Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat taufiq dan hidayah Allah SWT sehingga

saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul gigitan ular (snake beat) ini,walaupun masih dalam banyak kekurangan dan dalam bentuk yang sederhana. Mengingat masih banyaknya kekurangan dan terutama makalah ini belum sempurna, maka saya berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

BAB I PENDAHULUAN Ular adalah binatang liar berbahaya yang habitatnya terdekat dengan kehidupan manusia. Sebagai bukti, saat ini ular masih dapat kita jumpai di halaman rumah, kebun, sawah, ladang, hutan, sungai, rawa-rawa, pegunungan, gua, pantai, laut, samudra bahkan di saluran saluran air perkotaan seperti kota Jakarta. Yang harus diwaspadai adalah, adanya bahaya psikis akibat keberadaan mitos, cerita, pandangan dan anggapan yang salah tentang ular. Sikap ketakutan ini dapat menjadikan kita bertindak di luar akal sehat sehingga merugikan diri sendiri bahka orang lain. Ular berperan penting bagi kesejahteraan hidup manusia.Ular adalah predator alami tikus, hama aktif yang memakan padi sebagai sumber energi utama masyarakat Indonesia. Ular juga merupakan makanan burung burung karnivora seperti elang, burung hantu, rajawali, dll. Artinya, keberadaan ular dapat membantu mengurangi populasi tikus yang sangat cepat berkembang di satu kawasan sekaligus ikut mempertahankan jumlah burung burung karnivora yang semakin menipis akibat berkurangnya makanan yang di dapat, dan akibat ulah manusia tentu saja. Ular masih mengandung banyak sekali, misteri dan keanehan Misteri itu berupa manfaat di bidang kesehatan bagi manusia yang belum seluruhnya dikembangkan secara mendalam.Ular adalah makhluk eksotis, unik, indah, menantang, sangat banyak ragamnya. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana ciri-ciri ular berbisa dan tidak berbisa 2. Apakah efek/akibat dari gigitan ular berbisa serta bagaimanakah penatalaksanaannya TUJUAN 1. Untuk mengelompokkan jenis ular yang berbisa dan tidak berbisa 2. Untuk mengetahui efek/akibat dari gigitan ular dan bagaimana penatalaksanaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahaya yang terbesar sebenarnya adalah bahaya psikologis yang ditimbulkan oleh ular karena rasa takut, jijik, geli dan jengahnya manusia melihat sosok ular dengan segala posisi dan negatifnya pikiran dalam benaknya.Sedangkan bahaya biologis (akibat gigitan, belitan dan racun) masih tergolong minim karena jumlah korban gigitan ular di Indonesia belum mencapai tingkat yang mengkuatirkan.Bahaya psikologis akibat ketakutan dan paradigma masyarakat yang keliru tentang ular itu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan jalan mengenal lebih jauh tentang ular.Bagaimana, apa, mengapa, siapa dan apa saja tentang ular harus diutarakan secara benar dan jelas kepada masyarakat. Begitu pula tentang teknik teknik dasar penanganan bahaya gigitan ular harus disebarluaskan agar masyarakat dapat merasa lebih aman jika dilingkungan sekitarnya masih ditemui ular. Sekilas Biologi Ular .Penampang melintang tubuh membulat dan memanjang Tubuhnya tertutup oleh sisik Ukuran panjang tubuhnya dari 10 mm 9000 mm Memiliki tulang belakang dan sepasang tulang rusuk pada setiap ruas tulang belakang sampai cloaca) Suhu tubuhnya poikilotermik, suhu ideal 23,9 29,4C. Namun ular masih dapat bertahan pada suhu yang ekstrem 7.2C atau 37.8C, bila lebih dari suhu ini akan berakibat fatal bagi ular. Ular melata dengan menggunakan otot pada sehingg dapat bergerak menuju ke tempat lain. Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya. Tidak seperti manusia, hidung pada ular hanya berfungsi sebagai alat untuk bernafas,sedangkan alat penciumannya adalah lidahnya dengan dibantu organ Jacobson.Indera panas, terletak diantara mata dan hidung, berfungsi untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh makhluk lain bagian perutnya secara bergantian

yang berdarah panas (endotermik), Namun tidak semua ular memiliki organ ini Ular tidak memiliki lubang telinga, tapi memiliki membran tympani yang dapat mendeteksi getaran. Ular yang menari mengikuti irama suling sebenarnya bergerak bukan karena suaranya, namun karena mengkuti gerakan sulingnya.Pewarnaan tubuh ular sangat beragam, menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia tinggal. Pewarnaan berfungsi sebagai penyamaran ular dalam mencari mangsa dan menghindari musuh.Tidak semua warna menyala menandakan tingkat bisa ular. Cara mendapatkan makanan : 1. memburu mangsanya 2. menghadang mangsanya 3. memancing mangsanya Gigi ular berjumlah banyak dan condong mengunyahmangsanya melainkan menelan mangsanya. dibedakan menjadi : 1. Aglypha : Tidak memiliki taring bisa. Contoh : Ptyas korros (Ular kayu), Python reticulatus berbisa 2. Ophistoglypha : Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang atas.Contoh : Boiga dendrophila. (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah. 3. Proteroglypha : Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus hannah(ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi 4. Solenoglypha : Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat. Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi. Ular dapat memangsa mangsanya yang berukuran 10 kali lipat besar kepalankarena pada rahang bagian belakang dari mulutnya dihubungkan oleh sendi yang berbentuk segiempat, sehingga mulut ular dapat menganga 180 dan didukung oleh rahang bawah yang hanya dihubungkan oleh ligamen (otot) yang sangat elastis. (Ular sanca batik).Ular ini tidak ke dalam sehingga ular tidak Berdasarkan tipe giginya, ular

Berikut ini beberapa cara ular memangsa : 1. Menelan langsung 2. Membelit 3. Menyuntikkan bisa

Semua jenis ular adalah binatang Karnivora. Jenis makanan yang mereka makan antara lain : insekta, ikan, amphibi, unggas, mamalia kecil sampai mamalia besar; bahkan ada beberapa jenis ular yang memakan ular juga (kanibal). Jenis makanan ini tergantung dari jenis ular dan habitatnya.

Organ reproduksi pada ular jantan adalah hemipenis yang terletak pada cloaca dan yang betina dengan cloaca. Ular luar negeri biasanya kawin pada bulan-bulan yang bersuhu hangat, karena pada musim dingin mereka akan hibernasi (tidur panjang). Ular ada yang bertelur (ovipar) dan mengerami telurnya yang diletakkan diantara tumpukan daun daun kering selama 2-3 bulan dan menetas; namun ada pula yang di simpan didalam tubuhnya selama 2-3 bulan dan melahirkan (ovovivipar).

Menurut habitatnya, ular dapat dibagi menjadi 5, yaitu : 1. Ular Air (Aquatik) Ular air adalah ular yang seluruh hidupnya (melakukan segala aktifitasnya) di dalam air. Contoh : Ular laut (Laticauda laticauda). Ular air yang sesungguhnya hanyalah ular laut. 2. Ular Setengah Perairan (Semi Aquatik) Ular ini terkadang melakukan aktifitasnya di darat dan di air. Homalopsis buccata (ular Kadut) 3. Ular Darat (Terresterial) Ular ini hidup di darat, dan melakukan seluruh aktifitasnya di darat. Contoh : Ptyas mucosus (Ular bandotan macan)dan Elaphe flavolineata (Ular Kopi) 4. Ular Pohon (Arboreal) Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di pohon (arboreal). Biasanya ular pohon ekornya prehensil (dapat untuk berpegangan / bergelantungan) Contoh : Boiga dendrophila (cincin emas) dan Dryophis prasinus (Ular pucuk) Contohnya :

5. Ular Gurun Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di gurun. Ular gurun biasanya menyembunyikan diri di bawah pasir untuk menghindari sengatan matahari. Contoh : Crotalus artox, ular derik, rattle Bahaya Ular Memang benar kalau ada pendapat bahwa ular itu berbahaya, TAPI tidak semua ular secara langsung berbahaya bagi manusia. SIOUX membagi bahaya ular dapat terbagi menjadi 2 bentuk yaitu : 1. BAHAYA PSIKIS Bahaya psikis disebabkan oleh karena faktor paradigma/pandangan/anggapan/mitos yang telah tertanam negatif tentang ular di benak masyarakat kita.Efek bahaya ini semakin berresiko ditambah pula akibat keterkejutan, ketakutan dan rasa panik yang sangat besar karena bertemu dengan ular. Bahaya psikis ini dapat berakibat fatal karena bisa saja manusia melakukan hal hal diluar dugaan dan perhitungan saat ertemu dengan ular. Bahaya psikis dapat diobati. Caranya dengan berusaha untuk lebih banyak mengenal ular dan mengetahui karakter berbagai jenis ular. Melihat TV, membaca buku, berpikiran positif, akan

mempercepat proses dalam usaha menghilangkan bahaya psikis ular pada manusia. Labih baik lagi jika lebih banyak tahu teknik penanganan ular untuk maksud yang positif. 2.BAHAYA BIOLOGIS Berupa bahaya fisik yaitu gigitan, semburan dan belitan. Bahaya ini muncul karena manusia cenderung mengganggu si ular atau kebetulan berada di lokasi dimana si ular sedang mengerami telurnya atau terinjak. Beberapa hal tentang bahaya biologis akan dijabarkan sebagai berikut. Berdasarkan tingkatan bisanya dan efek gigitan terhadap manusia, SIOUX membagi ular menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. TIDAK BERBISA Ular ini memiliki tipe gigi Aglypha (tidak bertaring) dan tidak memiliki kelenjar bisa. Jika tergigit ular jenis ini hanya akan luka, tidak ada penanganan khusus. Hanya perlu obat antiseptik. Tidak berbahaya dan jumlah serta jenis nya sangat banyak. 2. BERBISA MENENGAH

Kebanyakan ular kelompok ini memiliki tipe gigi Ophistoglypha, dan telah memiliki kelenjar bisa. Efek bisanya pada manusia adalah pendarahan, demam, perubahan suhu tubuh yang drastis dan cenderung menyebabkan rasa sakit serta pembengkakan di sekitar luka gigitan. Penanganannya, korban hanya perlu diberi suplai makanan dan minuman bergizi, istirahat untuk meningkatkan stamina tubuh. 3. BERBISA TINGGI Ular ini memiliki tipe gigi Proteroglypha dan Solenoglypha. Jika manusia tergigit kelompok ini, prinsipnya adalah segera keluarkan bisa keluar dari tubuh, hambat laju racuun ke jantung serta harus secepat mungkin mendapatkan pertolongan pertama yang tepat dan benar. Bila tidak tertolong dan salah penanganan akan berakibat cukup fatal yaitu kematian. Jika tertolong, biasanya akan meninggalkan cacat atau bekas pada gigitan. Jumlah dan jenis ular berbisa tinggi lebih sedikit dibanding kelompok yang lain, kecuali semua jenis ular laut yang berbisa tinggi dan sangat mematikan. TIPS singkat Perbedaan ular berbisa tinggi dan rendah Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal yang dapat membedakan ular yang berbisa tinggi dan berbisa rendah. Namun beberapa ciri berikut masih belum secara tepat menunjukkan tingkatan bisa ular, sehingga perlu pengamatan dan penelitian lebih lanjut. a. Ular berbisa rendah Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif Beraktifitas pada siang hari (diurnal) Membunuh mangsanya dengan membelit Bentuk kepalanya bulat telur (oval) Tidak memiliki taring bisa Gigitannya tidak mematikan Setelah menggigit langsung lari b. Ular berbisa tinggi Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)

Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna Memiliki taring bisa, racun mematikan Kanibal Setelah menggigit, masih tinggal ditempat

c. Pengecualian Berikut ini yang tidak sesuai dengan ketentuan berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, kelu 1. Ular King Kobra - Ophiophagus hannah 2. Ular Kobra Naja naja sputratix berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang 1. Ular weling - Bungarus candidus 2. Ular welang - Bungarus fasciatus 3. Ular picung/pudak seruni 4. Semua jenis ular laut tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban 1. Semua jenis ular phyton dan ular boa 2. Ular Pelangi - Xenopeltis unicolor 3. dll Jenis - Jenis Ular Indonesia ULAR TIDAK BERBISA 1. Elaphe radiata Species : Elaphe radiata Schlegel, 1837 N.I. Tikus. : Copperhead Racer, Striped Racer, Ular Trawang, Ular Lanang Sapi (Jawa), Ular

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna kekuningan, dengan empat garis longitudinal berwaran hitam pada bagian tubuh depan Tubuh bagian depan belakang berwarna kuning Tubuh bagian ventral berwarna kuning Terdapat garis hitam dari mata dan melintang pada bagian belakang kepala Panjangnya 2000 mm Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang b. Habitat : Darat, lading c. Aktivitas : Diurnal, siang hari d. Tipe gigi : Aglypha e. Makanan : Burung dan Tikus f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan 2. Elaphe flavolineata Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837 N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa).

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi panjang yang belang dengan putih bagian depan. Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang) Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman panjangnya 2400 mm Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang b. Habitat : Darat -lading c. Aktivitas : Diurnal - siang hari

d. Makanan : Kadal, katak dan burung e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang 3. Ptyas korros Species : Ptyas korros Schlegel, 1837 N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan Sisik tubuh bagian belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya. Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning. Mata bulat, besar dan hitam. Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal). Panjangnya 300 mm 1700 mm

b. Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon c. Tipe gigi : Aghlypa e. Aktivitas : Diurnal f. Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung h. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan 3. Lycodon aulicus Species : Lycodon aulicus Linne, 1754 N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah

a. Ciri-ciri : Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik tiktik putih diseluruh tubuh Tubuh bagian ventral berwarna putih Kepalanya oval dengan leher bergaris putih Mata bulat besar

Panjangnya 500 mm 750mm

b. Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah c. Aktivitas : Noctural, malam hari d. Tipe gigi : Aglypha e. Makanan : Cicak f. Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan 4. Xenopeltis unicolor Species : Xenopeltis unicolor Reimwald, 1827 N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi

(jawa) a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan memantulkan warna pelangi Tubuh bagian ventral berwarna putih Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga ujung ekor berwarna perak abu abu Ekor berwarna abu - abu

ULAR BERBISA MENENGAH 1. Boiga dendrophila Species : Boiga dendrophila Boie, 1827 N.I. : Mangrove Snake, Ular Cincin Emas, Ular Taliwongso

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga yang berwarna hitam putih.

Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan Labial bawah berwarna kuning dengan garis-garis hitam kecil Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal Panjangnya 2500 mm

b. Habitat : Pohon, hutan bakau c. Aktivitas : Noctural, malam hari d. Tipe gigi : Ophiestoglypha e. Makanan : Burung, telur, tikus f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, Singapore, Malaysia, Philippine, Siam, Nias 2. Dryophis prasinus Species : Dryophis prasinus Boie,1827 N.I. : Green Whip Snake, Oriental Whip Snake, Gadung Pari (Jawa), Ular

Daun, Ular Pucuk (Jawa Barat). a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat Saat ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan biru Tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih Tubuh bagian ventral berwarna hijau Kepala panjang dengan dengan moncong meruncing Mata horizontal, panjangnya 2000 mm b. Habitat : Pepohonan, arboreal c. Aktivitas : Diurnal, siang hari d. Makanan : Kadal, katak e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, 3. Homalopsis bucatta Species : Homalopsis buccata Linne, 1766 N.I. : Puff-faced Water Snake, Elephant Snake, Ular Buhu (Jawa), Ular Kadut

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua gelap sampai hitam. Corak belang dengan bentuk yang tak beraturan Tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih Tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam Terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya Terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya Panjangnya 1000 mm,Jika marah memipihkan tubuhnya

b. Habitat : setengah perairan, sungai, kolam c. Aktivitas : Noctural d. Tipe gigi : Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal e. Makanan : Ikan f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

ULAR BERBISA TINGGI 1. Ophiophagus hannah Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836 N.I. : King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java);

Ular tedong selor (Kalimantan) a. Ciri-ciri : Hitam pekat atau abu abu, putih, dan coklat dengan garis garis melintang ditubuhnya, tergantung habitat. Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar Kepala oval, dengan sisik yang besar Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung habitat) Panjangnya hingga mancapai 6000 mm

Jika

marah

akan

menegakkan

tubuhnya

hingga

1/3

panjang

tubuhnya

mengembangkan lehernya. b. Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering c. Aktivitas : siang dan malam hari d. Makanan : ular e. Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit 2. Agkistrodon rhodostoma Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827 N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa), Ular Tanah,

Ular Gibuk (Jabar) a. Ciri-ciri : Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher. Gerakannya agresif Kepala segitiga, dengan sisik yang besar Panjangnya hingga mancapai 1000 mm Jika marah akan membentuk k huruf S b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput c. Aktivitas : siang dan malam hari d. Makanan : Tikus e. Populasi : Jawa, Sumatra 2. Elaphe flavolineata Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837 N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa).

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi panjang yang belang dengan putih bagian depan. Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang) Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman panjangnya 2400 mm Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang b. Habitat : Darat -lading c. Aktivitas : Diurnal - siang hari d. Makanan : Kadal, katak dan burung e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang 3. Ptyas korros Species : Ptyas korros Schlegel, 1837 N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan Sisik tubuh bagian belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya. Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning. Mata bulat, besar dan hitam. Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal). Panjangnya 300 mm 1700 mm

b. Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon c. Tipe gigi : Aghlypa e. Aktivitas : Diurnal f. Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung

h. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan 3. Lycodon aulicus Species : Lycodon aulicus Linne, 1754 N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah

a. Ciri-ciri : Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik tiktik putih diseluruh tubuh Tubuh bagian ventral berwarna putih Kepalanya oval dengan leher bergaris putih Mata bulat besar Panjangnya 500 mm 750mm

b. Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah c. Aktivitas : Noctural, malam hari d. Tipe gigi : Aglypha e. Makanan : Cicak f. Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan 4. Xenopeltis unicolor Species : Xenopeltis unicolor Reimwald, 1827 N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi

(jawa) a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan memantulkan warna pelangi Tubuh bagian ventral berwarna putih Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga ujung ekor berwarna perak abu abu

Ekor berwarna abu - abu

ULAR BERBISA MENENGAH 3. Boiga dendrophila Species : Boiga dendrophila Boie, 1827 N.I. : Mangrove Snake, Ular Cincin Emas, Ular Taliwongso

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga yang berwarna hitam putih. Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan Labial bawah berwarna kuning dengan garis-garis hitam kecil Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal Panjangnya 2500 mm b. Habitat : Pohon, hutan bakau c. Aktivitas : Noctural, malam hari d. Tipe gigi : Ophiestoglypha e. Makanan : Burung, telur, tikus f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, Singapore, Malaysia, Philippine, Siam, Nias 4. Dryophis prasinus Species : Dryophis prasinus Boie,1827 N.I. : Green Whip Snake, Oriental Whip Snake, Gadung Pari (Jawa), Ular

Daun, Ular Pucuk (Jawa Barat). b. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat Saat ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan biru Tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih Tubuh bagian ventral berwarna hijau Kepala panjang dengan dengan moncong meruncing

Mata horizontal, panjangnya 2000 mm b. Habitat : Pepohonan, arboreal c. Aktivitas : Diurnal, siang hari d. Makanan : Kadal, katak e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,

3. Homalopsis bucatta Species : Homalopsis buccata Linne, 1766 N.I. : Puff-faced Water Snake, Elephant Snake, Ular Buhu (Jawa), Ular Kadut

a. Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua gelap sampai hitam. Corak belang dengan bentuk yang tak beraturan Tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih Tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam Terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya Terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya Panjangnya 1000 mm,Jika marah memipihkan tubuhnya

b. Habitat : setengah perairan, sungai, kolam c. Aktivitas : Noctural d. Tipe gigi : Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal e. Makanan : Ikan f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

ULAR BERBISA TINGGI 2. Ophiophagus hannah Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836

N.I.

: King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java);

Ular tedong selor (Kalimantan) a. Ciri-ciri : Hitam pekat atau abu abu, putih, dan coklat dengan garis garis melintang ditubuhnya, tergantung habitat. Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar Kepala oval, dengan sisik yang besar Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung habitat) Panjangnya hingga mancapai 6000 mm Jika marah akan menegakkan tubuhnya hingga 1/3 panjang tubuhnya

mengembangkan lehernya. b. Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering c. Aktivitas : siang dan malam hari d. Makanan : ular e. Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit 2. Agkistrodon rhodostoma Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827 N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa), Ular Tanah,

Ular Gibuk (Jabar) a. Ciri-ciri : Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher. Gerakannya agresif Kepala segitiga, dengan sisik yang besar Panjangnya hingga mancapai 1000 mm

Jika marah akan membentuk k huruf S b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput c. Aktivitas : siang dan malam hari d. Makanan : Tikus e. Populasi : Jawa, Sumatra

Penanganan Pertama Gigitan Ular Orang menganggap semua ular berbahaya, dan bila bertemu akan berusaha membunuhnya dan jika tergigit, segera melakukan penanganan gigitan yang berlebihan. Akibatnya cukup fatal serta merugikan manusia sendiri. Demikian pula jika penanganan efek gigitan ular berbisa tinggi dilakukan dengan lambat dan salah, maka dapat menyebabkan dampak yang fatal bagi korban.Efek gigitan racun ular ke tubuh manusia selain ditentukan oleh kadar bisa/racun itu sendiri juga dipengaruhi dari daya tahan tubuh manusia yang digigit. Semakin baik pertahananalami atau antibody yang dimiliki, dan semakin sehat metabolisme tubuh manusia, efek gigitan akan berkurang rasanya dibandingkan dengan korban yang memiliki imunitas redah atau sedang dalam kondisi tidak fit karena kecapekan atau sakit Prinsipnya, walau pun digigit ular, JANGAN TERGESA MEMBUNUH ular tersebut.

JIKA TERGIGIT ULAR : JANGAN PANIK Amankan posisi penolong dan korban Terutama dari bahaya lain seperti gigitan ular itu lagi, lokasi yang curam, dll. Jika diri sendiri yang tergigit, ambil posisi yang aman, jauhi ular. Imobilisasi pasien dan Lakukan pembalutan elastis di atas luka gigitan untuk menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung Tenangkan korban, jangan banyak melakukan aktifitas/gerakan yang menguras tenaga dan mempercepat detak jantung Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING !)

Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.Ingat perbedaan berbisa rendah dan berbisa tinggi dan yang utama jika

luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka nayak berarti tidak berbisa jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri ciri ular itu dan jika perlu, bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian medis yang terakhir lakukan tindakan pertolongan pertama Penanganan gigitan ular tidak berbisa. Hanya akan menimbulkan luka sobek atau luka lecet dan gatal:

Lepaskan pembalut elastis Cuci luka dengan air dan sabun atau pembersih luka (Revanol)

Beri obat antiseptik. Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering

Ingat ! ular tidak perlu dibunuh. Penanganan gigitan ular berbisa menengah Akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah sekitar luka, perubahan warna, dan jika kondisi tubuh tidak fit, akan terasa demam panas dingin sekitar 2 s.d. 7 hari. Lepaskan pembalut Cuci luka dengan pembersih luka yang ada (revanol) Beri antiseptik Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering

Usahakan korban beristirahat sebentar Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi

Beri vitamin tambahan Ingat ! ular tidak perlu dibunuh. Bila tergigit ular jenis raksasa, ular pyhton

Mengakibatkan pendarahan terbuka dan luka sobek. Posisikan bagian luka di atas dari posisi jantung untuk mencegah pendarahan, lebih baik dalam posisi berbaring Hentikan Pendarahan ! dengan melakukan prosedur penanganan pendarahan terbuka atau dapat pula dengan teknik torniquet. Istirahatkan dan tenangkan korban Upayakan untuk evakuasi ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan pendarahan agar tidak terbuka lagi.

Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi Beri vitamin tambahan Ingat ! ular ini tidak beracun tetapi akan tetap berbahaya jika korban kehilangan banyak darah. saat melepas gigitan dari korban, jangan paksakan dengan menarik kepala ular, tapi mulut harus dibuka ! Perhatikan juga belitanular. tidak perlu membunuh ular jenis ini

kecuali ! Bila tergigit ular yang berbisa tinggi Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.Efek gigitan pada umumnya : 1. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna 2. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

3. Mulut terasa kering 4. Pusing, mata berkunang - kunang 5. Demam, menggigil 6. Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit,pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah. Penanganan jika tergigit dengan efek di atas: Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit Buat luka baru deagn kedalam sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet(yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal. Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus snake bite, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik

menggunakan tali senar, dll.tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung dan usus. Proses itu dilakukan berulang ulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar. Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen sesuai karakter bisa ular yangmenggigit (haemotoxin atau neurotoxin) Informasikan pada dokter bila korban elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.

PENATALAKSANAAN Sebelum di bawa kerumah sakit: 1. Di istirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan 2. Bila belum tersedia antibisa,ikatlah dua ujung yang terkena gigitan.tindakan ini kurang berguna jika dilakukan kurang dari 30 menit paska gigitan. Setelah dibawa kerumah sakit beri SABU (serum anti bisa ular) polivalen 1 ml berisi: 1. 10-50 LD50 bisa ankystrodon 2. 20-50 LD50 bisa bungarus 3. 25-50 LD50 bisa naya sputarix 4. Fenol 0,25% v/v Teknik pemberian: 2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 atau dextrose 5 % dengan kecepatan 40-80 tetes per menit.maksilal 100 ml (20 vial).

Anda mungkin juga menyukai