Anda di halaman 1dari 9

Makalah PBL Blok 7

Gangguan Sistem Pernapasan


Nama: McGirt Lamberth Robert Uniplaita
NIM: 102011088
Email: mcgirtrobert@ymail.com

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA 2012
Jl.Arjuna Utara No 6, Jakarta 11510




Pendahuluan
Sistem pernapasan adalah sistem didalam tubuh yang sangat penting demi kelangsungan
hidup manusia. Sistem pernapasan merupakan sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Sesak napas
merupakan perasaan sulit untuk bernapas. Sesak napas berhubungan dengan adanya gangguan pada
sistem pernapasan pada waktu inspirasi ataupun ekspirasi. Mekanisme inspirasi dan ekspirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suplai oksigen yang harus adekuat, keutuhan dari saluran
pernapasan, dan lainnya yang akan dibahas secara mendalam pada makalah ini.
1





Makalah PBL Blok 7 Page 2

Struktur Makro dan Mikro
Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu
2
:
1. Saluran pernapasan bagian atas (Upper Respiratory Airway) dengan fungsi utama :
a. Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran
napas bagian bawah untuk pertukaran zat.
b. Protection (perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar
dari masuknya benda asing.
c. Warming, Filtrasi, dan Humidities yakni sebagai bagian yang menghangatkan,
menyaring, dan memberi kelembapan uadar yang diinspirasi (dihirup)
2. Saluran pernapasan bagian bawah (Lower Airway) yang secara umum dibagi menjadi dua
komponen berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Saluran udara konduktif dimulai dari rongga hidung menuju faring, laring, trakhea,
bronkus, bronkiolus, dan terakhir bronkiolus terminalis.
b. Zona respirasi terdiri atas saluran bronkiolus respiratorius dan alveoli.


Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (cartilage). Hidung dibentuk oleh
sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Pada
bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua
bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang
rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan
bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut
konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan
ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang
disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian
atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini
berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara
yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu.
3

Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung. Rongga hidung mengandung rambut
Makalah PBL Blok 7 Page 3

(fimbrae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda yang masuk.
7
Pada
permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet.
7
Sel tersebut
mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk kedalam saluran
pernapasan.
7
Reseptor bau terletak pada cribriform plate, didalamnya terdapat ujung saraf cranial I
(Nervous Olfaktorius). Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembapan
udara (Humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium dan resonator
udara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir dan
enzim lisozim.
7
Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu
dan kotoran.
7
Apabila kotoran dan debu masih dapat melewati vibrissa akan melekat pada lapisan
lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh reflek bersin.
7
Jika dalam udara masih terdapat bakteri
(partikel sangat kecil), maka enzim lisozim yang menghancurkannya.
7


Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah terbuka pada tulang kepala, yang terdiri dari sinus frontalis,
sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus frontalis terletak didalam tulang
dahi, masing masing di kiri dan kanan pangkal hidung dan diatas sudut mata. Sinus maxillaris
adakalanya dikenal sebagai antrum Highmore, terletak dikanan dan kiri hidung di dalam tulang
maxillaris.
4

Sinus berfungsi untuk :
a. Membantu menghangatkan dan humidifikasi
b. Meringankan berat tulang tengkorak
c. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi
3


Faring
Faring merupakan percabangan 3 saluran, nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Naso faring
terdapat pada superior di area epiter bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta
merupakan muara tuba eustachius. Adenoid atau faringeal tonsil berada di langit langit
nasofaring. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur
tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organism
yang masuk ke hidung dan tenggorokan. Orofaring berfungsi untuk menampung udara dari
nasofaring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsila palatine (posterior) dan tonsila
lingualis (dasar lidah). Laringofaring merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan dengan
esophagus dan pita suara (vocal cord) yang berada didalam trakea.
Makalah PBL Blok 7 Page 4

Laringofaring berfungsi pada saat menelan dan respirasi. Laringofaring terletak didepan pada
laring, sedangkan trakea terdapat dibelakang.
3,4


Mekanisme Pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu faktor kimiawi
dan faktor pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang
terletak di dalam medula oblongata, apabila pusat tersebut dirangsang maka pusat pernapasan akan
mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan
otot interkostalis.
5

Faktor pengendalian oleh saraf pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula
oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf
servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus dan di bagian yang lebih rendah
pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah torax melalui saraf interkostalis untuk
merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit.Impuls aferen yang dirangsang oleh
pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.
5

Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan
frekuensi,kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Karbondioksida adalah produk dari
metabolisme, dan bahan kimia ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf
yang bekerja atas otot pernapasan.Kedua, pengendalian melalui saraf dan secara kimiawi adalah
penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernafas terus.
5

Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya pernapasan.
Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang
diperlukan untuk pekerjaan, akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam
darah dan akibatnya pembesaran ventilasi paru-paru.Emosi, rasa takut dan sakit misalnya,
menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara
secara kuat. Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria.
5



Makalah PBL Blok 7 Page 5

Kecepatan normal setiap menit :
Bayi baru lahir kecepatan bernapas sekitar 30-40 kali per menit
Anak berumur dua sampai lima tahun bernapas 24 kali per menit
Orang dewasa bernapas sekitar 10-20 per menit
Gerakan inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja
otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada. Penaikan iga-iga dan sternum yang ditimbulkan
oleh kontraksi otot interkostalis juga meluaskan rongga dada. Paru-paru yang bersifat elastik
mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran
udara.
Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes
kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik
iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi
(cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
6

Ventilasi Gas
Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi :
1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer
terhadap benda benda di permukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut, ketinggian ini
sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan
ketinggian diatas permuakaan laut karena kolom udara diatas permukaan bumi menurun.
Dapat terjadi fluktuasi minor tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi cuaca.
2. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah tekanan
dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan,
udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan setiap kali terjadi
perbedaan antara tekanana intra-alveolus dengan tekanan atmosfer, udara terus mengalir
sampai kedua seimbang.
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini dikenal sebagai
tekanan intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi diluar paru didalam rongga toraks. Tekanan
intrapleura biasanya lebih kecil dibandingkan tekanan atmosfer, rata rata 756 mmHg saat
istirahat. Tekanan intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau tekanan
Makalah PBL Blok 7 Page 6

intra-alveolus, karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dan atmosfer
atau paru.
6,

Alasan mengapa paru mengikuti gerakan dinding dada adalah adanya tekanan transmural yang
melintasi dinding paru. Tekanan intraalveolus yang setara dengan tekanan atmosfer sebesar
760mmHg lebih besar dibandingkan tekanan intrapleura sebesar 756 mmHg, sehingga di dinding
paru yang menekan keluar lebih besar dibandingkan gaya yang menekan kearah dalam. Gradien
tekanan transmural mendorong paru kearah luar, meregangkan atau mengembangkan paru. Apabila
tekanan atmosfer yang menekan dinding toraks lebih besar dibandingkan tekanan intrapleura yang
mendorong dinding tersebut kearah luar, sehingga dinding dada cenderung menciut.
6

Difusi Gas
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan, proses difusi gas pada saat respirasi optimal. Difusi
gas adalah bergerak gas O
2
dan CO
2
atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah yang
bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O
2
melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli ke darah
karena adanya perbedaan tekanan PO
2
yang tinggi di alveoli (100mmHg) dan tekanan darah kapiler
sistemik yang rendah (PO
2
40mmHg), CO
2
berdifusi dengan arah berlawan akibat perbedaan tekanan
PCO
2
darah kapiler sistemik 45mmHg dan di alveoli 40mmHg.
6

Seperti di kapiler paru, O
2
dan CO
2
berpindah antara darah kapiler sistemik dan sel jaringan melalui
proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. Darah arteri yang mencapai kapiler
sistemik pada dasarnya adalah darah yang sama dengan yang meninggalkan paru melalui vena
pulmonalis, karena dari keseluruhan sistem sirkulasi hanya terdapat dua tempat pertukaran gas, yaitu
kapiler paru dan kapiler sistemik. PO
2
arteri adalah 100 mmHg dan PCO
2
arteri adalah 40 mmHg.
Sel secara terus menerus mengkonsumsi O
2
dan menghasilkan CO
2
melalui metabolisme oksidatif.
PO
2
sel besarnya rata rata 40 mmHg dan PCO
2
sekitar 46 mmHg. Oksigen berpindah melalui
perpindahan gradien tekanan parsial yaitu dari memasuki darah kapiler sistemik (PO
2
= 100 mmHg)
ke dalam sel yang berdekatan (PO
2
= 40 mmHg) sampai tercipta keseimbangan. Dengan demikian,
darah vena yang meninggalkan kapiler sistemik setara dengan PO
2
jaringan dengan rata rata 40
mmHg. Situasi yang berlawan berlaku untuk CO
2
. CO
2
dengan cepat berdifusi ke luar sel (PCO2 =
46 mmHg) untuk masuk ke kapiler (PCO
2
= 40 mmHg) mengikuti penurunan gradien tekanan parsial
yang tercipta akibat produksi terus menerus CO
2
. Perpindahan CO
2
berlangsung terus sampai PCO
2

darah dan jaringan seimbang. Dengan demikian darah yang meninggalkan kapiler sistemik memiliki
Makalah PBL Blok 7 Page 7

PCO
2
rata - rata 46 mmHg. Darah vena yang sistemik ini akan kembali ke jantung dan kemudian
dipompa ke paru paru untuk mengulangi siklus peredaran darah.
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan, luas permukaan, dan komposisi membran, koefisien
difusi O
2
dan CO
2
, serta perbedaan tekanan gas O
2
dan CO
2
. Dalam difusi gas ini, organ pernapasan
yang berperan penting adalah alveoli dan darah. Adanya perbedaan tekanan parsial dan difusi pada
sistem kapiler dan cairan interstitial akan menyebabkan pergerakan O
2
dan CO
2
yang kemudian
masuk pada zona respirasi untuk melakukan difusi respirasi.
6,5

Tranportasi O
2
dan CO
2

Transportasi gas adalah perpindahan dari paru ke jarungan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan aliran darah. Oksigen yang diserap darah di paru paru harus diangkut ke jaringan untuk
dapat digunakan oleh sel sel. Sebaliknya CO
2
yang diproduksi oleh sel sel harus diangkut
kedalam paru untuk dieliminasi.
Hemoglobin merupakan suatu molekul protein yang mengandung besi, memiliki kemampuan
untuk membentuk ikatan longgar reversible dengan O
2
, Hb yang berikatan dengan O
2
disebut
oksihemoglobin (HbO
2
). Apabila tidak berikatan dengan O
2
maka Hb disebut sebagai hemoglobin
tereduksi. Reaksi ini adalah reaksi pembentukan oksihemoglobin yang bersifat reversibel.
Hb + O2 HbO2
Masing masing dari keempat atom besi di bagian heme molekul hemoglobin mampu berikatan
dengan sebuah molekul O
2
, sehingga setiap molekul Hb dapat mengangkut sampai empat molekul
O
2
. Hemoglobin dianggap jenuh apabila semua Hb yang ada mengangkut O
2
secara maksimum.
Persen saturasi hemoglobin adalah suatu ukuran seberapa banyak Hb yang berikatan dengan O
2
yang
secara fisik larut dalam darah.
Pada saat darah vena yang sistemik masuk ke kapiler paru, PO
2
nya lebih rendah
dibandingkan PO
2
alveolus, sehingga O
2
berdifusi kedalam darah dan meningkatkan PO
2
darah.
Setelah PO
2
darah meningkat maka presentasi Hb yang mengikat O
2
juga meningkat. Akibatnya,
sebagian besar O
2
yang berdifusi kedalam darah berikatan dengan Hb, PO
2
darah turun ke tingkat
yang kira kira sama dengan tekanan pada saat memasuki paru, walaupun jumlah total O2
sebenarnya sudah meningkat. Karena PO
2
darah kembali rendah daripada PO
2
alveolus, maka lebih
banyak O
2
yang berdifusi dari alveolus untuk kembali diserap oleh Hb. Baru setelah Hb tidak dapat
lagi menyimpan O
2
yaitu ketika Hb mengalami saturasi maksimum, semua O
2
yang terlarut kedalam
Makalah PBL Blok 7 Page 8

darah menentukan PO
2
. Pada saat inilah PO
2
darah seimbang dengan PO
2
alveolus dan perpindahan
O
2
lebih lanjut terhenti. Situasi sebaliknya berlaku di kapiler jaringan. PO
2
darah yang masuk ke
kapiler sistemik memiliki tekanan yang lebih besar, sehingga O
2
segera berdifusi ke jaringan
sekitarnya, sehingga PO
2
darah turun. Pada saat PO
2
darah turun, maka Hb dipaksa untuk
melepaskan O
2
simpanannya. Setelah Hb tidak dapat lagi nuntuk melepaskan O
2
kedalam larutan,
PO
2
darah baru dapat menjadi serendah PO
2
jaringan sekitarnya.
Sewaktu darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO
2
berdifusi mengikuti penurunan
gradien tekanan parsialnya dari sel jaringan kedalam darah. Karbondioksida diangkut kedalam darah
dengan tiga cara yaitu, terlarut secara fisik; terikat ke Hb; dan sebagai bikarbonat. Seperti O
2
yang
larut, jumlah CO
2
yang larut secara fisik bergantung pada PCO
2
. Namun hanya 10% dari kandungan
CO
2
total yang diangkut dengan cara ini pada kadar PCO2 vena sistemik normal. Tiga puluh persen
CO
2
lainnyaberikatan dengan Hb untuk membentuk karbaminohemoglobin. Karbon dioksida
berikatan dengan bagian globin dari Hb, berbeda dengan O
2
yang berikatan pada bagian heme. Cara
terpenting dalam pengangkutan CO
2
adalah ion bikarbonat yaitu sekitar 60% CO
2
, dengan reaksi
sebagai berikut.
CO
2
+ H
2
O H
2
CO
3
H
+
+ HCO
3
-

Pada langkah pertama CO
2
akan berikatan dengan H
2
O untuk membentuk asam karbonat.
Reaksi ini dapat berlangsung dengan sangat lama di plasma, tetapi sangat cepat di sel darah merah
karena adanya enzim eritrosit karbonat anhidrase yang menkatalisasi reaksi. Seperti asam lainnya,
molekul molekul asam karbonat secara spontan terurai menjadi ion hidrogen (H
+
). Ketika reaksi ini
berlanjut, HCO
3
-
dan H
+
mulai terakumulasi di dalam sel darah merah di kapiler sistemik.
Membransel darah merah memiliki pembawa HCO
3
-
_Cl
-
yang secara pasif mempermudah difusi ion
ion ini ke dalam arah yang berlawanan menembus membran. Membran relatif impermeable
terhadap H
+
. Akibatnya HCO
3
-
beridifusi mengikuti penurunan gradien konsentrasinya keluar
eritrosit untuk masuk kedalam plasma tanpa diikuti oleh H
+
. Ion Cl
-
menggantikan HCO
3
-
, dengan
pergeseran yang disebut pergeseran klorida (chloride shift). Kemudian ion H
+
akan diikat oleh Hb
untuk dibawa kedalam paru.
6




Makalah PBL Blok 7 Page 9

Kesimpulan
Cairan mukus yang terakumulasi di rongga sinus dalam jangka waktu lama merupakan
tempat yang nyaman bagi hidupnya bakteri,virus, dan jamur jika tidak segera diobati akan menyebar
infeksi ini ke otak yg dapat membahayakan kehidupan.

Daftar Pustaka
1. Somantri I. Asuhan keperawatan pada pasien dgn gangguan sistem pernapasan.Jakarta :
Salemba Medika.2008.h.1-8.
2. Mutaqqin A.Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan.Jakarta :
Salemba Medika.2008.h.27-8.
3. Gunardi S. Anatomi: sistem pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. 1-7, 14, 19, 25-
32, 33, 41-53, 87-89.
4. Pearce CE. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis.Cet-33. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.2009.h.58
5. Kecepatan dan pengendalian pernapasan.Edisi Februari 2011. Diunduh dari :
http://biologi24.wordpress.com/2011/02/19/kecepatan-dan-pengendalian-pernapasan/. 18 Mei
2013.
6. Sherwood L.Fisiologi manusia. Edisi ke-2.Jakarta : EGC.2001.h.434-46.
7. Junqueira LC, Carneiro J,Kellly RO.Histologi dasar.Jakarta : EGC.2000.h.338-47.

Anda mungkin juga menyukai