Anda di halaman 1dari 11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel-variabel penelitian perlu ditentukan sebelum pengumpulan data dilakukan. Pengidentifikasian variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing (Azwar, 2009, h.61). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Kriterium (Y): Intensi Self injury 2. Variabel Prediktor (X) : Kesepian

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2009, h.74). Pengertian yang jelas mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini akan diperoleh dengan dirumuskan batasan operasional masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Intensi Self injury

Intensi self injury adalah suatu indikasi dari kesiapan individu untuk melakukan suatu tindakan
atau mekanisme coping maladaptive yang dilakukan dengan sengaja karena adanya dorongan untuk melukai diri namun tidak dengan usaha bunuh diri melainkan sebagai cara untuk mengurangi penderitaan psikologis.

Tinggi rendahnya intensi self injury akan diungkap melalui Skala Intensi Self injury yang disusun berdasarkan aspek-aspek intensi Fishbein dan Ajzen (2005, h.292) yang meliputi

tindakan, target, sasaran dan waktu terjadi yang dikombinasikan dengan

aspek-aspek agresi

menurut Buss dan Perry yang meliputi agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka intensi self injury subyek semakin tinggi dan semakin rendah skor yang diperoleh subyek maka intense self injury subyek semakin rendah.

2.

Kesepian Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif dimana orang tersisih dari

kelompoknya, tidak ada tempat berbagi rasa, terisolasi dari lingkungan sehingga menimpulkan rasa sunyi, sepi, pedih dan tertekan. Tingkat kesepian akan diungkap melalui Skala Tingkat Kesepian yang disusun berdasarkan tiga dimensi kesepian menurut de Jong-Gierveld (dalam Dayakisni, 2006) yang meliputi: karakteristik emosi, bentuk keterpisahan sosial, dan perspektif waktu. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek dalam skala tingkat kesepian yang diberikan artinya semakin tinggi tingkat kesepian yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subyek dalam skala tingkat kesepian yang diberikan artinya semakin rendah tingkat kesepian yang dimiliki subyek.

B. Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Kelompok subjek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek lain (Azwar, 2009, h.77). Penentuan populasi penelitian

menjadi sangat penting karena melalui penentuan populasi seluruh kegiatan penelitian dapat terarah. Pembatasan populasi dan cara penentuan sampel merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sehingga batasan dan karakteristik populasi harus jelas dan tegas agar kesimpulan penelitian jelas pula target generalisasinya (Azwar, 2009, h.35). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (Sepuluh) di SMA Negeri 4 di Semarang. Adapun karakteristik populasi penelitian adalah: 1. Tercatat sebagai siswa SMAN 4 Semarang
2. Tahun pertama SMA di SMA Negeri 9 Semarang (kelas X)

Siswa/siswi tahun pertama (kelas X) memiliki kondisi yang berbeda dengan siswa/siswi tahun kedua dan ketiga (kelas XI dan XII). Siswa/siswi pada tahun pertama masih dalam penyesuaian diri dengan kondisi sekolah yang baru. Perpindahan dari masa SMP ke SMA membutuhkan penyesuaian secara akademik maupun penyesuaian dengan kehidupan sosial yang baru. Remaja yang mampu memulai tahun pertamanya dengan harapan positif akan berhasil mendapatkan teman baru, mempunyai penilaian yang baik tentang dirinya dan mampu menciptakan kehidupan sosial yang memuaskan akan terhindar dari perasaan kesepian (Sears dkk (1994, h.213).

3. Memiliki orangtua lengkap dan tinggal serumah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesepian adalah kehilangan hubungan kasih sayang dari orangtua karena peristiwa kematian atau perceraian, dan hubungan yang buruk dengan orangtua. Apabila subyek pernah mengalami kehilangan salah satu orangtuanya akan mempengaruhi tingkat kesepiannya (Sears, 1994, h.216).

Berdasarkan populasi tersebut akan diambil sampel penelitian yang dapat mewakili populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi, sehingga harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2009, h.79). Penelitian ini menggunakan teknik sampel cluster random sampling yang berarti pengambilan sampel dilakukan dengan randomisasi terhadap kelompok bukan terhadap subjek secara individual (Azwar, 2009, h.87). Alasan penggunaan teknik cluster random sampling dikarenakan populasi tergolong cukup besar dan terdistribusi sehingga lebih mudah jika pengambilan sampelnya berdasarkan kelas, bukan per individu.

D. Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Alasan menggunakan skala dikarenakan skala mempunyai karakteristik sebagai berikut (Azwar, 2009, h.3-4): 1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Berisi banyak aitem karena atribut psikologis diungkap secara tidak langsung melalui indikator perilakunya yang diterjemahkan dalam bentuk aitem. 3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Skala Likert kedua variable akan dibuat dalam arah favorabel dan unfavorabel dengan tujuan untuk menghindari stereotip jawaban. Adapun skala yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Skala Intensi Self injury Tujuannya adalah mengungkap seberapa besar intensi untuk melakukan self injury pada subjek penelitian. Tinggi rendahnya intensi self injury akan diungkap melalui Skala Intensi Self injury yang disusun berdasarkan aspek-aspek intensi Fishbein dan Ajzen (2005, h.292) yang

meliputi tindakan, target, sasaran dan waktu terjadi yang dikombinasikan dengan aspek-aspek agresi menurut Buss dan Perry yang meliputi agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan. 2. Skala Kesepian Tujuannya adalah untuk mengungkap seberapa tinggi kesepian yang dialami subjek penelitian. Tingkat kesepian akan diungkap melalui Skala Kesepian yang disusun berdasarkan tiga dimensi kesepian menurut de Jong-Gierveld (dalam Dayakisni, 2006) yaitu: a. Emotional characteristics (karakteristik emosi), yaitu memperlihatkan rentang dari perasaan yang dialami individu dari yang ringan sampai yang berat, dengan indikator perilaku berupa hilangnya perasaan yang positif, contohnya: perasaan bahagia, berharga, dipercaya, dicintai, unik, berguna, kuat, digantikan dengan adanya perasaan yang negatif, contohnya: perasaan sedih, cemas, tertekan, terluka, gelisah, terbuang, tidak pasti, tidak dimengerti, tidak bertujuan, tidak berhasil, kehilangan kontak. b. Type of social deprivation (bentuk keterpisahan sosial), memperlihatkan seberapa dekat bentuk keintiman hubungan individu dalam jaringan sosial. Indikator perilaku meliputi individu kehilangan atau tidak memiliki hubungan yang intim dan spesial, individu di dalam lingkungan sosialnya memiliki hubungan yang tidak dekat, kosong, dan jauh, serta individu ditolak dalam komunitasnya. c. Time perspective (perspektif waktu), memperlihatkan cara individu mengevaluasi

kesulitan atau hambatan yang dimiliki saat mengalami kesepian. Cara evaluasi ini dapat digolongkan ke dalam tiga karakteristik indikator perilaku, yaitu: tidak ada harapan, permanen, dan menyalahkan sesuatu di luar dirinya. Tabel 1. Cetak Biru (Blue Print)

Rancangan Skala Intensi Self injury


No. Aspek intensi self injury Aspek intense Aspek agresi Agresi fisik Agresi verbal Tindakan Kemarahan Permusuhan Agresi fisik Agresi verbal Sasaran Kemarahan Permusuhan Agresi fisik Agresi verbal Situasi Kemarahan Permusuhan Agresi fisik Agresi verbal Waktu Kemarahan Permusuhan Total Aitem Fav 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Unfav Total (N) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32 Bobot (%) 25

25

25

25 100

Pilihan jawaban dalam Skala Intensi Self Injury yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sitem penilaian Skala Intensi Self Injury bergerak dari satu sampai empat. Nilai atau skor pada pernyataan yang tergolong item favourable adalah 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS) dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Tabel 2. Cetak Biru (Blue Print) Rancangan Skala Kesepian
No 1 2 3 Dimensi Emosi Tipe deprivasi (kekurangan) hubungan sosial Perspektif waktu Total Aitem Fav Unfav 6 6 6 6 18 6 6 18 Total (n) 12 12 12 36 Bobot (%) 33,3 % 33,3 % 33,3 % 100 %

Pilihan jawaban dalam skala kesepian yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sistem penilaian skala kesepian bergerak dari satu sampai empat. Nilai atau skor pada pernyataan yang tergolong item favourable adalah 4 untuk jawaban SS (Sangat Sesuai), 3 untuk S (Sesuai), 2 untuk TS (Tidak Sesuai) dan 1 untuk STS (Sangat Tidak Sesuai). Pemberian bobot yang sama pada tiap komponen, didasarkan pada asumsi bahwa semua komponen yang digunakan untuk menyusun skala tersebut mempunyai peran yang sama pentingnya. Pernyataan tersebut didukung oleh Azwar (2009, h.24), yang menyatakan bahwa apabila tidak diperoleh dasar untuk menganggap adanya sebagian komponen yang lebih signifikan dari komponen lainnya, maka semua aspek lebih baik diberi bobot yang sama.

E. Indeks Daya Beda Aitem, Validitas, dan Reliabilitas Skala penelitian yang disusun melalui beberapa uji, untuk melihat kualitas skala. Uji yang dilakukan adalah: a. Uji Daya Beda Aitem Daya diskriminasi aitem atau daya beda aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem juga merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem total, sehingga aitem-aitem dalam skala memiliki fungsi ukur yang selaras dengan fungsi ukur skala (Azwar, 2009, h.59).

Daya beda aitem merupakan prosedur pemilihan aitem yang dilakukan dengan uji korelasi aitem-total yaitu dengan mengkorelasikan skor aitem dengan skor total tes. Metode tersebut dipilih karena skor terhadap jawaban aitem skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor kontinyu sehingga dapat digunakan formula koefisien korelasi Product Moment Pearson. Semakin tinggi korelasi positif antara skor aitem dengan skor total berarti semakin tinggi pula konsistensi antara aitem tersebut dengan skor total yang diperoleh, yang berarti semakin tinggi daya bedanya (Azwar, 1997, h.162). Perhitungan untuk mencari daya beda aitem dengan menggunakan analisis statistik Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows Release 17.0. Batasan koefisien korelasi yang biasa digunakan antara aitem dengan skor total adalah 0,30 akan tetapi apabila aitem yang lolos tidak mencukupi maka dapat diturunkan menjadi 0,25 (Azwar, 2009, h.65). b. Uji Validitas Alat Ukur Validitas adalah ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997, h.7). Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian isi tes atau aitem pada alat ukur dengan analisis rasional atau melalui professional judgement (Azwar, 1997, h.45). Validitas isi menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2008, h.52). Validitas isi terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Validitas muka

Validitas muka dipenuhi dengan format penampilan skala yang meyakinkan dan memberi kesan yang mampu mengungkap atribut yang hendak diukur (Azwar, 2008, h.53). Validitas

muka dapat ditempuh dengan cara pemilihan kata-kata, jenis kertas, bentuk huruf atau pembuatan kalimat yang menyakinkan sehingga menimbulkan motivasi individu yang diberi skala untuk mengisi dengan sungguh-sungguh.

2)

Validitas logik

Validitas logik adalah sejauhmana isi skala merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang akan diukur sehingga skala harus dirancang sedemikian rupa agar benar-benar berisi aitem yang relevan dan perlu menjadi bagian skala secara keseluruhan (Azwar, 2008, h.53). Validitas logik dapat dipenuhi dengan membuat blue print sebagai batasan kawasan ukurnya yang memuat cakupan isi dan cakupan kompetensi yang hendak diungkap. c. Uji Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas mengacu pada konsistensi, keajegan dan keterpercayaan alat ukur (Azwar, 2003, h.4). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat ukur yang digunakan dapat dipercaya. Hal tersebut ditunjukkan dengan taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh subjek dengan alat yang sama atau dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda (Suryabrata, 2005, h.29). Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan teknik formulasi Alpha dari Cronbach dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows Release versi 17.0. Fomulasi Alpha dipilih karena data yang diperoleh melalui penyajian skala hanya dikenakan sekali pada kelompok subjek (single-trial administration) (Azwar, 2009, h.87).

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang dari 0-1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas, koefisien yang mendekati angka 0 semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2009, h.83). F. Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya sehingga diperoleh suatu kesimpulan dari penelitian tersebut. Data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat diartikan secara langsung, akan tetapi data tersebut perlu diolah lebih lanjut untuk mendapatkan keterangan yang dapat dipahami, jelas, dan teliti. Sesuai dengan tujuan utama dari penelitian, yaitu mencari hubungan antara kesepian (variable predictor) terhadap intensi self injury (variable kriterium) dan untuk mengetahui sumbangan efektif variabel kesepian, maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Analisis regresi (Anareg) sederhana satu prediktor dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows Release versi 17.0. Anareg adalah teknik statistik parametrik yang dapat digunakan untuk (1) memprediksi besarnya variasi yang terjadi pada variabel Y berdasarkan variabel X, (2) menentukan bentuk hubungan antara variabel X dan Y, (3) menentukan arah dan besarnya koefisien korelasi antara variabel X dan Y (Winarsunu, 2004, h.183). Melalui analisis tersebut dapat diketahui besar hubungan antara kesepian terhadap intense self injury menguji taraf signifikansinya, dan mencari sumbangan efektif kesepian pada intense self injury. Asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan analisa data dengan teknik analisis regresi sederhana yaitu:

1.

Uji normalitas, dipakai untuk menguji apakah data subjek penelitian mengikuti suatu distribusi normal statistik (Santoso, 2002, h.378). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji Kolomogorov-Smirnov Goodness of Fit Test.

2.

Uji linearitas, merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui status linear tidaknya suatu distribusi data penelitian. Apabila harga F empirik lebih kecil daripada F teoritik, berarti distribusi data yang diteliti berbentuk linear (Winarsunu, 2004, h.186).

Anda mungkin juga menyukai