Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah menjadi tradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode posivistik karena berdasarkan pada filsafat positivisme, metode ini sebagai metode ilmiah/ scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut discover, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut kuantitatif karena data-data berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Sedangkan Azwar (2017) mengemukakan bahwa penelitian yang memakai metode kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang dikumpulkan melalui prosedur pengukuran dan diolah dengan metode analisis statistika, semua variabel yang terlibat harus diidentifikasi dengan jelas dan terukur. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Seorang peneliti dalam sebuah penelitian kuantitatif dapat melakukan penelitian dengan fokus terhadap variabel saja. Dimana menurut sugiyono (2015) pola hubungan antar variabel yang akan diteliti disebut paradigma penelitian. Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma sederhana yang terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel yang akan diuji pengaruhnya dalam penelitian ini adalah variabel dependen (Y), dimana variabel ini yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kontrol diri. Sedangkan variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadikan sebab timbulnya perubahan pada variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik. Sehingga paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Prokrastinasi akademik Kobtrol diri (X2) (Y)
Skirpsi (X1)
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Kontrol diri a. Definisi Konseptual b. Definisi Operasional
3.2.2 Prokrastinasi Akademik
a. Definisi Konseptual b. Definisi Operasional
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi Populasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “population” yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya (Siregar, 2015). Sedangkan Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Arikunto (2014) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan objek penelitian. Azwar (2017) menjelaskan bahwa populasi penelitian adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek tersebut harus memiliki beberapa ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dengan kelompok subjek yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa skripsi yang aktif dalam organisasi 3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling Subjek pada sampel adalah sebagian dari subjek populasi, dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Setiap bagian dari populasi merupakan sampel, terlepas dari apakah bagian itu mewakili karakteristik populasi secara lengkap atau tidak (Azwar, 2017). Sugiyono (2015) menjelaskan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel merupakan bagian dari populasi, sehingga harus memiliki ciri-ciri yang yang dimiliki oleh populasinya. Agar hasil penelitian pada sampel dapat digeneralisasikan pada populasi, maka pengambilan sampel harus betul-betul representatif. Sampel yang representatif sangat bergantung pada sejauh mana karakteristik sampel itu sama dengan karakter populasinya. Siregar (2015) mendefinisikan Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang akan diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Sugiyono (2015) menjelaskan cara menentukan sampel bergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan sebaliknya semakin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Proses pengambilan sampel dari suatu populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yang sering disebut dengan teknik pengambilan sampel (Siregar, 2015). Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sementara itu simple random sampling adalah cara pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel yang dilakukan oleh peneliti berdasar atar saran yang dikemukakan oleh Roscoe (dalam Sugiyono, 2015) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 100. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 responden.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian, mengingat data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang di teliti atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Siregar, 2015). Pendapat lain dari Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam memperoleh data diantaranya dengan kuisioner/angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Peneliti akan memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan terkait variabel yang akan diteliti. Kuisioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang terbuka atau tertutup, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikiriim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2015). 3.4.1 Skala Kontrol diri Penyusunan skala kecemasan didasarkan pada aspek-aspek dari teori kepatuhan. Skala kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan empat aspek yang dikemukakan oleh Haber & Runyon (1984) yaitu, aspek kognitif, aspek motorik, dan aspek somatik, dan aspek afektif.
Table 3.1 kisi-kisi skala kontrol diri
No Aspek Definisi Aspek Bobot Tidak-mampunya fikiran untuk berkonsentrasi dan 1 Kognitif mengambil keputusan yang baik atas ancaman atau 25% hal negatif yang dihadapi 2 Gabungan dari seluruh reaksi yang menyebabkan 25% Motorik gemetar dan gugup dalam menjalankan aktivitas. Munculnya efek pada fisik seperti ketegangan otot, 3 Somatik sering buang air kecil, dan gangguan pencernaan 25% yang diakibatkan oleh ketakutan tertentu. 4 Perasaan gelisah dan emosi yang tidak menentu dari 25% Afektif individu akibat dari sebuah ancaman Total 100%
Table 3.2 blue print skala kontrol diri
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot Tidak mampu berkonsentrasi 1, 15, 29 8, 22, 37 1 Kognitif 12 30% Sulit mengambil keputusan 2, 16, 30 9, 23, 38 2 Motorik Gemetar dan gugup dalam 10, 24, 39 3, 17, 31 12 30% beraktivitas Muncul perilaku menghindar 11, 25, 40 4, 18,32 Reaksi fisik akibat datangnya 3 Somatik 5, 19 12, 26 4 10% gangguan atau ancaman Emosi yang tidak menentu 13, 27, 33 6, 20, 36 4 Afektif 12 30% Sering merasa gelisah 14, 28, 35 7, 21, 34 Total 40 100%
3.4.2 Skala Prokrastinasi Akademik
Penyusunan skala regulasi emosi didasarkan pada aspek-aspek dari teori regulasi emosi. Skala regulasi emosi yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan dua aspek yang dikemukakan oleh Gross (2007) yaitu, Cognitive Reappraisal (Antecedent-Focused) dan Expressive Suppression (Response-focused).
Tabel 3.3 kisi-kisi skala Prokrastinasi Akademik
No Aspek Definisi Aspek Bobot
1 Cognitive Bentuk perubahan kognitif yang dilakukan untuk 25%
Reappraisal mengubah pola pikir tentang situasi yang dihadapi Memberikan respon dengan cara mengatur emosi 2 Expressive 25% yang kemudian tidak diwujudkan dalam bentuk Suppression perasaan-perasaan yang tidak diinginkan. Total 100%
Table 3.4 blue print skala Prokrastinasi Akademik
Unfavorabl No Aspek Indikator Favorable Jumlah Bobot e Kemampuan merubah 1, 13, 25 10, 22, 31 6 persepsi atas realita Mampu menyadari dan Cognitive 1 memahami pikiran serta 2, 14, 26 11, 23, 32 6 50% Reappraisal perasaan Mampu untuk tetap santai 3, 15, 27 12, 24, 33 6 dan bergembira Mampu untuk memotivasi 7, 19, 34 4, 16, 28 6 diri sendiri Expressive Mampu mengekspresikan 2 8, 20, 35 5, 17, 29 6 50% Suppression emosi dengan baik Mampu menentukan 9, 21, 36 6, 18, 30 6 tindakan yang tepat Total 36 100% 3.5 Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2015) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrument yang digunakan oleh peneliti adalah alat ukur berupa skala. Sugiyono (2015) mendefinisikan bahwa skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang-pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran alat menghasilkan data kuantitatif yang mana dengan skala pengukuran ini, nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Bentuk skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dari Likert. Siregar (2015) mendefinisikan bahwa skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Variabel yang akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan menjadi sub-indikator yang dapat diukur, akhirnya sub-indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Sugiyono (2015) mengungkapkan bahwa skala Likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif (favourable) dan negatif (unfavourable) serta memiliki lima alternatif jawaban yakni SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral/Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan rentang skor 1 sampai skor 5. Tabel 3.5 Penilaian skala dengan model skala Likert Bentuk Pernyataan Favourable Unfavourable Respon Skor Respon Skor Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1 Setuju (S) 4 Setuju (S) 2 Ragu-Ragu (R) 3 Ragu-Ragu (R) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5
3.6 Teknik Analisis Data
Sugiyono (2015) mendefinisikan analisis data ialah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistika. Penelitian ini menggunakan uji statistika yaitu uji validitas dan reliabilitas alat ukur, uji asumsi, serta uji regresi linier sederhana.
3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur
Validitas menurut Azwar (2017) berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti yang dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut. Menurut Azwar (2017) valid tidaknya suatu pengukuruan tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut dalam mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Sisi lain yang terdapat dalam pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran yang mana suatu hasil ukur disebut valid, tidak sekedar merupakan data yang tepat menggambarkan aspek yang diukur akan tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai variabel yang diukur. Sugiyono (2015) menyatakan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Pengujian validitas dibagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas konstrak, validitas isi, dan validitas eksternal. Jenis validitas yang digunakan di penelitian ini adalah validitas konstrak. Uji validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgment (Azwar, 2017). Uji validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari dosen pembimbing skripsi. Pertimbangan tersebut diperoleh dari item-item yang layak digunakan sebagai alat ukur. Semua alat ukur yang dinyatakan benar-benar valid ketika nilai koefisien korelasi mencapai > 0,03 (Azwar, 2015). Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menggunakan validitas eksternal. Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di. Apabila terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrument dengan fakta di lapangan, maka dapat disimpulkan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi lapangan (Sugiyono, 2014). Pengujian validitas item alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total item dengan rumus korelasi product moment menggunakan teknik pengujian correlate bivariate dengan bantuan SPSS (Statistic Product and Several Solution) 23.0 for Windows. Apabila item yang memiliki indeks daya dikriminasi sama dengan atau lebih besar dari pada 0,30 jumlahnya melebihi jumlah item yang direncakan untuk dijadikan skala, maka kita dapat memilih item-item yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi. Sebaliknya apabila jumlah yang diinginkan tidak dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit bata kriteria 0,30 menjadi 0,25 atau paling tidak disarankan 0,20, maka jumlah item yang diinginkan tidak tercapai (Azwar dalam Herawati & Edi, 2016).
3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur
Azwar (2017) mengungkapkan bahwa walaupun istilah reliabilitas memiliki berbagai nama lain seperti konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, keajegan, dan sebagainya, namun gagasan pokok reliabilitas ialah sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Pengukuran yang hasilnya tidak reliabel tentu tidak dapat dikatakan akurat karena konsistensi menjadi syarat bagi akurasi. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tetap konsisten apabla dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama pula (Siregar, 2015). Uji realibilitas penelitian ini menggunakan konsistensi internal, yaitu dilakukan dengan mencoba alat ukur satu kali pada individu yang dianggap homogen, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koefisien Alpha Cronbach dengan menggunakan aplikasi SPSS 23.0 dengan melihat tabel realibility statistic. Adapun klasifikasi skor reliabilitas menurut Periantolo (2015) sebagai berikut: Tabel 3.6 Klasifikasi Skor Reliabilitas Skor Klasifikasi ≥ 0,9 Sangat Bagus 0,8 - 0,89 Bagus 0,7 – 0,79 Cukup Bagus 0,6 – 0,7 Kurang Bagus < 0,6 Tidak Bagus
3.6.3 Uji Asumsi
Herawati dan Edi (2016) menjelaskan bahwa uji asumsi adalah persyaratan statsitik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier sederhana dan berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi harus dilakukan pada analasis regresi linier. a. Uji Normalitas Susanto dan Sugiyono (dalam Herawati dan Edi, 2016) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian asumsi ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data pada tiap-tiap variabel normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. b. Uji Linieritas Herawati dan Edi (2016) menyatakan bahwa secara umum uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel mempunyai hubungan yang linier secara signifikan atau tidak. Data yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linier antara variabel X dengan variabel Y. Dasar pengambilan keputusan dalam uji linieritas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka hubungan antara variabel X dengan Y adalah linier dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan antara variabel X dengan Y adalah tidak linier.
3.6.4 Uji Korelasi Product Moment
Penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment untuk melihat hubungan regulasi emosi dan kecemasan mahasiswa baru Universitas Trunojoyo Madura. Herawati dan Edi (2016) uji korelasi product moment digunakan untuk mencari arah dan kekuatan hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Dasar pengambilan dalam uji korelasi moment ini adalah, jika probabilitas atau signifikansi <0,05 maka HO ditolak dan Ha diterima. Jika jika probabilitas atau signifikansi >0,05 maka HO diterima dan Ha ditolak.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti