Anda di halaman 1dari 8

BENTUK LAHAN ASAL PROSES SOLUSIONAL, tugas MK Geomorfologi

KEADAAN BENTUK LAHAN DI YOGYAKARTA Dilihat dari satuan fisiografis dan geologis Daerah Istimewa Yogyakarta, secara keseluruhan mempunyai kondisi geomorfologi yang beraneka ragam, antara lain : 1 Satuan Gunung Merapi Satuan Gunung Api Merapi yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api yang meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul termasuk bentang lahan vulkanik. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung dan sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan wilayah ini terletak pada zone utara di Kabupaten Sleman. Gunung Merapi yang mempunyai karakteristik khusus, menjadi daya tarik untuk dapat dijadikan sebagai obyek studi kegunungapian dan pariwisata. Namun demikian, kawasan ini rawan bencana alam. 2 Satuan Pegunungan Selatan Satuan Pegunungan Selatan yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, atau dikenal sebagai Pegunungan Seribu merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus dan selalu kekurangan air dengan bagian tengah terdapat dataran (Wonosari Basin). Wilayah ini merupakan bentang lahan solusional, dengan bahan batuan induk batu gamping, mempunyai karakteristik lapisan tanahnya dangkal dan vegetasi penutupnya relatif jarang. Sebagai akibat proses pengangkatan, kawasan batugamping yang berkembang di bagian paling selatan dari Pegunungan Selatan, khususnya di wilayah Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan, berkembang menjadi topografi karst dengan sistem drainase bawah tanahnya (subterranean drainage). Sementara itu, kenampakan platonya pun pada akhirnya berubah menjadi bukit-bukit kecil berbentuk kerucut (conical hillocks) yang dikenal dengan Gunung Sewu. Di sisi selatannya, hantaman gelombang Samudera Hindia terus-menerus membentuk lereng-lereng terjal (cliff), yang di beberapa tempat diselingi oleh teluk-teluk yang sebagian terhubung dengan wilayah pedalaman melalui lembah-lembah kering. Di sisi utaranya, perbukitan kerucut Gunung Sewu berbatasan dengan dua buah ledok (basins), yaitu Ledok Wonosari di bagian barat dan Ledok Baturetno di bagian timur. Ledok Wonosari hingga kini masih mempertahankan pola drainase aslinya di aliran Sungai Oyo, yang mengalir menembus tebing-tebing tinggi di ujung barat. Ledok Baturetno di daerah Wonogiri, yang semula merupakan daerah hulu dari sebuah sungai yang mengalir ke selatan, sebagaimana ditunjukkan melalui Lembah Giritontro yang membelah Gunung Sewu ke arah Samudera Hindia, akhirnya berubah menjadi anak sungai bagi Bengawan Solo yang hingga saat ini mengalir ke utara. Di sisi utara kedua ledok terdapat punggungan-punggungan tinggi dengan sisa-sisa planasinya yang tetap dipertahankan. Batas utara dari punggungan tersebut berupa tebing curam (steep escarpment), memanjang mulai daerah Parangtritis ke utara, di selatan Prambanan berbelok ke arah timur hingga Wonogiri. Di sebelah utaranya membentang dataran rendah, di mana lipatan batuan yang lebih tua turun cukup dalam, tertutup oleh kipas-kipas fluvio-volkanik muda dari beberapa gunung api 3 Satuan Pegunungan Kulon Progo Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kabupaten Kulon Progo bagian utara

merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan potensi air tanahnya kecil. Stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal dengan Formasi nanggula, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan batuan-batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo, yang menurut Van Bemmmelen (1949), kedua formasi terakhir ini mempunyai umur yang sama, keduanya hanya berbeda faises. Formasi Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon Progo, penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo (1977) terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan Tuf serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Litologi dari Formasi Jonggrangan ini tersingkap baik di sekitar desa Jonggrangan, bagian bawah dari formasi ini terdiri dari Konglomerat yang ditumpangi oleh Napal tufan dan Batupasir gampingan dengan sisipan Lignit. Batuan ini semakin ke atas berubah menjadi Batugamping koral (Wartono rahardjo, dkk, 1977). Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Batugamping koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih muda (Harsono Pringgoprawiro, 1968: 9). 4 Satuan Dataran Rendah Satuan Dataran Rendah merupakan bentang lahan fluvial yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari Kabupaten Kulon Progo sampai dengan Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini merupakan daerah yang subur. Bentang Lahan lainnya yang belum didayagunakan secara ptimal adalah bentang lahan marin dan eolin yang merupakan satuan wilayah pantai, yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus di Parangtritis Bantul yang terkenal dengan gumuk pasir menjadi laboratorium alam studi geografi. Secara terperinci keadaan geomorfologi dan bentang lahan dari Daerah Istimewa Yogyakarta Parangtritis antara lain 1. Yogyakarta (Terban Bantul) Dataran alluvial disebelah selatan Kota Yogyakarta berasal dari kegiatan vulkanis muda (akhir plestosen/awal holosen) dari gunung api merapi. Dari Yogyakarta hingga Parangtritis, struktur geologisnya merupakan struktur terban (graben structure) yang berkaitan dengan pengangkatan dan amblesan pada pleistosen tengah. Struktur terban ini juga sering disebut Terban Bantul (Bantul Graben). Daerah ini mengalami pengendapan bahan vulkanis dari gunung merapi melalui lahar atau pengendapan sungai biasa (reworked and redeposited volcanic materials). Bahan alluvial ini dengan jelas menutupi suatu topografi bekas, seolah olah daerah ini terendam oleh sedimen alluivial. Beberapa bukit dari topografi yang terkubur masih muncul keluar dari sedimen alluvial (alluvial blanket) berbentuk seperti pulau pulau. 2. Krinjing Tanah desa krinjing terletak pada jalur Siluk Parangtritis. Singkapan batuan akibat proses erosi dan aktivitas penduduk dalam pembuatan teras teras penorehan oleh penduduk, batuan aliran lava dengan isian fragmen batuan breksi andesitis, tanah latosol litosol. Pada lokasi ini dapat dilihat batuan vulkanik yang berasal dari suatu jalur gunung api dengan umur akhir Oligosen/ awal Miosen. Jalur gunung api ini pernah menjadi pulau pulau pada laut dangkal, dengan posisi jalurnya kira kira sejajar dengan pantai selatan jawa sekarang. Pada

daerah ini merupakan daerah dengan perwujudan dataran vulkanik yang merupakan singkapan dari aliran lava yang sudah lapuk (chemically weathered). 3. Putat (Tempuran Kali Opak dengan Kali Oyo) Pada daerah ini memiliki satuan geomorfologis berupa bentukan lahan asal fluvial. Daerah Putat berada disebelah selatan Sungai Opak dan Sungai Oyo dan sebelah timur Sungai Opak hilir yang mempunyai bentukan lahan seperti tanggul alam Sungai Opak, lereng fluvial serta gosong pantai. Tanggul alam Sungai Opak membujur sejajar dengan tubuh sungai. Tanggul alam berkembang baik hanya disebelah utara alur sungai, sedangkan yang ada diselatan tidak berkembang baik karena adanya tanggul secara terpisah. Pada alur Sungai Opak maupun Sungai Oyo terdapat endapan pasir yang bersifat dinamis tergantung pada debit dan kompetensi sungai. Endapan pasir ini disebut sebagai gosong pantai, dimana saat debit air sungai kecil maka terjadilah endapan pasir dan kerikil sungai tersebut dan muncul diatas permukaan air sungai. 4. Parangtritis a Grogol Di Grogol, selatan terdapat aliran lava andesit dan pembentukan gumuk pasir (sand dune). Disebelah utara Parangtritis, beberapa aliran lava tersingkap di pinggir jalan. Lava ini belum diubah oleh pelapukan dan dapat digolongkan sebagai andesit sampai basalt. Lava ini termasuk dalam kegiatan vulkanik pertama di Jawa, yakni akhir Oligosen / awal Miosen. Ciri khas batuan ekstrusif dibandingkan dengan batuan yang intrusif adalah keseragaman ukuran kristalnya. b Pantai Parangtritis Daerah Parangtritis, dekat muara Kali Opak, dapat dijumpai banyak gumuk pasir (sand dunes), yang biasanya tidak terdapat pada suatu iklim yang tropis dan humid. Gumuk gumuk pasir ini terjadi dari pasir hitam yang terbawa ke laut oleh Kali Progo dan Kali Opak dari material vulkanik hasil letusan Gunung Api Merapi. Pasir hitam ini terendapkan dimuka muara jenis sungai. Oleh kombinasi ombak (yang kuat diselatan) dan arus laut, endapan pasir itu tersebar disepanjang pantai dan membentuk gisik tepi laut (beach). Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, serta Sungai Opak dan Progo. Pengaruh dari Gunung Merapi. Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan. Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes, biasanya pada daerah Parangtritis ini memiliki tipe gumuk pasir Barchan (Sabit) yaitu Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 15 meter. Gumuk pasir ini

merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin. Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin. c Parangkusuma Batuan lava yang diuraikan tersingkap juga didekat pantai Parangkusuma. Batuan lava ini muncul dibelakang gumuk pasir resen. Daerah yang relative datar ini kelihatan masih didasari oleh batuan lava yang hamper mendekati pantai sekarang. Morfologi datar ini berasal dari abrasi laut sebagai pelataran abrasi (marine abrasion platform). Pelataran tersebut masih ada tetapi tetutup oleh gumuk pasir alluvium. 5. Gunung Sewu Gunung Kidul (Topografi Karst) Geomorfologi Daerah Gunung Sewu, berdasarkan morfogenetik dan morfometriknya dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan, yaitu Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Kerucut Karst, dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Secara umum karstifikasi di daerah ini sudah mencapai tahapan dewasa. Sebagai akibat proses pengangkatan, kawasan batugamping yang berkembang di bagian paling selatan dari Pegunungan Selatan, khususnya di wilayah Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan, berkembang menjadi topografi karst dengan sistem drainase bawah tanahnya (subterranean drainage). Sementara itu, kenampakan platonya pun pada akhirnya berubah menjadi bukit-bukit kecil berbentuk kerucut (conical hillocks) yang dikenal dengan Gunung Sewu. Di sisi selatannya, hantaman gelombang Samudera Hindia terus-menerus membentuk lereng-lereng terjal (cliff).

JASA TERUMBU KARANG CAPAI Rp 10,8 MILIAR JAKARTA, KOMPAS.com Jasa ekosistem terumbu karang mencapai Rp 1,17 miliar-Rp 10,8 miliar per hektar per tahun. Penghitungan ini menunjukkan arti penting terumbu karang bagi perekonomian manusia, tetapi terumbu karang sekarang dibiarkan menuju kehancuran akibat eksploitasi dan pencemaran pesisir yang tidak terbendung. Menurut Program Officer Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada Yayasan Kehati Basuki Rahmad, manfaat ekonomi terumbu karang di Indonesia ditunjukkan, antara lain, sebagai tempat pemijahan ikan laut dunia. Ketika tempat pemijahan itu rusak, ikan dunia akan terus merosot jumlahnya. Penghitungan nilai jasa ekosistem terumbu karang berkisar 130.000 dollar AS-1,2 juta dollar AS itu berdasarkan hitungan para ahli yang berkumpul dalam Konferensi Keanekaragaman Global di Cape Town, Afrika Selatan, beberapa bulan lalu. Jasa ekosistem terumbu karang, antara lain, sebagai sumber makanan, bahan mentah, dan ornamental (1.100 dollar AS-6.000 dollar AS), regulasi iklim, menetralkan cuaca ekstrem, pemurnian air, kontrol biologi (26.000 dollar AS-35.000 dollar AS), jasa pariwisata (88.700 dollar AS-1,1 juta dollar AS), dan pemeliharaan keragaman genetik (13.500 dollar AS-57.000 dollar AS). Sementara itu, Kebijakan pemerintah di sektor tambang paling mengancam ekosistem terumbu karang, kata Basuki, Senin (19/4/2010), dalam konferensi pers menjelang peringatan Hari Terumbu Karang yang pertama kali diadakan bertepatan Hari Bumi, 22 April 2010. Peringatan Hari Terumbu Karang (Coral Day) diselenggarakan di berbagai tempat meliputi Kepulauan Seribu, Jakarta; di Pulau Hari, Teluk Luar Kendari, Sulawesi Tenggara; Pulau Maratua, Kalimantan Timur; dan di Pulau Serangan, Bali. Program meliputi penanaman karang, adopsi karang, pameran foto, pemutaran film, dan kegiatan tradisional menyesuaikan kondisi lingkungan setempat. Frustrasi Zainal Arifin, periset pada Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengemukakan, bekerja di bidang ekosistem kelautan menimbulkan frustrasi akibat sulit dimengertinya nilai penting terumbu karang. Untuk mengonservasi terumbu karang tidak bisa dipisahkan penyelamatan mangrove dan padang lamun. Perairan jernih adalah syarat tumbuh karena terumbu karang butuh sinar matahari untuk proses fotosintesisnya, kata Zainal. Menurut dia, mangrove berfungsi menahan laju sedimentasi dari daratan ke laut, sedangkan padang lamun mengendapkan materi padat ke dasar perairan sehingga perairan tetap jernih. Tetapi, konservasi mangrove dan padang lamun sekarang masih jauh dari kondisi ideal. Di Pulau Bintan ada percontohan pengelolaan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang yang dijaga baik, kata Zainal. Saat ini terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencakup wilayah 60.000 kilometer persegi, tetapi hanya 5 persen yang masih bagus. Menurut Zainal, industri rumput laut yang banyak dikembangkan di sejumlah wilayah perairan pesisir juga berdampak buruk bagi konservasi terumbu karang. Sulit dibayangkan ketika terumbu karang makin habis. Yang dibutuhkan

adalah tata ruang yang harus ditaati, katanya. (NAW) Sumber : kompas.com/sains/20 April 2010

GUNUNG API BISA TIDUR RIBUAN TAHUN

KOMPAS.com Gunung api dan gempa hingga kini masih menyimpan misteri. Fenomena gunung api terasa di luar jangkauan tangan manusia. Kekuatan dan daya rusaknya ada dalam skala superhuman. Letusan sebuah gunung di Eslandia di gletser Eyjafjallajkull menggugah kembali mitos dan legenda soal gunung. Kekuatan yang dikeluarkan gunung di Eyjafjallajkull adalah simpanan energi yang dihimpun selama lebih dari 1.100 tahun. Tak heran jika simpanan-nya berupa abu vulkanik sedemikian besar volumenya, mengakibatkan kegelapan di langit Eropa utara dan lebih dari 16.000 penerbangan dibatalkan. Tercatat hanya dua kali gunung itu meletus, terakhir terjadi antara tahun 1821 dan 1823. Bentuk gunung berapi ini menurut vulkanologis Benjamin Edwards memang bisa menipu. Bentuknya yang landai membuat orang berpikir tak akan terjadi letusan yang eksplosif. Menurut Edwards, gunung api yang letusannya bersifat eksplosif biasanya kandungan magmanya kaya akan oksigen dan silikat. Dan, bentuk gunungnya kerucut seperti gunung Fujiyama di Jepang atau Gunung St Helensebelum letusan hebat pada tahun 1980 yang menyebabkan pucuknya terpotong. Jenis lain yaitu gunung-gunung di Hawaii, seperti Mauna Loa, yang saat meletus mengeluarkan magma yang kental dan sedikit kandungan gasnya, meleleh dari celah-celah di sepanjang tubuhnya atau dari kepundannya. Namun, pada gunung api tipe stratovolcano seperti di Eslandia ini terdapat magma bentukan baru yang kemudian bercampur magma lama. Kondisi ini mampu memperkaya magma dengan oksigen dan silikat. Faktor X lainnya adalah lapisan es tebal. Air dari es yang mencair yang kontak dengan magma, menurut Edwards, dapat memicu letusan yang eksplosif. Teori lain dikemukakan Edward Venzke dari Global Volcanism Network di Washington, AS. Jaringan ini juga melibatkan US Geological Survey (USGS) dan Museum of Natural History

Smithsonian Institution. Pada erupsi (letusan) pertama Maret lalu, magma memancur keluar dari retakan-retakan mengindikasikan ada kandungan gas. Ketika erupsi berhenti, magma menyumbat retakan sehingga tekanan di bawah puncak yang dilapisi es meningkat. Naiknya suhu magma mencairkan es. Air yang terbentuk inilah yang memicu letusan eksplosif. Waspada Katla Ketika Eyjafjallajkull meletus, pantas diwaspadai akankah ini memengaruhi aktivitas gunung api tetangganya, Katla, yang berjarak hanya sekitar 25 kilometer dari Eyjafjallajkull. Dari laporan yang dimuat dalam jurnal Developments in Quaternary Science oleh tim ilmuwan pimpinan peneliti Erik Stukell dari University of Gothenburg, Swedia, kedua gunung tersebut pernah meletus bersama pada tahun 1612, 1821, dan tahun 1823. Dari laporan tersebut terbaca bahwa Katla memuntahkan material lebih banyak dibandingkan dengan Eyjafjallajkull. Seperti laporan yang dimuat Christian Science Monitor, ditemukan sejumlah bukti bahwa magma di kedua gunung itu bersama-sama meningkat aktivitasnya pada kurun waktu 1999-2004. Katla telah beberapa kali meletus dan puncaknya bertumbuh. Tim pimpinan Stukell kini mewaspadai Katla. Dari hotspots Bencana letusan Eyjafjallajkull menyebabkan kerugian hingga Rp 2,18 triliun per hari gara-gara penerbangan terganggu. Banjir setinggi 3 meter menyebabkan sekitar 1.000 orang diungsikan. Letusan masif gunung berapi sering kali katastropik. Gunung api di Eslandia dan di Hawaii muncul dari hotspot, (titik panas), di mana magma yang bersuhu tinggi keluar dari rekahan di daerah punggungan samudra dari Sea Floor Spreading, di mana lempeng bumi bergerak saling menjauh. Sementara itu, terbentuknya gunung api di Indonesia adalah dari area zona subduksi, di mana dua lempeng bumi bertemu sehingga saling gesek dan menimbulkan panas tinggi yang memproduksi magma. Magma ini keluar ke permukaan sebagai gunung api. Meski proses terbentuknya berbeda, sifat katastropik letusan beberapa jenis gunung api adalah sama. Toba terbesar Indonesia masih menduduki puncak bencana masif letusan gunung api dengan letusan Gunung Tobaditengarai ada di lokasi Danau Toba sekarang. Dari skala intensitas letusan yang disebut volcanic explosivity index (VEI), letusan Gunung Toba dituliskan mencapai 8 atau bahkan lebih. Kapan terjadinya? 74.000 before the present adalah jawabannyayaitu sekitar 74.000 tahun lalu (Volcanoes in Human History, de Boer/Sanders, 2002). Setelah Toba, letusan terbesar sepanjang sejarah bumi adalah letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada bulan April tahun 1815. Korban tewas mencapai 70.000. Mereka tewas seketika dan banyak lainnya menyusul beberapa waktu kemudian akibat kelaparan dan penyakit. Abu vulkanik menutup hutan, ladang, dan sawah. Ketinggian abu vulkanik mencapai lapisan stratosfirtempat proses iklim terjadidan mengubah pola iklim. Daerah basah menjadi kering, daerah kering menjadi basah. Radiasi matahari terhalang. Pada tahun 1816 di Amerika Serikat dikenal sebagai The Year without a Summer (Volcanoes in Human History, 2002). Menggambarkan katastropi ini, penyair Lord Byron menuliskan puisi Darkness yang isinya berbunyi:

Terang matahari lenyap, juga bintang; Meninggalkan kegelapan di ruang angkasa tak bertepi; Tak ada sinar, tak ada jejak, bumi bagai bongkah es; Semua menjadi buta dan menghitam di udara tanpa bulan; Pagi datang dan pergi dan datang lagi dan tak ada hari; Dan manusia lupa akan kepeduliannya di tengah rasa takut; tercekam akan kepedihan ini.

Anda mungkin juga menyukai