Anda di halaman 1dari 17

43

BAB II
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Perkembangan Geng XTC
Exalt To Creative (XTC), itulah nama sebuah klub bermotor yang
berdiri sejak tanggal 31 Desember 1983. Pada awal berdirinya, kelompok ini
menamakan dirinya Exalt To Coitus (XTC). Nama ini diambil karena pada
saat itu, kelompok ini jika telah memenangkan suatu balapan liar, maka
hadiah dari perlombaan tersebut digunakan untuk berfoya-foya, termasuk
menggunakan uang tersebut untuk melampiaskan hasrat mereka kepada
para wanita. Nama Exalt To Creative digunakan pada saat klub bermotor ini
tergabung dalam IMI dengan alasan nama Exalt To Coitus terlalu tidak
sopan. Tetapi pada perkembangannya, justru nama Exalt To Coitus yang
banyak digunakan oleh para anggotanya dengan alasan lebih 'keren'.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa XTC ini didirikan atas
dasar persamaan hobby, yaitu balap motor. Maklum saja pada saat itu
sedang musim-musimnya balap liar, baik itu yang diadakan di dalam kota
Bandung, kabupaten Bandung, maupun di luar kota bandung, seperti di jalan
raya Bandung-Lembang, jalan raya Ciwidey-Bandung, jalan raya Nagreg,
jalan raya Cadas Pangeran, maupun jalan raya Puncak (Bogor).
Maksud dari pada para pendiri klub bermotor ini adalah untuk
mewadahi para pembalap yang berasal dari kota Bandung. Selain itu,
dengan bergabungnya mereka dalam XTC ini dianggap dapat melindungi diri
dari gangguan para anggota klub motor lain dari luar kota Bandung maupun
yang berasal dari dari bandung itu sendiri. Jika dilihat dari awal berdirinya,
klub ini lebih tepat jika disebut sebagai geng bermotor, karena dasar dari
berdirinyapun sudah memperlihatkan jika mereka banyak melakukan
penyimpangan-penyimpangan sosial, seperti hobby balapan liar dengan
taruhan uang, serta saling mengganggu antar suatu perkumpulan motor
dengan perkumpulan motor lainnya.
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
44
Geng bermotor ini memiliki suatu lambang, yaitu lebah. Menurut
pandangan mereka, lebah dianggap mencerminkan identitas mereka karena
"lebah tidak akan mengganggu jika mereka tidak diganggu. Lebah selalu
berkelompok dalam jumlah yang besar. Mereka semakin kuat dan disegani
jika mereka bergerombol bersama-sama dalam jumlah yang besar".
Begitupun keberadaan mereka yang selalu berusaha untuk menambah
keanggotaan mereka.
Gambar 1. Lambang XTC
Merekapun memiliki bendera untuk membedakan kelompok XTC ini
dengan geng yang lainnya, yaitu komposisi biru tua di atas, biru muda di
tengah, dan putih di bawah. Warna ini diambil dari warna motor para pendiri
XTC pertama kali yang kebetulan berwarna biru tua, biru muda, dan putih.
XTC dibagi lagi kedalam distrik-distrik, yang diantaranya yaitu :
Cikaso, Kembar, Bale Endah, Antapani, Ciwastra, Pasir koja, Pagarsih,
Riung Bandung, Margahayu raya, Kopo, Soreang, Lingkar selatan, Kerap
kalirno hatta, Samsudin, Buah batu, pandu, pajajaran, Majalaya, Ciwidey,
Bogor, cianjur, cimahi, Garut(Kadunghora, Leles, Cikajang, Pameungpeuk),
Sumedang, Ciamis, Kuningan, Pangandaran, Tasik (Rajapolah, Mesjidiceu,
Gentong, Harjet, Lapang bintang), Karawang, Subang(jalan pantura),
Purwakarta, sesuai dengan "daerahnya masing-masing. Hal ini terjadi
karena anggota XTC sudah begitu banyaknya dan dirasa jika dibagi dalam
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
45
distrik-distrik akan lebih mudah untuk mengkoordinirnya. Kesemuanya
merupakan suatu distrik yang mandiri dan tidak saling mencampuri urusan
masing-masing, tetapi masih bernaung dalam suatu kepengurusan pusat
yang dihormati. Biasanya distrik-distrik ini disebut dengan sebutan tim,
misalnya distrik Ciwastra disebut dengan Tim Ciwastra.
Dalam perkembangannya, banyak anak muda yang tertarik untuk
dapat menjadi anggota XTC. Selain itu, anggota XTC pun melakukan
pengkaderan untuk menambah jumlah anggota mereka dan
mempertahankan identitas mereka.
Untuk memudahkan mengkordinir anggotanya yang tersebar luas
maka dibentuklah suatu kepengurusan. Biarpun setiap tim juga mempunyai
pengurus yang berbeda tetapi tim-tim tersebut tetap berkiblat pada
kepengurusan pusat. Kepengurusan pusat itu terdiri dari :
1. Ketua, bertugas mengkoordinir tim-tim yang tersebarluas.
2. Humas, bertugas mensosialisasikan kegiatan serta mengurus
administrasi.
3. Bendahara, bertugas mengelola keuangan.
4.
Gambar 2. Struktur Organisasi Pusat
KETUA
TIM / DISTRIK TIM / DISTRIK TIM / DISTRIK
HUMAS BENDAHARA
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
46
Dalam pengkaderan ini, ada beberapa cara yang dilakukan oleh para
anggota XTC ini. Perekrutan anggota baru dibagi ke dalam dua kategori yaitu
di kalangan pelajar (SMP dan SMU) dan di kalangan umum (non- pelajar). Di
kalangan pelajar, perekrutan dilakukan terhadap para pelajar tingkat SMP
dan SMU. Pada tingkat SMP perekrutan dilakukan pada siswa dari seluruh
tingkatan kelas, begitu juga pada pelajar SMU. Proses perekrutan yang
terjadi di tingkat SMP, dilakukan oleh para alumni SMP tersebut yang telah
menjadi anggota XTC terlebih dahulu yang sekarang duduk di tingkat SMU.
Begitu juga bagi anggota XTC yang duduk ditingkat SMU, mereka
menjadikan adik-adik kelasnya sebagai sasaran untuk masuk menjadi
anggota XTC. Jadi secara singkatnya pengkaderan ini dilakukan oleh kakak
kelasnya masing-masing.
Di kalangan umum, perekrutan dilakukan kepada para remaja yang
sudah tidak mengenyam bangku pendidikan. Para remaja ini biasanya
bertemu di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Para remaja yang telah
menjadi anggota XTC mengajak teman-teman sepermainan di lingkungan
tempat tinggal mereka untuk masuk menjadi anggota XTC. Dan yang berhak
dan wajib melakukan perekrutan anggota baru pada klub XTC adalah para
anggota XTC yang telah memiliki kartu anggota. Untuk menjadi anggota
XTC, setiap calon anggota harus melewati berbagai tahap yaitu :
1. Pertama, para calon anggota harus mengisi formulir pendaftaran
(terlampir) terlebih dahulu yang berisi biodata calon anggota tanpa biaya
pendaftaran, tetapi membayar untuk pemesanan atribut (kaos, jaket, syal
dan kartu anggota) yang akan diberikan ketika calon anggota ini telah
mengikuti ospek/tahap selanjutnya dan dinyatakan lulus.
2. Kedua, para calon anggota harus rajin berkumpul di distriknya masing-
masing tiap malam minggu, dengan berbagai macam kegiatan seperti
konvoi bersama seluruh anggota tiap distriknya. Hal ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana keseriusan para calon anggota ini, serta loyalitas
mereka (calon anggota) kepada XTC. Dalam kegiatan ini, terdapat
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
47
penanaman nilai-nilai dari para seniornya kepada para calon anggota.
Seperti geng-geng mana saja yang menjadi musuh XTC.
3. Ketiga, para calon anggota ini harus mengikuti kegiatan ospek yang akan
dijelaskan pada poin selanjutnya.
Pada awal berdirinya, XTC ini merupakan suatu perkumpulan yang
mengkoordinir para pembalap jalanan antar kota sehingga para
anggotanyapun merupakan para pemuda yang senang balapan motor. Jadi
untuk bisa menjadi anggota XTC, seseorang harus bisa mengendarai motor
dengan 'baik'. Baik dalam hal ini adalah bisa balapan motor. Setiap orang
yang akan masuk menjadi anggota XTC akan diuji 'kebolehannya'
mengendarai motor. Hal ini dilakukan pada saat 'ospek'. Para anggota akan
disuruh untuk mengendarai motor di daerah yang 'gelap' dan berliku serta
'turun'. Biasanya dilakukan di daerah pegunungan, seperti jalan raya puncak
bogor, jalan raya ciwidey, jalan raya lembang. Selain itu juga, tes motor ini
dilakukan di jalan hutan gelap yang curam (biasanya dekat pantai), seperti di
daerah Pangandaran, Kab Ciamis; Cipatujah Kab Tasik; Pameungpeuk, Kab
Garut; palabuhan Ratu, Kab Sukabumi, dan lain sebagainya.
Tes motor ini dilakukan calon anggota dengan menggunakan motor
bebek tanpa lampu dan rem. Mereka diperintahkan untuk melalui jalan
tersebut serta mengejar para senior mereka yang menggunakan motor sport
(SUZUKI RGR, HONDA NSR). Sedangkan di belakang mereka ada senior
yang mengejar dengan motor yang serupa dengan motor senior yang mereka
kejar. Para anggota baru ini dibekali dengan senjata tajam (samurai, pedang,
golok, celurit, dll). Mereka diharuskan mengejar seniornya di depan sampai
tertangkap. Jika mereka berhasil menangkap senior yang didepannya, para
calon anggota baru ini boleh berbuat apa saja terhadap senior tersebut.
Tetapi jika mereka justru yang terkejar oleh senior mereka yang ada di
belakang, maka mereka akan dijatuhkan oleh senior tersebut dan senior
tersebut bebas melakukan apa saja terhadapnya. Jarak tempuh kegiatan ini
ditentukan pada saat kegiatan ini berlangsung.
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
48
Tetapi pada perkembangan selanjutnya, kriteria untuk masuk XTC ini
kurang ketat seperti dahulu. Tes motor ini dilakukan hingga tahun 1992,
karena dianggap tes ini kurang masuk dalam kegiatan XTC yang tidak lagi
melakukan balapan-balapan liar di daerah-daerah yang telah disebutkan
sebelumnya. Para senior lebih mementingkan banyaknya anggota yang
masuk daripada para anggota yang mahir mengendarai motor. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan tujuan, dimana sekarang tujuannya tidak hanya
dalam masalah balapan, tetapi cenderung ke arah persaingan dengan
kelompok motor lainnya dalam menunjukkan eksistensi kelompok masing-
masing. Untuk mencapai hal ini, digunakan cara kekerasan seperti tawuran
antar kelompok motor. Sehingga banyaknya anggota dan keberanian
masing-masing anggota untuk melakukan konfrontasi fisik sangat
menentukan berhasil atau tidaknya kelompok tersebut.
Tetapi ada juga calon anggota yang masuk dengan tujuan
mendapatkan perlindungan keamanan karena dirinya merasa terancam
secara fisik oleh kelompok lain. Ada juga anggota kelompok yang masuk
hanya untuk mendapatkan popularitas dilingkungan sekitarnya, terutama
lingkungan sekolah. Adanya sikap memberontak dan keberanian dalam
perkelahian menjadi faktor pendorong seseorang masuk anggota XTC,
Karena kelompok ini dapat menampung dan menyalurkan aspirasi orang-
orang yang tersebut.
Calon anggota dan anggota XTC tidak diperbolehkan untuk
mengundurkan diri, apabila ada yang ingin mengundurkan diri maka orang
tersebut akan menerima sanksi fisik (dipukului) oleh rekan-rekan
seangkatannya atau angkatan dibawahnya. Ini dilakukan agar orang tersebut
mengurungkan niatnya untuk mengundurkan diri, karena di dalam kelompok
XTC tidak ada kata mengundurkan diri, seseorang yang telah jenuh atau
bosan dengan kegiatan kelompok ini bisa menyatakan vakum untuk
sementara sehingga suatu waktu bisa kembali lagi. Memang tidak ada batas
waktu seseorang untuk kembali aktif dalam kegiatan XTC dari masa
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
49
vakumnya itu dan yang paling penting adalah seseorang tidak mengundurkan
diri dari kelompok ini dan bagi mereka hanya kematianlah yang bisa
memisahkan mereka, walaupun sering alasan vakum ini dipakai menjadi cara
seseorang untuk keluar.
B. Proses Perekrutan anggota XTC
Proses perekrutan anggota XTC yang dilakukan adalah gerbang bagi
para calon anggota memasuki kelompok ini, yang pada akhirnya akan
mendapat pengakuan dari seluruh anggota XTC. Perekrutan anggota
(disebut juga ospek oleh para anggota XTC) dibagi menjadi dua tahapan
yaitu perekrutan anggota pusat dan distrik. Apabila seseorang tidak mengikuti
kedua tahapan itu atau salah satunya maka seseorang tidak bisa menjadi
anggota XTC. Perekrutan anggota pusat dilakukan terlebih dahulu yaitu pada
tanggal 31 Desember yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun XTC.
Setelah itu dilanjutkan dengan perekrutan anggota tiap distrik, dimana waktu
dan tempatnya ditentukan dan disepakati para anggota tiap-tiap distrik
tersebut. Lokasi perekrutan anggota biasanya diadakan di tempat yang
memiliki udara sangat dingin, seperti Lembang, Ciwidey, garut dan
sebagainya. Selain tempat yang memiliki temperatur yang dingin daerah
pantai juga menjadi pilihan lain umtuk perekrutan anggota ini dilakukan,
seperti Pangandaran, pameungpeuk , cipatujah, dan sebagainya.
Sebelum acara puncak perekrutan anggota, biasannya calon anggota
XTC diwajibkan mengikuti kegiatan lain seperti kumpul bersama para
anggota XTC lainnya tiap malam minggu, di tiap distrik masing-masing.
Kumpul-kumpul tersebut selain berbagi pengalaman diantara anggota-
anggotanya juga disediakan minuman-minuman beralkohol, lintingan-
lintingan ganja dan berbagai obat-obatan psikotropika seperti nipam dan
leksotan. Kemudian para anggota dan calon anggota berbaur menikmati apa
yang telah disediakan. Tetapi bila ada yang tidak mau maka tidak diberikan
sanksi apapun sesuai kesepakatan anggota. Kemudian selanjutnya para
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
50
anggota dan calon anggota melakukan konvoi dengan menggunakan
kendaraan bermotor roda dua.
Daerah yang dilewati merupakan daerah-daerah pusat keramaian
kota Bandung, selain itu daerah-daerah yang merupakan wilayah-wilayah
musuh seperti Cihampelas (Brigez), Lengkong kecil depan SMA 7 (Brigez),
dago pojok, komplek Margahayu raya (Moonraker) tidak luput dilewati oleh
konvoi para anggota dan calon anggota XTC. Hal ini dilakukan untuk
menunjukan besarnya kekuatan XTC kepada kelompok lainnya. Tidak jarang
malah terjadi bentrok dengan kelompok lain, seperti kasus di pom bensin
Cipaganti tahun 2000 antara XTC dan Brigez yang menyebabkan rusaknya
pom bensin tersebut dan satu korban nyawa serta puluhan luka-luka. Kasus
lainnya, misalnya terjadi ketika puluhan pelajar SMKN 8 yang identik dengan
kelompok Brigez menyerang SMUN 22 yang identik dengan kelompok XTC.
Kasus ini bermula saat tiga orang pelajar SMKN 8 dipukuli oleh anggota XTC
yang menggunakan seragam SMUN 22 Bandung.
Kegiatan kumpul-kumpul ini wajib diikuti oleh semua calon anggota
XTC dan juga anggota XTC lainnya, kecuali seseorang yang dianggap
sebagai senior atau orang yang sudah memiliki anak buah sendiri atau orang
yang sudah lulus dari pendidikan formal (SMP dan SMU) dan memiliki
pekerjaan. Tetapi sanksi berlaku tegas kepada calon anggota yang tiga kali
tidak ikut perkumpulan tanpa keterangan, mereka akan didatangi oleh
anggota lainnya dan bisanya diberi sanksi fisik (dipukuli).
Sepeti apa yang telah dijelaskan di atas bahwa perekrutan anggota
dibagi menjadi dua yaitu pusat dan distrik. Kegiatan atau acara yang
dilakukan di pusat dan distrik sebenarnya sama hanya saja ada beberapa
agenda yang berbeda. Misalkan di pusat tidak hanya perekrutan anggota
saja tetapi juga untuk merayakan hari ulang tahun kelompok XTC dan
pemilihan ketua umum yang baru. Sedangkan pada perekrutan anggota yang
dilakukan di tingkat distrik, agendanya selain perekrutan anggota juga
memilih ketua distrik yang baru.
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
51
Pada hari perekrutan anggota pusat tiba para calon anggota dan
anggota berkumpul di tiap distrik masing-masing, kemudian setelah itu
secara bersamaan berangkat menuju distrik dimana ketua umum berasal.
Misalkan ketua umum pada saat itu berasal dari distrik Ciwastra maka
seluruh distrik akan menuju distrik Ciwastra. Setelah itu baru semuanya
berangkat ke tempat tujuan perekrutan anggota diadakan. Perjalanan
dilakukan mulai dari siang menjelang sore hari sehingga pada waktu malam
mereka sudah sampai ke tempat tujuan perekrutan anggota diadakan.
Konvoi motor ini bagaikan gerombolan semut ketika melewati jalan-
jalan raya, bahkan tidak segan-segan menyuruh kendaraan lain yang
menghalangi untuk menepi hingga konvoi motor ini lewat.
Rombongan ini selintas seperti iring-iringan kendaraan kenegaraan
dimana tidak ada kendaraan lain yang berani mengganggu atau
merintanginya. Bahkan jika ada yang mengganggu konvoi ini mereka tidak
segan-segan untuk melakukan kekerasan, seperti kumpulan lebah yang akan
mengejar mahluk lain yang mencoba menggangunya dan ini merupakan
salah satu alasan mengapa lebah menjadi lambang kebesaran mereka.
Setelah sampai di tempat tujuan mereka biasanya tidak langsung
melakukan kegiatan mereka, tetapi ada waktu dua sampai tiga jam untuk
beristirahat. Mencekam mungkin itulah yang dirasakan oleh semua calon
anggota baru. Sedangkan bagi mereka yang telah menjadi anggota mungkin
keadaan dan perasaan yang dirasakan jauh berbeda dengan para calon
anggota, kebanyakan para anggota XTC diliputi perasaan senang karena
mereka akan mendapatkan anggota baru.
Lokasi tujuan perekrutan anggota biasanya tempat atau daerah
wisata tetapi letaknya yang terpencil dari pusat keramaian. Untuk urusan
makan biasanya panitia tidak menyediakan, para calon anggota dan anggota
lainnya memperoleh makanan dari warung-warung yang ada disekitar lokasi
tersebut. Waktu makan pun bagi calon anggota diatur, biasanya pada saat
istirahat pertama datang dan pada akhir acara atau keesokan
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
52
harinya.Setelah istirahat para calon anggota dikumpulkan pada suatu tempat
terbuka dengan posisi berbaris, kemudian mereka diberikan pengarahan oleh
panitia pelaksana dan ketua XTC. Dalam kondisi yang sangat dingin para
calon anggota diperintahkan untuk melepaskan pakaian yang mereka pakai.
Sehingga para calon anggota terlihat seperti segerombolan pasukan kulit
yang bertelanjang dada.
Mereka kemudian diperintahkan untuk melakukan olah raga ringan
seperti loncat-loncat agar tubuh para calon anggota menjadi hangat.
Kemudian biasanya panitia menanyakan kondisi badan mereka, sudah tidak
kedinginan atau masih kedinginan.Bila para calon anggota menjawab
kedinginan maka calon anggota mendapatkan tamparan oleh panitia,
mungkin agar tubuh mereka atau setidaknya bagian wajah menjadi lebih
hangat.
Menurut para senior dan panitia ini dilakukan agar mereka memiliki
keberanian dan terbiasa dengan hal semacam ini, karena tamparan belum
seberapa bila dibandingkan bentrok fisik yang terjadi di jalanan dengan
kelompok lain, bahkan bisa lebih parah, sebab ketika dalam keadaan bentrok
dengan kelompok lain tidak hanya kontak fisik dengan tangan kosong saja
melainkan menggunakan senjata, baik senjata tajam atau senjata tumpul
bahkan tidak jarang ada juga yang menggunakan senjata api.
Bukan hanya tamparan yang dirasakan oleh para calon anggota tetapi
juga pukulan. Pukulan ini diarahkan tidak pada bagian ulu hati yang
sebelumnya tangan para calon anggota sudah dipersiapkan menahan ulu
hati mereka. Satu orang calon anggota bisa menerima tamparan dan pukulan
lebih dari tiga puluh kali oleh para senior dan panitia yang berbeda-beda.
Memang budaya kekerasan sangat kental disini, jika melihat dari tujuan serta
aktifitas yang dilakukan oleh kelompok XTC maka hal ini merupakan bagian
dari simulasi untuk menghadapi kenyataan yang lebih besar di jalanan.
Calon anggota tidak hanya dihadapi dengan tekanan fisik saja tetapi
secara mental mereka juga tertekan. Suasana gelap, cuaca yang dingin,
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
53
serta aroma alkohol dan bau marijuana menambah situasi menjadi semakin
mencekam terutama bagi calon anggota XTC. Pada saat calon anggota
mendapat tamparan dan pukulan tidak jarang mereka menjadi permainan
dan bulan-bulanan para senior dan panitia. Misalkan pada saat mereka
disuruh menahan ulu hatinya ketika akan menerima pukulan, tiba-tiba senior
atau panitia malah menampar wajah calon anggota tersebut dan ketika calon
anggota memegang wajah mereka maka senior atau panitia malah memukul
ulu hati calon anggota tersebut.
Para calon anggota kemudian di kumpulkan sesuai dengan distrik
mereka masing-masing. Setelah itu para senior dan panitia meminta
perwakilan dari masing-masing distrik untuk melakukan perkelahian satu
lawan satu dengan distrik lainnya. Dalam pertarungan ini tidak boleh
memukul bagian kepala dan alat kelamin. Pertarungan akan diberhentikan
apabila ada petarung yang sudah tidak kuat lagi bertarung.
Setelah pertarungan selesai maka para calon anggota satu persatu di
perintah oleh para senior dan panitia untuk melakukan tindakan yang sesuai
dengan keinginan senior dan panitia. Misalkan seorang calon anggota
diharuskan berteriak sambil menghina salah seorang dari senior atau panitia.
Kemudian senior atau panitia yang namanya disebut mendatangi calon
anggota yang menghina namanya itu, selanjutnya si calon anggota akan
ditampar atau dipukul. Selain itu juga calon anggota diharuskan berteriak
sambil memuji-muji nama kelompok lain dan menghina kelompok XTC,
serempak calon anggota tersebut dihampari dan di tampar serta di dorong
hingga jatuh oleh para senior dan panitia. Banyak lagi hal yang harus
dikerjakan oleh calon anggota seperti merangkak menyerupai binatan, push
up, dan lain sebagainya.
Pada kegiatan selanjutnya para calon aggota diharuskan saling
berhadapan dengan anggota lainnya. Setelah mereka berhadapan kemudian
para calon anggota diharuskan memegang ketiak mereka masing-masing,
setelah itu tangan yang sudah memegang ketiak ditempelkan ke hidung
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
54
rekan dihadapannya. Selain itu para calon anggota juga diharuskan
memasukan jari telunjuk mereka kedalam hidung, kemudian kotoran hidung
yang berada di jari mereka dimasukan ke mulut rekan mereka dan begitu
pula sebaiknya. Tentu saja hal semacam ini membuat sebagian besar dari
mereka menjadi mual dan muntah. Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa
kebersamaan di antara para calon anggota yang nantinya sangat dibutuhkan
untuk menghadapi keadaan yang sebenarnya.
Setelah semua itu selesai maka para calon anggota dipersilahkan
untuk beristirahat selama kurang lebih empat jam. Kemudian kira-kira pukul
delapan pagi para calon anggota dikumpulkan, duduk membuat lingkaran
dan dipersilahkan untuk menggosok gigi. Gosok gigi ini tidak menggunakan
pasta gigi seperti biasanya, melainkan menggunakan arang atau tanah. Sikat
giginyapun hanya satu dan digunakan secara bergantian mengikuti putaran
(dua atau tiga putaran). Hal menarik lainnya dalam kegiatan ini adalah tempat
air untuk berkumur hanya satu. Dan air hasil berkumur harus dibuang
ketempat yang sama itu tadi. Tempat berisi air tersebut digilir keseluruh calon
anggota serta senior dan panitia. Pada tahap ini mereka (calon anggota)
dinyatakan sudah menjadi anggota resmi dari XTC. Dengan melakukan sikat
gigi dan berkumur bersama dengan para senior dan panitia diharapkan
semua calon anggota yang baru masuk melebur menjadi satu, dan rasa
kebersamaan mereka semakin meningkat.
Setelah semua itu selesai kemudian anggota baru diharuskan untuk
berkenalan dengan seniornya dan para panitia, pada perkenalan tersebut
kadang ada beberapa senior dan para panitia yang memukul atau menampar
anggota baru, dengan alasan "agar lebih akrab. Setelah itu mereka
berkenalan.
Proses perekrutan anggota selasai dan dilanjutkan dengan pemilihan
ketua umum baru. Untuk memilih ketua umum baru biasanya orang yang
dianggap paling senior meminta pendapat seluruh anggota tentang kinerja
ketua yang terdahulu. Apabila si ketua terdahulu masih dianggap mampu dan
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
55
cakap dalam menjalankan tugasnya maka dia akan dipertahankan. Tetapi
jika tidak, akan dilakukan pemilihan dimana setiap distrik diharuskan
mengirimkan dua orang kandidat. Dan kemudian dipilih oleh seluruh anggota.
Setelah ada ketua baru kemudian ketua baru ini di tes kebolehan
dengan berkelahi dengan orang yang diaggap lebih senior darinya.
Perkelahian bisa menjadi masal tidak hanya melibatkan ketua dengan
lawanya saja tetapi kadang rekan-rekan ketua yang baru ikut membantu dan
begitu pula dipihak lawan. Perkelahian ini baru berhenti saat kedua pihak
yang berkelahi dipisahkan oleh rekan-rekan lainnya. Setelah itu mereka
bersalaman dan tidak ada dendam diantara mereka, karena salah satu
konsensus telah menjelaskan dan melarang adanya konflik dengan sesama
anggota XTC. Menjelang tengah hari mereka kemudian kembali bertolak
pulang ke daerahnya masing-masing dengan melakukan konvoi motor,
seperti saat mereka datang sebelumnya.
Dalam perjalanan pulang ini, para anggota baru serasa memiliki
keluarga baru yang senasib-sepenanggungan. Keberanian merekapun
semakin bertambah. Hal ini terlihat dengan cara mereka mengendarai
kendaraannya secara ugal-ugalan.
Perekrutan anggota, sistem pemilihan ketua dan ragam kegiatan di
distrik sama seperti di pusat. Dengan nyatakannya lulus dan mendapat kartu
anggota maka dengan itu pula para calon anggota sudah menjadi anggota
XTC dan berkewajiban serta berhak untuk mulai melakukan pengkaderan,
berhak atas kesempatan menduduki jabatan dalam kepengurusan baik pusat
maupun distrik serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan XTC.
Setelah para anggota baru ini resmi dilantik, mereka tetap harus kumpul pada
distriknya masing-masing tiap malam minggu, mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan seperti konvoi berkeliling kota Bandung. Sanksi tetap
diberlakukan bagi mereka yang melanggarnya. Loyalitas mereka kepada
XTC terus dipantau. Tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu dari
mereka ini nantinya akan menjadi ketua pusat XTC.
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
56
C. Gambaran Umum Informan
Diantara banyaknya anggota geng bermotor XTC ini peneliti memilih
informan sebanyak tiga orang, yaitu biday, turam, deblo, dengan alasan
mereka sudah lebih lama bergabung dengan geng bermotor ini dan mereka
setiap sabtu dan minggu berkumpul untuk "nongkrong dan berinteraksi
didalam kegiatan geng bermotor XTC, sementara anggota lainnya belum
tentu datang kedalam setiap kegiatan gang bermotor XTC sehingga sulit
untuk dimintai keterangan dan dijadikan informan. Berikut gambaran umum
mereka :
1. Informan A (biday)
Biday, ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dua
diantaranya adalah laki-laki dan perempuan yang paling bungsu.
Umurnya sekarang adalah 21 tahun, ia menjadi anggota geng bermotor
XTC sejak SMP kelas 1. Bapaknya mempunyai posisi sebagai "jeger
wilayah astana anyar, ibunya bekerja sebagai penjual indomie dan juice
di rumahnya, adiknya laki-laki sekolah pada sekolah menengah pertama,
adik bungsunya perempuan belum bersekolah.
Lingkungan rumahnya suatu tempat di wilayah astana anyar
merupakan satu wilayah yang mempunyai satu hubungan darah, mulai
dari paman, ,tante, dan nenek. Biday telah lama menjadi anggota geng
XTC, sehinga saat ini dia dipercaya menjadi koordinator tim/distrik pasir
koja. Selain karena dia telah lama bergabung dalam geng bermotor XTC,
biday dalam kegiatan kekerasan dijalanan bersama geng mempunyai
keberanian yang besar diantara semua anggota dalam melaksanakan
bentrok fisik antar kelompok geng bermotor di Bandung maupun
bentrokan fisik terhadap masyarakat bermotor di kota Bandung bersama
geng bermotor XTC. Biday tidak lulus SMU, dia hanya menjalani SMU
sampai kelas dua. Meskipun orang tuanya menginginkan dia melanjutkan
ke jenjang universitas melalui ujian persamaan SMU tetapi dia tetap tidak
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
57
tertarik terhadap keinginan orang tuanya. Pada masa SMU dia juga telah
menjadi perwakilan geng bermotor XTC di SMU Pasundan 1.
2. Informan B (tamtam)
Tamtam, adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dua
diantaranya adalah anak perempuan. Umurnya adalah 22 tahun, ia
menjadi anggota geng bermotor XTC sejak kelas 1 SMU,dalam
keanggotaannya dia menjadi ketua perwakilan geng bermotor XTC pada
kelas 2 SMU, yaitu SMU Pasundan 3, dalam SMU Pasundan 3 terdapat
pula SMU Pasundan 7, jadi ia memegang 2 sekolah sekaligus.
Adik kedua tamtam pada saat ini hendak memasuki SMU, kedua
orang tuanya mendapat kesulitan dalam hal keuangan didalam kehidupan
sehari-hari, sehingga adik keduanya dengan susah payah diusahakan
masuk ke SMU. Sedangkan adik ketiganya juga perempuan kelas 3 SD.
Orang tua laki-laki turam bekerja sebagai supir bis Damri jurusan leuwi
panjang-cibiru, sedangkan orang tua perempuan turam mempunyai
usaha kecil warung yang menjual jajanan anak-anak dan sembako
dirumahnya. Gambaran rumahnya terletak pada pemukiman yang padat
penduduk diwilayah pagarsih.
Menurut cerita ibunya bahwa tamtam sangat ingin sekali masuk
kuliah tetapi orang tuanya tidak mampu membiayai uang kuliahnya,
sehingga tamtam sendiri mempunyai usaha menjual pulsa telepon selular
di warung ibunya. Tamtam sendiri mempunyai karakter penurut didepan
orang tuanya, sehingga orang tuanya mengetahui dia menjadi anggota
geng bermotor XTC. Sedangkan saat melakukan konvoi geng bermotor,
dia sangat sadis dan brutal dalam melakukan kekerasan terhadap lawan-
lawannya dijalan. Orang tua turam dalam mengizinkannya menjadi
anggota geng bermotor XTC sangat senang dengan banyaknya teman-
teman turam bertandang kerumahnya dan sering menginap dirumahnya
yang kebanyakan adalah anggota geng bermotor XTC. Saat ini tamtam
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
58
menjabat sebagai koordnator tim pagarsih, yang berarti wilayah pagarsih
adalah daerah kekuasaannya.
Tamtam sendiri pernah sekolah di Subang dan merupakan pendiri
geng bermotor XTC cabang kota Subang. Tamtam sangat terkenal bagi
cabang-cabang geng bermotor XTC, tetapi dia kurang dekat dengan
struktur atas pada geng bermotor XTC, sehingga pada saat pelantikan
anggota baru geng bermotor XTC di daerah diundang dan semua
prosedurnya biasanya melalui dia baru diberitahukan terhadap struktur
diatasnya pada geng bermotor XTC. Dia mempunyai motovasi masuk
menjadi anggota untuk menyalurkan hobinya dalam melakukan
kekerasan dan ingin mempunyai teman yang banyak. Dia mempunyai
keahlian dalam balapan motor liar dan Free Style motor, dalam
menjalankan hobinya diketahui dia baru 1 tahun memiliki motor bebek
yang telah dibentuk menjadi motor underbone
3. Informan C (DebIo)
Deblo merupakan anggota tim dari geng bermotor tim yang
dipimpin tamtam. Dia merupakan orang kepercayaan tamtam. Deblo
merupakan anak ketiga dari 6 bersaudara. Deblo berumur 19 tahun dan
tidak melanjutkan pendidikannya pada kelas 2 SMP.Dia mempunyai ayah
sebagai buruh bangunan dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Dalam
keanggotaanya dia merupakan anggota yang ditunjuk dan biasa
melakukan perampasan barang-barang milik orang lain dijalanan guna
kepentingan kelompok geng bermotor, seperti merampas helm, motor,
tas, dan barang-barang berharga lainnya yang akan digunakan untuk
kepentingan geng bermotor.
Saat ini deblo tidak mempunyai pekerjaan dan setiap harinya dia
"nongkrong di rumah turam. Deblo sendiri dalam melakukan kekerasan
bersama anggota geng bemotor sangat berani, biasanya dia
berboncengan dengan turam dan membantu turam dalam melaksanakan
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.
59
kekerasan. Deblo sendiri tidak mempunyai motor dan selalu mengikuti
turam dalam melakukan kumpul bersama geng bermotor XTC. Deblo
sendiri mempunyai jabatan sebagai leader tim zet wilayah pagarsih yang
bertugas merampas barang berharga milik orang lain dijalanan.
C. Andrey.I.Napitupulu, Sub budaya kesekerasan ..., FISIP UI., 2007.

Anda mungkin juga menyukai