DAFTAR ISI
Prakata ................................................................... 3
Pengantar Ketua Exalos Indonesia ........................ 5
Pengantar Penulis .................................................. 7
I. Konflik ................................................................. 9
Kesembronoan ...................................................... 11
Ada di Sekitar ........................................................ 13
1. Ular Sendok (Kobra) .......................................... 14
2. Ular Lanang Sapi ............................................... 16
3. Ular Jali .............................................................. 17
4. Ular Weling ........................................................ 18
5. Ular Cabai .......................................................... 19
6. Ular Sanca ......................................................... 20
1
4. Cardiotoxin .......................................................... 67
5. Myotoxin .............................................................. 67
6. Cytotoxin ............................................................. 68
7. Necrotoxin ........................................................... 68
8. Haemotoxin ......................................................... 69
LAMPIRAN
Lampiran I: Bayi Digigit .......................................... 31
Lampiran II: Korban Viper Hijau .............................. 33
Lampiran III: Viper Spesies Baru ............................ 36
Lampiran IV: Kampus IPB ...................................... 40
Lampiran V: Gratiskan SABU ................................. 54
Lampiran VI: Hewan Berbisa .................................. 71
2
PRAKATA
3
kawasan-kawasan pemukiman, bahkan hingga di
pusat kegiatan manusia di perkotaan.
Maka melalui buku ini, Exalos Indonesia akan
memaparkan kumpulan catatan yang ditemui langsung
di lapangan. Ya, buku ini pada intinya adalah kumpulan
cerita tentang ular, penanganannya, dan juga
informasi-informasi tentang ular, yang bagi masyarakat
awam boleh jadi merupakan informasi yang cukup
berharga. Buku ini akna mencoba menjelaskan benyak
hal tentang ular, bahkan hingga yang dianggap tabu
sekalipun akan dibahas di buku ini.
4
PENGANTAR KETUA EXALOS INDONESIA
Janu W. Widodo
6
PENGANTAR PENULIS
7
Pandangan ketiga adalah dari sisi religi,
khususnya di Indonesia ini, yang mayoritas beragama
Islam. Mengacu pada isi salah satu hadits Nabi
Muhammad SAW ini :
“Bunuhlah ular-ular dan dza ath thufyatain dan al abtar
(nama dari dua jenis ular berbisa) karena keduanya
membutakan pandangan dan menggugurkan
kandungan”. (HR. Muslim).
Maka Exalos Indonesia merasa perlu untuk
menelaah sedikit lebih jauh tentang hal tersebut. Salah
satu sahabat saya juga, praktisi arsitekur pertamanan
dari IPB University, Faries Fahdil, yang juga praktisi
spiritual lingkungan mengungkapkan, memang isi
hadits memerintahkan untuk membunuh ular.
Tapi jangan juga disalahartikan secara umum
bahwa maksudnya adalah, kalau ada ular di dalam
rumah, jangan gegabah asal bunuh. Pun jika ada ular
di dalam rumah. Lalu bagaimana? Maka lakukan upaya
pengusiran sebanyak tiga kali, dengan menyebut nama
Allah. Diantara teknik pengusirannya bisa dengan
rescue (melepasliarkan).
Namun yang pasti, jagalah kebersihan karena
semua masalah datang dari semua yang kotor. Begitu
pun tentang ular. Sebagai mahluk yang memiliki indera
super sensitif, ular juga merasa tak nyaman dengan
bau tertentu. Sebaiknya kita rajin mengepel lantai
rumah dengan menebar wewangian atau menebar
kapur barus di pojokan rumah, yang baunya tak disukai
ular. Dengan begitu, semua terjaga dari bahaya, baik
lingkungan maupun diri sendiri.
Angiola Harry
8
I. Konflik
9
Foto: Pixabay
10
Kesembronoan
11
Foto: TribunNews
Ada di Sekitar
Foto: iNaturalist
13
anak-anaknya. Mereka langsung mengaktifkan 'mode'
berburunya bahkan ketika baru lahir sekalipun. Tak
heran, akan banyak kita temukan ular-ular muda di
sekitaran pojok-pojok kawasan atau sudut ruangan,
serta di lubang-lubang tikus dan tumpukan benda-
benda atau barang-barang.
Karakter mereka berburu adalah menyelinap
dan cenderung menyergap. Itulah sebabnya mereka
sering ditemukan di tempat yang banyak tumpukan
barang. Maka berhati-hatilah bila musim hujan tiba, kita
sering berada di dekat tumpukan barang atau ketika
memindahkan barang tersebut. Bisa jadi ada ularnya.
Dan ular-ular apakah yang banyak ditemukan di
sekitaran rumah, terutama yang rumahnya di kawasan
subur dan banyak kebun? Berikut beberapa jenis ular
yang kerap ditemukan.
14
Foto : Facebook KPU Indonesia
16
Itulah sebabnya mereka kerap ditemukan di
komplek perumahan. Tidak se-bahaya ular kobra, ular
lanang sapi tidak berbisa apalagi sampai
mengakibatkan orang tewas. Namun tetap saja kita
harus waspada, karena ular berbisa rendah sekalipun,
akan berpengaruh besar terhadap anak balita dan bayi.
3. Ular Jali
4. Ular Weling
5. Ular Cabai
Foto : Wikimedia.org
19
Ular cabai walaupun kecil, paling panjang hanya
sekitar 1 meter saja (bahkan mungkin tidak sampai),
namun waspadalah dengan bisa yang dimilikinya.
Kemampuan bisa yang dia miliki, setara dengan bisa
ular weling atau bahkan bisa di atasnya. Ular ini bisa
lebih mematikan dari ular weling bagi mereka yang
mempunyai masalah dengan paru-paru. Karena di
dalam bisa ular ini, ada zat tertentu, yang mampu
mengikat kadar oksigen pada syaraf manusia dan
menutup saluran sodium pada darah.
Bekas gigitan ular ini juga cukup memberi efek
sakit seperti gigitan ular kobra. Meski begitu, peneliti
sedang mempelajari kadar bisa ular ini. Karena
ternyata terungkap bahwa bisa ular ini memiliki zat
yang mampu membantu menghilangkan rasa sakit.
Saat ini sedang diteliti tentang bagaimana cara
memanfaatkan bisa ular cabe untuk membantu
pengembangan obat penghilang rasa sakit.
6. Ular Sanca
21
II. Masyarakat Awam
22
dendrophila) yang memang habitatnya di sekitar pesisir
dan kawasan bakau.
Foto: Wikimedia.org
24
Foto: Wikipedia.org
27
1. Venom Naja sp. (Kobra)
28
Di awal pembahasan tentang Bungarus sp., kita
juga telah membahas tentang ular-ular yang mirip
dengannya. Tapi yang menjadi masalah adalah
kemiripan ular berbahaya ini ternyata bersanding
dengan ular yang tidak berbahaya atau tidak berbisa
tinggi. Boiga misalnya, banyak yang mengira mirip
dengan Bungarus candidus dan ular cicak belang mirip
dengan Bungarus fasciatus.
Trik paling aman tentunya adalah jauhi saja.
Tapi sebagai tambahan pengetahuan, keluarga
Bungarus sp. memiliki gerakan patah-patah bila
mereka merasa terganggu. Maka bila bertemu dengan
ular yang memiliki corak belang tersebut, namun tidak
tahu mana yang berbisa tinggi dan mana yang tidak,
lihat saja gerakannya ketika kita gertak dengan
sesuatu yang panjang seperti kayu atau tongkat.
29
4. Venom ular tanah
30
dewasa dan ia menyerang sistem pernafasan
korbannya. Di beberapa kasus, ada yang meninggal
karena tidak sadarkan diri setelah sesak napas berat
akibat gigitan ular ini.
Ular kobra
(Naja sputatrix)
digolongkan
sebagai ular
berbahaya bukan
tanpa sebab.
Tubuh ular ini
memiliki saliva
gland atau
kelenjar air ludah
yang mengandung
cairan bernama
cairan bisa
(venom). Bila
venom tersebut
terinjeksi
(tersuntik) ke
dalam tubuh
manusia dewasa,
tak usah banyak-
banyak cukup 7
mikrogram saja,
sudah bisa
membunuh
manusia tersebut.
Maka bila suatu
saat kita sedang
tak sengaja
berhadapan
dengan ular ini
dan tergigit, berharaplah semoga dia tidak sampai
32
menyuntikkan venom ke tubuh kita sebanyak 7 mikrogram
atau bahkan lebih. Karena dengan kadar venom di bawah itu,
berdasarkan penelitian para ahli, masih ada kemungkinan
selamat.
Seperti yang terjadi pada bayi ini. Namanya (inisial)
JEN yang berusia baru 7 bulan. JEN kemarin, Kamis (7
Oktober 2021) sedang belajar merangkak dan dia melihat
seekor ular yang hendak masuk ke dalam rumah melalui
sela-sela pintu rumah. Kejadiannya diperkirakan sekitar
pukul 04.00 WIB. Karena tidak mengerti apa-apa JEN kecil
menghampiri ular itu dan sayang di sayang, si kobra
menggigit tangannya, di antara jari telunjuk dan jari tengah.
Orang tuanya pun segera membawa JEN kecil yang
menangis kesakitan ke rumah sakit terdekat.
Namun setelah ditangani rumah sakit dan kembali ke
rumahnya, kondisi tangan menjadi bengkak dan JEN
mengalami demam serta muntah. Keluarga pun jadi panik.
Walau begitu, keluarga JEN tetap berupaya mencari pihak-
pihak yang bisa mengatasi kejadian seperti itu. Beruntung
pihak keluarga menemukan tim penolong yang
berpengalaman sehingga bayi JEN berhasil selamat dan
kondisinya mulai membaik.
NB :
33
Lampiran II: Korban Viper Hijau
34
Karena dikira ular mainan, akhirnya MG
mempermainkan ular itu layaknya mainan. MG pun
mendapat beberapa kali gigitan beludak hijau, yang menurut
pihak keluarga berdasarkan identifikasi rumah sakit,
jumlahnya lima gigitan. Penyebab kematian MG, diduga
karena telat penanganan.
Kejadian ini merupakan yang kesekian kalinya
terjadi kepada anak-anak dan remaja. Pada tahun 2019 lalu,
di Papua, seorang anak berusia 3 tahun meninggal akibat
gigitan ular jenis death adder Papua (Acanthopis sp.). Lalu di
akhir tahun 2021 seorang mahasiswa baru IPB tewas akibat
gigitan ular yang diduga jenis kobra Jawa (Naja sputatrix).
35
Maka bagi orang tua yang tinggal dekat dengan perkebunan,
sawah, dan hutan, agar dihimbau lebih memperhatikan
edukasi tentang ular kepada anak-anaknya.
36
Lampiran III: Viper Spesies Baru
37
Guoi, utara Thailand, sehingga dalam klasifikasi nama
ilmiah mereka namakan ular ini Trimeresurus guoi.
Untuk yang awam, pasti akan mengira ular ini adalah
ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris) atau ular beludak
pohon Asia (Trimeresurus insularis). Namun bila lebih
mendalam lagi melihat perbedaannya, maka akan tampak
pada mata dan ekornya. Namun sebelumnya sebagai
informasi, Trimeresurus albolabris adalah ular asli
Indonesia.
39
Berikut klasifikasi ilmiah viper Guo :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
kelas :Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Serpentes
Famili : Viperidae
Genus : Trimeresurus
Spesies : Trimeresurus guoi
Sumber artikel :
40
Lampiran IV: Kampus IPB
Foto: Shutterstock
41
Sudah jelas. Itu adalah ular. Dari ketinggian itu, bisa
diperkirakan panjang si ular lebih dari 1 meter. Tapi ular
jenis apa, kami tidak tahu. Yang pasti tak jauh dari radius
ular itu bergerak, kami melihat teman-teman kami yang lain
juga berjalan menuju ke arah ular itu.
Rumput-rumput ilalang tinggi di sekitar gedung
kampus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) saat
itu, masih banyak dan tumbuh liar mengelilingi sekitar
kampus. Dari ilalang-ilalang tinggi itu, ada beberapa jalur
setapak buatan, yang sudah dibikin khusus untuk jalan pintas
dari arah Perpustakaan LSI menuju ke kampus perikanan.
Sedangkan bila melintasi jalur semestinya, yaitu jalanan
aspal, maka dari Perustakaan LSI ke kampus FPIK, rutenya
harus sedikit berputar. (FYI, jurusan ITK ada di dalam
kampus FPIK tentunya).
Kami, yang sedang berada di gedung lantai 2, 3, dan
seterusnya dapat melihat jalur setapak buatan itu dari sudut
pandang atas. Terutama dari lantai 2 yang tampak lebih jelas
terlihat jalur setapak itu. Namun kali ini, ada masalah yang
cukup mengerikan sedang mendekati jalur tersebut.
Mereka, teman-teman kami yang sedang melintasi
jalur setapak itu, sudah pasti tak akan tahu apa yang ada di
depan. Karena sudut pandang mereka, tak bisa mencapai
ketinggian yang layak, untuk melihat pergerakan di depan
mereka. Istilahnya top position blind spot. Melihat itu, aku
pun berujar, "Hei, teman-teman coba lihat itu di bawah. Itu
di arah jam 2 kalian, terlihatkah?"
42
"Oh iya, ya ampun ular gede banget! Ular item itu!
Mungkin juga ular tudung (kobra) dewasa," sahut salah satu
dari kami bertiga yang akan melakukan salat dzuhur.
"Iya ya? Tapi kalian lihat juga tuh, coba tengok itu dari utara.
Itu teman-teman kita yang sedang memotong jalur," ujarku.
"Ya Allah, iya betul. Woi! Awas ular!" ujar kami berteriak-
teriak dari tempat kami.
Mereka mendengar teriakan kami, namun tampaknya
tidak pula terdengar jelas apa yang kami teriakkan. Malahan
mereka membalas tersenyum melambaikan tangan, seperti
menyapa kami. Ada lima orang dari mereka yang melintas di
sana, dua diantaranya perempuan. Ular yang sedang meliuk
itu terus berjalan dengan santai, begitupun mereka pun juga.
Yang kami kuatirkan adalah bertemunya perpotongan jalur
lintas antara ular besar itu dengan mereka.
Bila ular besar itu adalah ular kobra dewasa, maka
bahaya yang potensial adalah ketika kobra tersebut
berpapasan dan kaget, kemudian mematuk kaki salah satu
dari mereka. Taring ular kobra cukup kuat dengan bentuk
melengkung kecil, dan posisinya berada di ujung mulut atau
di depan. Posisi taring ini disebut proteroglyphus. Bila posisi
menggigit kaki korban tepat, taring tersebut bisa menembus
kain. Apalagi dengan ukuran sebesar itu, bisa (venom) yang
dia suntikkan ke dalam tubuh manusia akan maksimal.
Akibatnya fatal.
43
Mereka kembali tersenyum dan melambaikan tangan
seperti tadi. Kami tepat memantau dengan seksama
pergerakan ular tersebut. Ternyata si ular semakin
mempercepat gerakannya, mungkin karena dia juga
merasakan ada langkah kaki mendekat. Ular tersebut pun
tetap berjalan lurus ke arah barat, sementara teman-teman
kami dari utara ular itu melangkah ke arah selatan. Ular pun
semakin mendekat dengan kerumuman teman-teman kami
itu.
44
mahasiswa di suatu kelas, yang berasal dari berbagai etnis di
dunia, kemudian kita suntikkan 7 μg bisa kobra ke dalam
tubuhnya, maka 50 orang diantaranya pasti akan tewas.
Bagaimana dengan 50 lainnya? Ada yang bertahan dan ada
pula yang akan cacat organ tubuhnya meski tidak sampai
tewas. Ular ini juga mampu menyemburkan bisa tepat pada
bagian mata lawannya.
Ya ampun. Semoga tidak terjadi sesuatu yang tak
diinginkan. Dari atas, jalur mereka semakin menuju satu titik
yang sama. Dan akhirnya, ternyata si ular lebih cepat.
Untung saja. Mereka pun tidak bertemu di satu titik
perpotongan jalur. Kami bertiga yang sedari tadi tegang,
akhirnya menjadi lega. "Alhamdulillah," ungkap kami
bertiga bersahut-sahutan seraya mengelus dada. Karena
kelima kawan kami tidak sampai bertemu dengan ular
tersebut.
45
III. Kenali Betul
46
Dari slide tersebut, dijelaskan bahwa ada sekitar
120 lebih penderita kanker selama periode tersebut.
Tapi masih di waktu yang sama, petugas medis di sana
menangani kurang lebih 120 orang yang datang
setelah digigit ular berbisa.
Dan sejak 2016 hingga 2018, tercatat antara 27
hingga 51 orang yang tewas akibat gigitan ular tersebut
(pada grafik di bawah). Ini berarti persentase fatalitas
(mematikan) gigitan ular berbisa di Kediri, sejak tahun
2012 hingga 2018 adalah 25% hingga 45% yang juga
setara dengan penderita kanker stadium lanjut.
47
Namun bedanya, penyakit kanker memang
menjadi satu hal yang wajib diberantas dengan cara
menerapkan pola hidup sehat dan bersih, sedangkan
ular berbisa bukanlah sesuatu yang menjadi musuh
kehidupan manusia, meski potensi membunuh dari
keduanya ternyata sama. Dari gambar di atas juga
dapat dilihat bersama, bahwa ada jenis-jenis ular yang
paling sering menyebabkan kematian pada manusia,
akibat dari kandungan racun pada bisa (venom) di
kelenjar ludahnya.
Maka dari fakta di atas, Dokter Tri mencoba
mengajarkan kepada masyarakat bahwa sebaiknya
hindari ular-ular mematikan tersebut, dengan cara
mengenali lebih jauh spesies, karakter, serta morfologi
(bentuk fisik) dari ular-ular maut itu.
Dokter Tri juga mengajak masyarakat Indonesia
yang awam tentang ular, untuk memahami ular berbisa
tinggi terlebih dahulu. Karena berdasarkan
pengklarifikasian ilmiah, di Indonesia ini terdapat 348
spesies ular, dengan beberapa diantaranya adalah
spesies ular berbisa tinggi. Ular dari keluarga
48
(famili) Colubridae di Indonesia, kebanyakan tidak
berbisa. Namun ada satu genus dari Colubridae yang
berbisa yakni Rhabdopsis sp. yang berbisa
mematikan.
Dari Rhabdopsis sp. tersebut pun masih terbagi
lagi menjadi 29 spesies lagi. Di Indonesia sendiri, yang
paling banyak dijumpai adalah Rhabdopsis
subminiatus atau yang sering disebut ular picung.
Selain berbisa, bagian kepala ular picung juga
beracun.
Safety
50
pertunjukan seorang pawang ular. Butuh pelajaran dan
pengalaman yang sangat panjang," ungkap Janu
Widodo. Kemudian kembali pada data grafik tentang
jenis ular mematikan, tampak ternyata ular sendok atau
genus Naja sp. (Ada spesies Naja sputatrix di Pulau
Jawa dan Naja Sumatrana di Sumatera), tidak terlalu
banyak menimbulkan kematian dari gigitannya.
Hal tersebut menurut Janu Widodo, karena ular
kobra dewasa dan ular kobra muda, memiliki karakter
pengeluaran venom yang berbeda. "Yang sudah
dewasa, sering melakukan dry bite atau mematuk tapi
tak menyuntikkan venom, yang artinya tidak dia
keluarkan venom dari taringnya," papar Janu Widodo.
Atau kalaupun menyuntikkan bisa, tidak banyak,
karena kerja venom gland pada cobra tua semakin
berat. Sehingga mereka sangat menjaga keluarnya
bisa saat berhadapan dengan mahluk lainnya. Sedang
cobra yang masih kecil, seringnya langsung menggigit
dan mengeluarkan bisa sebanyak-banyaknya.
51
Sedangkan pada king cobra, sejak lahir,
karakternya dalam menyuntikkan venom selalu
banyak. Setidaknya 150 miligram venom dari taringnya
dapat dia suntikkan ke kulit orang, ketika dia
menyerang. Parahnya, serangannya bisa lebih dari
sekali. Padahal kandungan venom yang hanya 1,2
miligram saja, bisa membunuh sekitar 50% populasi
manusia. Itulah sebabnya, king cobra menjadi salah
satu ular mematikan di dunia (terbukti juga di Indonesia
melalui catatan Dokter Tri) lantaran karakter
menyerangnya.
Dari data tersebut, dari lima besar ular
mematikan, tampak ada satu ular dari
keluarga Elapidae yakni Bungarus candidus (weling)
dan Bungarus fasciatus (welang) yang ikut
bertanggungjawab atas kematian banyak orang. Ular
ini sebenarnya berkarakter malu-malu kucing alias
tidak menyerang kalau tidak terpojok. Tapi perhatikan
bahwa hanya dengan 0,72 miligram saja, bisa
membunuh lebih dari setengah populasi orang dewasa
di sebuah perkantoran.
Maka kembali pada pesan Dokter Tri,
setidaknya bagi mereka yang sangat menggemari
kegiatan luar ruangan (outdoor) wajib mengetahui dan
mempelajari spesies ular berbisa tinggi. Karena
dengan mengetahui spesies ular berbisa tinggi
tersebut, maka bila kita bertemu ular dari luar spesies
itu, berarti kadar bisa mereka rendah atau menengah.
Ular berbisa tinggi, umumnya di Jawa dan
Sumatera, adalah king cobra (Ophiophagus
hannah), Calloselesma rhodostoma (ular gibug) yang
jago berkamuflase, Trimeresurus sp. (ular hijau ekor
merah) yang banyak hidup di pepohonan, Bungarus
52
sp. (welang dan weling) di sungai kecil dan selokan,
serta Rhabdopsis subminiatus (ular picung) yang
banyak hidup di hulu sungai, dengan bentuk yang
cukup indah. Sedangkan di kawasan timur seperti
Papua dan Nusa Tenggara, waspadai ular taipan
(Oxyuranus sp.), death adder (Acanthopis sp.), dan
ular ikaheka (Micropechis ikaheka) yang banyak
terdapat di Kupang.
53
Lampiran V: Gratiskan SABU
54
Kepedulian "Dokter Tri", begitulah dia biasa
dipanggil, adalah suatu kebanggaan bagi Indonesia, karena
dengan cara seperti itu, Dokter Tri telah banyak
menyelamatkan nyawa-nyawa mereka yang bekerja di
lapangan (outdoor) atau mereka berprofesi dekat dengan
alam liar, seperti petani, pegawai perkebunan, pertamanan,
dan lainnya. Lalu, apa sebenarnya keahlian Dokter Tri ini?
Menurutnya saat ini, keahliannya yaitu Toxinology, belum
banyak ditekuni oleh dokter-dokter di Indonesia.
Berbeda dengan disiplin ilmu Toxicology yang
mencakup lebih luas tentang toxin atau racun, pada
Toxinology, ilmu tersebut lebih spesifik pada racun atau bisa
hewan. Dan dari spesifikasi tersebut, Dokter Tri pun masih
mengkhususkan diri lagi kepada penanganan gigitan ular
(snake bite) di Indonesia. Alasan mengenai pilihannya
tersebut, telah dijelaskannya dalam beberapa tayangan
wawancara langsung di YouTube, di kanal-kanal pecinta
satwa.
Namun dapat disimpulkan bahwa menurut Dokter
Tri, komposisi protein pada toksinologi hewan amat
sangatlah kompleks. Jangan dulu bicara hewan secara
keseluruhan (baik yang berbisa (venomous) maupun yang
beracun) hewan yang berbisa saja, menurutnya sangat
kompleks strukturnya. Dan untuk mempelajari komposisi
dari protein venom hewan, butuh metode, peralatan, dan juga
teknologi yang cukup mahal. Padahal untuk penanganan
kasus gigitan ular berbisa, butuh pemahaman komposisi
protein venom yang baik.
Ambil contoh satu ular berbisa tinggi, yakni dari
genus Naja sp. di Indonesia, baik di Jawa, Bali (Naja
sputatrix), maupun Sumatera (Naja sumatrana). Meski kadar
venom Naja atau yang umum disebut ular kobra, memiliki
55
dominansi kadar cardiotoxin pada venom-nya, namun bila
diteliti lagi lebih dalam, ternyata komposisi venom Naja juga
terdapat haemotoxin, neurotoxin, bahkan juga
ada necrotoxin. Dari bekal komposisi tersebut, akhirnya
dibuatlah serum antibisa ular (SABU) kobra, yang dapat
menetralisir toksin dengan kriteria tersebut.
Namun bagaimana dengan ular-ular berbisa yang
belum tersedia SABU-nya dan menggigit manusia? Menurut
Dokter Tri, maka penanganannya harus dilakukan dengan
metode supporting, yakni penanganan khusus pada gejala
yang terjadi. Misalnya bila terdapat gejala umum
pengaruh neurotoxin, terpaksa si pasien harus dimasukkan
ventilator pada tubuhnya, dan dipantau ketahanan hidupnya,
apakah dia bisa bertahan hidup atau meninggal. Maka dari
situlah Dokter Tri pun melihat pentingnya SABU bagi
penyelamatan pasien, sehingga dia menggratiskan SABU
untuk pasien gigitan ular se-Indonesia.
Berapa harga SABU? Beberapa akun toko online
merilis harga-harga SABU dengan rata-rata harga di kisaran
Rp 500-700 ribu untuk dosis 250 miligram (mg) atau satu
botol kecil. Maka, bila terjadi kasus gigitan fatal ular berbisa
(pada orang dewasa) dan dibutuhkan dosis sebanyak 10 mg
per 15 menit untuk penanganan pertolongan nyawa, dalam 1
jam saja tercatat 40 mg SABU yang harus disuntikkan ke
dalam tubuh. Kemudian apabila ternyata proses
penyembuhan membutuhkan waktu hingga, katakanlah tiga
hari, maka dosis yang dibutuhkan adalah 40 mg dikali 72
yakni 2.880 mg SABU.
Dosis sebesar 2.880 mg tersebut, bila dihitung secara
finansial, hasilnya adalah sekitar 12 botol kecil SABU atau
seharga Rp 600 ribu dikali 12, yakni Rp 7,2 juta. Itu baru tiga
hari. Sementara rata-rata orang yang terkena gigitan fatal
ular berbisa (yang SABU tersedia), baru bisa sembuh
56
sempurna dalam waktu sekitar 7 sampai 10 hari (Alomedika,
2020).
Sehingga uang yang harus dikeluarkan untuk
menghadapi permasalahan ini adalah sekitar Rp 15 hingga
Rp 25 juta, bahkan di atas Rp 30 juta.
57
Catatan:
58
IV. Setara Kasus Kanker
59
Di Indonesia sendiri, ada satu spesies ular
berbisa dari keluarga colubridae, serta puluhan spesies
yang berbisa dari keluarga lainnya, yaitu elapidae
(termasuk cobra (Naja sp.) dan king cobra) dan
viperidae (termasuk ular gibug dan beludak hijau).
Sedangkan total spesies ular yang ada di Indonesia
adalah 348 jenis.
60
Data yang cukup mencengangkan adalah,
ternyata kasus gigitan ular yang tercatat di rumah sakit
seluruh Indonesia selama rentang 2012-2018, sama
dengan kasus penyakit kanker. Dapat dilihat dari
gambar di bawah ini.
61
Racun jenis cytotoxin akan merusak cara kerja
sel sehingga efek yang ditimbulkan adalah
menghentikan kegiatan produksi unsur yang
menghidupi sel tubuh. Ini bagi mansia akan mengalami
mati rasa. Atau bahkan lebih parah lagi, cytotoxin dapat
memerintahkan sel itu sendiri untuk self destruction
atau meledakkan diri sehingga terjadilah pendarahan.
62
V. Jenis Racun Venom
Dari sejak awal, kita sudah banyak membahas
tentang hal-hal yang terkait apa yang dimiliki ular dna
apa yang mampu mereka lakukan terhadap manusia
dan hewan lainnya. Dan kini kita akan bahas lebih
lanjut lagi tentang bisa atau venom ular. Venom ular,
tak lain sebenarnya adalah ludah si ular. Dia datang
dari kelenjar ludah. Manusia mengeluarkan ludah
untuk memudahkan makanan tertelan ke dalam
tenggorokan. Sedangkan ular, ludahnya masuk dalam
mekanisme pertahanan mereka.
Bicara soal ludah, yang terbayang biasanya
adalah sesuatu yang menjijikkan. Tapi yang sedang
ingin dijelaskan pada artikel ini adalah tentang kadar
racun (toxin) pada ludah mahluk berbisa, sehingga
ludah bisa berubah citranya, dari menjijikkan ke
menyeramkan. Racun di dalam ludah ini terbungkus
apik dalam cairan bisa (venom) yang siap disuntikkan
ke dalam tubuh manusia. Maka tak lain dan tak bukan,
ludah tersebut kerap disebut sebagai cairan berbisa.
Ada beberapa mahluk yang memiliki cairan
berbisa dari ludahnya, yakni ular, laba-laba jenis
tarantula, kelabang, dan juga yang masih belum
banyak disadari orang-orang, yakni kukang Jawa
(Nycticebus javanicus). Meskipun tampilannya imut-
imut seperti boneka, kukang Jawa ini tergolong
sebagai primata berbisa, satu-satunya di dunia.
Di akhir 2021 lalu, kita telah sama-sama
mendengar kabar tewasnya seorang mahasiswa IPB
yang diduga tergigit oleh hewan berbisa, yakni
ular. Kemudian berdasarkan penjelasan ahli
toksinologi Indonesia -yang tak lain adalah Dr. dr. Tri
Maharani, M.Si, Sp.EM, bahwa terdapat beberapa
63
jenis kadar racun pada venom hewan-hewan tersebut,
maka selanjutnya mari kita lihat bersama, jenis racun
apa saja yang dimaksud.
Namun sebelumnya, yang perlu dipahami
terlebih dulu adalah tentang produksi ludah pada setiap
mahluk, baik hewan maupun manusia. Ada yang
namanya parotid gland atau salah satu jenis kelenjar
yang berperan penting memproduksi ludah, pada
kelenjar ludah.
Pada manusia, kelenjar parotid ada sepasang
(kiri dan kanan). Letaknya dilindungi oleh tulang
rahang, tepatnya di depan saluran penerimaan suara
pada telinga. Pada ular dan binatang berbisa lainnya
(seperti yang telah disebutkan di awal tadi) kelenjar
parotid tersebut termodifikasi, sehingga cairan ludah
yang diproduksi mengandung unsur yang dinamakan
zootoxin atau unsur racun binatang. Racun jenis
zootoxin ini muncul karena ada proses sekresi pada
kelenjar parotid.
Lalu di dalam zootoxin tersebut, setelah diteliti,
rupanya terdapat (setidaknya) 20 jenis unsur yang
berbeda-beda berdasarkan bahan pembentuknya,
yaitu diantaranya protein dan polipeptida. Unsur-unsur
inilah yang kemudian memberikan reaksi berbeda-
beda pada tubuh, ketika masuk ke dalam darah. Ada
tipe neurotoxin, haemotoxin, dendrotoxin, cardiotoxin,
necrotoxin, cytotoxin, myotoxin, dan lainnya. Dan mari
kita sedikit membahas jenis tipe-tipe tersebut, yang
dipunyai oleh hewan-hewan berbisa.
64
1. Zootoxin
2. Neurotoxin
65
Ilustrasi: Kompas
3. Dendrotoxin
4. Cardiotoxin
5. Myotoxin
67
yang paling awal terserang oleh racun jenis ini adalah
jaringan otot.
Mungkin bisa saja hanya menyerang jaringan
otot kulit bagian luar, seperti ruam dan terjadi
kehitaman yang mengering pada kulit (necrosis). Tapi
bila sampai menyerang jaringan otot paru-paru, maka
yang terjadi adalah kegagalan pernafasan. Myotoxin
banyak dipunyai oleh bisa ular derik di kawasan benua
Amerika dan kadal gurun di sana.
6. Cytotoxin
7. Necrotoxin
68
akan sangat cepat bila dipicu oleh necrotoxin tersebut.
Bila cytotoxin mampu memerintahkan sel tubuh untuk
meledakkan diri, maka necrotoxin cara kerjanya adalah
mengaktivasi semua membran sel yang terintegrasi
dalam sel.
Foto: ClinicAdvisor.com
8. Haemotoxin
70
Lampiran VI: Hewan Berbisa
1. Siput Laut
71
berukuran besar. Sifat bisa (venom) siput-siput ini sangat
berbahaya atau extremely dangerous. Dan lebih parah lagi,
kemampuan bisa tersebut dalam melumpuhkan syaraf
manusia, luar biasa cepat. Bahkan bila seseorang terkena
sengatan cone snail di lepas pantai, bisa jadi mereka akan
tewas sebelum berhasil mencapai daratan.
2. Ubur-ubur Api
72
3. Ular Laut
Meski ukuran mulut ular laut relatif kecil sehingga bukaan
mulutnya tidak mampu mencakup mangsa yang sangat
besar, namun ketika berhasil menyuntikkan bisa ke dalam
darah korbannya, potensi mematikan bisa sebesar siput laut.
Bagi manusia, gigitan ular laut sering terjadi di bagian jari
karena ukurannya masih bisa dijangkau mulut si ular. Kadar
bisa ular laut yang paling rendah, bahkan sampai 10 kali
lebih besar dari bisa ular kobra terganas di dunia. Anggap
saja 15 kali dari Naja sputatrix atau kobra Jawa. Untuk
beberapa spesies ular laut, ada yang kada bisa mereka hingga
70 kali dari ular kobra.
4. Kalajengking
74
VI. Ular Laut
Foto: https://www.ardeaprints.com/
76
lebih tinggi. Bila 0,1 mg venom ular taipan saja mampu
membunuh 1/2 populasi manusia dewasa di sebuah
ruangan kantor (sekitar 20 orang), ular laut hanya
butuh setengah dari 0,1 mg (0,05 mg) untuk
membunuh setengah populasi orang dewasa.
Namun bersyukurlah para manusia karena
karakter ular laut ini tidak seganas ular king kobra yang
1 mg venom-nya mampu membunuh 50 setengah
populasi remaja di dalam suatu kelas perkuliahan.
Meski kekuatan bisa si ular laut ini bisa 50 kali lipat ular
king kobra, namun hanya dua hal saja yang akan
membuat mereka terpaksa mengeluarkannya,
yaitu animal instict dan saat disakiti. Bila hanya
diprovokasi atau disentuh, ular laut ini masih tenang-
tenang saja.
Mungkin bila disamakan dengan manusia, ular
laut yang rata-rata panjangnya 1-1,2 meter ini bisa jadi
mirip seperti para pasukan khusus yang paling efektif
di dunia. Mereka tidak akan mengurusi hal-hal remeh
seperti kelakuan preman yang suka mengancam,
mengintimidasi, apalagi omelan emak-emak yang bikin
sumpek. Semua itu hanya selewat saja bagi mereka.
Namun ketika sudah berurusan dengan percobaan
pembunuhan, barulah mereka bereaksi secara efisien
dan mematikan.
Mengenai serba serbi tingkah laku ular laut, kita
bisa bertanya langsung kepada ahli TLI (Tingkah Laku
Ikan) Dr. Wazir Mawardi di kampus Institut Pertanian
Bogor (IPB). Namun pada intinya, ular laut memang
termasuk ordo Squamata dan sub
ordo Serpentes atau dunia ular.
77
Tingkah Laku
78
Foto: Wull | Exalos Indonesia
80
VII. Menakar Kematian
81
Tabel 1. Dosis bisa ular dalam LD50
Contoh :
Ada seseorang dengan berat badan 80 kilogram
(kg) sedang berjalan menyusuri saluran irigasi sawah
dengan bertelanjang kaki. Kemudian secara tak
sengaja si orang berbobot 80 kg itu menginjak buntut
ular weling sehingga terpaksa si weling menggigitnya.
Kemudian si weling melakukan injection bite yaitu
memasukkan venom ke dalam darah si orang tersebut
82
melalui taringnya, sebanyak 0,0072 gram saja (0,72
miligram). Alhasil orang kurang dari 1/2 jam kemudian,
akan tertidur pulas dan selamanya tak lagi bangun
alias tewas. Kenapa?
Penjelasan :
Dengan bobot 80 kg, maka bila dijadikan gram,
bobot orang itu menjadi 80 ribu gram. Sedangkan dari
data di atas, kadar LD50 ular weling yang dibutuhkan
untuk membunuh setengah populasi, adalah 0,09
mikrogram per gram. Ini artinya, untuk membunuh 1/2
populasi manusia dengan bobot 80 kg tersebut,
caranya adalah 0,09 dikalikan 80 ribu. Hasilnya 0,0072
gram. Sedangkan untuk membunuh mahluk selain
manusia, ambil contoh anjing yang bobotnya sekitar 8
kg, maka LD50 ular weling yang dibutuhkan adalah
sekitar 0,00072 gr (0,072 mg).
83
Kenapa ada kata 'bisa membunuh' di
kalimatnya? Karena LD50 artinya adalah kadar atau
dosis yang berpotensi bisa memusnahkan 50%
populasi. Maka dari contoh di paragraf sebelumnya,
bisa kita umpamakan ada 20 orang manusia seberat
80 kg. Bagaimana cara menghitung efek LD50
tersebut?
Angka 0,72 mg kadar venom tadi, dibagi 10
maka hasilnya 0,072mg. Angka 10 didapat dari 50
persen populasi manusia seberat 80 kg tadi, yakni
setengah dari 20 orang. Maka dengan dosis venom
sebanyak 0,0072 gram tersuntik ke dalam 20 orang
tadi, niscaya 10 dari mereka akan tewas. Maka, ingat!
Waspadai ular jenis Bungarus candidus dan ular
berbisa lainnya. bila kita sedang berkegiatan di luar
ruangan, atau bahkan jika ruangan kemasukan ular.
LD50
84
kilogram, hanya cukup 0,72 mg saja untuk membunuh
5 ekor diantaranya, atau 0,144 mg untuk membunuh
seekor anjing.
Caranya, yaitu 5 ekor anjing tersebut
disuntikkan venom Bungarus candidus (ular weling)
sebanyak 0,144 mg, niscaya semuanya akan mati.
Lalu bagaimana dengan manusia? Untuk setengah
populasi manusia yang bobot tubuhnya 80 kg, maka
cukup 7,2 mg saja. Bila ada 10 orang manusia dalam
suatu ruangan 7,2 mg dosis ular ini akan mematikan
bagi 5 orang diantaranya. Sesuai teori
Ratabanangkom, et.al cukup suntikkan 1,44 mg cairan
venom ke dalam tubuh satu orang, maka orang
tersebut bisa jadi almarhum atau almarhumah.
86
Tabel 2. Dosis Fatal Minimal (MLD) bagi manusia
87
VIII. Etika dan Pelepasan
89
Malayophyton reticulatus (Exalos Indonesia)
90
Etika di Publik
91
Binatang peliharaan bagi beberapa orang,
khususnya pecinta satwa, bisa dibilang merupakan
salah satu harta yang paling berharga. Namun menurut
Janu Widodo, tak selalu harus dibawa kemana-mana,
apalagi ke tempat yang berpotensi membuat orang
risih, karena tak semua orang bisa menerima kondisi
adanya binatang tertentu di suatu tempat. "Kami juga
sering setelah melakukan rescue ular, mampir beli
makan. Nah, ular akan kami simpan di tempat tertutup
dan tidak dibawa masuk," ungkapnya.
93
IX. Mitos
96
Burung Jadi Ular
Bagi
penghobi
burung, mereka-
mereka yang
senang
memelihara
burung dalam
sangkar, banyak
yang sering
mendengar
cerita burung
menjadi ular.
Sore hari
menjelang
petang mereka
bercanda ria
dengan burung
peliharannya
yang cantik nan
merdu
suaranya, lalu
tak disangka tak
diduga, pagi
harinya ternyata
yang didapat
dalam sangkar
adalah ular.
Ular Jali (Ptyas mucosus) masuk sangkar.
98
X. Harapan Exalos Indonesia
99
Kejadian itu berlangsung saat peringatan Hari
Ulang Tahun (HUT) Relawan Internasional 2021 di
Lapangan Gedung Rektorat Universitas Sebelas Maret
(UNS), Selasa, 14 Desember 2021 lalu.
Dari peristiwa itu, tampak setidaknya, ternyata
Walikota Solo itu memang belum bisa nyaman dengan
satwa eksotik seperti ular dan sejenisnya. Maka dari
situ, muncullah harapan-harapan Exalos Indonesia
untuk anak pertama Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo itu.
Berikut harapan-harapan yang terbesit dari para
sahabat Exalos Indonesia, yang dimana salah satu
anggotanya adalah pria yang mengalungkan ular
sanca tersebut ke leher Sang Walikota.
100
"Harapan saya, semoga habitat hewan liar (semua
hewan) dijaga dengan cara perketat lagi tata ruang
perijinan perumahan industri dan lainnya, sekiranya
lahan tersebut tidak boleh untuk bangunan tapi lebih baik
untuk konservasi alam." - Lintang F.
101
DAFTAR PUSTAKA
102
Copyright @ 2022
103