max = = = w R V B Kips 22 .8 75 66 . 616 max = = = w v Sebuah

V f ksi 1 733 .0 150 110 < = = h sebuah 93 . 13 ) 733 .0 ( 34 .5 0. 4 ) / ( 34 .5 0. 4 2 2 = + = + = h sebuah k

v 8. 0 193 .0 ) 300 )( 36 ( ) 93 . 13 )( 000 , 45 ( ) / ( 000 , 45 2 2 < = = = w y v v t h F k C Dari Persamaan. (9.12):

Halaman 40

Desain balok utama plat 40 ksi 8.22 ksi 45 .9 05 .7 40 .2 ) 733 .0 1( 15 .1 193 .0 1 193 .0 89 .2 36 2 /1 2 = > = + =

+ + = v v f F Oke Jarak dari pengaku selama rentang gelagar ditunjukkan pada Gambar. 9,22. 4. Periksa geser dikombinasikan dan membungkuk di web. Bagian penting untuk cek ini adalah baik pada titik C, di mana momen lentur memiliki nilai terbesar dan gaya geser adalah yang cukup besar, atau di suatu tempat dekat tapi di sebelah kanan titik ini, dimana lentur sedikit lebih kecil dari nilai maksimum tetapi kekuatan geser lebih besar dari itu pada titik C (Gambar 9.18 dan 9.19). Mari kita periksa dulu geser gabungan dan membungkuk pada titik C di bawah beban terkonsentrasi [Persamaan. (9.30)]. 78 .5 75 33 . 433 = = = w C v Sebuah V f ksi Tarik stres lentur yang diijinkan di web [Persamaan. (9.30)]: 44 . 21 ) 36

( 45 .9 78 .5 375 .0 825 .0 375 .0 825 .0 =

= y v v b F F f F ksi

Tarik tegangan maksimum lentur pada web (di persimpangan web dan flens): 27 . 19 396 , 245 ,1 ) 75 )( 12 )( 667 , 26 ( = = = Saya y M f C b ksi <F b = 21,44 ksi Oke
Page 41

Desain balok utama plat 41 Catatan bahwa jika kondisi ini tidak puas, jarak dari pengaku menengah biasanya berkurang. Juga, karena f b /F b =

0,90 adalah jauh lebih dari satu, kita tidak perlu memeriksa lain lokasi di sebelah kanan titik C. Setiap kali f b /F b dekat dengan satu, seperti cek mungkin diperlukan. 5. Pilih pengaku menengah. Jarak dari pengaku antara E dan C adalah = 105 masuk dan antara C dan F adalah = 110 masuk (Gambar 9.22). Luas penampang of a pair of stiffeners is found by Eq. (9.27), which is a function of aspect ratio a/h . a. For region EC . Dari Persamaan. (9.27): 2 2/ 1 2 2 masuk 56 .5 62 .9 02 .6 ) 7. 0 1( 7. 0 7. 0 ) 207 .0 1 )( 5. 0 )(

150 ( 2 1 =

+ = st Sebuah 2 masuk 78 .2 2/ 56 .5 = = s s t b (9.47) From Eq. (9.29): 8. 15 36

95 = s s t b Substituting for b s = 15.8 t s dalam Pers. (9.47) will yield the minimum thickness required for the intermediate stiffeners.
Halaman 42

Design of Plate Girders 42 masuk 419 .0 )8 . 15 / 78 .2 ( 2/ 1 = = s t = 6.7/16 in. Try 2PL6 in. x 7 / 16 in. for intermediate stiffeners from E to C (excluding C ). Check the moment of inertia requirement (Eq. 9.28).

4 4 4 masuk 81 50 150 50 =

h () 4 4 3 16 7 12 1 masuk 81 masuk 7. 89 )5 .0 2 5. 6( >

= + = st Saya Oke Use 2PL6 in. x 7 / 16 in. for intermediate stiffeners from E to C (excluding C ). Intermediate stiffeners need not be extended to the tension flange (Fig. 9.22) and their length h 1 can be four times the web thickness shorter than the depth of the web. 148 )5 .0 (4 150 4 1 = = = w t h h in. = 12 ft 4 in. b. For region CF . Dari Persamaan. (9.27): 2 2/ 1 2 2

masuk 89 .7 45 .9 22 .8 ) 733 .0 1( 733 .0 733 .0 ) 193 .0 1 )( 5. 0 )( 150 ( 2 1 =

= st Sebuah 2 masuk 94 .3 2/ 89 .7 = = s s t b s s t b 8. 15 = Minimum 5. 0 )8 . 15 / 94 .3 ( 2/ 1 = = s t

masuk
Page 43

Design of Plate Girders 43 Use 2PL7 in. x 9 / 16 in. for intermediate stiffeners from C to F (excluding C ). Moment of inertia check is not needed, because these plates are larger than those used in region EC . Length of stiffeners: = = w t h h 4 1 12 ft 4 in. 9.8.6. Bearing Stiffeners Bearing stiffeners should extend roughly to the edges of the flange plates. Noting that the width of the flange plates is 38 in. and the thickness of the web is 0.5 in., we choose a width of b bs = 18 in. for the three pairs of bearing stiffeners (Fig. 9.22). 1. Bearing stiffeners at the left support a. Check buckling ( width-thickness ratio ). 8. 15 36 95 95 = = y

bs bs F t b masuk 16 2. 18 masuk 1.14 8. 15 18 = = bs t Try 2PL18 in. x 1 3 / 16 in. for the left support. A bs = 21.375 in. 2 b. Check axial compressive stress due to reaction R Sebuah = 466.67 Kips . Dari Persamaan. (9.31): 75 . 45 )5 .0 ( 12 ) 375 .

21 (2 12 2 2 2 = + = + = w bs eff t Sebuah Sebuah masuk 2

Page 44

Design of Plate Girders 44 Moment of inertia of the equivalent area about the x -axis (Fig. 9.21): () 06 . 4812 )5 . 36 ( 3 16 19 12 1 = Saya

masuk 4 Radius of gyration about the x -axis: 26 . 10 75 . 45 / 06 . 4812 / = = = eff Sebuah Saya r masuk 96 . 10 26 . 10 ) 150 ( 75 .0 = = r KL r KL F E

C y c > =

= 1. 126 36 ) 000 , 29 ( 2 2 2/ 1 2 2/ 1 2

FS = factor of safety = 3

3 8 ) / ( 8 ) / (3 3 5 c c C r KL C r KL + = 3 1. 126 96 . 10 8 1 1. 126 96 . 10 8 3 3 5

+ = 1.699 Allowable axial stress: ( ) ksi 11 . 21 699 .1 36 1. 126 96 . 10 2 1 1 FS / 2 / 1 2 2 2 =

= y c sebuah F C r KL F Actual axial stress:

Halaman 45

Design of Plate Girders 45 20 . 10 75 . 45 67 . 466 = = = eff Sebuah sebuah Sebuah R f ksi < 21.11 ksi Oke Use 2PL18 in. x 1 3 / 16 in. x 12 ft 6 in. for the bearing stiffeners at the left support. Sometimes the height of the bearing stiffeners is chosen slightly, say in., less than the depth of the web plate. Itu bearing stiffener, however, should be in contact with the flange receiving the concentrated load. 2. Bearing stiffeners at the right support Reaction at the right support: 33 . 633 = B R

Kips Try 2PL18 in. x 1 3 / 16 in. the same as for the left support. 11 . 21 ksi 84 . 13 75 . 45 33 . 633 = < = = = sebuah eff B sebuah F Sebuah R f ksi Oke Use 2PL18 in. x 1 3 / 16 in. x 12 ft 6 in. for the bearing stiffeners at the right support. 3. Bearing stiffeners at the concentrated load

Because the axial load for these stiffeners, P = 500 Kips, is less than R B , and the effective area (Fig. 9.21) is larger than that of the end
Page 46

Design of Plate Girders 46 bearing stiffeners, we can use the same 2PL18 in. x 1 3 / 16 in. x 12 ft 6 in. for bearing stiffeners at the location of the concentrated load. 9.8.7 Web-to-Flange Fillet Weld We design the web-to-flange connection based on the maximum shear over the girder length. 33 . 633 max = = B R V Kips We use intermittent SMAW welds. The relation between the width of the fillet weld w w , the length of weld segment L 1 , and the spacing a 1 diberikan by Eq. (9.39). 1246 .0 ) 21 (

414 .1 12 4 )5 .2 150 ( ) 396 , 245 ,1( 4 ) 95 ( ) 33 . 633 ( 2/ 1 2 2 2 2 2 1 1 =

+ + = sebuah w L w Minimum weld size for a 2.5-in. flange plate is 5 / 16 in. (Sec. 8.3.5 and ASD Table J2.4). Try w w = 5 / 16 in. Substituting this value into the previous equation, we obtain 1 1 51 .2 L !a (9.48) The minimum length of a segment of intermittent weld is larger of four times the weld size (4 w w = 1.25 in.) and 1.5 in. (ASD J2b). 5. 1 min 1 =

L masuk
Page 47

Design of Plate Girders 47 The maximum longitudinal spacing of the intermittent weld is the smaller of 24 times the thickness of the thinner plate and 12 in. (ASD D2). Thickness of the thinner plate = 0.5 in. 12 max = sebuah masuk Mencoba 5 / 16 -In. weld, 4 in. long. Dari Persamaan. (9.48), we obtain 04 . 10 1 = sebuah masuk Menggunakan 5 / 16 -In. weld, 4 in. long, 10-in. spasi. 9.8.8. Stiffener-to-Web Fillet Weld 1. For segment EC (Fig. 9.22) 02 .6 = v f ksi; 62

.9 = v F ksi Dari Persamaan. (9.40): 23 .3 62 .9 02 .6 340 36 ) 150 ( 340 2/ 3 2/ 3 =

= v v y vs F f F h f ksi We use intermittent welds. Dari Persamaan. (9.43):

Halaman 48

Design of Plate Girders 48 05439 .0 ) 21 ( 828 .2 23 .3 828 .2 1 1 = = = v vs w F f sebuah

w L (9.49) The minimum weld size for a -in.-thick plate is 3 / 16 in. The maximum weld spacing is s t sebuah 24 max = or 12 in. = () 16 7 24 = 10.5 in. Coba 3 / 16 -In. fillet weld with a spacing of 10 in. From Eq. (9.49) we obtain L 1 = 2.90 in. Minimum length of the weld segment = 4 w w or 1.5 in. = 1.5 in. Menggunakan 3 / 16 -In. weld, 3.0 in. long, 10-in. spasi. 2. For segment CF (Fig. 9.22) = v f

8.22 ksi; = v F 9.45 ksi 5. 4 45 .9 22 .8 340 36 ) 150 ( 2/ 3 =

= vs f ksi 0757 .0 ) 21 ( 828

.2 50 .4 1 1 = = sebuah w L w (9.50) The minimum weld size for a 9 / 16 -in.-thick plate is in. = max sebuah 12 in = min 1 L 1.5 in.
Page 49

Design of Plate Girders 49 Try a -in. intermittent fillet weld with a spacing of a 1 = 12 in. From Persamaan. (9.50) we obtain L 1 = 3.63 in. Use -in. weld, 4 in. long, 12-in. spasi. 3. Bearing stiffeners We use 2PL18 in. x 1 3 /

16 in. x 12 ft 6 in. for each pair of bearing pengaku. Minimum weld size: 5 / 16 masuk Try w w = 5 / 16 in. Use continuous welds on both sides of each stiffener piring. Shear strength of 5 / 16 -In. fillet weld = () ) 21 ( 707 .0 16 5 = 4.64 K/in. Total strength of four lines of weld = 4(150)(4.64) = 2784 Kips 33 . 633 max = >V Kips Oke dan 675

) 50 .4 )( 150 ( = = > vs hf Kips Oke Menggunakan 5 / 16 -In. weld continuously on both sides of all bearing stiffeners. 9.8.9. Girder Weight = specific gravity of steel = 0.490 Kips/ft 3 Weight of the flange plates = 2 A f L = 2( 144 95 )(150)(0.49) = 96.89 Kips
Halaman 50

Design of Plate Girders 50 Weight of the web plates = ht w L=( 12 150 )( 12 5. 0 )(150)(0.49) = 38.28 Kips

Weight of the flange and web plates = 135.26 Kips Weight of the stiffeners = [3(2)(18)( 16 19 )(150) + 11(2)(6.5)( 16 7 )(148.0) + 5(2)(7)( 16 9 )(148.0)](0.49/12 3 ) = 9.73 Kips Total weight of the plate girder = 135.26 + 9.73 = 145.0 Kips Note that the weight of the stiffeners is 6.7 percent of the total weight of the plate girder. 9.9 DESIGN OF A HYBRID GIRDER BASED ON THE ASD KODE 9.9.1 Problem Description Design of the same plate girder described in Sec. 9.8.1 is desired except that 1. The yield stress of steel used in the flange is 50 ksi (the yield stress of the web plate and stiffeners is the same, 36 ksi). 2. The compression flange is laterally supported throughout its length. 3. Single intermediate stiffeners are used. The shear and bending moment diagrams are the same as before (Figs. 9.18 and 9.19). 9.9.2. Selection of the Web Plate
Halaman 51

Design of Plate Girders 51 Depth of the girder web: h = L /12 = 150 in. Dari Persamaan. (9.3): 62 .0 8. 242 150

8. 242 )] 5. 16 50 ( 50 [ 000 , 14 2/ 1 = = + w w t t h masuk For closely spaced stiffeners, ie, when a H 1.5 d , from Eq. (9.4): 53 .0 8. 282 150 8. 282 50 2000 = =

w w t t h masuk Try t w = 9 / 16 in. or PL150 in. x 9 / 16 in. for the web plate. Note that spacing of the intermediate stiffeners a should not be greater than 1.5 d . Untuk selected web plate, we have 67 . 266 3 800 = = w t h ; () 375 . 84 ) 150 ( 16 9 = =

w Sebuah masuk 2 67 . 266 18 . 137 50 970 970 = < = = w y t h F The allowable bending stress must be reduced according to Eq. (9.24). 9.9.3 Selection of Flange Plates First, we find an approximate relation for the area of one flange plate for hybrid girders, taking into account the reduction of the
Halaman 52

Design of Plate Girders 52 allowable bending stress according to Eq. (9.24). This equation at the limit can be written as (neglecting the term in the bracket) b w f w f b F Sebuah Sebuah

Sebuah Sebuah F + + = 6 6 ' (9.51) dimana 3 5. 0 5. 1

= (9.52) Dari Persamaan. (9.18): ) 6( 6 ' max w f b Sebuah Sebuah h F M S + = =

(9.53) Menggabungkan Pers. (9.51) and (9.53) and solving A f , Kita memperoleh 6 max w b f Sebuah h F M Sebuah = (9.54) In this example: 0. 1 72 .0 30 /) 36 (6 .0 / 60 .0 < = = = b yw F F 893

.0 ) 72 .0 (5 .0 ) 72 .0 (5 .1 3 = = 55 . 58 6 ) 375 . 84 )( 893 .0 ( ) 150 )( 50 )( 60 .0 ( ) 12 )( 667 ,

26 ( = = f Sebuah masuk 2 Minimum flange thickness is found from Eq. (9.22).

Halaman 53

Design of Plate Girders 53 310 .0 ) 67 . 266 ( 05 .4 ) / ( 05 .4 46 .0 46 .0 = = = t h k c 2 /1

) 55 . 58 ( 190 31 .0 / 50

= f t = 1.98 in. Try PL30 in. x 2 in. for each flange plate; A f = 60 in. 2 Check Eq. (9.20): 0. 15 31 .0 / 50 190 / 190 0. 15 2 30 =

= = = = c yf f f k F t b Properties of the section: () () 4 2 3 12 2 3 16 9 12 1 masuk 363 , 851 )1 75 () 60 (2 )2 ( 30 ) 150 ( =

+ + + = Saya 3 masuk 7. 056 , 11 2 75 851,363 2/ = + = + = f t h Saya S Allowable bending stress F b = 0.60 F yf = 0.60(50) = 30 ksi We find the reduced allowable bending stress from Eq. (9.24): 406 .1 0. 60 375 . 84 = = f

w Sebuah Sebuah 980 .0 406 .1 6 ) 406 .1( 893 .0 6 / 6 / 6 = + + = + + = f w f w e Sebuah Sebuah Sebuah Sebuah R

Page 54

Design of Plate Girders 54 (

) ksi 76 . 26 ) 980 .0 ( 76 . 138 67 . 266 0. 60 375 . 84 ) 0005 .0 ( 0. 1 ) 30 ( ' =

= b F 94 . 28 7. 056 , 11 ) 12 )( 667 , 26 ( max = = = S M f b ksi > 26.76 ksi NG Try PL31 in. x 2 1 / 8 in. for each flange. 875 . 65 ) 125

.2 )( 31 ( = = f Sebuah masuk 2 () () 4 2 16 17 3 12 2 3 16 9 12 1 masuk 8. 492 , 920 ) 75 )( 125 .2 () 31 (2 ) 125 .2 (

31 ) 150 ( = + + + = Saya 3 8 17 masuk 1. 935 , 11 75 920,492.8 = + = S Check Eq. (9.20): 0. 15 / 190 59 . 14 2 31 8 1 = < = = c

yf f f k F t b Oke Calculate the reduced allowable bending stress from Eq. (9.24). 281 .1 ) 125 .2 )( 31 ( 375 . 84 = = f w Sebuah Sebuah 981 .0 281 .1 6 ) 281 .1( 893 .0 6 / 6 / 6

= + + = + + = f w f w e Sebuah Sebuah Sebuah Sebuah R

Page 55

Design of Plate Girders 55 ( ) ksi 02 . 27 ) 981 .0 ( 76 . 138 67 . 266 875 . 65

375 . 84 ) 0005 .0 ( 0. 1 ) 30 ( ' =

= b F 81 . 26 1. 935 , 11 ) 12 )(

667 , 26 ( max = = = S M f b ksi < ' b F Oke Use PL31 in. x 2 1 / 8 in. for each flange. A f = 65.875 in. 2 9.9.4 Intermediate Stiffeners Intermediate stiffeners are required, and their spacing should not be greater than sebuah max = 1.5 d = 1.5( h + 2 t f ) = 1.5(150 + 4.25) = 231.4 in. Also, from Eq. (9.10): [ ] [ ] 60 . 142

) 150 ( 67 . 266 / 260 ) / /( 260 2 2 max = = h t h sebuah w in. (governs) For hybrid girders, the design cannot be based on tension-field action, and we must use Eq. (9.6) for the allowable shear stress. We use uniform spacing between A and C and between C and B (Fig. 9.17). 1. Spacing of the stiffeners between A and C . 40 . 14 0.40 ksi 53 .5 375 . 84 67 . 466

max = < = = = = y w Sebuah w v F Sebuah R Sebuah V f ksi

Halaman 56

Design of Plate Girders 56 Dari Persamaan. (9.6): 8. 0 444 .0 36 ) 53 .5 )( 89 .2 ( 89 .2 < = =

= y v v F F C Dari Persamaan. (9.7): 34 .9 26 . 25 000 , 45 ) 67 . 266 )( 444 .0 )( 36 ( 000 , 45 ) / ( 2 2 > = = = w v y

t h C F k Dari Persamaan. (9,8): 2 /1 2 /1 4 26 . 25 34 .5 4 34 .5

= k h sebuah = 0.501 sebuah max

= 0.501(150) = 75.2 in. Use a = 75 in. between A and C (Fig. 9.23). 2. Spacing of the stiffeners between C and B . 40 . 14 0.40 ksi 51 .7 375 . 84 33 . 633 max = < = = = = y w B w v F Sebuah R Sebuah V f ksi 8. 0 603 .0 36 )

51 .7 )( 89 .2 ( 89 .2 < = = = y v v F F C 34 .9 30 . 34 000 , 45 ) 67 . 266 )( 603 .0 )( 36 ( 000 , 45 ) /

( 2 2 > = = = w v y t h C F k
Page 57

Design of Plate Girders 57 42 .0 4 30 . 34 34 .5 4 34 .5 2 /1 2 /1 =

= k h sebuah sebuah max = 0.42(150) = 63 in. Use a = 60 in. between C and B (Fig. 9.23). Note that because the design of hybrid girders in not based on tension-field action, no stress reduction due to interaction of simultaneous bending and shear stresses is necessary. Dengan kata lain, the combined shear and bending check [Eq. (9.30)] is not required for hybrid girders. 3. Selection of intermediate stiffeners. Selection of the size of the intermediate stiffeners in hybrid girders is based upon Eqs. (9.28) and (9.29). We can find an approximate formula for the minimum required thickness of the pengaku. First, let us consider the case of single stiffeners. The moment of inertia of a single stiffener with respect to an axis in the plane of the web and perpendicular to the plane of the stiffeners is approximately sama dengan 3 3 1 s s st b t I, (9.55)

Halaman 58

Design of Plate Girders 58 Substituting for b s from the limiting case of Eq. (9.29) into Eq. (9.55) hasil 4 2 /3 ) ( 792 , 285 s y st t F I! (9.56) Finally, equating Eqs. (9.28) and (9.56) and solving for t s , Kita memperoleh the following approximate formula for the minimum required thickness of the intermediate stiffeners: 375 .0 ) ( 000865 .0 y s F h t! (9.57) In the case of double stiffeners, we must multiply the right-hand

side of Eqs. (9.55) and (9.56) by 2, and the resulting equation for the minimum thickness is 375 .0 ) ( 000727 .0 y s F h t! (9.58) Figure 9.23 Final design of the hybrid plate girder Flanges: 2PL31 in. x 2 1 / 8 masuk Web: PL150 in. x 9 / 16 masuk Intermediate stiffeners: PL7.5 in. x 9 / 16 in. x 12 ft 3 3 / 4 in. (on one side) Bearing stiffeners at A, B, and C: 2PL15 in. x 1 in. x 12 ft 6 in.
Halaman 59

Design of Plate Girders 59 If we assume single stiffeners, the minimum stiffener thickness adalah

50 .0 ) 36 )( 150 ( 000865 .0 375 .0 = = s t masuk Try t s = 9 / 16 in. From Eq. (9.29): 90 .8 36 ) 16 /9 ( 95 95 = = y s s F t b

masuk Try PL7.5 in. x 9 / 16 in. for stiffeners on one side. 4 3 3 masuk 3. 88 32 9 5. 7 16 9 3 1 2 3 1 Furnished =

+ = w s s st t b t Saya 4 4 4 4 masuk 3. 88 masuk 81 50 150 50 Wajib < =

= h Saya st Oke Length of intermediate stiffeners: 75 . 147 16 9 4 150 4 1 =

= = w t h h in. = 12 ft 3 3 / 4 masuk Use PL7.5 in. x 9 / 16 in. x 12 ft 3 in. for stiffeners on one side.

9.9.5 Bearing Stiffeners

Halaman 60

Design of Plate Girders 60 The procedure for design of bearing stiffeners is the same for the nonhybrid girder example of Sec. 9.8.6 and therefore will not be repeated di sini. The answer: Use 2PL15 in. x 1 in. x 12 ft 6 in. for bearing stiffeners at each support and at the location of the concentrated load. 9.9.6. Koneksi The procedure for design of web-to-flange fillet welds is the same as for nonhybrid plate girders. This portion of the design is left as an exercise for the student. For stiffener-to-web fillet welds, however, Eq. (9.40) will not apply and only the minimum amount of welding, as given in ASD J2.2b and covered in Sec. 8.3, needs to be used. 9.9.7 Girder Weight Weight of the flange plates = 2 A f L = 2(65.875)(150)(0.49)/144 = 67.25 Kips Weight of the web plates = ht w L = 2(150)( 16 19 )(0.49)/144 = 43.07 Kips Weight of the flange and web plates = 67.25 + 43.07 = 110.32 Kips Weight of the stiffeners = [2(3)(1)(15)(150) + (24)( 16 9 )(7.5)(147.75)](0.49/12 3 ) = 8.07 Kips Total weight of the plate girder = 110.32 + 8.07 = 118.39 Kips
Halaman 61

Design of Plate Girders

61 9.10 ADDITIONAL EXAMPLES OF DESIGN OF PLATE GIRDERS ACCORDING TO THE ASD CODE Contoh 1 A simply supported hybrid steel plate girder consists of two WT18x115 sections with yield stress of 50 ksi and a 100 in. x 0.75 in. plate with yield stress of 36 ksi as shown in Fig. 9.24. The length of the span is 150 ft. What is the maximum uniformly distributed load that can be supported by this girder? The compression flange is embedded in a concrete floor deck. Consider bending only. Figure 9.24
Halaman 62

Design of Plate Girders 62 Larutan The centroidal axis of the top WT section is specified by the axis x in Gambar. 9.24. Properties of a WT18x115 section are masuk 26 .1 = f t masuk 760 .0 = w t 2 masuk 8. 33 = Sebuah 4 masuk 934 = x

Saya Moment of inertia of the built-up section: 4 3 12 1 2 masuk 739 , 340 ) 100 )( 75 .0 ( ] ) 01 .4 95 . 17 50 (8 . 33 934 [2 = + + + = x Saya Section modulus of the built-up section: 3 masuk

5. 5014 67.95 340,739 95 . 17 50 = = + = x x Saya S Allowable bending stress: 30 ) 50 ( 60 .0 60 .0 = = = yf b F F ksi 18 . 137 50 970 970 8. 177

75 .0 ) 69 . 66 (2 = = > = = y w F t h Reduction of allowable bending stress in the compression flange is necessary (see Sec. 9.4.3).
Halaman 63

Design of Plate Girders 63 75 . 20 ) 26 .1 )( 47 . 16 ( = = f Sebuah masuk 2 1.

101 ) 75 . 20 8. 33 (2 ) )( 100 ( 4 3 = + = w Sebuah masuk 2 = 0.60 F yw /F b = 36/50 = 0.72 ( ) ( ) 0.952 ) 75 . 20 /( ) 1. 101 (2

12 72 .0 72 .0 3 ) 75 . 20 /1 . 101 ( 12 ) / (2 12 3 ) / ( 12 3 3 =

+ + =

+ + = f w f w e Sebuah Sebuah Sebuah Sebuah R

ksi 84 . 25 ) 952 .0 ( 30 760 75 .0 38 . 133 75 . 20 1. 101

0005 .0 0. 1 30 760 0005 .0 0. 1 ' =

= e b w f w b b R F t h Sebuah Sebuah F F w o = weight of the girder per unit length = 2(0.115) + (100)(0.75)(0.490)/144 = 0.23 + 0.26 = 0.49 K/ft Maximum moment acting on the girder is (Fig. 9.25) x b o S F L w w

M ' 2 max max 8 ) ( = + =

Halaman 64

Design of Plate Girders 64 Therefore, the maximum uniformly distributed load that can be supported by this girder is 35 .3 49 .0 ) 12 ( ) 150 ( )5 . 5014 )( 84 . 25 (8 8 2 2 ' max =

= = o x b w L S F w Kips/ft Contoh 2 Find the spacing of the intermediate stiffeners in the previous example, assuming that the beam must carry a uniformly distributed load of 3.35 K/ft in addition to its own weight. Choose the minimum number of uniformly spaced stiffeners using A36 steel with yield stress of 36 ksi. Larutan The design load intensity (Fig. 9.25): W = 3.35 + 0.49 = 3.84 Kips/ft Since uniformly spaced stiffeners are provided, the spacing of stiffeners must be based on the maximum shear along the beam. Figure 9.25
Halaman 65

Design of Plate Girders 65 288 2 ) 150 )( 84 .3 ( 2 max = = =

wL V Kips The maximum shear stress in the girder is 4. 14 0.40 ksi 85 .2 1. 101 288 max = < = = = y w v F Sebuah V f ksi We set this maximum shear stress to allowable shear stress given by Eq. (9.6) and solve for C v . v v y v f C F F = =

89 .2 0.80 0.229 36 ) 85 .2 )( 89 .2 ( 89 .2 < = = = y v v F f C Calculate k from Eq. (9.7). 34 .9 79 .5 000 , 45 )8 . 177 )( 229 .0 )( 36 (

000 , 45 ) / ( 2 2 < = = = w v y t h C F k Now, we can calculate the maximum spacing from Eq. (9.8). 2 /1 2 /1 34 .5 79 .5 4 34 .5 4

= k h sebuah = 2.98 Spacing of the stiffeners is also limited by Eqs. (9.10) and (9.11). 5. 397 ) 69 . 66 )( 2( 98 .2 98 .2 max = = = h sebuah in. = 33.1 ft
Halaman 66

Design of Plate Girders 66 dan 22 . 285 )

38 . 133 ( 8. 177 260 / 260 2 2 max =

= h t h sebuah w in. = 23.77 ft Therefore, the governing limit is a max = 23.77 ft. Use 1. 257 7

) 12 )( 150 ( = = sebuah masuk Use six intermediate stiffeners and two pairs of bearing stiffeners at the mendukung. Contoh 3 Determine the allowable shear capacity (Kips) of the homogeneous plate girder interior panel shown in fig. 9.26 if the bending tensile stress in the web is 27.5 ksi. What percentage of the shear capacity of the panel comes from the beam action prior to the web buckling and what percentage is the share of the tension-field action after the shear buckling of the web? Yield stress of the steel is 50 ksi
Halaman 67

Design of Plate Girders 67 Larutan a = 9 ft = 108 in. h = 100 in. masuk 5. 0 = w t 1 08 .1 " = h sebuah 283 2000 200 = <

= yf w F t h Find k from Eq. (9.8): 77 .8 ) 08 .1( 4 34 .5 ) / ( 4 34 .5 2 2 = + = + = h sebuah k Find C v dari Persamaan. (9.7): 8. 0 197 .0 ) 200 (

50 ) 77 .8 ( 000 , 45 ) / ( 000 , 45 2 2 < = = = w y v t h F k C Figure 9.26

Halaman 68

Design of Plate Girders 68 Find the allowable shear stress from Eq. (9.12). (All of the five conditions given in Sec. 9.3 for relying on the postbuckling behavior and tension-field action of the web plate are met.) y y y y v

v y v F F F F h sebuah C C F F 0.40 ksi 61 . 11 232 .0 164 .0 068 .0 ) / ( 1 15 .1 1 89 .2 2 < = = + =

+ + = Allowable bending stress: y y v v b F F F f F 0.55 ksi 5. 27 375 .0 825 .0 = =

Solve for f v : 51 .8 ) 61 . 11 ( 733 .0 733 .0 = = = v v F f ksi Shear capacity of the plate girder = f v Sebuah w = (8.51)(100)(0.5) = 425.7 Kips Percentage of the shear capacity from the beam action persen 40 4. 0 51 .8 /) 50 ( 068 .0 / 068

.0 ) /( 89 .2 = = = =

= v y w v w y v f F Sebuah f Sebuah F C Percentage of the shear capacity from the tension-field action = 100 40 = 60 percent
Page 69

Design of Plate Girders 69 9.11 LOAD AND RESISTANCE FACTOR DESIGN OF PLATE Girder 9.11.1 Introduction In this section we cover the load and resistance factor design of plate girders with tension-field action according to the LRFD code

(AISC, 1998). Design of plate girders according to the LRFD code can be based on tension-field action if r yf w F t h = > 970 (9.59) If this requirement is not satisfied, the plate girder is designed as a beam as presented in section 5.10. In particular, when the design is without the tension-field action, the design shear strength and the transverse stiffeners will be based on the provisions of LRFD F2 covered in section 5.10.2 and LRFD Appendix F2. 9.11.2 Web Buckling Strength The following requirement must be satisfied in order to maintain sufficient web buckling strength (LRFD Appendix G1): 2 /1 )] 5. 16 ( [ 000 , 14 + yf yf F F for a > 1.5 h = w t h

yf F 000 ,2 for a H 1.5 h (9.60)

Halaman 70

Design of Plate Girders 70 where h is the clear distance between flanges for welded plate girders. Note that these equations are similar to Eq. (9.3) and (9.4) for the ASD kode. 9.11.3 Flexural Design The limit states to be considered in the design are tension-flange yield and compression flange buckling. If we denote the nominal flexural strength of the girder by M n and the bending resistance factor by b , Yang design flexural strength will be b M n . The nominal flexural strength should be taken as the smaller value obtained from the limit states of the tension-flange yield and compression flange buckling. Pada saat ini time a constant value of 0.9 is used for the resistance factor b . 1. Limit state of tension-flange yield. The nominal flexural strength based on the limit state of tension-flange yield is given by (LRFD Appendix G2) yt xt e n F S R

M! (9.61) Coefficient R e dalam Pers. (9.61) is the hybrid girder factor. It is equal to 1 for nonhybrid girders and is given by 0. 1 2 12 ) 3( 12 3 + + = r r e sebuah m m sebuah R (9.62)
Halaman 71

Design of Plate Girders 71 for hybrid girders where a r is the ratio of the web area to the compression flange area ) 10 / (

= f w r Sebuah Sebuah sebuah and m is the ratio of the web yield stress to the flange yield stress ( m = F yw /F yf ) or to F cr . Dalam Persamaan. (9.6), S xt is the section modulus of the girder corresponding to the tension flange in in. 3 dan F yt is the yield stress of the tension flange in ksi. 2. Limit states of compression-flange buckling. The nominal flexural strength based on the limit states of compression-flange buckling is given by (LRFD Appendix G2) cr xc e PG n F S R R M! (9.63) where S xc is the section modulus of the girder corresponding to the

compression flange in in. 3 . The coefficient R PG takes care of the reduction of the allowable bending stress resulting from the lateral displacement of the web plate on its compression side and is determined by 0. 1 970 300 1200 1

+ = cr w c r r PG F t h sebuah sebuah R (9.64) dimana h

c is twice the distance from the neutral axis to the inside face of the compression flange and F cr is the critical compression flange stress to be discussed later in this section. Perhatikan bahwa Persamaan. (9.64) corresponds to Eq. (9.24) of the ASD code covered in Sec. 9.4.3. In general, there exist three limit states of buckling. Mereka adalah lateral-torsional buckling (LTB), flange local buckling (FLB), and web local buckling (WLB). Because the design is based on the postbuckling behavior of the web plate, the limit state of WLB does
Halaman 72

Design of Plate Girders 72 not apply. However, we must evaluate the critical F cr sesuai to the limit states of LTB and FLB and use the lower value in Eq. (9.63). 3. Evaluation of critical stress F cr . The critical stress F cr is given as a function of slenderness parameters , p , Dan r , and a plate girder coefficient C PG . p dan r are the limiting slenderness parameters as defined in section 5.10.1 for beams. yf F for H

P yf p r p yf b F F C

2 1 1 for P < H r

= cr F 2 PG C for > r (9.65) The quantities , p , r , and C PG are specified for two limit states of LTB and FLB separately. a. For the limit state of LTB: T u r L = (9.66) yf p F 300 = (9.67) yf r F 756 = (9.68) b

PG C C 000 , 286 = (9.69)

Halaman 73

Design of Plate Girders 73 Dalam persamaan ini, C b is the same as that defined by Eq. (5.35). b. For the limit state of FLB: f f t b 2 = (9.70) yf p F 65 = (9.71) c yf r k F/ 230 = (9.72) w

c t h k / 4 = 763 .0 35 .0 c k (9.73) c PG k C 26200 = (9.74) 0. 1 = b C (9.75) Note that the governing slenderness parameters will be the ones that render the lower value of the critical stress F cr . 9.11.4 Preliminary Proportioning of the Flange Plate Equations (9.61) and (9.63) cannot be used directly for the design of the flange plate. We will derive an approximate but explicit
Halaman 74

Design of Plate Girders 74 equation for the flange area for the common case of doubly symmetric

girders and based on the limit state of tension-flange yield. In the case of doubly symmetric sections Eqs. (9.61) and (9.62) can be wrttien in the following form: yf x w f w f n F S Sebuah Sebuah Sebuah m m Sebuah M ) 6( 2 ) 3( 12 3 + + = (9.76) Now, substitute for approximate value of S x dari Persamaan. (9.18) into Eq. (9.76) and simplify: ] ) 3( 12 [ 3

12 1 w f yf n Sebuah m m Sebuah hf M + = (9.77) Substituting for M n dari Persamaan. (9.77) into the following equation and solving for A f n b u M M = (9.78) we finally find the following formula for the flange area of a doubly symmetric girder: 12 ) 3( 3 w yf b u f Sebuah

m m hf M Sebuah = (9.79) After finding the area of the flange we still have to select two different design parameters: width and thickness of the flange. For some guidance in selecting the flange design parameters, let us find bounds on b f dan t f for a given A f for the case when the critical
Halaman 75

Design of Plate Girders 75 stress F cr is equal to the yield stress F yf (its maximum value). Untuk limit state of LTB, we must have [Eqs. (9.65), (9.66), and (9.67)]: yf T u F r L 300 (9.80) Substituting for r T

dari Persamaan. (9.46) into this equation, we obtain the following bound on b f in order to have F cr =F yf : ) / 6( 2 300 f w yf u f Sebuah Sebuah F L b + (9.81) For the limit state of FLB, we must have [Eqs. (9.65), (9.70), and (9.71)]: yf f f F t b 65 2 Substituting for b f =A f /T

f into this equation and solving for t f , we find the following bound on t f in order to have F cr =F yf : () 4 /1 2 /1 130 yf f f F Sebuah t

(9.82) Note that for a given required A f , the requirement of Eqs. (9.81) and (9.82) often cannot be met simultaneously, and a compromise must be dibuat. For the economical design of plate girders, the values of critical stress F cr obtained from the limit states of LTB and FLB should be close

satu sama lain. Dalam Sec. 9.13, an iterative scheme is used for achieving this goal in the applet for interactive design of plate girders.
Halaman 76

Design of Plate Girders 76 9.11.5 Shear Design without Tension Field Action If the nominal shear strength is denoted by V n , the design shear strength is v V n , where v = 0.9 is the shear resistance factor. Itu nominal shear strength for design without tension field action is given by (LRFD Appendix F2.2) yw w F Sebuah 6. 0 untuk yw v w F k t h 187 w yw v yw w t

h F k F Sebuah

187 6. 0 untuk yw v w yw v F k t h F k 234 187 < = n V 2 ) / ( ) 26400

( w v w t h k Sebuah untuk yw v w F k t h 234 > (9.83) 2 ) / ( 5 5 h sebuah k v + = (9.84) The web plate buckling coefficient k v shall be taken as 5 whenever 3 > h sebuah atau [

] 2 ) / /( 260 w t h (9.85)
Halaman 77

Design of Plate Girders 77 9.11.6. Shear Design with Tension Field Action The design shear strength with tension field action is v V n , Di mana the resistance factor v is 0.9. The nominal shear strength is given by (LRFD Appendix G3) yw w F Sebuah 6. 0 untuk yw v w F k t h 187

+ + 2 /1 2 2 ) / 1( 15 .1 1 6. 0 h sebuah C C F Sebuah v v yw w = n V untuk yw v w F k

t h 187 > (9.86) di mana C v is the ratio of the critical web stress according to linear buckling theory to the shear yield stress of the web steel. Hal ini diberikan oleh yw w v F t h k ) / ( 187 untuk yw v w yw v F k t h F k 234 187 (or 1.0 I C v > 0.8) = v C

yw w v F t h k 2 ) / ( 000 , 44 untuk yw v w F k t h 234 > (or C v 0.8) (9.87) The parameter k v is defined by Eq. (9.84) Equation (9.86) shall not be used for hybrid girders or for endpanels in nonhybrid girders. In these cases, as well as when relation
Halaman 78

Design of Plate Girders 78 (9.85) holds, the tension-field action is not allowed, and the following equation shall apply: v yw

w n C F Sebuah V 6. 0 = (9.88) 9.11.7. Transverse Stiffeners Transverse stiffeners are not required in the following two cases: yw w F t h 418 atau (9.89) v yw w v u C F Sebuah V 6. 0 (9.90) Dalam Persamaan. (9.90), V u is the required shear based on the factored loads, v adalah 0.90, and C v

must be evaluated for k v = 5. When transverse stiffeners are required, their design should be based on the following requirements: 1. For design based on tension-field action, the gross area of each transverse stiffener or a pair of stiffeners should be at least equal to (LRFD Appendix G4) 0 18 ) 1( 15 .0 2

= ys yw w n v u v w

st F F t V V C D ht Sebuah (9.91)
Halaman 79

Design of Plate Girders 79 The coefficient D is the same as that defined in Sec. 9.5. V u adalah required factored shear at the location of the stiffener. 2. The moment of inertia of a single stiffener of a pair of stiffeners with respect to an axis in the plane of the web and perpendicular to the plane of the stiffeners should be at least equal to (LRFD Appendix F2.3) j di Saya w st 3 = (9.92) dimana 5. 0 2 ) / ( 5. 2

= h sebuah j (9.93) 9.11.8 Combined Bending and Shear For plate girders with transverse stiffeners, depending on the values of the required shear V u (0.6 V n V u V n ) and required moment M u (0.75 M n M u M n ), an interaction check may be necessary as specified by the following equation (see the last two paragraphs of Sec. 9.5 for an explanation): 375 .1 625 .0

+ n u n u V V M M

(9.94) In this expression = 0.9.

Halaman 80

Design of Plate Girders 80 9,12. DESIGN OF A SIMPLE PLATE GIRDER BASED ON THE LRFD CODE 9.12.1 Problem Description We design the same example of Sec. 9.8 on the basis of the LRFD code, but only for one load combination: dead plus live load. Assume that the distributed and concentrated loads are resolved into dead and live loads as follows: Intensity of distributed dead load: w D = 3 K/ft Intensity of distributed live load: w L = 1 K/ft Concentrated dead load: P D = 400 Kips Concentrated live load: P L = 100 Kips Using the load factors given in Sec. 2.7, Eq. (2.2), we find the design factored distributed and concentrated loads are as follows: 2. 5 )1(

6. 1 )3 (2 .1 6. 1 2. 1 = + = + = L D w w w K/ft 640 ) 100 (6 .1 ) 400 (2 .1 6. 1 2. 1 = + = + = L D P

P P Kips 9.12.2 Shear and Bending Moment Diagrams Shear and bending moment diagrams for the factored loads are ditunjukkan pada Gambar. 9.27 and 9.28, respectively. Maximum design bending moment and shear are
Page 81

Design of Plate Girders 81 ft K 3. 333 , 34 max = = = M M u 412,000 K-in. 67 . 816 max = = u V V Kips 9.12.3 Selection of the Web Plate Select the depth of the girder web: 150 12 )

12 )( 150 ( 12 = = = L h masuk Dari Persamaan. (9.60) Figure 9.27 Shear diagram Figure 9.28 Bending moment diagram
Halaman 82

Design of Plate Girders 82 322.0 for a > 1.5 h w t h 333.3 for a H 1.5 h 47 .0 322 150 322 = = h t w masuk Try t w = 0.50 in. or PL150 in. x 0.5 in. for the web plate. ; 300

= w t h 2 masuk 75 = w Sebuah 9.12.4. Selection of the Flange Plates 1. Preliminary selection of the flange plates. We find an approximate flange area from Eq. (9.79). m=1 3. 72 12 ) 75 )( 1 3( ) 36 )( 150 (9 .0 000 , 412 = = f Sebuah masuk 2 (9.95) u

L = unbraced length = 50ft = 600 in. For the critical stress F cr to be equal to the yield stress, from Eq. (9.81): 0. 45 )3. 72 / 75 6 )( 36 (2 300 600 = + f b masuk (9.96)
Halaman 83

Design of Plate Girders 83 and from Eq. (9.82): 83 .1 ) 36 ( ) 130 /3 . 72 ( 4

/1 2 /1 = f t masuk (9.97) To begin with, based on Eq. (9.97), try t f = 2 in. Then, based on Persamaan. (9.95), try b f = 40 in.; A f = 80 in. 2 838 , 064 ,1 )1 75 )( 80 (2 )2 )( 40 ( ) 150 )( 5. 0( 2 3 12 2 3

12 1 = + + + = x Saya masuk 4 1. 829 , 13 77 838 , 064 ,1 77 = = = x x Saya S masuk 3 74 . 10 )] 80 /( ) 75 (2 12 [

40 ) / 2 12 ( 2 /1 2 /1 = + = + = f w f T Sebuah Sebuah b r masuk For doubly symmetric girders, the nominal flexural strength on the basis of the limit state of tension-flange yield is always greater than or equal to the flexural strength on the basis of the limit state of compression-flange buckling. Therefore, only the latter needs to be diperiksa. 2. Check for the limit state of compression-flange buckling: a. Lateral torsional buckling 87 . 55 74 . 10 600 = = =

T u r L 0. 50 36 300 300 = = = yf p F

Halaman 84

Design of Plate Girders 84 From the LTB point of view, the middle segment of the girder (segment DC in Fig. 9.17) is the critical segment. Saat ini gradient coefficient C b is found from Eq. (5.35). M Sebuah = moment at quarter point of the unbraced segment = 9. 551 , 27 )5 . 62 )( 2. 5( )5

. 62 ( 33 . 603 2 2 1 = ft-K M B = moment at center line of the unbraced segment = 7. 624 , 30 ) 75 )( 2. 5( ) 75 ( 33 . 603 2 2 1 = ft-K M C = moment at three-quarter point of the unbraced segment =

1. 885 , 32 )5 . 87 )( 2. 5( )5 . 87 ( 33 . 603 2 2 1 = ft-K 10 .1 ) 1. 885 , 32 (3 )7 . 624 , 30 (4 )9 . 551 , 27

(3 )3. 333 , 34 (5 .2 )3. 333 , 34 (5 . 12 3 4 3 5. 2 5. 12 max max = + + + = + + + = C B Sebuah b M M M M M

C 0. 126 36 756 756 = = = yf r F r p

< < ksi 36 ksi 07 . 38 00 . 50 0. 126 00 . 50 87 . 55 2 1 1 )

36 )( 10 .1( 2 1 1 = > =

= yf p r p yf b cr F F C F

Halaman 85

Design of Plate Girders 85 F cr = 36 ksi. b. Flange local buckling 10 )2 (2 40 2 = = = f f t b

10 83 . 10 36 65 65 = > = = =

yf p F 36 = = yf cr F F ksi Therefore, the governing critical stress is F cr = 36 ksi. 912 .0 36 970 300 ) 80 / 75 ( 300 1200 80

/ 75 1 970 300 1200 1 =

+ =

+ = cr w c r r PG F t h

sebuah sebuah R masuk K 633 , 408 ) 00 . 36 )( 1. 829 , 13 )( 912 .0 (9 .0 F S R M cr x PG b n b = = = The value of b M

n is within 1% of M u = 412,000 K-in. and PL40 in. x 2.0 in. is acceptable for the flange plate. If the section were not OK, we would have to increase the area of the flange. We choose the second trial flange plate on the basis of the following estimate of the new required flange area:
Halaman 86

Design of Plate Girders 86 Baru ) / )( tua ( n b u f f M M Sebuah Sebuah = (9.98) Kita dapat menggunakan Persamaan. (9.98) also to possibly reduce the area of the flange when b M n is larger than M u . 9.12.5 Intermediate Stiffeners 1. Check if intermediate stiffeners are required. a. Check Eq. (9.89) :

67 . 69 36 418 418 300 = = > = yw w F t h b. Check Eq. (9.90) (with k v = 5) : 2. 87 36 5 234 234 300 = = > = yw v w F k t h 0679 .0 ) 36

( ) 300 ( )5 )( 000 , 44 ( ) / ( 000 , 44 2 2 = = = yw w v v F t h k C 99 ) 0679 .0 )( 36 )( 75 )( 9. 0(

6. 0 6. 0 = = v yw w v C F Sebuah Kips This value is smaller than the maximum shear in segments AC and CB of the plate girder (Fig. 9.27). Intermediate transverse stiffeners are required. 2. Find the location of the first stiffener away from each end.
Halaman 87

Design of Plate Girders 87 a. At the left end: n n v u V V V 9. 0 Kips 33 . 603 = = =

Kips Dari Persamaan. (9.88): 8. 0 4138 .0 )] 36 )( 75 )( 9. 0( 6. 0 /[ 33 . 603 ] 6. 0 /[ < = = = yw w v u v F Sebuah V C Dari Persamaan. (9.87): 47 . 30

000 , 44 /) 36 )( 4138 .0 ( ) 300 ( 000 , 44 / ) / ( 2 2 = = = yw v w v F C t h k Dari Persamaan. (9.84): 443 .0 )] 47 . 25 /(

5[ )] 5 /( 5[ / 2 /1 2 /1 = = = v k h sebuah 4. 66 ) 150 ( 443 .0 443 .0 max = = = h sebuah masuk Tentatively, place the first intermediate stiffener at a distance 45 in. from the left end A . b. At the right end: 7. 55 max =

sebuah masuk Tentatively, place the first intermediate stiffener at a distance 50 in. from the right end B .
Halaman 88

Design of Plate Girders 88 3. Find the spacing of the remaining stiffeners. As in the example of Sec. 9.8, we use uniform spacing between point E (at the location of the first intermediate stiffener from the left end) and point C (the location of the concentrated load) and also between point C and point F (at the location of the first intermediate stiffener from the right end), similar to Fig. 9.22. Setiap kali aspect ratio a / h is greater than 3 or [260/( h / t w )] 2 , the coefficient k v shall be taken as 5. We limit the aspect ratio a / h to these values. 3 75 .0 300 260 / 260 2 2 < =

 w t h h sebuah 5. 112 ) 150 ( 75 .0 75 .0 max = = = h sebuah masuk a. Spacing of the stiffeners between point E and C (Fig. 9.22): Try a = 105 in.; a / h = 0.7. Dari Persamaan. (9.84): 20 . 15 )7 .0 ( 5 5 ) /

( 5 5 2 2 = + = + = h sebuah k v 300 1. 152 36 20 . 15 234 234 = < = = w yw v t h F k Dari Persamaan. (9.87): 206 .0 ) 36 ( )

300 ( ) 20 . 15 ( 000 , 44 ) / ( 000 , 44 2 2 = = = yw w v v F t h k C Dari Persamaan. (9.86):

Halaman 89

Design of Plate Girders 89 Kips 1250 ) 7. 0 1(

15 .1 206 .0 1 206 .0 ) 36 )( 75 (6 .0 ) / 1( 15 .1 1 6. 0 2 /1 2 2 /1 2 2 =

+ + =

+ + = h sebuah C C F Sebuah V v v yw w n 1125 )0 . 1250 (9 .0 = = n v V Kips u v Sebuah u V w

R V Kips 83 . 583 )2 .5 ( 33 . 603 12 45 12 45 < = = = Oke b. Spacing of the stiffeners between C and F (Fig. 9.22). Similar to case a, we find a = 110 in. to be satisfactory. ; 194 .0 = v C 0. 1230 = n V Kips; 795 = u

V Kips 4. Check shear and bending interaction. We perform the interaction check at point C under concentrated load where the bending moment is the largest (actually, a very small distance to the right of point C). 000 , 412 = u M K-in.; 67 . 556 = u V Kips 487 , 465 = n M K-in.; 1230 = n V Kips Sejak V u is less than 0.6 V n = (0.6)(0.9)(1230) = 664.2 Kips, an interaction check is not necessary, Note that the spacing of the stiffeners in this example is the same as that for the example of Sec. 9.8 designed according to the ASD code and shown in Fig. 9.22.

Halaman 90

Design of Plate Girders 90 5. Select intermediate stiffeners. a. Region EC: a = 105 in.; a/h = 0.7; v C = 0.206 Dari Persamaan. (9.91): 2 2 masuk 14 .0 36 36 )5 .0 ( 18 1125 83 . 583 ) 206 .0 1 )( 5. 0 )( 150 )( 0. 1( 15 .0 =

= st Sebuah 2 masuk 07 .0 = s s t b (9.99) Dari Persamaan. (9.93): 5. 0 10 .3 2 )7 .0 ( 5. 2 2 ) /

( 5. 2 2 2 = = = h sebuah j Dari Persamaan. (9.92): 4 3 3 3 12 1 masuk 69 . 40 ) 10 .3 ( )5 .0 )( 105 ( ) 2( = = + =

j di t b t Saya w w s s st (9.100) 8. 15 36 95 = s s t b (9.101) The area requirement of Eq. (9.99) is minimal. Therefore, b s dan t s should be selected based on Eqs. (9.100) and (9.101). Itu
Halaman 91

Design of Plate Girders 91 minimum thickness to satisfy Eqs. (9.100) and (9.101) is t s = 3 / 8 in. From Eq. (9.101): 92

.5 s b masuk Try 2PL5.5 in. x 3 / 8 masuk Dari Persamaan. (9.100): 4 4 3 12 1 masuk 69 . 40 masuk 53 . 47 )5 .0 11 )( 375 .0 ( = + = st Saya Oke Use 2PL5.5 in. x 3 /

8 in. for intermediate stiffeners from E to C . b. Region CF: a = 110 in.; a/h = 0.733 The answer is the same as for region EC . Use 2PL5.5 in. x 3 / 8 in. for intermediate stiffeners from C to F . 9.12.6 Bearing Stiffeners Design of bearing stiffeners according to LRFD K1.9 is similar to the design according to the ASD code covered in section 9.6. Memperhatikan that the width of the flange plate is 40 in. and the thickness of the web is 0.5 in., we choose a width of b bs = 19 in. for all bearing stiffeners. 1. Bearing stiffeners at supports. We design the support bearing stiffeners based on the larger shear at support B , R B = 816.67 Kips. To satisfy the buckling requirement we must have
Halaman 92

Design of Plate Girders 92 20 .1 ) 19 ( 95 36 95 = = bs y

bs b F t masuk Try 2PL19 in. x 1 in.; A bs = 23.75 in. 2 The effective area for finding the axial compressive load capacity is found from Eq. (9.31) 2 2 2 masuk 50 . 50 )5 .0 ( 12 ) 75 . 23 (2 12 2 = + = + = w bs eff t Sebuah Sebuah 4

3 4 5 12 1 masuk 5944.4 0.5) 19 )(19 ( = + + = Saya masuk 10.85 50 . 50 4. 5944 = = = / I/A r eff 37 . 10 85 . 10 ) 150 )( 75 .0

( = = r KL 5. 1 116 .0 000 , 29 36 37 . 10 2 /1 2 2 /1 2 < =

E F r KL y c LRFD E2 ksi 80 . 35 ) 36 )( 658 .0 ( ) 658 .0 ( 2 2 116 .0 = = = y cr F F c 9. 1807 )

80 . 35 )( 50 . 50 ( = = = cr eff n F Sebuah P Kips 17 . 816 Kips 7. 1536 )9 . 1807 ( 85 .0 = > = = B n c R P Kips OK

Use 2PL19 in. x 1 in. x 12 ft 6 in. for the bearing stiffeners at the left and right supports. 2. Bearing stiffeners at concentrated load.
Halaman 93

Design of Plate Girders 93 Buckling requirement governs. Oleh karena itu, Use 2PL19 in. x 1 in. x 12 ft 6 in. at the location of concentrated load. 9.12.7 Girder Weight = specific gravity of steel = 0.490 Kips/ft 3 Weight of the flange plates = 2 A f L = 2( 144 80 )(150)(0.49) = 81.7 Kips Weight of the web plate = A w L = 2( 144 75 )(150)(0.49) = 38.3 Kips Weight of the flange and web plates = 81.7 + 38.3 = 120.0 Kips Weight of the stiffeners = [(3)(2)(19)( 4 5 )(150) + (16)(2)(5.5)( 8 3 )(148)](0.49/12 3 ) = 8.8 Kips Total weight of the plate girder = 120.0 + 8.8 = 128.8 Kips Comparing the weight of this design based on the LRFD code with the corresponding one based on the ASD code presented in section 9.8, we observe that the former is about 11 percent lighter than the latter.

9.13 WEB-BASED INTERACTIVE DESIGN OF PLATE GIRDERS The applet presented in this section is for interactive design of homogeneous and hybrid plate girders according to the ASD and LRFD kode. This applet consists of three windows: input window, output window and control window (Fig. 9.29).
Halaman 94

Design of Plate Girders 94 The input window consists of Configuration panel, Flange & Web panel, Stiffeners panel, and Welds Panel. The user can enter the corresponding input for the design of plate girders in those panels. Span length, lateral supports (similar to applet for design of beams described in Sec. 5.11), and distributed and concentrated loads are set in the configuration panel (Fig. 9.29). The loading on the girder may consist of a uniformly distributed load plus a specified number of concentrated loads. The concentrated loads are named alphabetically from left. Alphabets A and B are reserved for the left and right supports, respectively. The girder may have either full lateral support or intermediate lateral supports. Width, thickness, and steel type of flange plates and thickness and steel type of the web plate are set in the flange & web panel (9.30a). To begin the design of a plate girder the user needs to specify the steel types of flange and web plates only. The applet displays the first design results as shown in Fig. 9.30b. Like other applets presented in the previous chapters, this applet requires minimum amount of design entry to perform a design. However, the user can perform redesigns repeatedly simply by changing only one or several of the input values. To design a hybrid girder, the user needs to select the steel types of flange plates and web plate properly. For impractical values, for example, if the user selects a steel type for flange plates with lower strength than that of the web, the applet warns the user with a pop-up message shown in Fig. 9.31.
Halaman 95

Design of Plate Girders 95 Figure 9.29

Halaman 96

Design of Plate Girders

96 Figure 9.30 (a) Initial screen before running the applet (in this stage, the user can choose the steel types only) (b) After running the applet
Halaman 97

Design of Plate Girders 97 Steel type of bearing and intermediate stiffeners, thickness and width of bearing stiffeners, and thickness, width, the place of the 1 st stiffener, and the number of the intermediate stiffeners are set in the stiffeners panel (Fig. 9.32). By default, bearing stiffeners at each concentrated load are designed differently from those at supports and intermediate stiffeners are designed for each segment (defined as a portion of the girder between two concentrated loads or a support and a concentrated load). But the user can change and make them the same throughout the length of the girder after the first design presented by the applet. Numbers of bearing stiffeners and segments depend on the number of concentrated loads given in the input panel. The applet handles this situation by adding selection lists as the user enters the concentrated loads. Initially, the applet provides only one segment selection, ie the entire span for girder without any concentrated loads defined as From A to B (Fig. 9.32a). As the user enters additional concentrated loads the applet creates additional segments. Sebagai contoh, Figure 9.31
Halaman 98

Design of Plate Girders 98 Figure 9.32 (b) After running the applet (a) Before running the applet
Hal 99

Design of Plate Girders 99 pada Gambar. 9.33, the applet has added a second segment and the two segments are denoted as From A to C and From C to B. Tergantung pada

selection made by the user, the applet displays the required input items for the selected segment. This scheme saves screen space by using the same screen area for all different segments. The same scheme is used for the bearing stiffeners as well as other panels such as welds panel in the input window, and elevation , sections , and welds panels in the output jendela. Intermediate stiffeners may or may not be provided and single or double plates may be used as intermediate stiffeners. If the user chooses to design a plate girder without intermediate stiffeners, all input components related to intermediate stiffeners are deactivated (Fig. 9.34). Figure 9.33 Figure 9.34
Halaman 100

Design of Plate Girders 100 Figure 9.35 (a) Before running the applet (b) After running the applet
Halaman 101

Design of Plate Girders 101 At the beginning of the design of a plate girder the user needs to specify the steel types of stiffeners, whether intermediate stiffeners are provided or not, and whether double or single intermediate stiffeners are used only (Fig. 9.32a). The applet displays design results as shown in Fig. 9.32b. The last panel in the input window is the welds panel for electrode type, and size, length and spacing of the welds connecting flange to web, size of the weld connecting bearing stiffeners to web, and size, length, and spacing of the weld connecting intermediate stiffeners to web (9.35). The user can choose intermittent or continuous fillet welds for flange-to-web and intermediate stiffener-to-web connections. Tapi, continuous fillet welds are used for connecting bearing stiffeners to web as required by the ASD and LRFD codes. At the beginning of the design of a plate girder the user needs to specify the electrode type and whether intermittent or continuous welds are used only (Fig. 9.35a). The applet displays design results as shown in Fig. 9.35b. Figure 9.36
Halaman 102

Design of Plate Girders 102 The user can select the two primary design parameters in the control window placed in the upper right corner of the screen (Figs. 9.29 and 9.36). They are the method of design, ASD and LRFD, and the web depth-to-span ratio. Since the web depth-to-span ratio is a key design factor in design of plate girders, this option is placed separately from the flange & web panel in the input window so that the user can design the plate girder with several different values of the web depth-to-span ratios mudah. The output window consists of loadings panel, BMD (bending moment diagram) panel, SFD (shear force diagram) panel, Elevation panel, Sections panel, Welds panel, and Girder Weight Panel (Fig. 9.29). Loadings panel displays the loadings, supports, and points of lateral