METODE PENELITIAN
2. Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan Afiliasi adalah motif dasar untuk mencari dan mempertahankan
relasi interpersonal dengan membentuk pertemanan dan untuk bersosialisasi,
untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerja sama dengan
orang lain dengan cara bersahabat, dan untuk jatuh cinta. Pengukuran dalam
penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek kebutuhan afiliasi menurut
Murray (dalam Sarwono dan Meinarmo, 2009) yaitu terdiri dari empati dan
simpati, kepercayaan, dan menyenangkan orang lain.
19
20
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa rantau.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Nasution,
2003). Sampel merupakan kumpulan individu yang terpilih dari suatu populasi,
biasanya digunakan sebagai representative populasi penelitian (Gravetter dan
Wallnau 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa rantau yang berada
di Depok, berusia 18-25 tahun.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008). Sampel yang diambil pada penelitian ini
harus memiliki karakteristik sebagai berikut, mahasiswa yang merantau dan berusia
18-25 tahun.
1. Skala Kesepian
Skala kesepian dalam penelitian ini diukur dengan skala UCLA Loneliness
Scale Version 3 berdasarkan aspek-aspek dari Russel (1996). Aspek-aspek
tersebut adalah personality, social destrability, dan depression. Skala ini terdiri
dari 20 aitem pernyataan. Pernyataan dalam skala kesepian ini akan dibagi
menjadi dua bentuk yaitu favorable dan unfavorable dimana pada tiap aitemnya
memiliki empat alternatif jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (S), Jarang (JR),
dan Tidak Pernah (TP). Dalam penelitian ini skala kesepian yang diadaptasi dari
Russel (1996) memiliki nilai koefisien realibilitas sebesar 0.89.
1. Uji Validitas
Validitas merupakan sejauh mana tes itu mengukur apa yang
seharusnya diukur (Suryabrata, 2000). Menurut Azwar (2015) sebuah
pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila menghasilkan
data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variable yang
diukur seperti yang dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut.
Dalam penelitian ini uji validitas yang dilakukan pada instrument
penelitian adalah validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan
validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan isi tes melalui
expert judgement (Azwar, 2015).
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability. Suatu
pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat
reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).
Istilah reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti konsistensi
keterandalan, kepercayaan, kestabilan, keajegan dan sebagainya, namun
gagasan pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2015). Suatu
alat ukur dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya 0,60 < r < 0,80
(Bahri, 2014).
23
3. Diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan
yang tidak memiliki atribut yang diukur. Daya diskriminasi aitem yang
mencapai koofesien korelasi minimal 0.30 dianggap tinggi atau
memuaskan, sedangkan aitem yang memiliki kurang dari 0.30
diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah atau
dinyatakan gugur (Azwar, 2015).