Anda di halaman 1dari 12

Model-Model Pembelajaran Inovatif Oleh: Muhammad Chandam NIM: Q 100110205 A. 1.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Sementara itu, Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21 merekomendasikan empat strategi dalam menyukseskan pendidikan, yaitu learning to learn, yaitu bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada di sekitarnya; learning to be, yaitu pelajar mampu mengenali dirinya sendiri dan beradaptasi dengan lingkungannya; learning to do, yaitu berupa tindakan untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek; dan learning to be together, yaitu bagaimana hidup di masyarakat yang saling bergantung, sehingga mampu bersaing secara sehat, bekerja sama dan menghargai orang lain (Trianto, 2009:4-5). Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Menurut Priyono dalam laporan Kompas, bekal kecakapan yang di peroleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari di lembaga pendidikan sering kali hanya terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia masih rendah yakni berada diperingkat ke-108 dari 117 negara. Ketiga, pada laporan International Education Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca SD Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui Programme for International Student Achievement (PISA) pada tahun 2003 menunjukkan dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, menempati urutan ke-38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati urutan ke-39 (Manaf, 2009:36). Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu usaha yang harus dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan masih dalam kategori rendah secara umum. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

adalah melakukan berbagai inovasi pembelajaran (Subagia dan Wiratmat, 2008:272). Berkaitan dengan hal tersebut tentu saja guru yang harus menentukan dan mengupayakan sistem pengajaran supaya lebih bermakna dan berdaya guna. Di dalam proses belajar mengajar guru diharapkan dapat memilih model-model pembelajaran yang efektif dan bervariasi. Pemilihan model pembelajaran sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, bahan yang diajarkan, kompentensi siswa serta sarana dan prasarana yang tersedia, persyaratan lain yang harus diperhatikan adalah guru harus mengenal dan menguasai model pembelajaran itu sendiri, tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut disesuaikan dengan bahan/tujuan dan ruang lingkupnya (Engkoswara, 1998 dalam Sakdiyah, 2010:41). Berlakunya Kurikulum 2004 yang Berbasis Kompetensi menjadi roh berlakunya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menuntut perubahan paradigma pendidikan dan pembelajaran, khususnya di lembaga pendidikan formal. Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru atau teacher oriented beralih berpusat pada murid atau student centered. Metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti menjadi partisipatori. Pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2009:10). Seringkali juga terdengar keluhan bahwa nilai peserta didik yang rendah dan bahkan tidak lulus, padahal telah belajar secara maksimal, namun tetap saja hasilnya mengecewakan. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi bersama dengan jalan menggunakan berbagai cara belajar yang baik, menyenangkan, efektif, tidak monoton, dan tidak membosankan. Cara belajar semacam ini mutlak ditentukan oleh guru, bukan siswa. Guru yang berpikir bagaimana caranya untuk mengolah pembelajaran agar memiliki muatan keilmuan yang memadai dan dapat diterima dengan baik (Sugiyanto, 2008:26). Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam pembelajaran, salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran selama belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada

siswa sehingga mampu belajar karena siswa merupakan subjek utama dalam belajar (Usman, 2006:21). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempejari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sistesis. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:8). Seiring dengan perkembangan teknologi pendidikan yang semakin maju, maka jajaran pendidik sudah saatnya proaktif dalam mengikuti perkembangan. Jika tidak, dunia pendidikan akan selalu tertinggal dan usang serta tidak mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh bangsa pada umumnya dan oleh peserta didik khususnya (Sugiyanto, 2008:26). Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Hudoyo, 2001 dalam Sutrisno, 2007:38). Sedangkan model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif yang dapat meningkatkan prestasi belajar perserta didik (Sugiyanto, 2008:26). Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukannya dan diterapkannya model-model pembelajaran inovatif-progresif yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara dan mandiri. Inovasi bermula dan diadopsi dari metode kerja para ilmuan dalam menemukan suatu pengetahuan baru. Berdasarkan alasan itulah, maka sangatlah penting bagi para pendidik khususnya guru memahami karakteristik materi, peserta didik, dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern. Dengan demikian, proses pembelajaran akan lebih variatif, dan inovatif, dan konstruktif sehingga dalam dapat merekonstruksi wawasan pengetahuan implementasinya

meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik (Trianto, 2009:8-9). 2. Permasalahan

Terdapat berbagai macam permasalahan yang dapat dikaji dari bidang pendidikan. Dapat diambil contoh, siswa yang lambat dalam menerima materi pelajaran, kurangnya tingkat kedisiplinan siswa atau guru dalam kegiatan belajar, hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, rendahnya semangat siswa dalam mengikuti pelajaran, kualitas kelulusan siswa yang masih rendah, kurangnya inisiatif guru dalam memberikan materi pelajaran sehingga metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvesional, atau masih menggunakan gaya ceramah sementara siswa dalam menangkap materi pelajaran masih dengan cara hafalan, serta masih banyak permasalahan yang dapat digali dari bidang pendidikan. Adapun, permasalahan yang dikaji dalam penulisan artikel ini adalah penggunaan model-model pembelajaran inovatif di sekolah. B. 1. KAJIAN Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut (Slameto, 2003:2): belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Burton, (1944) dalam Usman (2006:5) Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment,. Atau dapat dikatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Sedangkan pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:17). Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap pengertian pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Sukartini, 2007:137). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, motode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2011:1). Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (Kunandar, 2008:287). Salimudin (2011:35) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas serta kualitas belajar peserta didik. Karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Secara umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahap pembelajaran yang harus diperhatikan dan diterapkan (Riyanto, 2009:132-134): a. Tahap pemula (prainstruksional), adalah tahapan persiapan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, seperti: (1) Memeriksa kehadiran siswa, (2) Pretest (menanyakan materi sebelumnya), dan (3) Apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya). b. Tahap pengajaran (instruksional), adalah langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung, seperti: (1) Menjelaskan tujuan pengajaran siswa, (2) Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas, (3) Membahas pokok-

pokok materi yang telah ditulis, (4) Menggunakan alat peraga, dan (5) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. c. Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), adalah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjutnya, seperti: (1) Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas, (2) Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa, (3) Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa, dan (4) Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Tahap pemula (prainstruksional)

Tahap pengajaran (instruksional)

Tahap penilaian dan tindak lanjut

Gambar 1 Tahap Pembelajaran 2. Pembelajaran Inovatif Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang bersifat student-centered, artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik. Pembelajaran inovatif yang berlandasakan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk mengiternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru (Oentoro, 2010:376). Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran inovatif yang memberikan iklim kondusif di kelas dalam pengembangan daya nalar, daya inkuiri dan kreatitas siswa. Strategi belajar mengajar mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar (Susatyo, dkk., 2009:463). Pembelajaran inovatif memiliki ciri mendorong peserta didik menemukan gagasan baru dan mendorong peserta didik membuat hal-hal yang baru. Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Selain itu, pembelajaran yang inovatif juga tercemin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratifdalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan/lisan dan tulisan (Hamied, 2009:102).

3.

Model Pembelajaran Inovatif Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Rusman (2011:189) membagi model-model pembelajaran inovatif menjadi 9 macam, yaitu: a. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002 dalam Rusman , 2011:189). b. Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning), merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Kurikulum pembelajaran berbasis masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. d. Model Pembelajaran Tematik, merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. e. Model Pembelajaran Berbasis Komputer, merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui sistem komputer. Pembelajaran berbasis komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model pemrosesan informasi. f. Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Learning), merupakan aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Model pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran konvensional tatap muka. g. Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), merupakan model pembelajaran dan menjadi pendoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam

inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenagkan. h. Model Pembelajaran Mandiri, merupakan pembelajaran yang memberikan keleluasan kepada siswa untuk dapat memilih atau menetapkan sendiri waktu dan cara belajarnya sesuai dengan ketentuan sistem kredit semester di sekolah. i. Model Lesson Study, merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan bersinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajaran. Guru dituntut keprofesionalitasannya dalam meramu proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang inovatif dengan menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran bukan obyek pembelajaran, serta dapat menggali pengetahuan peserta didik secara kongkret dan mandiri. Salah satu inovasi yang mengiringi paradigma pembelajaran adalah diformulasikan serta diaplikasikannya model-model pembelajaran inovatif yang berorientasi kepada konstruktivistik. Model-model pembelajaran inovatif yang bernaung di bawah teori konstruktivistik antara lain (Suhardiyanto, 2009:69): a. b. c. C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Model Pengajaran Langsung (Direct Instructions) Pengajaran Kontektual (Contectual Teaching and Learning)

PEMBAHASAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yaitu dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar emngajar telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan komponen yang paling menetukan kualitas pendidikan, maka dalam rangka mengembangkan sumber dayanya untuk menjadi lebih profesional, dituntut terus untuk mengikuti perkembangan konsep-konsep dan model-model pembelajaran baru dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan perkembangan tersebut pendidikan dewasa ini menunjukkan kemajuan pesat, perubahan dan pembaharuan seperti terjadi dalam bidang bidang kurikulum, media, alat dan model pembelajaran (Sakdiyah, 2010:41). Joyce dan Weil menjelaskan model belajar adalah deskripsi suatu lingkungan pembelajaran yang disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan menjadi alat belajar bagi siswa; suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu untuk mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang

menyebabkan terjadinya belajar pada siswa. Jadi, yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subjek pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan kurikulum (Ruganda, 2009:162). Pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk menyiapkan siswa mengungkap dan memahami realitas alam. Pemahaman terhadap realitas alam merupakan landasan bagi siswa untuk siap hidup di dunia nyata, berinteraksi sosial, dan mencintai alam dalam setiap perubahannya. Model pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa menuju pencapaian pemahaman terhadap realitas alam adalah model pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif diterapkan sebagai hasil refleksi siswa atau guru untuk melakukan pembelajaran berbasis pada konteks, kebebasan, dan menyenangkan. Model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang bersifat studentcentered, artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif memiliki ciri mendorong peserta didik menemukan gagasan baru dan mendorong peserta didik membuat halhal yang baru. Beberapa model pembelajaran inovatif telah dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Siswa diharapkan mampu dan mau meberikan pendapatnya. Model pembelajaran inovatif menuntut siswa untuk terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mngembangkan kemampuan komunikasi mereka. Model pembelajaran inovatif menurut Sugiyanto (2008:26) adalah model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif yang dapat meningkatkan prestasi belajar perserta didik. Salah satu inovasi yang mengiringi paradigma pembelajaran adalah diformulasikan serta diaplikasikannya model-model pembelajaran inovatif. Model-

model pembelajaran inovatif tersebut adalah: Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning); Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning); Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM); Model Pembelajaran Tematik; Model Pembelajaran Berbasis Komputer; Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Learning); Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan); Model Pembelajaran Mandiri; dan Model Lesson Study. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang diacu untuk mencapai tujuan pendidikan sebenarnya. Pembelajaran inovatif dalam implementasinya menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran. Perubahan paradigma tersebut

juga harus disertai perubahan pola pikir pemegang kebijakan pendidikan, para praktisi, dan para siswa dalam hal memaknai learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together (Sudyana, dkk., 2007:1089). Penerapan model pembelajaran inovatif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, baik itu menggunakan model CTL, Cooperative Learning, PAKEM, pembelajaran berbasis masalah, e-learning, Lesson Study dan lain sebagainya tentunya tergantung kepada tujuan pengajaran, bahan yang diajarkan, kompetensi siswa, serta harus memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut. D. KESIMPULAN Pembelajaran inovatif diterapkan sebagai hasil refleksi siswa atau guru untuk melakukan pembelajaran berbasis pada konteks, kebebasan, dan menyenangkan. Melalui Model Pembelajaran Inovatif ini, Pembelajaran yang selama ini hanya berpusat pada guru (Teacher center) bisa dirubah menjadi Student Center, dimana dalam Proses belajar mengajar, murid diajak aktif dalam pembelajaran sehingga kompetensi yang dimiliki oleh murid bisa tereksplorasi dengan baik. Model-model pembelajaran inovasi yang terdiri dari berbagai macam jenis atau metode seperti Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning); Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning); Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM); Model Pembelajaran Tematik; Model Pembelajaran Berbasis Komputer; Model Pembelajaran Berbasis Web ( E-Learning); Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan); Model Pembelajaran Mandiri; dan Model Lesson Study merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal ini digunakan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, keefektifan dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat meningkatkan profesionalitas guru dalam mengajar. E. DAFTAR PUSTAKA Hamied, Fuad Abdul. 2009. Model Pembelajaran Inovatif di Era Global (Suatu Kajian Perbandingan di Negara Maju). Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol. 1, No. 2. Halaman 95-110 Kunandar. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru . Jakarta: Rajawali Pers Manaf, Abdul. 2009. Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan . Jurnal Pedagogik. Vol. 6, No. 1. Halaman 34-44

Oentoro, Jimmy B. 2010. Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Beda . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas . Jakarta: Kencana Ruganda. 2009. Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi melalui Model Delikan di Kelas V SD Kalikoa, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon . Jurnal metalingua. Vol. 7, No. 2. Halaman 159-17 Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: Rajawali Pers Sakdiyah. 2010. Kemampuan Guru IPS dalam Menerapkan Model Pembelajaran Efektif pada SMP N 1 Darussalam Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol. 7, No. 2. Halaman 41-45 Salimudin. 2011. Supervisi Klinis, Alternatif Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas 3 dalam Pembelajaran Tematik. Jurnal Pendidikan Oktadika. No. 3. Halaman 33-42 Sitepu. 2008. Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber . Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 7, No. 10. Halaman 95-102 Subagia, I Wayan dan Wiratma, I Gusti Lanang. 2008. Penerapan Model Siklus Belajar Berbasis Tri Pramana pada Pembelajaran Sains di Sekolah . Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNIKSHA. Tahun XXXXI, No. 2. Halaman 271-287 Sudyana, dkk., 2007. Efek Model Pembelajaran Generatif terhadap Pemahaman Belajar Kimia di Kalangan Siswa SMA. Jurnal Pancaran Pendidikan. Tahun XX, No. 67. Halaman 1079-1090 Sugiyanto. 2008. Concept Attainment Models dalam Pembelajaran Evaluasi Pengajaran di STAKN Palangkaraya . Jurnal Telabang. Vol. 1, No. 2. Halaman 25-44 Suhardiyanto, Andi. 2009. Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Konstruktivistik. Jurnal Lembaran Ilmu Pendidikan. Vol. 38, No. 1. Halaman 68-77 Sukartini, Sri Patmah (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI). 2007. Teori Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Imtima Susatyo, Eko Budi, dkk,. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Kimia Melalui Strategi Interactive Question and Reading Orientation Berbasis Problem Posing . Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol. 3, No. 2. Halaman 463-468

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai