Anda di halaman 1dari 73

 EXALOS Indonesia merupakan sebuah komunitas yang fokus

terhadap kepedulian pada konflik antara manusia dengan ular


terdiri dari kumpulan para pecinta satwa, pecinta alam dan
pecinta lingkungan yang berdiri sejak Februari 2016.
 Kegiatan EXALOS Indonesia meliputi snake education & snake
rescue serta bantuan pertolongan pertama pada korban gigitan
ular.
 Dalam perkembangan EXALOS Indonesia sudah banyak
memberikan pelatihan identifikasi dan penanganan ular kepada
masyarakat, pelajar, tenaga medis, TNI dan potensi SAR.
RS. ORTOPEDI RS. PERTAMINA CILACAP

Petrokimia Gresik

Pembekalan Satgas TNI Masyarakat Potensi SAR


Di Indonesia ada 349 jenis ular dimana 77 jenis di
antaranya merupakan ular yang berbisa, namun demikian
kurangnya pengetahuan tentang identifikasi ular serta
ketidaktersediaan anti bisa ular di Indonesia merupakan
masalah yang paling utama.
Di Indonesia hanya tersedia 1 jenis antibisa ( Biosave)
yang hanya mengcover 3 jenis ular yaitu Naja Sputatrix,
C.Rhodostoma, Bungarus fasciatus.
Identifikasi sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penanganan gigitan ular.
Identifikasi Ular Menurut Bentuk Gigi/Posisi Taring Serta
Bahayanya

1. Menurut Bahayanya yaitu : Menurut Bentuk Bentuk Gigi/Posisi Taring, yaitu :


a. Ular tidak berbisa : Tidak berbisa
b. Ular berbisa rendah : Berbisa menengah (Kecuali
beberapa jenis dari Spesies Rabdhophis memiliki
c. Ular berbisa tinggi tingkat bisa tinggi)
d. Ular Raksasa (tidak berbisa
namun menyebabkan
pendarahan besar) : Berbisa tinggi
: Berbisa tinggi

Catatan:
Ciri ular berbisa ataupun tidak berbisa bisa dilihat dari bentuk gigitan.
Ular berbisa membentuk bekas gigitan Berupa tusukan sedangkan ular tidak berbisa Berupa robekan.
Membedakan Gigitan Ular Berbisa Dan Tidak Berbisa Secara
Visual (Pasca Gigitan).
a. Ular berbisa memiliki taring yang berguna untuk menyuntikan bisa
kepada mangsanya, bekas gigitan ular berbisa ditandai dengan bentuk
menyerupai tusukan dan jarang mengeluarkan darah, dalam beberapa
kasus terjadi sebuah pembengkakan dilokasi sekitar gigitan.

b. Ular tidak bebisa tidak memiliki taring akan tetapi memiliki gigi yang
membentuk bekas gigitan berupa sobekan dan menimbulkan
pendarahan.
Taring ular merupakan bagian gigi ular yang berfungsi untuk menyalurkan bisa.
Adapun beberapa jenis ular tidak berbisa memiliki bentuk gigi mirip taring tapi tidak
memiliki saluran venom, antara lain lycodon sp. , oligodon sp.
Lycodon sp. Oligodon sp.

Pada sp. Ini gigi menyerupuai taring tetapi tidak memiliki saluran venom.
Gambar
GIGI ETB (Emerald
tree boa)
(non venom)
DRY BITE
Kondisi ular berbisa tidak menyuntikkan bisa pada saat melakukan
gigitan. Ini dikarenakan produksi venom memerlukan proses yang sulit.
Kondisi ini biasa terjadi oleh ular dari keluarga elipidae. Area gigitan bisa
saja bengkak, korban merasakan pusing mual atau sesak nafas bukan
karena envenomasi melainkan kecemasan.

WET BITE
Kondisi ular berbisa menyuntikkan bisa pada saat melakukan gigitan.
Biasa dilakukan oleh semua jenis viper. Area gigian akan mengalami
envenomasi lokal ataupun sistemik.
Mayoritas jenis ular memiliki gigitan yang tidak
berpotensi menyebabkan kecacatan atau kematian,
yaitu tidak berbisa, berbisa rendah dan berbisa
menengah.
Beberapa jenis ular memiliki bahaya biologis berupa
gigitan yang berpotensi menyebabkan kecacatan
bahkan kematian, yaitu berbisa tiggi dan ular raksasa
(dimana ular tersebut tidak berbisa namun
menyebabkan luka besar dan pendarahan) .
Daboia ruselli siamensis Boiga multo
Calliophis intestinalis Cylindrophis opisthorhodus
Bungarus fasciatus Lycodon subcinctus Homalopsis buccata
KARAKTER ULAR
WELANG
Seorang warga dari desa Campor Kec. Konang Bangkalan, Madura
tergigit C.rodhostoma (kaber beling) pada saat mencari rumput untuk pakan
ternak pada tanggal 18 Agustus 2020. Kemudian sempat dibawa ke salah satu
rumah sakit di Sampang. Akan tetapi pada hari pertama meminta untuk
pulang dengan alasan keterbatasan dana (belum memiliki BPJS) kemudian
dibawa ke pengobatan tradisional di daerah dekat rumah korban dengan cara
di sedot dengan batu mustika, akan tetapi korban tidak mengalami
kesembuhan. Atas bantuan rekan-rekan komunitas menyarankan korban
untuk dibawa ke RSUD Syarifah Ambami Bangkalan dan keluarga untuk
mengurus BPJS. Selain itu informasi tentang kejadian ini sampai kepada
dokter Tri Maharani (satu-satunya dokter ahli bisa ular di indonesia) beliau
berkoordinasi dengan pihak RSUD sehingga korban bisa tertolong. Setelah 3
hari dalam masa perawatan korban di nyatakan membaik dan bisa dibawa
pulang pada tanggal 29 Agustus 2020.
18-8-2020

27-8-2020

20-8-2020

29-8-2020
Pasca pengobatan tradisional
Venom merupakan protein dan enzim serta mengandung
lebih dari 50 senyawa, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus yang
dimiliki oleh sejumlah spesies ular tertentu saja. Ular berbisa kuat
(sangat berbahaya) yang terdapat di Indonesia biasanya masuk
dalam family Elapidae, Hydropiidae, dan Viperidae.
Jenis bisa ular :
1) Neurotoksin
Adalah racun yang menyerang sistem syaraf dan mengganggu
penghantaran sinyal pada neuron untuk berkomunikasi secara
efektif. Racun Neurotoksin dihasilkan dari ular King Kobra
(Ophiophagus hannah), ular laut, ular2 yang ditemukan di Papua,
dan ular krait (Bungarus). Area sekitar gigitan tidak tampak
terjadi pembengkakan.
2) Hematoksin
Adalah bisa yang menyerang sistem sirkulasi darah dan sistem
otot. Racun ini akan mencegah oksigen membentuk hemoglobin
dalam darah. bisa Hematoksin dihasilkan dari ular Tanah
(Calloselasma rhodostoma), ular Gadung Luwuk (Trimeresurus
alborabris), dan ular Picung (Rhabdophis subminiatus). Terjadi
pembengkakan di area gigitan pada fase lokal maupun sistemik.
Pada fase sistemik terjadi peningkatan pembengkakan secara
drastis.
3) Kardiotoksin
Adalah bisa yang merusak serat-serat otot jantung yang
menimbulkan kerusakan otot jantung. bisa Kardiotoksin
dihasilkan dari ular Laut, ular King Kobra (Ophiophagus hannah).
4) Nefrotoksin
Bisa nefrotoksin secara efektif menyerang fungsi ginjal. bisa
nefrotoksin dihasilkan dari ular Bandotan Puspo atau dikenal juga
dengan nama Viper russeli.
5) Sitotoksin
Adalah bisa yang menyerang sitoplasma sel. bisa sitotoksin
dihasilkan dari ular Tanah (Calloselasma rhodostoma), ular kobra
(Naja sputatrix).
6) Nekrotoksin
Bisa nekrotoksin menyebabkan nekrosis (kematian) pada sel yang
terkena bisa ini dan menghancurkan semua jenis jaringannya.
Nekrotoksin menyebar melalui aliran darah. Bisa ini dihasilkan
oleh jenis ular dari family Elapidae.
7) Miotoksin
Adalah bisa yang menyerang sel otot. bisa sitotoksin dihasilkan
dari ular Laut.

FASE PENYEBARAN
1. Fase lokal adalah kondisi bisa ular belum menyebar ditandai
dengan beberapa ciri di antaranya bengkak.
2. Fase Sistemik adalah kondisi bisa ular sudah mengalami
penyebaran ditandai oleh adanya ciri-ciri sistemik diantaranya
pembengkakan sangat drastis, pendarahan, gagal nafas, gagal
jantung atau kerusakan jaringan.
(SITOTOKSIN,
HEMATOTOKSIN)
Banyak masyarakat yang masih menggunakan penanganan
dengan cara tradisional dikarenakan belum meratanya informasi
tentang manajemen penanganan terbaru. Namun demikian banyak
kasus snake bite yang ditangani secara tradisional diklaim berhasil
dan mejadi salah satu cara alternatif, ini dikarenakan beberapa
faktor :
1. Masyarakat tidak mengenal jenis-jenis ular sehingga ular apapun
di anggap berbisa.
2. Pada kasus tertentu ular berbisa tidak menyuntikkan bisa nya
atau terjadi gigitan kering.
3. Pada gigitan basah atau ular menyuntikkan bisa ketubuh
manusia, bisa tersebut masih pada fase lokal.
Penanganan Pada Gigitan
a. Gigitan ular tidak berbisa
Pada gigitan ular tidak berbisa tidak memiliki
dampak berupa kecacatan atau kematian, gigtian
oleh ular kecil hanya menimbulkan luka ringan,
dimana penanganannya hanya sebagaimana
mengobati luka lecet.
Namun demikian gigitan oleh ular besar akan
menimbulkan pendarahan yang berpotensi
menyebabkan kematian.
Cara penanganan gigitan ular besar
dengan melakukan tahan bebat
yaitu menahan bagian luka dengan
perban kemudian hindari
mengganti perban yang akan
menimbulkan rusaknya jaringan
kulit yang sedang dalam proses
penyembuhan, tidak disarankan
melakukan pengikatan kecuali
dalam keadaan sangat mendesak,
penanganan di atas hanya
merupakan pertolongan pertama
dimana pertolongan selanjutnya
dilakukan oleh tenaga medis
(heacting/jahit).
b. Gigitan ular berbisa rendah dan menengah
Ular berbisa rendah dan menengah di
kategorikan sebagai ular yang tidak berbahaya,
ular ini memiliki bisa yang hanya mampu
membunuh untuk mangsanya gigitan ular ini
pada umumnya tidak berakibat fatal terhadap
manusia efek yang diberikan meliputi bengkak
ataupun demam yang tidak berpotensi terjadi
kecacatan atau kematian, penanganan sama
seperti hal nya tergigit oleh ular yang tidak
berbisa dengan tambahan pemberian analgesik.
c. Semburan ( hanya ular jenis Cobra)
1) Pada kulit tidak ada efek, lakukan pencucian atau
bersihkan pada tempat yang tersembur.
2) Pada mata lakukan irigasi/ mengaliri mata dengan air
bersih sebanyak mungkin.
3) Bawa ke pelayanan medis.
d. Gigitan Ular Berbisa Tinggi
Pertolongan pertama pada gigitan ular berbisa tinggi
dilakukan mengacu pada Guide Line WHO 2016 dan
pedoman BPOM 2017.
Secara garis besar meliputi :
- Metode imobilisasi
- Identifikasi dan deteksi venom
- Penanganan Envenomisasi
a. Langkah Pertolongan pertama pada gigitan ular berbisa tinggi
merupakan faktor penting dari keselamatan korban gigitan ular
berbisa,dimana bisa menjdi solusi ketidaksediaannya anti venom,
hal ini dilakukan oleh orang awam atau tenaga kesehatan dengan
peralatan terbatas.

catatan :
Karena pertolongan pertama bertujuan mempertahankan bisa ular
tetap berada dalam fase lokal dimana dalam fase ini tidak
dibutuhkan anti bisa.
1. Tenangkan korban.
2. Persiapan alat dan lakukan pembidaian.
3. Identifikasi ular, bisa di ketahui dari :
- bekas gigitan dan keterangan korban tentang ciri ciri ular yang
menggigit (perlu di ketahui apakah bekas gigitan berasal dari taring
ular berbisa, gigitan ular tidak berbisa atau gigitan hewan selain ular).
- melihat gejala apakah terjadi rasa takut, pusing, mual, gemetar,
berkeringat,dan tindakan irasional.
- tanda klinis meliputi bengkak, terjadi nekrosis atau infeksi yang
menyebabkan cacat.
4. Memposisikan kepala korban kearah samping dengan mulut lebih
rendah guna mencegah aspirasi jika terjadi muntah.

Catatan:
Apabila ternyata bukan gigitan ular yang berbisa maka penanganan
sebatas pertolongan pada ular tidak berbisa
BENAR SALAH
CARA
IMOBILISASI
Imobilisasi dilakukan untuk memastikan bagian yang tergigit
tidak bergerak dengan pengikatan yang tidak menghambat
peredaran darah, penggunaan torniquit hanya untuk ular
dengan bisa neurotoksin (bungarus sp.) yang hanya
dilakukan oleh tenaga medis.

BENAR BENAR
b. Langkah pertolongan lanjutan ( dilakukan oleh tenaga medis)
1. Mobilisasi korban dari TKP menuju tempat medis
mobilisasi dilakukan dengan cara menghubungi layanan
darurat PSC 119, ambulance yang membawa korban pada
umumya membawa peralatan bantuan hidup, hal ini
dilakukan agar dalam perjalanan korban menuju rumah
sakit bisa mendapatkan bantuan hidup / tidak terjadi
keterlambatan.
2. Pemeriksaan fisik dan identifikasi.
3. Penilaian klinis.
4. Pemberian anti venom yang sesuai setelah masuk fase
penyebaran/ sistemik.
5. Pendukung bantuan hidup.
 Catatan khusus: Di Indonesia hanya memiliki 1 antibisa ular yang
bisa digunakan untuk 3 jenis ular yaitu Bungarus Fasciatus (ular
welang), C. Rhodostoma (ular gibuk) dan Naja Sputatrix (ular kobra
jawa).
SATYA LASCARYA WIRA NIRWASITA

MANUSIA SELAMAT HEWAN SELAMAT ALAM SELAMAT

TERIMAKASIH & SAMPAI JUMPA


by EXALOS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai