Anda di halaman 1dari 5

IDENTIFIKASI POHON HUTAN PRIMER DI KAWASAN HUTAN SEKUNDER DANAU BUYAN

Dra. Diana Vivanti Sigit, M.Si, Dra. Mieke Miarsyah, M. Si, Anni Kholilah. Dalimunthe (3415100157), Septiany Dwi Hastuti (3415101456), Irfan Ariffianto Suwondo (3425102458), Dewi Safitri (3415106791), Priska (3415106792)

USULAN PENELITIAN KULIAH KERJA LAPANGAN 2013-04-17 CAGAR ALAM BATUKAHU DAN TWA BUYAN-TAMBLINGAN, BEDUGUL, BALI

Telah dikonsultasikan dan disetujui tanggal 18 April 2013 oleh:

Pembimbing II Dra. Mieke Miarsyah, M. Si NIP: 19580524 198403 2 003

Pembimbing I Dr. Diana vivanti sigit, M. si NIP: 19670129 199803 2 002

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013

ABSTRAK Reboisasi yang dilakukan di hutan Danau Buyan membuat hutan primer menjadi hutan sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksikan terjadinya pemulihan kembali hutan primer melalui identifikasi spesies pohon yang ada di hutan sekunder Danau Buyan. Metode yang digunakan adalah metode sistematik sampling. Sampling yang diteliti adalah hutan damar sekitar danau Buyan. Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan sampling lalu menarik transek dari tepi danau Buyan sejauh 150 meter ke arah hutan, kemudian meletakkan plot ukuran 5x5 meter dengan 10 kali pengulangan. Setelah itu mengidentifikasi lalu menghitung frekuensi, serta densitas spesies pohon dan gulma yang ada dalam plot. Kata kunci: Danau Buyan, hutan sekunder, reboisasi. PENDAHULUAN Hutan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan merupakan hutan hujan tropis pegunungan dengan keragaman jenis tumbuhan yang relatif tinggi. Dalam hutan TWA. Danau BuyanDanau Tamblingan terdapat dua jenis ekosistem hutan, yaitu ekosistem hutan hujan tropis dataran tinggi dengan vegetasi yang umumnya masih alami dan ekosistem hutan tanaman. Terbentuknya ekosistem hutan tanaman karena pada tahun 1960-an diadakan reboisasi di area sekitar danau Buyan. Reboisasi dilakukan disebabkan beberapa hal, antara lain perambahan kawasan hutan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang berdiam di dekat hutan dan penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar sektor kehutanan, penebangan liar dan kebakaran, khusus untuk kebakaran, diperkirakan rata-rata 350 ha lahan hutan di Bali terbakar tiap tahunnya. Tanaman yang ditanam dalam reboisasi adalah Damar (Agathis lorantifolia), Rasamala (Altingia exelsa), dan Cempaka (Michellia champaka). Akibat penanaman tersebut hutan sekitar danau Buyan bukan lagi menjadi hutan primer (alami) karena sudah diadakan reboisasai oleh manusia dan menjadi hutan sekunder. Setelah tahun 1990-an penanaman kembali (reboisasi) dihentikan. Dengan tidak adanya reboisasi, maka kemungkinan benih pohon hutan primer untuk tumbuh kembali cukup besar. Munculnya kembali pohon hutan primer dapat dilihat dari anakan pohon yang tumbuh di daerah understori dalam kawasan hutan damar. Hutan sekunder ialah hutan yang muncul secara spontan setelah gangguan alami atau manusia terhadap vegetasi primer (Brown and Lugo, 1990). Dua abad kemudian, area hutan tropis yang terdegradasi (sensu Grainger, 1988) ialah sama seperti hutan tropis dewasa. Oleh karena itu, untuk jangka waktu yang panjang, hutan sekunder akan sulit dibedakan dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun. Kurangnya pengaturan tentang pemanfaatan kayu dan penebangan hutan untuk pertanian di daerah tropis dan temperate menghilangkan biodiversitas, menurunkan nilai spesies dan produktivitasnya, dan menaikan keprihatinan baik langsung atau tidak langsung manfaat dari hutan. (Geldenhuys,1996). Area hutan tropis yang telah mengalami degradasi dan digantikan dengan hutan produksi untuk diambil kayunya, seratnya, resin, dan produk hutan lain, akan mengalami fragmentasi alam dan membuat kondisi baru sesuai dengan vegetasi yang ditanam. Kondisi baru tersebut, misalnya perbedaan temperatur udara, erosi tanah, perbedaan konsentrasi gas atmosferik, perubahan nutrisi, kelembaban, tekstur, dan pH dalam tanah, akumulasi senyawa beracun, perubahan cara hidup tanaman. (cf. Knabe, 1965; Buschbacher et al., 1992) Degradasi hutan ini bisa dikembalikan pulih melalui pengaturan lahan (Harwood et al., 1993)., Pengaturan lahan dengan intensifikasi memperbesar kemungkinan bahwa kombinasi baru dari spesies akan berlaku di lahan rehabilitasi. (Lugo, 1994a; Moravcik, 1994). Rehabilitasi keseluruhan lahan yang terdegradasi membutuhkan pertimbangan yang baik berdasarkan sudut

pandang ekosistem. Peran spesies asli dan pendatang dalam rehabilitasi membutuhkan perhatian khusus karena kombinasi spesies (asli, pendatang, atau keduanya) tersebut harus mampu bertahan di kondisi klimatik, edaphik, dan atmospherik yang baru dibuat oleh manusia (Lugo, 1994a; Moravcik, 1994).Hasil dari kombinasi spesies baru dan asli di hutan menghailkan hutan sekunder. Hutan sekunder umumnya secara perlahan-lahan dapat pulih kembali menjadi hutan primer, tergantung pada kondisi lingkungannya, bisa memakan waktu beberapa ratus hingga beberapa ribu tahun lamanya.Hutan kayu daun-lebar di Amerika Serikat bagian timur dapat pulih kembali menjadi hutan primer dalam satu atau dua generasi tumbuhan, atau antara 150-500 tahun. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memprediksikan terjadinya suksesi (pemulihan) pada hutan sekunder menjadi hutan primer melalui identifikasi jenis-jenis pohon baik yang anakan atau dewasa di hutan sekitar danau buyan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di sekitar danau Buyan yang dilakukan selama 2 hari pada tanggal 29 April 2013 s/d 30 April 2013 dengan rata-rata per hari sebanyak 50 plot. Penelitian ini dilakukan disekitar Danau Buyan, pada daerah hutan sekunder (yang pernah ditanami pohon Damar, Rasamala, Cempaka,.). Metode yang digunakan adalah sistematik sampling. Langkah yang dilakukan untuk penelitian ini adalah: a. Menentukan letak jalur transek yang akan diletakkan plot pengamatan. b. Menarik 10 transek (garis lurus) dari tepi danau Buyan dengan menggunakan tali sejauh 150 meter. c. Meletakkan 10 plot dengan ukuran 5x5 meter, mengikuti tali yang telah dibentangkan untuk mengamati jenis pohon primer dan pohon sekunder (mulai dari anakan sampai dewasa dari pohon primer dan pohon sekunder). d. Meletakkan plot ukuran 1x1 meter (di dalam plot 5x5 meter) untuk mengamati gulma secara random. e. Mengidentifikasi spesies pohon (mulai dari anakan sampai dewasa dari pohon primer dan pohon sekunder) dengan buku identifikasi tumbuhan atau catatan nama-nama pohon atau herbarium yang ada di Cagar Alam Batukahu. f. Mengambil sample tumbuhan jika tidak diketahui nama spesiesnya. g. Menghitung jumlah spesies pohon primer dan pohon sekunder (mulai dari anakan sampai dewasa dari pohon primer dan pohon sekunder). h. Menganalisis data dengan menggunakan statistik. Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan alat dan bahan antara lain tali rafia, meteran gulung, alat tulis, label gantung, gunting, kantung plastik, patok bambu, plastik, Koran, buku identifikasi (dapat berupa guide booklet). Plot 5x5 m mmmmm

Interval 10 m metermetem mmm mmmmm Gambar sketsa pengerjaan di lapangan di sekitar Danau Buyan

Hipotesis H0: P> I g H1: P< I g Ket: P: Anakan dan Pohon Hutan Primer. I: Anakan dan Pohon Introduksi. g: tumbuhan gulma. H0 : tidak terdapat frekuensi dan densitas yang tinggi anakan pohon hutan primer pada hutan kawasan hutan sekunder di kawasan Danau Buyan. H1: terdapat frekuensi dan densitas yang tinggi pada anakan pohon hutan primer pada kawasan hutan sekunder di kawasan Danau Buyan

Referensi
Austin, M.P., and J.G. Pausas. 2001. Patterns of Plant Species Richness in Relation to Different Environments: An Appraisal. Journal of Vegetation Science 12: 153-166. R. Keenan, D. Lamb, O. Woldring, T. Irvine, R. Jensen.1997. Restoration Of Plant Biodiversity Beneath Tropical Tree Plantations In Northern Australia. Elsevier: 117131. Coert J. Geldenhuys. 1997. Native Forest Regeneration In Pine And Eucalypt Plantations In Northern Province, South Africa. Elsevier: 101-115

Anda mungkin juga menyukai