Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR KIMIA ANALISIS PRAKTIKUM 3 ARGENTOMETRI

Disusun Oleh: Tika Pratiwi Arum Winda Setyorini Lutfi Nurindriyanti Ega Utomo Ryandana G1F009019 G1F010020 G1F010021 G1F010022

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2011

Praktikum 3 ARGENTOMETRI

I.

Tujuan Percobaan Menetapkan kadar suatu senyawa obat dalam sampel menggunakan prinsip reaksi

pengendapan.

II.

Alat dan Bahan Alat Beaker glass Labu Erlenmeyer Pipet tetes Buret Statif Timbangan elektrik Batang pengaduk Corong gelas

Bahan Perak Nitrat 8,5 g Natrium Klorida 125 mg Kalium Kromat 5% Kalium Tiosianat 3,8 g Asam Nitrat 1 ml Besi (III) Ammonium Sulfat Kalium Klorida 50 mg Vitamin B1 50 mg Kalium Iodida 50 mg Asam Asetat Eosin Akuades

III.

Data Pengamatan dan Perhitungan

Penetapan Kadar Natrium Klorida Titrasi I Titrasi II Titrasi III : V AgNO3 = 10 ml : V AgNO3 = 13,5 ml : V AgNO3 = 10 ml

% kadar Natrium Klorida (I)

=( =( = 111,36 % )

% kadar Natrium Klorida (II)

=( =( )

= 150,336 % % kadar Natrium Klorida (III) =( =( ) )

= 124,352 % 111,36 150,336 124,352 111,36 ( 12,992 25,984 12,992 ) 168,79 675,17 168,79

Jadi, kadar Natrium klorida adalah 124,352% 22,50

Penetapan Kadar Kalium Klorida Replikasi 1 2 3 Kadar I Volume AgNO3 7,8 mL 7,7 mL 7,9 mL

= ( mL titran x N titran x BE zat x 100 ) % b/b mg sampel = ( 7,8 x 0,096 x 74,56 x 100 ) % b/b 50 = 111,66 %

Kadar II

= ( mL titran x N titran x BE zat x 100 ) % b/b mg sampel = ( 7,7 x 0,096 x 74,56 x 100 ) % b/b 50 = 110,93 %

Kadar III

= ( mL titran x N titran x BE zat x 100 ) % b/b mg sampel = ( 7,9 x 0,096 x 74,56 x 100 ) % b/b 50 = 113,09 %

Kadar rata-rata = 111,66 + 110,23 + 113,09 3 = 111,66 %

Standar Deviasi

X 111,66 110,23 113,09

d ( x) 0

d2 0 2,05 2,05 = 4,1

111,66

1,43 1,43 = 2,86

SD

= = 1,43 Jadi kadar Kalium Klorida 111,66 % 1,43

Penetapan kadar Kalium Iodida

Kadar

=( +

1. Kadar = * = 100,147 2. Kadar = * = 109,536 3. Kadar = * = 115,795 jadi, Kadar = 108,493% 100,147 109,536 115,795 108,493 ( 8,346 1,043 7,302 =16,691

) 69,656 1,088 53,319 =124,063

SD = = = 7,876 Jadi kadar Kalium Iodida adalah 108,493 7,876

Titrasi Vitamin B1 / Tiamin HCl dengan kalium tiosianat

Replikasi Volume KSCN 1 2 3 Rata-rata 1,5 mL 1,7 mL 1,6 mL 1,6 mL

N KSCN 0,095 N 0,095 N 0,095 N 0,095 N

BE zat = 337,27

Perhitungan : Kadar = ( )

1. Kadar = ( =( = 96,12 % )

2. Kadar = ( =( = 108,93 % )

3. Kadar = (

= ( = 102,53 % Jadi, kadar = 102,53 % 96,12 108,93 102,53 102,53 102,53 102,53 ( 6,4 6,41 0,01 )

40,96 41,09 1x 10-4

Jadi, kadar vitamin B1 / Tiamin HCl adalah 102,52 % 6,405. IV. PEMBAHASAN

1. Penetapan Kadar Kalium Natrium Klorida (Metode Mohr) 50 mg NaCl yang dilarutkan dalam 25 mL akuades di dalam labu ukur, kadar NaCl murni yang terkandung dalam 50 mg sample tadi dapat ditentukan dengan menentukan ion Cl- nya menggunakan titrasi argentometri dan AgNO3 sebagai larutan standar. Indikator yang digunakan adalah kalium kromat (K2CrO4) 0,5 mL. Pada awal penambahan, ion Cl- dan NaCl yang tergantung dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Sedangkan larutan pada awalnya berwarna kuning karena penambahan indikator K2CrO4. Saat terjadi tiik ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat bereaksi dengan ion Ag+ yang berarti ion Cl- habis dalam sistem. Dengan penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO4 2- dalam indikator kalium kromat membentuk endapan putih dengan warna merah bata.

Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut : Saat sebelum TE sampai saat TE AgNO3 (aq) + NaCL (aq) AgCl (putih) + NaNO3 (aq) Saat setelah TE 2 Ag+ (aq)+ CrO4 2- (aq) Ag2CrO4 (s) (endapan putih berwarna merah bata) (Harizul, 1995). Setelah dititrasi dengan AgNO3, maka warna kuning berangsur-angsur berubah orange dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekuivalen. Reaksi yang terjadi adalah : AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl + NaNO3 (aq) (Harizul, 1995). Dari titrasi yang dilakukan, didapatkan bahwa kadar natrium klorida adalah 124,352% 22,50. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa kadar natrium klorida mengandung tidak kurang dari 99,5% NaCl (Anonim, 1979). Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen (Skogg, 1965). Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi : 2 CrO42+ 2 H+ Cr2O72- + H2O Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O dengan reaksi : 2 Ag+ + 2OH- H2O Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi denganion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl. Pemilihan indikator dilihat

juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulu bereaksi pada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+ dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-. Selain itu ion Cl- jikabereaksi dengan Ag+ akan lebih mengendap karena kelarutannya adalah Ksp AgCl = 1,82 x 10-10 , berdasarkan reaksi maka : Ksp AgCl = S2 S= Ksp K2CrO4 = 453 S = 0,52 .10-3 (Underwood, 1992). = 1,35x10-10

Sedangkan kelarutan ion kromat (Ksp K2CrO4 = 1,1 x 10-12) adalah :

2. Penetapan Kadar Kalium Klorida Kadar KCl ditentukan dengan titrasi argentometri metode Mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah Asam : 2CrO4- + 2H+ CrO72- + H2O Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2 AgOH 2AgOH Ag2O + H2O Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl (Harizul, 1995). Penetapan kadar KCl pada percobaan kali ini dilakukan dengan menimbang 50 mg sampel kemudian dilarutkan dalam 25 ml akuades ditambahkan 0,5 ml indikator kalium kromat dan dititrasi dengan perak nitrat. Larutan diaduk sampai terbentuk larutan homogen, selanjutnya ditambahkan 1 ml indikator kalium kromat lalu dititrasi dengan

perak nitrat 0,096 N. titrasi dihentikan saat terbentuk endapan berwarna merah. Endapan merah ini terbentuk karena terjadi kelebihan titran. KCl yang dititrasi sudah habis bereaksi dengan AgNO3 sehingga kelebihan AgNO3 bereaksi dengan kalium kromat membentuk perak kromat yang berwarna merah (Gandjar, 2009). Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih) Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi: 2Ag+(aq) + CrO4(aq) Ag2CrO4(s) (endapan merah) ( Svehla, 1985). Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai. 2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH(s) Ag2O(s) + H2O(l) Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72karena reaksi 2H+(aq) + 2CrO42-(aq) Cr2O72- +H2O(l) yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapannya atau sangat terlambat (Day, 1992). Dalam praktikum ini didapatkan kadar Kalium Klorida 111,66 % 1,43 kadar yang seharusnya dimana kadar KCl menurut literatur adalah sebesar 99,9% sampai 100 % (Anonim, 1995). Perbedaan kadar ini dapat disebabkan karena praktikan kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi, dan kemungkinan adanya pengotor dalam serbuk KCl sehingga KCl yang didapat masih belum murni. 3. Penetapan Kadar Vitamin B1 / Tiamin HCL (Metode Volhard) Penetapan kadar vitamin B1 dilakukan dengan metode Mohr. Awalnya penetapan kadar vitamin B1 dilakukan dengan metode Volhard. Metode Volhard menggunakan

NH4SCN atau KSCN sebagai titran, dan larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titran dan Ag, membentuk endapan putih. Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (putih) Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah) SCN-(aq) + Fe3+(aq) FeSCN2+(aq) yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna (Harizul,1995). Dalam percobaan kadar vitamin B1 / Tiamin HCl adalah 102,52 % 6,405. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa tablet Tiamina Hidroksida mengandung Tiamina hidroklorida, C12H17CIN4OS.HCL, tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 115,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1979).

4. Penetapan Kadar Kalium Iodida (Metode Fajans) Lebih kurang 50 mg sampel ditimbang saksama, dilarutkan dalam 12,5 mL air, ditambahkan 1,5 mL asam asetat 6 %. Dititrasi dengan perak nitrat 0,096 N menggunakan 2 tetes indikator eosin hingga warna endapan berubah menjadi merah. Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti diklorofluorescein yang berada dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai counter ion pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan terserapnya ini maka warna indicator akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi berwarna merah muda. Mekanisme teradsorbsinya indicator ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

(Indigomorie, 2009). Pada awal titrasi, ion dari indikator adsorpsi yang bermuatan negatif tidak bereaksi dengan larutan perak nitrat dan larutan kalium iodida karena berlebihnya ion iodida yang bermuatan negatif tetapi perubahan warna tercapai disebabkan oleh titik kesetaraan yang telah dicapai dimana ion perak berlebih yang menyebabkan ion dari zat indikator berubah menjadi positif karena terikat dengan ion perak berlebihan sehingga timbul warna merah bata pada endapan. Reaksi pengendapan yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut : Ag+ + I- AgI merah (Harizul, 1995). Kalium Iodida adalah 108,493 7,876 Hal ini berbeda sdengan literatur yang

menyebutkan bahwa Kalium Iodida mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101, 5 % KI (Anonim, 1975). Perbedaan kadar ini dapat disebabkan karena praktikan kurang teliti dalam menentukan titik akhir titrasi, dan kemungkinan adanya pengotor dalam KI sehingga KI yang didapat masih belum murni.

LARUTAN BAKU
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya dari hasil penimbangan dan pengenceran,dengan kata lain konsentrasinya ditentukan dari hasil perhitungan. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu: 1. Larutan baku primer

Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer: a. mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. b. tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. c. zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. d. sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan. e. zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. f. reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah. g. susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya.

2. Larutan baku sekunder Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: a. derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer. b. mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan. c. larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

Pada percobaan kali ini digunakan larutan AgNO3 dan K2SCN sebagai titran yang merupakan larutan baku sekunder sehingga perlu dilakukan standardisasi larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan baku primer NaCl, dan larutan K2SCN dengan larutan AgNO3 yang sudah dibakukan. Pembakuan perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti konsentrasi larutan baku sekunder (AgNO3 dan K2SCN) yang akan digunakan dalam titrasi untuk penentuan konsentrasi analit. Titrasi argentometri adalah jenis titrasi dimana hasil reaksi titrasinya yaitu endapan dan ion kompleks (garam yang sukar mengion), proses titrasi ini menggunakan larutan Perak

nitrat sebagai larutan standar. Dalam titrasi argentometri dikenal beberapa metode berdasarkan pada indikator yang digunakan yaitu metode Mohr ( pembentukan endapan berwarna), metode Volhard (penentuan zat warna yang mudah larut) dan metode fajans (indicator adsorpsi) dan metode Liebig . Dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang proses kerja terbentuknya endapan dengan metode Mohr untuk standarisasi larutan perak nitrat dan metode Fajans untuk menentukan konsentrasi sampel kalium iodida. Larutan perak nitrat harus dilindungi dari cahaya matahari, dan paling baik disimpan dalam botol coklat. Hal ini dikarenakan perak nitrat mudah terurai atau terdekomposisi oleh cahaya. AgNO3 (aq) Ag2O (s) + HNO3(aq) (Rivai, 1995). Oleh karena itu, larutan perak nitrat distandarisasi terlebih dahulu terhadap natrium klorida. Natrium klorida bersifat tidak higroskopis, namun udara lembab dapat membuat padatan natrium klorida juga menjadi lembab, sehingga untuk hasil yang akurat, natrium klorida harus dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dan didinginkan sebelum ditimbang.

Monografi Bahan NATRIUM KLORIDA

Nama IUPAC:Natrium Klorida Nama lain:Garam dapur Sifat Rumus molekul NaCl Massa molar 58.44 g/mol Penampilan Tidak berwarna/berbentuk kristal putih Densitas 2.16 g/cm3 Titik leleh 801 C (1074 K) Titik didih 1465 C (1738 K) Kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25 C)
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25C, 100 kPa)

Pemerian hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin. Kelarutan mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol.

PERAK NITRAT
Perak nitrat

Nama lainnya: Asam nitrat perak (1 +) garam Properti Agno 3 169,87 g mol -1 putih solid 4,35 g cm -3 212 C, 485 K, 414 F 444 C, 717 K, 831 F (decomp.) 1,22 kg / L (0 C) 2,16 kg / L (20 C) 4,40 kg / L (60 C) 7,33 kg / L (100 C) larut dalam etanol dan aseton

Rumus molekul Massa molar Penampilan Kepadatan Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air Kelarutan

Pemerian hablur; tidak berwarna atau putih; bila dibiarkan terpapar cahaya dengan adanya zat organik, menjadi berwarna abu-abu atau hitam keabu-abuan; pH larutan kurang lebih 5,5. Kelarutan sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam eter.

KALIUM KROMAT
Kalium kromat

Nama IUPAC :Kalium kromat Nama lainnya: Asam kromat, (K2CrO4), garam dipotassium Rumus molekul Massa molar Penampilan Bau Kepadatan Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air Kelarutan Properti CrK 2 O 4 194,19 g mol -1 Kuning berbau bubuk tanpa bau 2,7320 g / cm 3 968 C, 1241 K, 1774 F 1000 C, 1273 K, 1832 F 63 g/100 ml (20 C) larut dalam alkohol

AMONIUM BESI (III) SULFAT

Amonium Besi (III) Sulfat (Feri Amonium Sulfat/Tawas Feri Amonium Sulfat) (NH4)2SO4.Fe2(SO4)3.24H2O Inggris : Ferric ammonium sulphate Jerman : Ferri ammonium sulfat Latin : Sulphas ammonico ferricus Mr : 964,4

Massa Jenis : 1,71 Titik Cair : 230 oC Tawas Feri Amonium Sulfat Pemerian hablur feri amonium sulfat berwarna ungu sangat muda, seperti tawas lainnya memiliki bentuk kristal oktahedral, mudah larut dalam air, serta dalam air bersifat asam karena terjadi hidrolisis. Dalam udara kering, feriamonium sulfat akan kehilangan 18 mol air hablurnya dan berubah awarna menjadi putih.

KALIUM TIOSIANAT

Kalium tiosianat

Nama lainnya: Kalium sulfocyanate Kalium isotiosianat Kalium thiocyanide

Rumus molekul Massa molar Penampilan Bau Kepadatan Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air Kelarutan dalam aseton

Properti KSCN 97,181 g mol -1 Berwarna kristal Tanpa bau 1,886 g / cm 3 173,2 C, 446 K, 344 F 500 C (decomp) 177 g/100 ml (0 C) 217 g/100 ml (20 C) 21,0 g/100 mL

KALIUM KLORIDA
.

Kalium klorida

Nama lainnya: Muriate kalium

Rumus molekul Massa molar Penampilan Bau Kepadatan Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air Kelarutan Keasaman (p K a) Indeks bias (n D) Struktur kristal

Properti KCl 74,5513 g mol -1 kristal putih yang solid tanpa bau 1,984 g / cm 3 770 C 1420 C 281 g / L (0 C) 344 g / L (20 C) 567 g / L (100 C) larut dalam gliserol , alkali sedikit larut dalam alkohol , larut dalam eter ~7 1,4902 (589 nm) Struktur wajah berpusat kubik

KALIUM IODIDA
Kalium iodida

Nama IUPAC : Kalium iodida

Properti Rumus molekul Massa molar Penampilan Kepadatan Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air KI 166.0028 g / mol kristal putih yang solid 3,123 g / cm 3 681 C, 954 K, 1258 F 1330 C, 1603 K, 2426 F 128 g/100 ml (0 C) 140 g/100 ml (20 C) 176 g/100 ml (60 C) 206 g/100 ml (100 C) 2 g/100 ml (etanol) larut dalam aseton (1,31 g/100 mL) sedikit larut dalam eter , amonia

Kelarutan

Pemerian Hablur heksahedral; transparan atau tidak berwarana atau agak buram dan putih atau sernuk granul putih; agak higroskopis, larutan menunjukan reaksi netral atau basa terhadap lakmus.

TIAMIN
Tiamin klorida

Nama IUPAC 2 - [3 - [(4-amino-2-metil-pyrimidin-5-il) metil]-4-metil-thiazol-5-il] etanol Nama lainnya Aneurine Thiamin

Rumus molekul Massa molar Persis massa

Properti C 12 H 17 CLN 4 OS 300,81 g mol -1 300,081159583 g mol -1

Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih kurang 248o disertai peruraian. Kelarutan mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzene.

Eosin kekuningan Y; Natrium Tetrabromo Fluoresin; C20H6Na2O5; BM 691,16 Pemerian serbuk atau lempengan merah sampai merah kecoklatan Kelarutan Larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol.

V.

Kesimpulan
Penetapan kadar Natrium Klorida menggunakan prinsip pengendapan, yaitu

mengunakan larutan AgNO3 0,09 N sebagai larutan baku dengan indikator kalium kromat (K2CrO4) 0,5 mL. Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut : Saat sebelum TE sampai saat TE AgNO3 (aq) + NaCL (aq) AgCl (putih) + NaNO3 (aq) Saat setelah TE 2 Ag+ (aq)+ CrO4 2- (aq) Ag2CrO4 (s) (endapan putih berwarna merah bata) (Harizul, 1995). AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl + NaNO3 (aq) (Harizul, 1995). Dari titrasi yang dilakukan, didapatkan bahwa kadar natrium klorida adalah 124,352% 22,50. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa kadar natrium klorida mengandung tidak kurang dari 99,5% NaCl (Anonim, 1979).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press Indigomorie, 2009. Argentometri Metode Fajans. http://kimiaanalisa.web.id/argentometrimetode-fajans/. Diakses tanggal 4 Desember 2011 Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Florida : Sounders College Publishing Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Jilid II. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Underwood, Al dan Day RA. Jr. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai