KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2006
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Kesiapan Wanita Menghadapi Klimakterium dan Keluhan Yang Timbul Saat Klimakterium Di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman Kabupaten Sleman telah disetujui untuk diseminarkan.
Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah KESIAPAN WANITA MENGHADAPI KLIMAKTERIUM DAN KELUHAN YANG TIMBUL SAAT KLIMAKTERIUM DI KELURAHAN MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK SLEMAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA 2006
Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 14 Oktober 2006 oleh: NETTY MARLIN NIM : 20020320025
Dewan Penguji:
(..................................)
(..................................)
(..................................)
MOTTO
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orangorang yang berilmu penegetahuan beberapa derajat. (Al-Mujaadilah : 11)
Tidaklah sempurna iman seseorang melainkan dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HAMKA)
I dont want to see my parent cry because of my failure, but i want to see my parent cry because of my success.. (tye)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan, dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes., selaku dekan dan ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Bapak dr. H.M. Ani Ashari, Sp.OG., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberi arahan kepada penulis. 3. Ibu Ida Nurjayanti, S.kep., Ns., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Ayahnda dan Ibunda tercinta, yang selalu mendoakan ananda setiap saat, serta kakak-kakakku dan adik-adikku yang tak pernah berhenti memberikan semangat dan motivasi dalam setiap langkahku.
5. MbRizka, Lidya, Rauf yang baik, Lisa, Mbitaq, Atik, terimakasih atas persaudaraan dan persahabatan kita yang sangat indah. 6. Lya, I2n, Helni, Topik, Barno, Nia, Dian, Priya, Dedep, Ari, Andri dan temanteman PSIK 2002 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan yang sangat berarti dan atas semua dukungannya. 7. Seluruh masyarakat Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan depok Kabupaten Sleman, khususnya ibu-ibu setempat yang sudah meluangkan waktunya menjadi responden untuk memenuhi pengambilan sampel. 8. Semua pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, karena itu segala bentuk kritik dan saran dari pembaca dengan senang hati penulis terima. Akhirnya, penulis berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teruntuk :
Kakak-kakakku Tersayang....
Jonny Marlin, Dessy Marlin, Deddy Marlin
yang selalu memberi dukungan dan motivasi
Adik-adikku Tersayang....
Tonny Marlin, Rizky Marlin, Fikry Marlin
yang membuat ku semangat untuk meraih cita-cita
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii MOTTO .................................................................................................... iv PERSEMBAHAN .................................................................................... v KATA PENGANTAR .............................................................................. vi DAFTAR ISI............................................................................................. viii DAFTAR TABEL .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii INTISARI ................................................................................................. xiii ABSTRACT .............................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian....................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5 E. Ruang Lingkup .......................................................................... 6 F. Keaslian Penelitian .................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori ........................................................................... 9 1. Pengertian Klimakterium......................................................9 2. Keluhan dan Gejala Klimakterium.......................................16 3. Pemeliharaan Kesehatan Pada Wanita Klimakterium..........23 4. Penyakit-penyakit Yang Timbul Saat Klimakterium...........29 B. Kerangka Konsep ...................................................................... 34 C. Hipotesis Penelitian................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................... 35 B. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................. 35 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 36 D. Variabel Dan Definisi Operasional ........................................... 37 E. Hubungan Antar Variabel ......................................................... 39 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 39 G. Instrumen Penelitian.................................................................. 40 H. Uji Instrumen Penelitian............................................................ 43 I. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data....................................... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian.......................................................................... 47 B. Pembahasan ............................................................................... 54
C. Hubungan Antara Kesiapan dan Keluhan ................................ 58 D. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian..................................... 58
DAFTAR TABEL
Kisi-kisi Kuesioner Kesiapan .................................................. 42 Kisi-kisi Kuesioner Keluhan.................................................... 42 Interpretasi Korelasi................................................................. 45 Karakteristik Responden Ibu Menopause di Kelurahan
Maguwoharjo Tahun 2006....................................................... 48 Tabel 5 Distribusi Lamanya Menopause Pada Ibu Menopause di
Maguwoharjo Tahun 2006....................................................... 50 Tabel 7 Distribusi Kesiapan Wanita Menghadapi Klimakterium Berdasar Lama Menopause di Maguwoharjo ......................................... 50 Tabel 8 Tingkat Keluhan Yang Timbul Saat Klimakterium di Maguwoharjo Tahun 2006 .............................................................................. 51 Tabel 9 Distribusi Keluhan Yang Timbul Saat Klimakterium Berdasarkan Lama Menopause di Maguwoharjo Tahun 2006 ..................... 51 Tabel 10 Tabulasi Silang Kaluhan Saat Klimakterium Dengan Kesiapan Menghadapi Klimakterium ...................................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 5 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 12 Lampiran 13
Surat permohonan ijin penelitian dari UMY Surat uji validitas dari UMY Surat ijin penelitian ke Bappeda Yogyakarta Surat ijin penelitian ke Kelurahan Maguwoharjo Surat ijin penelitian dari Bappeda Yogyakarta Lembar permohonan menjadi responden Lembar persetujuan menjadi responden Lembar Kuesioner Penelitian Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Tabulasi data penelitian Hasil analisa data
INTISARI Usia harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dari pada laki-laki, sehingga akan lebih banyak wanita usia lanjut dalam kelompok lansia. Menurunnya estrogen sering kali menyebabkan gejala-gejala yang berpengaruh terhadap kualitas hidup, misalnya meningkatnya resiko penyakit jantung koroner dan osteoporosis. Setiap wanita pada dasarnya memang sudah ditakdirkan melalui masa menopause dalam kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesiapan wanita menghadapi klimakterium dan keluhan yang timbul saat klimakterium di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman. Metode penelitian ini adalah analisis korelasi dengan rancangan Cross Sectional. Subyek penelitian adalah wanita usia 45 tahun ke atas yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ditentukan dengan teknik Cluster Sampling yaitu sebesar 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan analisa data menggunakan uji statistik parametrik Product Moment. Hasil tingkat kesiapan responden Kelurahan Maguwoharjo dalam kategori baik (1,51%), cukup (80,30%) dan kurang baik (18,18%). Sedangkan tingkat keluhan responden dalam kategori rendah (40,90%), sedang (57,58%) dan tinggi (1,51%). Hubungan antara kesiapan wanita menghadapi klimakterium dan keluhan yang timbul saat klimakterium diperoleh nilai p = 0,046 yang lebih kecil dari 0,05 dan r = -0,246, maka secara statistik membuktikan ada hubungan antara kesiapan wanita menghadapi klimakterium dengan keluhan yang timbul saat klimakterium. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan wanita dalam menghadapi klimakterium dalam kategori cukup dan keluhan yang timbul saat klimakterium dalam kategori sedang. Kata kunci : kesiapan wanita, keluhan, klimakterium
ABSTRACT Womens life expectancy is higher than mens, so there will be more women than men in elderly groups. The decreasing of estrogen often causes symptoms that influence life quality, such as the increasing of coronary heart disease or Osteoporosis. Every woman will definitely experience menopause period in their life. The objective of this study is to find the correlation between the womens readiness in facing the klimakterium period and the complaints that occur during the klimakterium period in Maguwoharjo Village, Depok municipal, Sleman. The method used in this research is correlation analysis using the Cross Sectional design. The subjects of this study are women who are 45 years old or older who are eligible for inclusion criteria and chosen based on cluster sampling that is 66 respondents. Questionnaire is the instrument that is used in this research and the data are analyzed using parametric statistic, product moment. The result of the study shows that the respondents in Maguwoharjo Village 1.52% of respondents show good readiness, 80.30% show enough readiness, 18.18% show low readiness. Whereas the level of complaint shows that 40.90% have low complaints, 57.58% are average and 1.51% is high. The correlation between the womens readiness in facing the klimakterium period and the complaints that occur during the klimakterium period shows on p= 0.046 which is smaller 0.05 and r= -0.246 so statistically it is proved that there is a correlation between the womens readiness in facing the klimakterium period and the complaints that occur during the klimakterium period. This research concludes that the level of readiness in facing klimakterium period is in enough readiness category and the complaints occur during the klimakterium are in the average category. Key words: womens readiness, complaints, klimakterium
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya promotif dan preventif. Terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, hidup produktif secara sosial ekonomi, proaktif dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat (Depkes. RI, 1999). Usia harapan hidup bangsa Indonesia di akhir Pembangunan Jangka Panjang II diperkirakan mencapai 70 tahun, meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Usia harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibandingkan laki-laki, sehingga akan lebih banyak wanita usia lanjut dalam kelompok lansia. Hal tersebut berarti, akan lebih banyak pula wanita yang mengalami menopause dengan berbagai permasalahannya (Hanafiah, 1999). Menurut Ali Baziad (2003) usia harapan hidup wanita pada awal pelita I hanya 48,05 tahun, meningkat di tahun 1980 menjadi 50,9 tahun, sedangkan tahun 1985 meningkat menjadi 61,7 tahun. Diperkirakan di tahun 1995 mencapai 68,7 tahun dan pada tahun 2000-an diperkirakan mencapai 70 tahun. Konsekuensinya akan timbul berbagai masalah bagi wanita menopause/pascamenopause. Setiap wanita akan mengalami menopause dalam siklus kehidupannya. Keadaan ini merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada setiap wanita (Masri,
2004). Di Indonesia, wanita yang mengalami menopause terus meningkat. Pada tahun 1997 wanita menopause sejumlah 16.488 kasus dan meningkat menjadi 19.276 kasus pada tahun 2003 dengan kasus terbanyak pada usia 48-49 tahun sebesar 47,2 persen (SDKI, 2003). Meningkatnya jumlah wanita menopause di Indonesia memerlukan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan agar wanita memasuki masa menopause dengan sehat, produktif dan mendiri (Triana, 2002). Menopause merupakan satu waktu dalam kehidupan seorang wanita ketika periode menstruasi berhenti (Hurlock, 1980). Menopause bukanlah peristiwa yang terjadi secara mendadak, tetapi merupakan proses yang berlangsung lama. Proses menuju menopause terjadi ketika fungsi indung telur mulai mengalami penurunan dalam memproduksi hormon. Pada saat mulai terjadimya penurunan fungsi ini, gejala-gejala menopause mulai terasa meskipun menstruasi tetap datang (Irawati, 2002). Keluhan atau gejala akan bervariasi pada setiap wanita, tergantung berbagai faktor dalam kehidupan, seperti faktor sosial, budaya, geografis, gizi, pola hidup dan kebiasaan (Paat, 1989). Keluhan sudah mulai dirasakan sebelum menopause. Keluhan terbanyak wanita menopause adalah gejolak rasa panas, gangguan haid, vertigo, perasaan berdebar-debar. Gangguan haid merupakan keluhan terbanyak menyebabkan wanita datang berobat ke dokter (Hutapea, 1998). Keluhan-keluhan yang muncul membuat wanita merasa tidak nyaman, sehingga wanita melakukan upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan dengan berobat ke dokter dan mendapatkan pengobatan hormonal. Berbagai nasehat yang diberikan oleh dokter agar kondisi tubuh tetap prima antara lain dengan makan makanan dengan gizi
seimbang, makan makanan rendah lemak, menghindari faktor-faktor yang dapat memicu rasa panas seperti makanan yang pedas dan panas, makanan berlemak, penggunaan salep atau jelly untuk mengurangi seksual serta olah raga teratur (Susanto, 2001). Hasil survei sensus penduduk pada tahun 2000, di Indonesia terdapat 19.596.262 jiwa wanita usia klimakterium (40-65 tahun). Dimana pada tahun 1999 jumlah wanita usia klimakterium 14.498.626. Menurut kajian lokasi kaum manula menurut propinsi, D.I.Yogyakarta merupakan propinsi dengan usia lanjut terbanyak (6,12%) dari seluruh penduduk Indonesia, disusul dengan Jawa Timur (5,31%), Jawa Tengah (4,94%), Bali (4,8%), Sumatera Barat (4,35%), Sulawesi Utara (4,29%), dan Sulawesi Selatan (4,24%). Keseluruhan daerah-daerah ini mencatat jumlah manula diatas ratarata angka nasional yaitu 3,83% (Darmasetiawan, 1991). Besarnya proporsi yang berusia lanjut di D.I.Yogyakarta mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk. Menurut hasil registrasi penduduk tahun 2000, jumlah penduduk D.I.Yogyakarta tercatat 3.120.478 jiwa, dan tercatat wanita usia klimakterium (40-59 tahun) berjumlah 326.724 jiwa (BPS Yogyakarta, 2002). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan wawancara 10 orang wanita premenopause mengenai menopause dan kesiapan menghadapi menopause, diketahui bahwa mereka belum sepenuhnya mengetahui tentang menopause, dan mereka juga belum pernah mendapatkan pendidikan atau penyuluhan kesehatan tentang menopause dari petugas kesehatan setempat. Keadaan ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian di kelurahan tersebut. keluhan nyeri saat berhubungan
Berdasarkan latar belakang diatas, yaitu banyaknya keluhan yang bisa timbul saat dan pascamenopause, serta perlunya kesiapan dalam menghadapi menopause, maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara kesiapan wanita menghadapi menopause dengan keluhan yang timbul saat menopause.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah bagaimana hubungan antara kesiapan wanita menghadapi klimakterium dan keluhan yang timbul saat klimakterium?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kesiapan wanita menghadapi klimakterium dan keluhan yang timbul saat klimakterium di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman Kabupaten Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dialami wanita pada masa klimakterium di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman Kabupaten Sleman.
b.
Untuk mengetahui kesiapan wanita menghadapi klimakterium di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman Kabupaten Sleman.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah wawasan ilmu terutama dalam kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan munculnya masalah kesehatan terutama pada wanita saat memasuki masa klimakterium. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi pendidikan Ilmu Keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan mahasiswa tentang hubungan kesiapan wanita menghadapi klimakterium yang timbul saat klimakterium. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat akan memperoleh pengetahuan baru dan lebih mendalam tentang perubahan-perubahan yang terjadi saat memasuki klimakterium. 4. Bagi Peneliti a. Memperoleh pengalaman baru dalam melakukan penelitian khususnya tentang perubahan saat klimakterium. b. Memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang masalah kesehatan wanita yang muncul memasuki umur 45 tahun.
E. Ruang Lingkup
1. Materi Materi yang diteliti adalah kesiapan wanita menghadapi klimakterium dan keluhan yang timbul saat klimakterium. 2. Responden Responden adalah seluruh wanita yang berusia 45 tahun ke atas yang bertempat tinggal di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. 3. Lokasi Lokasi penelitian dipilih di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta karena banyak mengalami masalah berkaitan dengan klimakterium. 4. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2006
F. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu yang dilakukan oleh Anita (2004), dengan judul Perilaku Wanita Memasuki Masa Menopause di Paguyuban Melati Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif yang bersifat eksploratif. Populasi dari penelitian ini yaitu semua wanita perimenopause yang berusia 45-51 tahun yang bertempat tinggal di Paguyuban Melati Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman. Metode
penelitiannya adalah Kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan Focus Group Discussion (FGD) dan In-depth Interview (wawancara mendalam). Kesimpulannya keluhan fisik yang dialami oleh wanita perimenopause yang diteliti lebih banyak mengeluh badan bertambah gemuk dan cepat lelah, namun ada keluhan lain yang dirasakan tapi hanya sedikit yang mengalaminya seperti pandangan kabur, nyeri hubungan seksual, sulit BAB, sakit kepala, nyeri pada tulang, pegel-pegel, jantung berdebar-debar, kesemutan, kurang tenaga, sulit tidur dan vagina terasa kering. Keluhan psikologis yang sebagian besar dirasakan oleh wanita perimenopause yang diteliti adalah mudah marah dan sudah merasa tua. Keluhan psikologis lain yang tidak banyak dikeluhkan oleh wanita perimenopause yang diteliti adalah mudah sedih, merasa terbebani karena anak yang belum selesai sekolah dan ekonomi keluarga, merasa punya peran ganda sebagai istri sekaligus suami dalam keluarga, serta sulit konsentrasi. Penelitian lain yang berhubungan yaitu penelitian oleh Lisa (2004), dengan judul Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Serta Tanda dan Gejala Menopause yang Dialami Ibu-ibu di Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan rancangan deskriptif non eksperimental cross sectional dengan pendekatan survey. Populasi dari penelitian ini adalah wanita perimenopause berusia 41-55 tahun sejumlah kurang lebih 500 orang di Kelurahan Karangwaru. Kesimpulannya rata-rata tingkat pengetahuan ibu-ibu yang sudah menopause lebih baik dari pada tingkat pengetahuan ibu-ibu yang belum
menopause, dan jumlah ibu-ibu dengan tingkat pengetahuan baik yang berpendidikan SLTA sampai dengan S2 lebih banyak dari pada ibu-ibu berpendidikan SD dan SLTP. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian ini analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional, dengan popolasi yang berjumlah 214 dan kriteria sampel wanita 45 tahun ke atas yang telah berhenti haid.
A. Landasan Teori 1. Klimakterium a. Pengertian Klimakterium Klimakterium adalah periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase tua (Senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologi dari ovarium (Baziad, 2003). Selanjutnya menurut Prawirohardjo (1999) Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium, yang dimulai enam tahun sebelum
menopause dan berakhir 6-7 tahun sesudah menopause. Lamanya klimakterium kurang lebih 13 tahun. Menurut Samil cit. Affandi, (2002) wanita memasuki fase
klimakterium setelah usia 40 tahun. Klimakterium adalah tahun-tahun peralihan yang berlangsung dari saat pramenopause sekitar usia 40 tahun, yaitu pada masa dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55 tahun. Pada usia sekitar 49 tahun menjadi menopause (berhenti haid). Selanjutnya menurut Syahrial (1999) klimakterium merupakan proses yang berlangsung secara berangsurangsur dari periode reproduksi ke periode senium (umur tua yang telah seimbang) yang terjadi sejak usia 65 tahun. Pada umumnya wanita-wanita selalu cemas akan resiko dari penggunaan TSH, dan perawat perlu menjelaskan untuk itu perlu sekali dilakukan penyuluhan karena adanya kesalahpahaman wanita dalam mempersepsikan penggunan TSH. Seorang perawat perlu menjelaskan jika ada yang tetap ingin menggunakan TSH hal tersebut dapat dilakukan tpi bila dalam pemberian TSH terdapat efek samping maka dapat diperhatikan dosis dan jenis TSH yang digunakan, (Margaret F. Alexander, 2000). Menurut Margaret F. Alexander berikut ini adalah suatu panduan untuk perawat yang mewawancarai wanita-wanita yang menghadapi masa menopause yaitu:
1) Memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan dan nasehat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi wanita-wanita pada masa menopause dan perimenopause. 2) Dengan mendukung gaya hidup yang sehat dan melanjutkan kesadaran tentang kesehatan. 3) Memeberi informasi tentang peraturan makan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, tinggi kalsium, dan melakukan pemeliharaan diri dengan berolahraga. 4) Melakukan latihan fisik pasien, dengan menekankan pentingnya memakai formasi otot tulang dan mendiskusikan suatu program latihan (aerobik). 5) Mendiskusikan manfaat TSH dan efek samping yang mungkin terjadi. 6) Menjelaskan kebutuhan akan self-examination. 7) Melihat apakah pasien sudah mengerti dari informasi yang diberikan tentang menopause dan dengan harapan ada umpan balik dan kerjasama antara perawat-pasien. Menurut Brunner dan Suddarths, (1999) keperawatan Home Care yang dapat dilakukan wanita dalam menghadapi menopause dapat diselesaikan melalui program di bawah ini: 1. Menguraikan tentang mati haid atau menopause sebagai periode yang normal bagi kehidupan wanita.
2. menyatakan bahwa fatique dan stress merupakan gejala alamiah yang dirasakan wanita pramenopause. 3. Menyatakan bagaimana cara mengendalikan berat badan,
bagaimana mengendalikan kesehatan emosional. 4. Menyatakan pentingnya latihan selama 30 menit yang dapat dilakukan 3-4 kali dalam seminggu dengan tujuan untuk memelihara kesehatan yang baik. 5. Menjelaskan bahwa pentingnya melakukan kegiatan di luar rumah ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dalam menghadapi menopause. 6. Perbaiki hubungan dengan keluarga mungkin karena hilangnya yang tercinta dan anak-anak yaitu dengan membuat acara-acara keluarga, kunjungan misalnya hasilnya positif sekali. 7. Berfikir positif dan jangan panik atas perubahan pada tubuh. Semua itu normal terjadi pada perempuan yang menghadapi menopause. 8. Tingkatkan komunikasi dengan Yang Di Atas (ALLAH SWT). Menurut Baziad (2003) klimakterium dibagi dalam beberapa fase, yaitu: 1) Pramenopause Suatu masa sebelum menopause yang ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan klimakterium dan periode perdarahan uterus yang bersifat tidak teratur. Masa ini dimulai pada usia 40 tahun. Kelainan haid yang terjadi adalah aminorea, polimenorea, dan hipermenorea.
Pada wanita tertentu timbul keluhan vasomotorik dan keluhan sindrom prahaid. Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH biasanya tinggi, akan tetapi dapat juga ditemukan kadar FSH yang normal, fase luteal tetap stabil, FSH yang tinggi dapat terjadi perangsangan ovarium yang berlebihan sehingga kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi (Baziad, 2003). 2) Perimenopause Yaitu fase peralihan antara pramenopause (usia 45 tahun) dan pascamenopause sekitar usia 50 tahun akibat meningkatnya
sensitivitas tubuh terhadap perubahan kadar hormon terutama estrogen. Keluhan sistematik yang timbul berkaitan dengan gangguan vasomotor. Dijumpai sindroma klimakterium berupa gejolak panas, berkeringat tersinggung. 3) Menopause Keadaan pada seorang wanita yang mengalami penurunan fungsi indung telur, yang berakibat menurunnya produksi hormon estrogen yang mengakibatkan terhentinya haid untuk selamanya (mati haid). Umur menopause pada wanita Indonesia sekitar usia 49 tahun (DepKes, 2001). Menurut Hutapea (1998) menopause adalah suatu keadaan yang alamiah berlangsung secara faali dalam perjalanan hidup seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya haid sebagai akibat banyak, insomnia, depresi dan perasaan mudah
kemunduran fungsi dari penuaan organ reproduksi wanita terutama ovarium. Umur terjadinya menopause tidak bergantung pada umur terjadinya menarche, pada bentuk haid, jumlah kehamilan,
perkawinan, cuaca dan iklim. Faktor yang berperan pada usia terjadinya menopause adalah ras, keluarga, status ekonomi dan sosial (Syahrial, 1991). Hal yang sama diungkapkan juga oleh Samil (cit. Affandi, 2002) bahwa usia wanita memasuki menopause tergantung pada banyak faktor yaitu kesehatan pada umumnya, status gizi dan faktor sosial ekonomi. Menurut Yatim (2002) faktor yang
mempengaruhi wanita memasuki usia menopause adalah : a) Kondisi kejiwaan dan pekerjaan. b) Penggunaan obat keluarga berencana akan menekan hormon di indung telur sehingga wanita yang menggunakan pil keluarga berencana dalam jangka waktu lama akan mendapat menopause. c) Wanita yang merokok akan mengganggu produksi tulang, karena rokok bekerja dengan mengurangi produksi estrogen. d) Asupan gizi, wanita yang cukup kalori, protein dan mineral serta kalsium akan memperlambat memasuki usia menopause. Menurut Baziad (2003) faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Baik usia pertama haid (menarche), melahirkan pada usia muda, maupun berat badan tidak terbukti mempercepat datangnya menopause. Wanita kembar dizigot atau
wanita dengan siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan wanita yang memiliki siklus haid normal. Memiliki usia menopause lebih awal dijumpai juga pada wanita nulipara, wanita dengan Diabetes Mellitus, perokok berat, kurang gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosial ekonomi rendah dan pada wanita yang hidup pada ketinggian 4000 meter. Menurut Baziad (2003) wanita dapat dikatakan telah mengalami menopause bila tidak haid 12 bulan, dijumpai kadar FSH darah >40ml u/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml dan terbebas dari pemakaian kontrasepsi sebelum pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis menopause. Menurut Rachman (cit. Witjaksono, 1991) menopause terjadi karena cadangan sel telur yang sudah sangat rendah dalam ovarium, tidak lagi berkembang dibawah rangsangan hormon FSH dan LH yang dihasilkan hipofisis. Saat menjelang menopause folikel primordial dan menyebabkan kadar estrogen menurun. Gejala menopause yang diungkapkan Samil (cit. Affandi, 2002) meliputi keluhan vasomotor berupa hot flushes, atropi urogenital dimana mukosa vagina menjadi tipis, gejala lain yang dianggap psikis dan sosial budaya antara lain depresi, sakit kepala, insomnia, letih, sakit pinggang. 4) Pascamenopause Masa yang berlangsung 12 bulan setelah menopause sampai menuju senium. Terdapat gejala klinik yang berkelanjutan dari
perimenopause. Produksi lendir berkurang akibat terjadinya atropi pada vulva dan vagina sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama. 5) Senium Masa setelah pasca menopause lanjut yaitu setelah usia 65 tahun. Keadaan keseimbangan hormonal tercapai sehingga wanita tidak mengalami kegoncangan psikologis. Setelah menopause hingga senium terjadi atropi alat-alat genital dan jaringan sekitarnya. Meningkatnya proses katabolisme protein, sehingga banyak jaringan tubuh yang dipengaruhi seperti tulang, otot, melembek, perubahan tulang menuju osteoporosis, (Prawirohardjo, 1999). b. Keluhan dan Gejala Klimakteirum Gejala dan keluhan-keluhan yang terjadi pada masa klimakterium berkaitan erat dengan 3 faktor, yaitu menurunnya aktifitas ovarium yang ditandai dengan berkurangnya reaksi estrogen, faktor psikis, ekonomi dan sosial budaya (Hanafiah, 1987). Pengungkapan manifestasi klinis yang terjadi pada masa klimakterium sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, psikologi, latar belakang pendidikan, keluarga dan sosial ekonomi. Akibat menurunnya kadar hormon esterogen akan terjadi perubahan fisik pada berbagai bagian tubuh wanita, antara lain uterus mengecil, lipatan tuba falopii memendek dan menipis, ovarium menciut dikarenakan penurunan fungsi untuk menghasilkan hormon esterogen dan progesteron, cervix mengerut, terjadi penipisan dinding vagina dan
produksi sekret vagina berkurang sehingga menyulitkan pada saat senggama, vulva menipis karena berkurangnya jaringan lemak, rambut kemaluan menipis, jaringan lemak di payudara berkurang, berat badan akan bertambah (Hanafiah, 1987). Menurut Syahrial (1991), keluhan dan gejala yang timbul pada masa klimakterium terjadi akibat defisiensi estrogen. Gejala yang paling sering terjadi adalah gejala neurotik atau psikosomatik. Tanda neurosis yang terjadi adalah depresi, mudah tersinggung, gelisah dan tidak mampu berkonsentrasi, sakit kepala, parastesi kaki dan tangan, tinitus dan juga terdapat gangguan keseimbangan. Tanda gastrointestinal antara lain perubahan selera makan yang bisa naik dan turun, dispepsia, distensi usus, maupun spasme kolon. Tanda kardiovaskuler yang sering dijumpai adalah palpitasi, nyeri prekordial dan aritmia fungsional. Akibat ketidakstabilan vasomotorik akan terjadi gejolak panas. Perubahan akibat berkurangnya estrogen dalam darah ditambahkan oleh Syahrial (1996) terjadinya gangguan Genitourinari atrofi, gejala yang ditimbulkan yaitu dispareunia, flour albus, pruritus vulva, vaginitis, perubahan akibat luka vagina, uretral sindrom dan gangguan lain yang menyertai yaitu penurunan libido, gangguan haid, osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler. Menurut Baziad (2003) sebanyak 70% wanita perimenopause dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotorik, depresif dan keluhan
psikis serta somatik. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita. Keluhan-keluhan yang dirasakan mencapai puncak pada masa sebelum dan sesudah menopause, dan seiring dengan meningkatnya usia maka keluhan jarang dijumpai. Keluhan klimakterium yang sering terjadi pada wanita usia 45 dan 54 tahun antara lain: 1) Keluhan Vasomotorik Pada perimenopause dan pascamenopause dijumpai keluhan klimakterik. Keluhan yang muncul berupa perasaan panas tiba-tiba disertai keringat banyak. Keluhan vasomotorik daat terjadi pada kadar estrogen rendah, normal maupun tinggi. Semburan panas dirasakan mulai dari daerah dada menjalar ke leher dan ke kepala, kulit tampak kemerahan, suhu badan tetap normal. Segera setelah timbul semburan panas, daerah yang terkena semburan panas akan mengeluarkan keringat banyak (Baziad, 2003). Semburan panas akan diikuti dengan sakit kepala, perasaan kurang nyaman, dan peningkatan frekuensi nadi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pengeluaran hormon adrenalin dan neurotensin oleh tubuh wanita. Terjadi penurunan sekresi hormon noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit sedikit meningkat dan timbul perasaan panas. Rata-rata lamanya semburan panas adalah 3 menit. Semburan panas dan berkeringat yang muncul pada malam hari dapat menyebabkan gangguan tidur, cepat lelah, dan cepat tersinggung. Munculnya keluhan semburan panas akan
diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi dan makanan-makanan panas. Lingkungan sekitar yang panas dapat memperburuk perjalanan penyakit tersebut. Terapi untuk menghilangkan keluhan vasomotorik, TSH (Terapi Sulih Hormon) harus diberikan selama 1-2 tahun. Bila pengobatan telah dihentikan dan kemudian keluhan muncul lagi, TSH harus dilanjutkan lagi (Baziad, 2003). 2) Keluhan Somatik Estrogen memicu pengeluaran endorfin dari susunan saraf pusat. Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang. Wanita pada masa
perimenopause dan pascamenopause sering mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri daerah kemaluan, tulang dan oto. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan. Pemberian TSH dapat menghilangkan keluhan tersebut. Pemberian Estrogen dan Progesteron dapat memicu pengeluaran endorfin (Baziad, 2003). 3) Keluhan Psikis Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama terhadap prilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang. Akibat penurunan steroid seks akan timbul perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Kurangnya aliran darah ke otak menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. Perasaan tertekan, nyeri betis, mudah marah, murah tersinggung, stres, dan cepat lelah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada
wanita usia klimakterium. Kekurangan steroid seks dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat berkurangnya aktivitas serotonin di otak. Estrogen menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO). Enzim ini mengakibatkan serotonin dan noradrenalin menjadi aktif. Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya peningkatan enzim MAO. Pemberian serotonin-antagonis pada wanita pascamenopause dapat
menghilangkan depresi (Baziad, 2003). Keadaan psikologis wanita usia setengah baya sangat menentukan apakah menopause akan disambut dengan suasana hati dan pikiran yang tenang dan bahagia, atau menghadapinya dengan ketidakpuasan, perasaan cemas dan terancam. Ketegangan psikilogis dalam menjalani masa menopause dapat dihindari yaitu dengan pemahaman yang benar tentang fenomena menopause. Diharapkan wanita pramenopause dapat mempersiapkan diri sehingga keluhan dapat dikurangi dan mencari pengobatan apabila terdapat keluhan sepanjang masa klimakterium (Syahrial, 1996). 4) Keluhan Sex dan Libido Segi klinis membenarkan bahwa adanya kemunduran dalam frekuensi hubungan seks pada wanita menopause disebabkan oleh kemunduran pada kondisi fisik. Tetapi bisa juga diakibatkan oleh cara wanita menopause mempersepsikan situasi yang dihadapinya, karena faktor psikologi cukup penting dalam mengkonstruksi keinginan
seksual wanita pada masa klimakterium. Dengan meningkatnya usia, maka makin sering dijumpai gangguan seksual pada wanita. Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah ke vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah cedera. Menipisnya epitel liang senggama, hingga anyaman pembuluh darah
disekelilingnya membayang kemerahan (hyperaemik), menyebabkan mudah terjadi lecet kalau terkena gesekan, yang akan berakibat terjadinya petechiae, perdarahan bercak berwarna kecoklatan (darah lama akibat spotting). Juga dapat terjadi infeksi oleh jasad renik yang hidup komersial diliang vagina yang mengakibatkan peradangan (kolpitis senilis) dan keputihan. Penyusutan dari vagina mengakibatkan semakin sempitnya liang senggama disertai penyusutan dari servix yang kurang menghasilkan lendir, hingga mengakibatkan dyspareunia (Baziad, 2003). Nyeri bersenggama akan bertambah buruk apabila hubungan seks makin jarang dilakukan. Gangguan seksualitas yang disebabkan oleh kelainan pada vagina seperti rasa sakit, kering, dan rasa terbakar dapat diatasi dengan pemberian estrogen lokal berupa krem dan yang terpenting adalah tetap melakukan hubungan seks secara teratur agar elastisitas vagina tetap dapat dipertahankan.
c. Pemeliharaan Kesehatan Pada Wanita Klimakterium Upaya penatalaksaan yang dilakukan untuk menangani keluhan klimakterium dan menopause adalah mengobati individu wanita secara keseluruhan, melalui pendekatan psikologis yaitu dengan pemberian konseling tentang apa yang terjadi pada masa klimakterium (Syahrial, 1991). Tingkat kesadaran maupun pengetahuan masyarakat dan provider mengenai menopause di Indonesia masih belum memadai. Hal ini terlihat dari penenganan wanita menopause dengan menggunakan preparat Terapi Sulih Hormon (TSH). Penggunaan TSH pada wanita menopause di Indonesia masih rendah, disebabkan karena ketidaktahuan tentang efektivitas dari TSH dan adanya ketakutan akan timbulnya keganasan akibat pemberian TSH, Samil (cit. Affandi, 2002). Menurut Darmasetiawan (1991) penatalaksanaan masalah
klimakterium membutuhkan pengetahuan pengelolaan dan kerjasama secara terpadu suatu tim kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, seperti kebidanan, bedah, penyakit dalam, ahli gizi, psikologi, radiologi, kedokteran nulir, serta organisasi Program Penyantun Kesejahteraan Wanita (PPKW), sangat dibutuhkan untuk menyusun program kerja yang baik. Bentuk kegiatan yang dilakukan dapat bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan keadaan dan keluhan. 1) Program Promotif
Ditujukan kepada seluruh wanita usia klimakterium dalam bentuk penyuluhan dengan materi perihal fisiologi proses klimakterium dan proses geriatrik. Didalam kegiatan ini mencakup program penyuluhan gizi dan latihan jasmani sehingga pada akhirnya diharapkan wanita terbiasa dengan pola kebiasaan hidup yang sehat. 2) Program Preventif Ditujukan kepada wanita usia klimakterium yang tidak merasakan keluhan, akan tetapi memiliki resiko tinggi untuk mengalami osteoporosis yaitu suku bangsa wanita dengan kulit putih, postur tubuh ramping atau kurus, wanita yang mengalami menopause prekok atau tindakan bedah saluran tuba pada usia dini, kebiasaan diet rendah kalsium, tinggi alkohol, tinggi kafein, protein hewani yang berlebihan, tinggi fosfat, wanita dengan riwayat osteoporosis, perokok aktif, nulipara, gaya hidup dengan aktifitas ringan, penyakit gangguan metabolisme mineral dan penggunan steroid jangka panjang. Menurut Yavis (1996) pencegahan proses penuaan dan untuk meningkatkan vitalitas dilakukan dengan pemakaian beberapa vitamin yang berfungsi untuk mencegah penuaan dini adalah vitamin E, vitamin C dan vitamin A. Pada wanita menopause tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan dan gangguan pada masa pasca menopause yaitu melalui perawatan tubuh yang baik, olah raga dan mengkonsumsi makanan yang sehat seperti gandum murni, polong-polongan, biji-bijian, kacang-kacangan, daging
dengan porsi kecil dan minyak tak jenuh. Hal yang sama diungkapkan oleh Hidayati (2001) gaya hidup sehat seperti berolahraga yang teratur, meninggalkan kebiasaan merokok, alkohol, kafein, dan terlalu banyak garam serta diet lima sempurna yang rendah kolesterol, rendah lemak, tinggi kalsium dan tinggi serat turut membantu wanita agar tetap bugar pada masa menopause. Menurut Depkes R.I. (2001) upaya pencegahan terhadap keluhan dan masalah menopause yang dapat dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lain: a) Pemerikasaan alat kelamin wanita bagian luar, liang rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada seperti keputihan, pertumbuhan abnormal dari organ reproduksi dan tanda radang. b) Pap Smear dilakukan sekali untuk melihat adanya tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker pada saluran reproduksi sehingga dapat dilakukan pengobatan segera. c) Perabaan payudara sendiri atau dapat dilakukan secara teratur untuk menemukan tumor payudara sedini mungkin yang terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen. d) Penggunaan bahan makanan yang mengandung fito-estrogen yang terdapat pada kedelai (tahu, tempe, kecap), pepaya dan semanggi merah.
e) Penggunaan bahan makanan sumber kalsium antara lain susu, keju, teri dan menghindari makanan yang mengandung banyak lemak. 3) Program Kuratif dan Rehabilitatif Segi medis sebagian ahli kesehatan berpendapat bahwa menopause dan klimakterium merupakan peristiwa alami yang tidak memerlukan pengobatan, akan tetapi pandangan dan konsep terakhir telah menganggap proses ini sebagai proses penyakit tersendiri yang perlu diperhatikan lebih khusus. Program kuratif dan rehabilitatif ditujukan kepada wanita yang keluhan klimakterium, diberikan terapi substansi profilaksis (Darmasetiawa, 1991). Program pengobatan lain untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan dan gejala klimakterium adalah pemberian estrogen. Keuntungan pemberian estrogen yang paling utama menurut Syahrial (1991) adalah mencegah terjadinya osteoporosis,
pengendalian gejala vasomotor, insomnia, atrofi genital, penyakit jantung koroner. Untuk menghindari efek estrogen yang tidak terimbangi, dianjurkan pemberian progesteron menyertai estrogen terutama dalam terapi jangka panjang. Menurut Syahrial (1996) pemberian estrogen dalam beberapa tahun dapat menurunkan kejadian patah tulang samapi 50-60% dan mencegah terjadinya penyakit jantung koroner sebesar 40-50%. Pemberian estrogen dianjurkan sejak awal masa perimenopause dan lamanya mengkonsumsi 10-20 tahun.
Menurut Hidayati (2001) terapi estrogen dalam jangka waktu lama sangat diperlukan, karena mempunyai efek yang memberi
perlindungan terhadap resiko patah tulang karena osteoporosis, penyakit jantung koroner, penyakit Alzheimer dan kanker kolorectal. Menurut dalam segi keperawatan banyak perempuan memerlukan informasi yang terperinci tentang apakah itu mati haid dan apa yang sedang terjadi kepada tubuh mereka, semangat yang panas itu adalah suatu bagian yang normal dari mati haid. Perawat memerlukan pola koping untuk mengatasi semangat yang panas. Menurut Joyce M. Black (1997) berikut ini merupakan pendidikan kesehatan yang perlu diberikan oleh perawat kepada wanita-wanita yang mempunyai kesukaran dengan hot flushes. a) Memakai pakaian yang dingin sehingga membuat lebih nyaman bagi wanita menopause yang mengalami Hot Flushes. b) Menghindari diri dari lingkungan yang panas. Dan mengatur suhu disekitar 65 fahrenheit yang panas. c) Menghindari mengkonsumsi makanan yang pedas. Dan dapat menahan amarah. Sebab, tekanan yang emosional kadang-kadang dapat menjadi pencetus terjadinya Hot Flushes. d) Melatih diri dari bagaimana kamu menghindari perasaan panas dan mencoba untuk mengidentifikasi apa yang menjadi pemicu sehingga dapat menghindari hal tersebut.
e) Belajar
untuk
mengendalikan
reaksi
yang
panas
dengan
menggunakan suatu metoda dengan membayangkan dirinya masuk kedalam salju. f) Menggunakan teknik pendingin, seperti gerimis atau es batu atau kain dingin yang diletakkan didaerah panas seperti muka dada. g) Melakukan kegiatan yang positif misalnya menjahit dapat membantu wanita dalam mengatasi kegelisahan dalam menghadapi menopause. dan
d. Penyakit-penyakit yang Timbul Saat Menopause Berkurangnya hormon estrogen pada menopause akan menyebabkan keluhan dan berakibat jangka panjang yang timbul setelah menopause antara lain : 1) Osteoporosis Berkurangnya kepadatan tulang akibat penurunan kadar hormon estrogen menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah pada wanita pascamenopause. Patah tulang biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan dan tulang pinggul. Resiko patah tulang sangat bergantung pada kekuatan tulang. Kekuatan tulang ditentukan oleh masa, kandungan mineral dan mikroarsitektur tulang. Kekurangan
estrogen sangat berperan terhadap patogenesis hilangnya masa tulang. Hilangnya masa tulang terjdi 5-7 tahun setelah menopause. Baziad (2003) mengatakan resiko patah tulang makin tinggi bila seseorang mempunyai banyak faktor resiko. Faktor resiko yaitu usia lebih dari 70 tahun, kekurangan estrogen, menopause prekok, anoreksia nerfosa, pengurangan tinggi badan lebih dari 4 cm, Hipogonadisme primer, aminorea sekunder, keturunan, merokok, kurang bergerak, konsumsi makanan rendah kalsium, vitamin D dan lain-lain. Pada wanita yang telah terkena osteoporosis perawatan yang dilakukan adalah menghilangkan nyeri, perlu dilakukan tindakan lain seperti penggunaan korset. Pemberian Terapi Sulih Hormon (TSH) dapat meningkatkan masa tulang dan menurunkan resiko patah tulang secara bermakna serta terjdinya peningkatan aliran darah ke otak dan memperbaiki fungsi kognitif wanita, sehingga mengurangi bahaya jatuh. Wanita diberi kalsium yang cukup dengan dosis 1000-1500 mg/hr. 2) Penyakit Jantung Koroner Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar
kolesterol baik HDL (High Density Lipoprotein) dan meningkatkan kolesterol jahat LDL (Low Density Lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. Menurut Hutapea (1998) penyakit jantung koroner terjadi oleh karena timbulnya gangguan pada pembuluh darah arteri yang melayani jantung.
Pembuluh arteri koroner mengalami penyempitan dan penyumbatan sehingga otot jantung tidak memperoleh suplai darah yang cukup, akhirnya rusak iskhemik dan mengalami infark. Gejala yang ditimbulkan iskhemia jantung adalah perasaan tidak enak dalam dada secara berulang-ulang disebut Angina pectoris, kegagalan jantung dan tidak sadar atau syncope serta dapat meninggal secara mendadak. Baziad (2003) mengatakan bahwa faktor resiko kejadian penyakit jantung koroner makin bertambah setelah menopause, selain karena kesehatan wanita menurun, terjadi perubahan gaya hidup dan akibat kekurangan estrogen. Faktor resiko jantung koroner antara lain hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, kadar hipoprotein A tinggi, kadar HDL kolesterol rendah, hiperhomosistenemia, merokok, tekanan darah tinggi, Diabetes Mellitus, kekurangan estrogen, kurang bergerak, riwayat keluarga dan stres. 3) Keganasan pada Organ Reproduksi Kejadian perdarahan pervaginam pada masa pascamenopause (12 bulan setelah menopause) bukan disebabkan oleh kembalinya aktifitas ovarium, tetapi oleh karena kelainan-kelainan akibat keganasan. Menurut Pacheu dan Kempers Rachman (cit. Witjaksono, 1991) perdarahan yang keluar melalui vagina pada masa menopause berasal dari keadaan infeksi vagina dan serviks, tumor alat kandungan yaitu polip endoserviks, polip endometrium, kista ovarium, keganasan serviks atau endometrium, penggunaan obat-obatan maupun hormon
dan gangguan faktor pembekuan darah. Perdarahan akibat infeksi vagina dan serviks serta polip endoserviks dan keganasan serviks biasanya terjadi setelah coitus. Keganasan endometrium merupakan penyebab tersering gangguan perdarahan pada masa menopause.
Penapisan penyebab perdarahan dapat dilakukan : a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala sangat bermanfat untuk mengetahui adanya resiko terjadinya kelainan pada vagina, serviks, uterus dan ovarium, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan kesehatan dilakukan satu tahun sekali meliputi analisis laboratorium. b) Pemeriksaan sitologi yaitu pemeriksaan Pap Smear dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pada serviks, terutama yang disebabkan oleh keganasan atau kanker serviks dan infeksi. Pemeriksaan Pap Smear secara berkala pada usia menopause setiap 6 bulan sangat bermanfaat untuk mengenal adanya perubahan keganasan endometrium secara dini. c) Pemeriksaan Ultrasonografi bermanfaat untuk menilai perubahan uterus, endometrium dan ovarium. Pemeriksaan ini juga
bermanfaat untuk menilai perubahan pada ovarium yang seharusnya tidak diperlihatkan perkembangan folikel serta dapat diketahui adanya tumor atau kista ovarium.
d) Pemeriksaan koloskopi dan endoskopi dilakukan bila kecurigaan terhadap keganasan dileher rahim sehingga dapat dilakukan biopsi terarah. Penatalaksanaan perdarahan akibat infeksi diberikan antibiotik. Pada perdarahan akibat faktor pembekuan darah diperlukan hemostatik dan gangguan perdarahan yang berasal dari rongga rahim maka diperlukan Uritage. Bila ditemukan adanya keganasan, maka harus dilakukan pengangkatan rahim.
B. Kerangka Konsep
Kesiapan menghadapi klimakterium: a. Kesiapan fisik 1) Mengkonsumsi makanan bergizi 2) Tercukupinya kebutuhan kalsium 3) Kebiasaan berolahraga b. Kesiapan psikis 1) Kebiasaan mencari informasi 2) Penerimaan diri terhadap menopause 3) Sikap dan dukungan keluarga
Keluhan yang timbul saat klimakterium: a. Keluhan Fisik 1) Sistem vasomotor 2) Sistem kardiovaskuler 3) Sistem endokrin 4) Sistem urogenital 5) Sistem mukuloskeletal b. Keluhan psikis 1) Perubahan emosi 2) Sistem neurotik
Keterangan:
Faktor internal: 1. Sikap 2. Persepsi 3. Pengalaman Yang diteliti Variabel luar yang tidak diteliti Faktor eksternal: 1. Sosial 2. Budaya 3. Lingkungan
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara kesiapan wanita menghadapi klimakterium dengan keluhan yang timbul saat klimakterium.
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analisis korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel lain. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama, (Notoatmodjo, 2002).
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2006. 2. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini, objeknya adalah seluruh wanita yang berusia 45 tahun ke atas yang tinggal di daerah Maguwoharjo yang berjumlah 214 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dalam suatu penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling, yaitu proses pengambilan sampel bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas, (Sugiyono, 1999). Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel adalah sebagai berikut:
p.q d2 N= p.q 1+ c2 2 d .n c2
Keterangan : N : besar sampel c : umumnya sebesar 5% untuk confidence interval sebesar 95% p : proporsi individu yang memepunyai karakteristik yang akan diukur q : 1-p d : sampling error (presisi = 10%) n : jumlah populasi
Responden sebesar 66 orang diambil dengan kriteria sebagai berikut: a. Wanita 45 tahun ke atas b. Telah berhenti haid c. Bertempat tinggal di Kelurahan Maguwoharjo e. Bersedia menjadi responden.
Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas : kesiapan wanita dalam menghadapi klimakterium b. Variabel terikat : keluhan yang timbul saat klimakterium c. Variabel pengganggu : faktor internal (sikap, persepsi, pengalaman) dan faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan)
2. Defenisi operasional
a. Kesiapan : segala sesuatu yang dilakukan oleh wanita menjelang klimakterium yang meliputi kesiapan fisik (mengkonsumsi makanan
bergizi, mengkonsumsi cukup kalsium, olahraga secara teratur, pola hidup sehat) dan kesiapan psikis (dukungan dari keluarga, kebiasaan untuk mengakses informasi, berkonsultasi dengan dokter dan penerimaan diri terhadap menopause). b. Keluhan : segala sesuatu yang dirasakan oleh wanita baik keluhan fisik (gangguan pada sisitem vasomotor, sisitem maupun pada endokrin, keluhan yang sistem psikis bisa
kardiovaskuler, (gangguan
sistem
muskuloskeletal) perubahan
sisitem neurotik,
emosi)
mengganggu aktivitas sehari-hari. c. Klimakterium : tahun-tahun peralihan yang berlangsung dari saat pramenopause sekitar usia 40 tahun yaitu pada masa dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55 tahun. d. Kelurahan Maguwoharjo : satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Depok Sleman yang merupakan daerah yang dijadikan tempat penelitian.
Variabel pengganggu : Faktor internal : 1) Sikap 2) Persepsi 3) Pengalaman Faktor eksternal : 1) Sosial 2) Budaya 3) Lingkungan
Data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner kesiapan dan kuesioner keluhan merupakan data primer, dimana lembar kuesioner diisi sendiri oleh responden. Responden diminta memberi tanda () pada salah satu jawaban yang dipilih.
Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner, yaitu kuesioner kesiapan dan kuesioner keluhan. a. Kuesioner kesiapan terdiri dari kesiapan fisik sebanyak 11 item dan kesiapan psikis sebanyak 12 item. Kuesioner kesiapan fisik yang dimodifikasi dari kuesioner (Triana, 2002) dan (Supiyati, 2002). Butirbutir skala dibuat dengan pilihan majemuk, yang setiap butirnya berisi pernyataan dengan 4 pilihan jawaban, yaitu: selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Pernyataan favorable, selalu (SL) diberi nilai 4, sering (SR) diberi nilai 3, kadang-kadang (KK) diberi nilai 2 dan tidak pernah (TP) diberi nilai 1. Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable, selalu diberi nilai 1, sering diberi nilai 2, kadang-kadang diberi nilai 3 dan tidak pernah diberi nilai 4. Nilai kesiapan ibu menghadapi klimakterium dikategorikan berdasar rentang nilai menurut Arikunto (1996): 76%-100% : baik 56%-75% : cukup 40%-55% : kurang baik < 40% : tidak baik
b. Kuesioner keluhan terdiri dari keluhan fisik sebanyak 10 item dan keluhan psikis sebanyak 10 item. Butir-butir skala dibuat dengan pilihan majemuk, seperti pada kuesioner kesiapan tetapi dengan kategori: > 63 : tinggi 37-63 : sedang < 37 : rendah
Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner Kesiapan Sub Variabel Kesiapan fisik Indikator Makanan bergizi Pola hidup sehat Sub Indikator Mengkonsumsi gizi seimbang Tercukupinya kebutuhan kalsium Kebiasaan berolahraga Bobot 50%
Kesiapan psikis
Sikap keluarga Kebiasaan untuk mengakses informasi Penerimaan diri terhadap menopause
50%
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Keluhan Sub Variabel Keluhan fisik Indikator Ketidaknyamanan pada sisitem dan organ tubuh Sub Indikator Sisitem Vasomotor Sisitem Kardiovaskuler Sisitem Muskuloskeletal Sisitem Endokrin Sisitem Urogenital Keluhan psikis Gangguan psikologis Peran keluarga Sisitem Neurotik Perubahan emosi Sikap dan tingkah laku keluarga 50% Bobot 50%
a. Uji Validitas Penilaian validitas alat ukur penelitian dilakukan dengan menguji cobakan terlebih dahulu alat-alat ukur agar benar-benar valid. Rumus yang digunakan adalah product moment dari Pearson (Azwar, 2003), yaitu:
rxy =
( )( )/n ( ) / n ][ ( )
2 2
/n
Keterangan: x : pertanyaan pada nomor tertentu y : skor responden pada skala sikap n : banyaknya responden b. Uji Reliabilitas Penilaian reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2002), yaitu:
2 k b r11 = 1 12 k 1
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
2 b
12 : variasi total
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data selesai dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisa. Secara garis besar, pekerjaan analisa data meliputi 3 langkah yaitu: 1. Persiapan Kegiatan dalam langkah persiapan ini meliputi: a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi
b. Mengecek kelengkapan data c. Mengecek macam isian data Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data-data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjut. 2. Tabulasi Termasuk dalam kegiatan tabulasi a. Memberikan skor (skoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor b. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor c. Mengubah jenis data, disesuaikan dengan teknik analisa yang akan digunakan 3. Perencanaan data sesuai dengan pendekatan penelitian Maksudnya adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil (Arikunto, 2002). Rumus yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel adalah Product Moment (Sugiono, 1999).
rxy =
( )
2 2
Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Sugiono, 1999): Tabel 3. Interpretasi Korelasi Interval Koevisien 0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000 Tingkat hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Uji hipotesa dilakukan dengan cara menetapkan taraf signifikasi yaitu (p= 0,05), hasil signifikasi hitung kemudian dibandingkan dengan taraf signifikasi yang telah ditentukan. Apabila signifikasi hitung lebih besar dari pada signifikasi yang ditentukan, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Begitu juga sebaliknya jika signifikasi hitung lebih kecil dari pada signifikasi yang ditentukan maka Ha diterima dan Ho ditolak (Santosa, 2001).
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Maguwoharjo. Kelurahan Maguwoharjo adalah salah satu dari dua kelurahan yang terdapat di Kecamatan Depok Sleman. Wilayah Kelurahan Maguwoharjo berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan bentuk Topografi, wilayah Kelurahan Maguwoharjo termasuk dataran rendah. Dengan luas wilayah 992.830 Ha, jumlah penduduk 25.930 jiwa. Batas wilayah Kelurahan Maguwoharjo adalah: