PENDAHULUAN Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Ular adalah hewan yang mengagumkan, sukses berkembang hidup di darat, laut, hutan, padang rumput, danau, maupun di padang pasir. Kecuali reputasi buruk mereka, sebenarnya ular hampir selalu lebih takut pada manusia daripada manusia pada ular.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Semua ular merupakan karnivora. Mereka menangkap serangga, burung, mamalia kecil, dan reptil lain, kadang termasuk ular lain. Hanya sekitar 400 dari 3000 ular di seluruh dunia yang menyuntikan bisa.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
KEBIASAAN DAN REPRODUKSI ULAR Banyak ular, seperti sanca dan ular tikus, menangkap mangsa dengan melilitnya. Saat melilit, ular melemaskan mangsanya dengan melilit erat di bagian leher mangsa, mencegah mangsa bernafas atau langsung menyebabkan cardiac arrest.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
ULAR BERBISA 1. Ular-ular berbisa (memiliki racun, venom) 2. Membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), 3. Dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. 4. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE Ular adalah hewan berdarah dingin. Oleh karena itu, mereka tidak dapat meningkatkan suhu tubuh mereka dan tidak dapat tetap aktif saat cuaca dingin. Ular paling aktif pada suhu 25-32°C. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Ular ada yang berbisa, namun lebih banyak yang tidak. Tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Gigitan ular berbahaya bila ularnya tergolong jenis berbisa. Dari ratusan jenis ular yang diketahui, hanya sedikit sekali yang berbisa. Dari antara yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia..
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu manusia. Beberapa ular, dengan pengecualian khusus pada king kobra (Ophiophagus hannah) atau mamba hitam (Dendroaspis polylepis), berlaku agresif terhadap manusia tanpa provokasi YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE Terdapat dua famili utama ular berbisa yang berbahaya bagi manusia. Pertama, famili Elapidae, termasuk di dalamnya kobra (Naja spp.) di Asia dan Afrika; Mamba (Dendroaspis) di Afrika; Krait (Bungarus) di Asia; Ular Koral (Micrurus) di Amerika; dan Elapid Australia, yang meliputi coastal taipan (Oxyuranusscutellatus), tiger snake (Notechis), king brown snake (Pseudechisaustralis), dan death adder (Acanthophis).
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Kedua, famili Viperidae, termasuk rattlesnake atau ular derik (Crotalus) (Western diamondback rattlesnake dan timber rattlesnake), dan lance- headed viper (Bothrops) di Amerika; the saw-scaled viper (Echis) di Asia dan Afrika; the Russell’s viper (Daboia russellii) di Asia; dan the puff adder (Bitis arietans) dan Gaboon viper (Bitis gabonica) di Afrika
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Di Indonesia, ular-ular primitif, seperti ular kawat Rhamphotyphlops / braminus, ular karung (Acrochordus javanicus), ular kepala dua (Cylindrophis ruffus), dan ular sanca (Phyton spp.), tidak berbisa
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: 1. Elapidae (ular sendok (kobra) 2. Ular belang/weling 3. Ular cabai
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
1. Hydrophiidae (ular- ular laut),
2. Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Beberapa jenis ular di Indonesia, sebagai contoh: 1. ular kawat (Rhamphotyphlops braminus) 2. ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus) 3. suku Pythonidae o ular sanca kembang (Python reticulatus) o ular peraca (P. curtus) o ular sanca hijau. Nama Latin awal adalah ular karung (Acrochordus javanicus) 4. ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
suku Colubridae
1. ular bandotan puspo
(Vipera russelli) 2. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) 3. ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris) YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE • suku Elapidae o ular cabai (Maticora intestinalis) o ular weling (Bungarus candidus) o ular sendok / kobra (Naja spp.) o ular king-cobra (Ophiophagus hannah) • suku Viperidae o ular bandotan puspo (Vipera russelli) o ular tanah (Calloselasma rhodostoma) o ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Bisa ular sendok merupakan salah satu yang terkuat dari jenisnya, dan mampu membunuh manusia. Ular sendok melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa neurotoxin pada hewan tangkapannya (biasanya binatang mengerat atau burung kecil) melalui taringnya.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Bisa tersebut kemudian melumpuhkan syaraf-syaraf dan otot-otot si korban (mangsa) dalam waktu yang hanya beberapa menit saja. Selain itu, ular sendok dapat melumpuhkan korbannya dengan menyemprotkan bisa ke matanya; namun tidak semua kobra dapat melakukan hal ini
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Kobra hanya menyerang manusia bila diserang terlebih dahulu atau merasa terancam. Selain itu, kadang mereka juga hanya menggigit tanpa menyuntikkan bisa (gigitan ‘kosong’ atau gigitan ‘kering’). Maka tidak semua gigitan kobra pada manusia berakhir dengan kematian, bahkan cukup banyak persentase gigitan yang tidak menimbulkan gejala keracunan pada manusia. YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE • EPIDEMIOLOGI GIGITAN ULAR Diperkirakan sekitar 5 juta kasus gigitan ular terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, menyebabkan sekitar 125.000 kematian. Gigitan ular lebih umum terjadi di wilayah tropis dan di daerah dimana pekerjaan utamanya adalah agrikultural. Di daerah-daerah ini, sejumlah besar orang hidup berdampingan bersama sejumlah besar ular. Orang-orang yang digigit oleh ular dikarenakan memegang atau bahkan menyerang ular merupakan penyebab yang signifikan
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
PATOFISIOLOGI GIGITAN ULAR
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang
kelenjar di bawah mata. Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE • Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi anafilaksis
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi pada bisa ular viper.Detail spesifik diketahui beberapa enzim seperti berikut ini: 1. Hyaluronidase memungkinkan bisa dapat cepat menyebar melalui jaringan subkutan 2. Phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis sekunder dari efek esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis otot 3. Enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah, dimana, pada waktunya mengaktivasi plasmin dan menyebabkan koagulopati konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan toksisitas sistemik. Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian dapat muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular sistemik.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi kerusakan sistemik dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang hebat. Efek lain, edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstisial di paru
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan. Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek blokade neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal jantung merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis. Myonekrosis meningkatkan kejadian kerusakan adrenal myoglobinuria
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Bisa ular merupakan kombinasi berbagai substansi dengan efek yang bervariasi. Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat dibagi menjadi 4 kategori :
1. Cytotoxin menyebabkan kerusakan jaringan lokal.
2. Hemotoxin, bisa yang menghancurkan eritrosit, atau mempengaruhi kemampuan darah untuk berkoagulasi, menyebabkan perdarahan internal. 3. Neurotoxin menyerang sistem syaraf, menyebabkan paralisis transmisi saraf ke otot dan pada kasus terburuk paralisis melibatkan otot-otot menelan dan pernafasan. 4. Cardiotoxin berefek buruk langsung pada jantung dan mengarah pada kegagalan sirkulasi dan syok.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jaringan yang luas dan hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri yang hebat yang tidak sebanding dengan besar luka, udem, eritema, petekie, ekimosis, bula, dan tenda nekrosis jaringan. Dapat terjadi perdarahan di peritoneum atau pericardium, udem paru, dan syok berat karena efek racun langsung pada otot jantung. YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE • Ular berbisa yang terkenal di Indonesia adalah ular kobra dan ular welang yang bisanya bersifat neurotoksik. Gejala dan tanda yang timbul akibat bisa jenis ini adalah rasa kesemutan, lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan ptosis, refleks abnormal, dan sesak nafas sampai akhirnya terjadi henti nafas akibat kelumpuhan otot pernafasan
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• DIAGNOSA KLINIK. Anamnesa biasanya didapat langsung dari pasien. Kebanyakan kasus berasal dari percobaan memegang ular, jadi jenis ular biasanya diketahui. Pengetahuan tentang fauna lokal juga penting untuk diagnosa banding. Waktu yang berlalu sejak menggigit adalah suatu komponen yang diperlukan dalam anamnesa. Ini memberikan penilaian menyangkut efek yang sementara dari gigitan untuk menentukan apakah proses bersifat lokal atau jika tanda- tanda sistemik sudah berkembang
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Tanda dan Gejala Gigitan Ular : Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari penampakan langsung misalnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua lubang yang jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak berbisa YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE • Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok. YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE • Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
• Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal. • Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata. DIAGNOSA BANDING
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Gambaran Klinis 1. Anamnesis adanya gigitan ular 2. Bekas taring dan laserasi disekitar lokasi gigitan 3. Bengkak dan merah 4. Sakit kepala yang hebat, mata berkunang – kunang 5. Nyeri otot ataau rasa sakit di seluruh persendian tubuh 6. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna 7. Mulut terasa kering 8. Demam, menggigil 9. Efek lanjutan akan mual, muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Gambaran klinis ini tidak selalu terdapat pada semua gigitan ular (Tergantung jenis bisa yang terkandung) Parrish membagi derajat keracunan bisa ular dengan tingkatan sebagai berikut:
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Derajat 0 : 1. Nyeri ditempat gigitan 2. Tidak keracunan 3. Pembengkakan minimal, diameter 1 cm 4. Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Derajat 1 : 1. Belum ada gejala sistemik 2. Bekas gigitan 2 taring 3. Nyeri lokal yang hebat 4. Keracunan minimal 5. Bengkak dengan diameter 1 – 5 cm 6. Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Derajat 2 : 1. Sama dengan derajat I 2. Gejala sistemik mulai tampak yaitu adanya mual – mual, paraestesia dan neurotic 3. Pembesaran kelenjar getah bening regional 4. Keracunan sedang 5. Petechie, echimosis 6. Nyeri hebat dalam 12 jam
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Derajat 3 : 1. Sama dengan derajat I dan II 2. Gejala sama tetapi ditambah dengan adanya hipertensi, ptechiae, echymosis dan shock 3. Keracunan berat 4. Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Derajat 4 : 1. Keracunan yang sangat berat 2. Ditandai dengan adanya gagal ginjal 3. Penderita jatuh dalam keadaan koma/tidak sadar
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Penatalaksanaan : 1. Dilakukan balutan dengan elastis verband pada proksimal tempat gigitan (bila lokasi gigitan pada anggota gerak) dengan catatan ikatan tersebut tidak boleh terlalu ketat untuk mencegah kerusakan jaringan akibat statis/penumpukan racun pada satu lokasi. Hal ini dilakukan sebagai pertolongan awal untuk membawa penderita ke rumah sakit
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
2. Anggota tubuh yang terkena gigitan harus lebih rendah dari jantung 3. Prosedur perawatan luka seperti biasa, 4. Observasi tanda – tanda vital dan status neurologi 5. Pada keracunan derajat 1 tidak perlu diberikan serum anti bisa ular 6. Pada keracunan derajat 2 diberikan SABU 5 – 20 cc dalam NaCl atau dextrose 5 % dengan tetesan 20 tetes/menit, setengahnya diberikan dalam bentuk bolus
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
7. Pada keracunan derajat 3 diberikan SABU sebanyak 40 – 100 cc 8. Bila pada tanda – tanda spasme laryng atau bronkus, urticaria, dan hipotensi dapat diberikan adrenalin 0,5 mg 1 M dan Hydrocortison 100 mg IV 9. Apabila gejala-gejala tidak berkurang, dilakukan pemberian ulang SABU dengan dosis sama pemberian SABU tidak akan memberikan manfaat pada kasus – kasus yang terlambat 10. Laboratorium: HB, Hematokrit, Faktor – faktor pembekuan, elektrolit dan pemeriksaan urine 11. Lakukan koreksi cairan
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
11. Digitalisasi pada kasus dengan gangguan ritme jantung (monitor EKG) 12. Berikan antibiotik yang sesuai 13. Penderita dipindahkan ke ruang perawatan intensif bila didapatkan tanda – tanda kegagalan kardiovaskular dan pernafasan 14. Lakukan konsultasi neurologi. 15. Observasi pasien minimal 1 x 24 jam
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
Yang tidak boleh dilakukan dalam pertolongan terkena gigitan ular adalah 1. Jangan mencoba menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan. 2. Memotong sisi yang tergigit dapat merusak organ yang mendasarinya, meningkatkan resiko infeksi, dan tidak membuang racun. 3. Jangan gunakan es atau kompres dingin pada sisi gigitan. Es tidak mendeaktivasi bisa dan dapat menyebabkan radang dingin 4. Jangan menggunakan kejutan listrik. Kejutan listrik tidak efektif dan dapat menyebabkan luka bakar atau masalah elektrik pada jantung.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
5. Jangan gunakan alkohol. Alkohol dapat menghilangkan sakit, tapi juga membuat pembuluh darah lokal berdilatasi, dimana dapat meningkatkan absorpsi bisa. 6. Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak terbukti efektif, dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat menyebabkan keharusan amputasi. 7. Jangan mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban.
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE
YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE YOUR RIGHT PARTNER ON MANAGING HSE