Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
menjadi tradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
posivistik karena berdasarkan pada filsafat positivisme, metode ini sebagai metode
ilmiah/ scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut discover, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode
ini disebut kuantitatif karena data-data berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.
Sedangkan Azwar (2017) mengemukakan bahwa penelitian yang memakai
metode kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang
dikumpulkan melalui prosedur pengukuran dan diolah dengan metode analisis
statistika, semua variabel yang terlibat harus diidentifikasi dengan jelas dan terukur.
Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2015).
Seorang peneliti dalam sebuah penelitian kuantitatif dapat melakukan
penelitian dengan fokus terhadap variabel saja. Dimana menurut sugiyono (2015)
pola hubungan antar variabel yang akan diteliti disebut paradigma penelitian.
Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma sederhana yang terdiri atas satu
variabel independen dan satu variabel dependen.
Variabel yang akan diuji pengaruhnya dalam penelitian ini adalah variabel
dependen (Y), dimana variabel ini yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari
adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kontrol diri.
Sedangkan variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadikan sebab timbulnya perubahan pada variabel dependen. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik. Sehingga paradigma penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Prokrastinasi akademik
Kobtrol diri (X2)
(Y)

Skirpsi
(X1)

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Kontrol diri
a. Definisi Konseptual
b. Definisi Operasional

3.2.2 Prokrastinasi Akademik


a. Definisi Konseptual
b. Definisi Operasional

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “population” yang berarti jumlah
penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer dipakai untuk
menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya (Siregar, 2015). Sedangkan Sugiyono (2015) menjelaskan
bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Arikunto (2014) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan objek
penelitian. Azwar (2017) menjelaskan bahwa populasi penelitian adalah kelompok
subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi,
kelompok subjek tersebut harus memiliki beberapa ciri atau karakteristik bersama
yang membedakannya dengan kelompok subjek yang lain. Populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa skripsi yang aktif dalam organisasi
3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Subjek pada sampel adalah sebagian dari subjek populasi, dengan kata lain
sampel adalah bagian dari populasi. Setiap bagian dari populasi merupakan sampel,
terlepas dari apakah bagian itu mewakili karakteristik populasi secara lengkap atau
tidak (Azwar, 2017). Sugiyono (2015) menjelaskan sampel merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel merupakan
bagian dari populasi, sehingga harus memiliki ciri-ciri yang yang dimiliki oleh
populasinya. Agar hasil penelitian pada sampel dapat digeneralisasikan pada
populasi, maka pengambilan sampel harus betul-betul representatif. Sampel yang
representatif sangat bergantung pada sejauh mana karakteristik sampel itu sama
dengan karakter populasinya. Siregar (2015) mendefinisikan Sampel adalah suatu
prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang akan diambil
dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu
populasi.
Sugiyono (2015) menjelaskan cara menentukan sampel bergantung pada
tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian atau
kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan
tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah
sampel yang diperlukan dan sebaliknya semakin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Proses
pengambilan sampel dari suatu populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yang
sering disebut dengan teknik pengambilan sampel (Siregar, 2015). Sugiyono (2015)
menjelaskan bahwa teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam suatu penelitian.
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability
sampling dengan jenis simple random sampling.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Sementara itu simple random sampling adalah cara pengambilan anggota
sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini penentuan jumlah
sampel yang dilakukan oleh peneliti berdasar atar saran yang dikemukakan oleh
Roscoe (dalam Sugiyono, 2015) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian
adalah antara 30 sampai dengan 100. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah
50 responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian,
mengingat data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan masalah yang
sedang di teliti atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Siregar, 2015).
Pendapat lain dari Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data
merupakan cara yang dilakukan dalam memperoleh data diantaranya dengan
kuisioner/angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.
Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Peneliti akan memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan
terkait variabel yang akan diteliti. Kuisioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan
yang terbuka atau tertutup, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikiriim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2015).
3.4.1 Skala Kontrol diri
Penyusunan skala kecemasan didasarkan pada aspek-aspek dari teori
kepatuhan. Skala kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan empat aspek yang dikemukakan oleh Haber & Runyon (1984) yaitu,
aspek kognitif, aspek motorik, dan aspek somatik, dan aspek afektif.

Table 3.1 kisi-kisi skala kontrol diri


No Aspek Definisi Aspek Bobot
Tidak-mampunya fikiran untuk berkonsentrasi dan
1 Kognitif mengambil keputusan yang baik atas ancaman atau 25%
hal negatif yang dihadapi
2 Gabungan dari seluruh reaksi yang menyebabkan 25%
Motorik
gemetar dan gugup dalam menjalankan aktivitas.
Munculnya efek pada fisik seperti ketegangan otot,
3 Somatik sering buang air kecil, dan gangguan pencernaan 25%
yang diakibatkan oleh ketakutan tertentu.
4 Perasaan gelisah dan emosi yang tidak menentu dari 25%
Afektif
individu akibat dari sebuah ancaman
Total 100%

Table 3.2 blue print skala kontrol diri


No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot
Tidak mampu berkonsentrasi 1, 15, 29 8, 22, 37
1 Kognitif 12 30%
Sulit mengambil keputusan 2, 16, 30 9, 23, 38
2 Motorik Gemetar dan gugup dalam 10, 24, 39 3, 17, 31 12 30%
beraktivitas
Muncul perilaku menghindar 11, 25, 40 4, 18,32
Reaksi fisik akibat datangnya
3 Somatik 5, 19 12, 26 4 10%
gangguan atau ancaman
Emosi yang tidak menentu 13, 27, 33 6, 20, 36
4 Afektif 12 30%
Sering merasa gelisah 14, 28, 35 7, 21, 34
Total 40 100%

3.4.2 Skala Prokrastinasi Akademik


Penyusunan skala regulasi emosi didasarkan pada aspek-aspek dari teori
regulasi emosi. Skala regulasi emosi yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan dua aspek yang dikemukakan oleh Gross (2007) yaitu, Cognitive
Reappraisal (Antecedent-Focused) dan Expressive Suppression (Response-focused).

Tabel 3.3 kisi-kisi skala Prokrastinasi Akademik


No Aspek Definisi Aspek Bobot

1 Cognitive Bentuk perubahan kognitif yang dilakukan untuk 25%


Reappraisal mengubah pola pikir tentang situasi yang dihadapi
Memberikan respon dengan cara mengatur emosi
2 Expressive 25%
yang kemudian tidak diwujudkan dalam bentuk
Suppression perasaan-perasaan yang tidak diinginkan.
Total 100%

Table 3.4 blue print skala Prokrastinasi Akademik


Unfavorabl
No Aspek Indikator Favorable Jumlah Bobot
e
Kemampuan merubah
1, 13, 25 10, 22, 31 6
persepsi atas realita
Mampu menyadari dan
Cognitive
1 memahami pikiran serta 2, 14, 26 11, 23, 32 6 50%
Reappraisal perasaan
Mampu untuk tetap santai
3, 15, 27 12, 24, 33 6
dan bergembira
Mampu untuk memotivasi
7, 19, 34 4, 16, 28 6
diri sendiri
Expressive Mampu mengekspresikan
2 8, 20, 35 5, 17, 29 6 50%
Suppression emosi dengan baik
Mampu menentukan
9, 21, 36 6, 18, 30 6
tindakan yang tepat
Total 36 100%
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2015) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengatur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam
penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan
reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang
telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang
valid dan reliabel apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam
pengumpulan datanya.
Instrument yang digunakan oleh peneliti adalah alat ukur berupa skala.
Sugiyono (2015) mendefinisikan bahwa skala pengukuran adalah kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang-pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran alat
menghasilkan data kuantitatif yang mana dengan skala pengukuran ini, nilai variabel
yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Bentuk
skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dari
Likert.
Siregar (2015) mendefinisikan bahwa skala Likert adalah skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu
objek atau fenomena tertentu. Variabel yang akan diukur dijabarkan dari variabel
menjadi dimensi, dari dimensi menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan
menjadi sub-indikator yang dapat diukur, akhirnya sub-indikator dapat dijadikan
tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden.
Sugiyono (2015) mengungkapkan bahwa skala Likert memiliki dua bentuk
pernyataan, yaitu pernyataan positif (favourable) dan negatif (unfavourable) serta
memiliki lima alternatif jawaban yakni SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N
(Netral/Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan
rentang skor 1 sampai skor 5.
Tabel 3.5 Penilaian skala dengan model skala Likert
Bentuk Pernyataan
Favourable Unfavourable
Respon Skor Respon Skor
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 4 Setuju (S) 2
Ragu-Ragu (R) 3 Ragu-Ragu (R) 3
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5

3.6 Teknik Analisis Data


Sugiyono (2015) mendefinisikan analisis data ialah kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistika. Penelitian ini menggunakan uji
statistika yaitu uji validitas dan reliabilitas alat ukur, uji asumsi, serta uji regresi linier
sederhana.

3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur


Validitas menurut Azwar (2017) berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi
pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang
diukur seperti yang dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut. Menurut Azwar
(2017) valid tidaknya suatu pengukuruan tergantung pada kemampuan alat ukur
tersebut dalam mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Sisi lain
yang terdapat dalam pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran yang
mana suatu hasil ukur disebut valid, tidak sekedar merupakan data yang tepat
menggambarkan aspek yang diukur akan tetapi juga memberikan gambaran yang
cermat mengenai variabel yang diukur.
Sugiyono (2015) menyatakan instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Hasil penelitian yang valid
bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Pengujian validitas dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
validitas konstrak, validitas isi, dan validitas eksternal.
Jenis validitas yang digunakan di penelitian ini adalah validitas konstrak. Uji
validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan
atau relevansi isi tes melalui rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui
expert judgment (Azwar, 2017). Uji validitas isi dalam penelitian ini dilakukan
dengan meminta pertimbangan dari dosen pembimbing skripsi. Pertimbangan tersebut
diperoleh dari item-item yang layak digunakan sebagai alat ukur.
Semua alat ukur yang dinyatakan benar-benar valid ketika nilai koefisien
korelasi mencapai > 0,03 (Azwar, 2015). Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
menggunakan validitas eksternal. Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara
membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrument
dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di. Apabila terdapat kesamaan antara kriteria
dalam instrument dengan fakta di lapangan, maka dapat disimpulkan instrumen
tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi lapangan (Sugiyono, 2014).
Pengujian validitas item alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total item dengan rumus
korelasi product moment menggunakan teknik pengujian correlate bivariate dengan
bantuan SPSS (Statistic Product and Several Solution) 23.0 for Windows. Apabila
item yang memiliki indeks daya dikriminasi sama dengan atau lebih besar dari pada
0,30 jumlahnya melebihi jumlah item yang direncakan untuk dijadikan skala, maka
kita dapat memilih item-item yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi.
Sebaliknya apabila jumlah yang diinginkan tidak dapat mempertimbangkan untuk
menurunkan sedikit bata kriteria 0,30 menjadi 0,25 atau paling tidak disarankan 0,20,
maka jumlah item yang diinginkan tidak tercapai (Azwar dalam Herawati & Edi,
2016).

3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur


Azwar (2017) mengungkapkan bahwa walaupun istilah reliabilitas memiliki
berbagai nama lain seperti konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan,
keajegan, dan sebagainya, namun gagasan pokok reliabilitas ialah sejauhmana hasil
suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran yang mampu
menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel. Pengukuran yang hasilnya tidak reliabel tentu tidak dapat
dikatakan akurat karena konsistensi menjadi syarat bagi akurasi. Uji reliabilitas
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tetap konsisten apabla
dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
ukur yang sama pula (Siregar, 2015).
Uji realibilitas penelitian ini menggunakan konsistensi internal, yaitu dilakukan
dengan mencoba alat ukur satu kali pada individu yang dianggap homogen, kemudian
data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu koefisien Alpha Cronbach dengan menggunakan aplikasi SPSS
23.0 dengan melihat tabel realibility statistic. Adapun klasifikasi skor reliabilitas
menurut Periantolo (2015) sebagai berikut:
Tabel 3.6 Klasifikasi Skor Reliabilitas
Skor Klasifikasi
≥ 0,9 Sangat Bagus
0,8 - 0,89 Bagus
0,7 – 0,79 Cukup Bagus
0,6 – 0,7 Kurang Bagus
< 0,6 Tidak Bagus

3.6.3 Uji Asumsi


Herawati dan Edi (2016) menjelaskan bahwa uji asumsi adalah persyaratan
statsitik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier sederhana dan berganda yang
berbasis Ordinary Least Square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan
OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi misalnya regresi logistik atau regresi
ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi harus dilakukan pada analasis regresi
linier.
a. Uji Normalitas
Susanto dan Sugiyono (dalam Herawati dan Edi, 2016) uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Pengujian asumsi ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi data pada tiap-tiap variabel normal atau tidak. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah jika nilai signifikansi > 0,05
maka data berdistribusi normal dan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Herawati dan Edi (2016) menyatakan bahwa secara umum uji linieritas
bertujuan untuk mengetahui apakah variabel mempunyai hubungan yang linier secara
signifikan atau tidak. Data yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linier antara
variabel X dengan variabel Y. Dasar pengambilan keputusan dalam uji linieritas
adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka hubungan antara variabel X dengan Y
adalah linier dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan antara variabel X
dengan Y adalah tidak linier.

3.6.4 Uji Korelasi Product Moment


Penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment untuk melihat
hubungan regulasi emosi dan kecemasan mahasiswa baru Universitas Trunojoyo
Madura. Herawati dan Edi (2016) uji korelasi product moment digunakan untuk
mencari arah dan kekuatan hubungan antara variable bebas dan variable terikat.
Dasar pengambilan dalam uji korelasi moment ini adalah, jika probabilitas
atau signifikansi <0,05 maka HO ditolak dan Ha diterima. Jika jika probabilitas atau
signifikansi >0,05 maka HO diterima dan Ha ditolak.

Anda mungkin juga menyukai