Anda di halaman 1dari 3

Belajar dari Keunikan Bunglon Bunglon adalah binatang jenis reptil yang biasanya hidup di dahan-dahan pohon, namun

ketika hendak bertelur ia akan turun ke bawah untuk menguburkan terulnya untuk ditetaskan. Bunglon sering juga dikenal dengan nama londok. Mungkin sewaktu kecil salah seorang dari anda pernah mencoba berburu bunglon atau londok ini, dan biasanya kita menemukan hewan ini tibatiba terjatuh dari dahan kemudian langsung kembali berlari kencang ke dahan terdekat untuk kembali mengejar mangsanya. Kehidupannya memang begitu berwarna seperti kemampuannya mengubah warna kulitnya untuk mempertahankan dirinya. Anda mungkin mengenal bunglon sebagai binatang yang ahli menipu atau tukang nyamar dan seseorang juga mungkin banyak yang mengatakan kemampuan bunglon ini dengan istilah mimikri. Padahal pemahaman itu kurang tepat untuk kemampuan bunglon yang satu ini. Istilah yang bisa dikatakan lebih tepat untuk menyebutkan sifat alamiah nan unik dari bunglon ini adalah upaya kamuflase. Yaitu kemampuan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan di mana bunglon berada. Satu keunikan lagi dari bunglon yang mungkin belum anda ketahui. Ternyata bunglon merupakan binatang yang memiliki rekor gerakan lidah tercepat, dan juga sebagai hewan pemilik lidah terpanjang. Lidah bunglon bisa melesat dengan akselerasi hingga 400 meter per detik kuadrat. Kecepatan lidah bunglonjuga bisa mencapai 6 meter per detik dari 0, dan kecepatan itu bisa dicapai hanya dalam waktu 20 milidetik, melebihi kemampuan mata manusia untuk melihatnya. Selain itu, lidah bunglon dapat mejadi melar hingga lebih dari enam kali panjang tubuhnya. Kemampuannya untuk Kebaikan Andaikan kita yang dianugerahkan kemampuan seperti bunglon, apa yang akan kita lakukan? Mungkin kita akan memanfaatkannya untuk hal-hal yang negatif ataupun untuk sesuatu yang melanggar etika dan peraturan. Tetapi nyatanya bunglon mampu memanfaatkan kelebihannya merubah warna tersebut secara tepat guna, yaitu untuk mempertahankan dirinya. Memang ia menipu calon mangsanya, tetapi itulah hakikat hidupnya. Bukan berniat untuk membohongi, melainkan untuk mempertahankan diri. Dan kamuflase bukanlah satu-satunya cara bunglon untuk menangkap mangsanya, ia juga menggunakan kecepatannya untuk berburu. Bahkan ia tidak ragu

untuk melompat dari satu dahan ke dahan lainnya hanya untuk menangkap mangsanya yang kebanyakan adalah hewan jenis serangga bersayap, seperti kupu-kupu, kumbang, capung ataupun lalat. Kemudian, mempertahankan diri juga pastinya tidak jauh dari upaya menghindar dari ancaman. Terutama dari hewan lain yang ingin memangsanya. Saat berada di dahan hijau, tubuh bunglon akan berubah hijau. Saat di daun cokelat, bunglon pun otomatis menjadi cokelat. Itulah yang dilakukan bunglon saat menghindar dari musuhnya. Dua Sudut Pandang Penuh Hikmah Poin utama yang akan dibahas adalah seputar sifat kamuflase bunglon. Dan penulis akan mengulasnya dari dua sudut pandang berbeda. Yang pertama dari cara bunglon sendiri dalam mempertahankan dirinya. Kita akan mampu memetik hikmah bahwa pada dasarnya setiap saat kita akan terancam, tetapi bagaimana cara kita untuk me-ngeles dari ancaman tersebut. Selain itu seperti analogi kebanyakan orang bahwa berubah warna di berbagai tempat sama dengan kita mampu beradaptasi di berbagai kondisi ataupun lingkungan yang kita singgahi. Hikmah ini akan dapat diaplikasikan ketika kita berada di lingkungan yang berbeda dengan keseharian kita. Di saat seperti itu apakah kita akan berinteraksi dengan cara yang biasa, ataukah kita akan mencoba untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut. Mungkin di saat kita bertindak biasa, hasilnya kita akan sulit mendapatkan kenyamanan di lingkungan tersebut. Berbeda ketika kita mencoba untuk menyesuaikan diri seperti kondisi lingkungan baru tersebut, hasilnya tentu akan lebih membuat nyaman diri kita. Ingat pribahasa di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Dari sudut pandang kedua, dari sisi calon mangsa maupun calon pemangsa bunglon, atau dari sisi pihak yang merasa tertipu dengan kamuflase bunglon ini. Hewan tidaklah sama seperti manusia yang diberikan akal oleh Allah, hewan mungkin saja akan jatuh di lubang yang sama sampai dua, tiga kali atau bahkan lebih. Sedangkan manusia tentunya akan mampu belajar dari kesalahannya, kesalalahan pertama tentunya akan menjadi pelajaran agar nantinya tidak ada lagi kesalahan-kesalahan berikutnya.

Dalam hidup tentunya kita pernah salah, pernah merasa tertipu dan menyesal atas apa yang pernah kita alami. Namun, seharusnya hal tersebut tidaklah menjadi hambatan bagi kita karena kita bukanlah hewan yang tidak dikaruniai akal, kita bukanlah hewan buruan yang belum tentu memiliki kesempatan kedua dalam hidupnya. Akan lebih baik jika kita belajar dari kesalahan dan mensyukuri apapun yang telah terjadi pada diri kita. Karena Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.

Anda mungkin juga menyukai