DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1
1.2
1.3
SASARAN .......................................................................................................... 8
1.4
1.5
RUANG LINGKUP.............................................................................................. 8
1.6
PENGERTIAN .................................................................................................... 8
1.7
1.7.1
1.7.2
1.7.3
1.7.4
1.7.5
1.8
LOKASI ............................................................................................................ 11
1.9
1.10
JADWAL PELAKSANAAN................................................................................ 12
1.11
1.12
LETAK GEOGRAFIS........................................................................................ 15
2.2
TOPOGRAFI .................................................................................................... 16
2.3
GEOLOGI ........................................................................................................ 16
2.3.1
2.3.2
2.4
2.4.1
2.4.2
2.5
GEOMORFOLOGI ........................................................................................... 19
2.6
IKLIM................................................................................................................ 19
2.7
HIDROLOGI ..................................................................................................... 26
2.7.1
2.7.2
2.7.3
2.8
2.8.1
2.8.2
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.3
3.4
3.4.1
3.4.2
3.4.3
Storativitas (Storage)................................................................................. 41
3.4.4
3.5
3.6
3.6.1
3.6.2
3.7
3.8
3.9
4.1.1
Litologi ...................................................................................................... 54
4.1.2
4.1.3
Stratigrafi................................................................................................... 54
4.1.4
Geomorfologi............................................................................................. 55
4.1.5
4.2
4.2.1
4.2.2
Iklim .......................................................................................................... 60
4.2.3
Penduduk .................................................................................................. 60
4.3
5.2
5.3
5.3.1
5.3.2
5.4
KESIMPULAN .................................................................................................. 73
6.2
SARAN............................................................................................................. 74
BAB 1
PENDAHULUAN
Air terbagi atas dua jenis yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan terdapat
sebagai air sungai, kolam, telaga dan danau, yang secara umum terdapat dipermukaan
bumi. Sedang air tanah terdiri atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masingmasing memiliki karakteristiknya sendiri. Kedua jenis air ini dipisahkan dengan adanya
lapisan impermeabel antara keduanya. Namun antara keduanya terkadang saling
berinteraksi karena adanya kebocoran yang terjadi secara alamiah pada batas tersebut.
Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dan mahluk hidup lainnya harus dijaga
kelestariannya. Pada kedua sumber air ini yang harus diperhatikan kelestariannya adalah
kuantitas dan kualitasnya. Karena kedua persyaratan ini menjadi mutlak bagi pemenuhan
sumber air bersih bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.
Peningkatan kebutuhan air bagi berbagai keperluan akibat pertambahan jumlah penduduk,
kegiatan perekonomian seperti industri, pertanian serta adanya pembangunan di berbagai
sektor dapat berdampak positip dan negatif bagi kuantitas dan kualitas sumberdaya air
yang ada. Dampak positif timbul dari peningkatan kuantitas sumberdaya air akibat adanya
kegiatan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan manusia seperti
pembangunan dam, bendungan dan sebagainya. Di sisi lain, berbagai kegiatan manusia
ini juga berdampak negatif pada sumberdaya air yang ada seperti pencemaran, penurunan
muka air tanah, penuruan permukaan tanah (amblesan atau subsidence) yang ditimbulkan
pengambilan kuantitas air yang tidak memperhatikan siklus hidrologi yang ada, dan
sebagainya.
Akibat adanya hubungan timbal balik dan interaksi antara manusia dan sumberdaya air
yang ada dan lingkungan lainnya. Maka penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air
yang ada juga akan mengakibatkan kemerosotan dalam kehidupan manusia itu sendiri.
Akumulasi interkasi berbagai kerusakan sumber air yang ada pada akhirnya kemudia
menimbulkan bencana pada kehidupan manusia itu sendiri. Berbagai peristiwa bencana
alam seperti banjir, longsor, penurunan muka air tanah, amblesan, intrusi air laut yang
terjadi di pelosok tanah air, sebetulnya bukanlah merupakan bencana alam belaka,
melainkan akibat kerusakan yang ditimbulkan manusia itu sendiri yang secara tidak
langsung kemudian akan menurunkan tingkat kualitas hidup mereka.
Selain itu penurunan fungsi sarana dan prasarana bangunan yang dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti berbagai bendungan yang diperuntukkan
bagi peningkatan kuantitas sumber air dan pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat
telah terancam oleh adanya peningkatan sedimentasi yang terjadi pada bendunganbendungan tersebut sehingga akan mempengaruhi usia pakai dan kegunaannya.
Peningkatan sedimentasi terjadi akibat adanya peningkatan erosi oleh adanya kerusakan
lahan dan vegetasi di bagian hulu sungai yang merupakan konservasi sumberdaya air bagi
daerah aliran sungai yang ada. Sementara itu, pada umumnya kerusakan ditimbulkan oleh
adanya tekanan hidup yang dialami oleh para penduduk terhadap sumberdaya lahan dan
kawasan yang terdapat di daerah tersebut. Reaksi berantainya yang kemudian terjadi
Pemerintah untuk menyediakannya, jika tidak tersedia fasilitas tersebut, maka akan terjadi
ketidak seimbangan dalam pembangunan dan dapat menimbulkan konflik sosial ekonomi
dalam masyarakat di masa depan.
Pada masa yang akan datang kebutuhan air akan semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya masyarakat. Sementara distribusi sumber
daya air adalah terbatas dan tersebar tidak merata dalam ruang dan waktu akibat
perbedaan kondisi geografi, iklim dan perubahan tata guna lahan. Pemanfaatan air yang
berlebihan dan penggunaan air yang tidak terarah dapat menyebabkan pencemaran dan
penurunan kualitas dan kuantitas air tanah serta mengurangi daya dukung air tanah
sebagai sumber daya vital bagi kehidupan.
Kebutuhan akan sumberdaya air yang cukup mudah dan murah, selama ini mengandalkan
kepada sumber daya air tanah. Air tanah menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan air
bersih atau rumah tangga, perkantoran, perdagangan, hotel, pertanian, peternakan,
industri, dsb. Kebutuhan akan air yang terus meningkat berdampak pada kondisi dan
lingkungan air tanah. Tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah dapat dianalisis
dengan mengukur parameter Padatan Terlarut Total (TDS), Daya Hantar Listrik (DHL) dan
penurunan muka air tanah sebagaimana dijelaskan pada Kepmen ESDM Nomor
1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air
Bawah Tanah.
Dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan pembangunan, aktivitas Kabupaten Aceh
Barat Daya berkaitan dengan pembangunan perkotaan akan berdampak pada sumber
daya air khususnya air tanah. Semakin tingginya aktivitas pembangunan perkotaan
semakin tinggi pula dampak terhadap sumber daya air tersebut.
Pengelolaan sumberdaya air tanah sangat diperlukan terutama dalam perencanaan,
pendayagunaan dan konservasi. Guna membantu pengelolaan tersebut, dibutuhkan
informasi yang cukup rinci tentang tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah. Hal
tersebut digambarkan dengan penyebaran kualitas air tanah, penyebaran tingkat
pemanfaatan air tanah serta potensi yang terkandung di dalam air tanah. Agar dapat
melaksanakan pengelolaan tersebut, terutama untuk keperluan perencanaan dan
pengembangan air tanah suatu daerah, diperlukan adanya informasi dasar tentang
penyebaran dan mutu air tanah dikaitkan dengan kondisi geologinya.
Identifikasi daerah yang mendesak untuk dilayani karena suatu sebab seperti
kelangkaan sumber air bersih dan atau daerah rawan air bersih,yaitu desa yang air
tanah dangkalnya tidak layak minum karena payau/asinatau langka dan selalu
mengalami kekeringan pada musim kemarau, pencemaran air tanah yang tinggi
dilingkungan tersebut sementara upaya pencegahannya sangat sulit dilaksanakan,
berada didaerah pesisir pantai serta sebab lain lainnya.
b.
Mengumpulkan data data dasar seperti peta desa, jumlah penduduk desa dan
sumber air bersih penduduk saat ini
c.
Mengidentifikasi sumber air baku ( mata air, sumur dangkal, sumur dalam, air
permukaan/sungai, telaga, waduk, air hujan) yang potensial.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan survey dan pemetaan zona aman, rawan dan
kritis air tanah sebagai penentuan awal zona konservasi, rehabilitasi dan pemanfaatan air
tanah. Sedangkan tujuannya adalah untuk melakukan pengamatan zonasi kondisi dan
lingkungan air tanah berdasarkan parameter Daya Hantar Listrik (DHL), Padatan Terlarut
Total (TDS), penurunan muka air tanah untuk mendapatkan gambaran zonasi air tanah
(zona rusak, zona kritis, zona rawan, dan zona aman) dan memprediksi terjadinya intrusi
air laut di Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.3 SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data atau informasi awal yang bersifat
semi-kuantitatif mengenai zonasi kondisi dan lingkungan air tanah sebagai acuan untuk
perencanaan, pengembangan dan pendayagunaan air tanah. Data ini akan di jadikan
sebagai data base (data dasar) untuk melakukan kegiatan pada tahapan selanjutnya yaitu
eksplorasi dan pengeboran air tanah.
Ketentuan umum
1.6 PENGERTIAN
1.
2.
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Pengendalian air tanah adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan, dan pengusahaan air tanah secara optimal agar berhasil guna
dan berdayaguna.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis.
Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran
dan pelepasan air tanah berlangsung.
Daerah lepasan air tanah adalah daerah keluaran air tanah yang berlangsung
secara alamiah pada cekungan air tanah.
Inventarisasi air tanah adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi air
tanah.
Pengelolaan air tanah adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau,
mengevaluasi pengelenggaraan konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah
dan pengendalian daya rusak air tanah.
Konservasi air tanah adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai untuki memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada
waktu sekarang maupun yang akan datang.
Daerah imbuh mata air adalah suatu tempat berlangsungnya proses pengimbuhan
air bawah tanah, yang kemudian mengalir, dan muncul ke permukaan sebagai
mata air.
Pengukuran muka air tanah pada sumur penduduk dan pengambilan conto air
tanah
Observasi morfologi
Uji kadar / mutu air tanah di laboratorium. Uji laboratoriu di lakukan di Laboratorium
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh yang telah terakedritasi KAN.
Pelaksanaan kegiatan penyeledikan ini dapat dirinci menjadi beberapa tahap sebagai
berikut:
dengan melakukan penyelidikan lapangan dan telaah data sekunder yang berkaitan
dengan kondisi geologi, hidrogeologi, dan aspek sosial.
Survey pemetaan zona aman, rawan dan kritis air tanah ini dilakukan dengan metode
gabungan antara deduktif, empirik, analitik dan estimasi kuantitatif dengan melalui tahapan
tahapan :
1.
Pengumpulan data air tanah yang berkaitan, baik data primer maupun sekunder
2.
3.
4.
Penyusunan laporan
Peta topografi dan peta geologi skala 1 : 100.000 atau lebih besar.
Data fisika dan kimia air tanah
Data hidroklimatologi
Data hidrologi berupa aliran sungai dan air permukaan lainnya
Data penggunaan air tanah
10
1.8 LOKASI
Lokasi kegiatan adalah di Kabupaten Aceh Barat Daya. Tepatnya dilakukan pada daerah
yang di perkirakan merupakan daerah konservasi air tanah yaitu di Desa Cot
Seumantok,Kecamatan Babah Rot dan sekitarnya Kabupaten Aceh Barat Daya
No
Lokasi
Desa
Kecamatan
Kabupaten
11
1
2
Perumahan Warga
Sarana Ibadah Warga
Cot Seumantok
Babah Rot
Drs. Ikhsan
: Musliadi, ST
: Mushadi, ST
No
Kegiatan
Jadwal Minggu
1
Tahap Persiapan
Pekerjaan Lapangan
10 11
12
Tahap Pelaporan
12
LPPM ITB (2006), melakukan survei dan pemetaan potensi Sumber Daya Mineral
di Kabupaten Aceh Barat Daya
Jansen (1922) melaporkan adanya pendulangan emas plaser di Labuhan Haji dan
emas aluvial di Sungai Bahbarot.
Bowles dan Beckinsale (1979), menulis tentang penemuan kromium, emas, platina
dan tembaga di Aceh Barat Daya.
13
4.
5.
6.
7.
Alat Tulis
Alat Ukur Meteran
Camera
Botol steril sebagai kontainer conto air tanah
14
BAB 2
GAMBARAN UMUM
Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota yang berada
di bawah wilayah administrasi Provinsi Aceh. Posisi geografis Aceh Barat Daya sangat
strategis dibanding kabupaten lain, karena berada di bagian barat Provinsi Aceh yang
menghubungkan lintasan koridor barat dengan berbatasan langsung laut lepas (Selat
Hindia), menjadi hilir dari sungai-sungai besar yang mengalir perairan lepas serta
mempunyai topografi yang sangat fluktuatif, mulai dari datar (pantai) sampai bergelombang
(gunung dan perbukitan).
Nilai strategis dari kabupaten ini adalah bahwa sebagian wilayah utara merupakan
perbukitan dan wilayah selatan didominasi oleh kawasan pesisir pantai. Dalam kebijakan
penataan ruang nasional (Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN),
Kota Blangpidie yang menjadi ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) dan dua pusat permukiman lainnya yaitu
Kecamatan Babahrot dan Kecamatan Manggeng ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
promosi (PKLp) dan juga ditetapkan jaringan jalan nasional yang membentang
disepanjang sisi pantai barat yang merupakan jalan lintas barat Sumatera.
Dari jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2011 berjumlah 146,055
jiwa, sebagian besar adalah petani dan swasta. Dari sisi struktur ekonomi juga
bersesuaian dengan komposisi mata pencaharian dimana 30.85 % PDRB kabupaten ini
berasal dari sektor Pertanian, kemudian baru diikuti oleh sektor-sektor yang lain seperti
kontruksi, pertambangan, industri dan perdagangan. Untuk lebih lengkapnya gambaran
umum Kabupaten Aceh Barat Daya dapat dilhat pada paparan di bawah ini.
Kabupaten Aceh Barat Daya berdasarkan data BPS tahun 2011 memiliki luas wilayah
sebesar 2.334,01 Km2 atau 233.401 Ha dan terbagi menjadi 9 Kecamatan, 20
Kemukiman,dan 152 Gampong. Luas Kabupaten Aceh Barat Daya adalah 1.882,05 Km2
atau 188.205 hektar. Kecamatan Blangpidie merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat
Daya, adapun jarak kecamatan terjauh dengan ibukota kabupaten adalah Kecamatan
15
2.2 TOPOGRAFI
Kondisi topografi yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri merupakan daratan yang
relatif berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan lereng yang relatif curam dan cukup
beragam. Untuk kemiringan lereng yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri dibagi
menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :
1. 0 3 %; Berada di bagian Barat Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya berada di
sebagian besar Kecamatan Blangpidie, Kecamatan Babah Rot dan Kecamatan
Babahrot;
8 %; Berada di bagian Tengah Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya berada di
Kecamatan Babahrot, kecamatan Setia, Kecamatan Jeumpa dan sebagian kecil di
Kecamatan Kuala Batee;
15 30 %; Berada di bagian Utara Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya berada di
Kecamatan Blangpidie dan Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Setia;
30 %; Berada di bagian Timur Kabupaten Aceh Barat Daya, yang membentang dari atas
hingga bawah tepatnya berada di Kecamatan Manggeng, sebagian besar Kecamatan
Setia, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Kuala Batee.
Kondisi wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya yang merupakan daerah dataran rendah
pada umumnya memiliki ketinggian 0-25 mdpl tersebar sepanjang jalan utama Kabupaten.
dimana sebagian besar terletak pada Kecamatan Babah Rot, bagian barat Kecamatan
Babahrot, Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Blangpidie, Kecamatan Setia, Kecamatan
Tangan-tangan, Kecamatan Manggeng. Untuk wilayah dengan ketinggian di atas 500 mdpl
berada di Bagian Tengah Kabupaten Aceh Barat Daya tepatnya berada di sebagian besar
Kecamatan Jeumpa, Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Setia, Kecamatan Tangantangan dan di Kecamatan Lembah Sabil. Sedangkan untuk wilayah dengan ketinggian di
atas 1000 mdpl sebagian besar berada di sebelah Timur Kabupaten Aceh Barat Daya,
tepatnya berada di Kecamatan Jeumpa, Kecamatan Tangan-tangan, Kecamatan
Manggeng dan di bagian Utara Kecamatan Babahrot serta di bagian timur kecamatan
Lembah sabil. Lebih jelasnya kondisi kemiringan dan ketinggian lereng di Kabupaten Aceh
Barat Daya dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
2.3 GEOLOGI
Struktur geologi batuan di Kabupaten Aceh Barat Daya, terbagi atas:
16
barat. Batuan intrusi di daerah ini memiliki umur yang berbeda- beda, pengukuran umur
dari tubuh intrusi ini umumnya bersifat spekulatif. Ada sepuluh tubuh intrusi granitoid yang
memotong Formasi Kluet dan secara tektonik hal ini berhubungan dengan deformasi dan
metamorfosa yang terjadi pada umur Perm Tengah antara lain intrusi Granit Raneuh
(MPira), Intrusi Lamarayeu (MPila) dan Intrusi Merah (MPimr).Pada akhir Jura - awal Kapur
intrusi ini berlanjut dan diwakili oleh intrusi kecil diorit pada bagian bawah Formasi Kluet
dengan disertai beberapa lapisan tipis metagabro.
Lima tubuh intrusi pluton menerobos bagian zona pantai barat pada Kapur Akhir dan
beberapa diantaranya terdapat di daerah penelitian yaitu Intrusi Susoh (Tmisu ), Intrusi Kila
(Tmikl) dan Mikrodiorit Gani (Tmign). Beberapa umur batuan intrusi yang telah didating
umurnya dengan metode K/Ar yaitu granit Samadua berumur 50,9 1 Ma. Pada Pliosen
Awal terdapat juga serpentinit pada zona-zona sesar (Tuse) dan pada Pleistosen terdapat
dike-dike mikrogabro (Qpds).
17
Eurasia dengan arah N 200 E dengan kecepatan pergerakan 6 7 cm/tahun. Hal ini
mengakibatkan masih sering terjadi gempa tektonik di sepanjang pantai barat pulau
Sumatera dan masih aktifnya pegunungan di daerah busur volkanik Sumatera yang
keduanya disebabkan oleh subduksi antara dua lempeng.yang disebutkan di atas Hal inilah
yang menyebabkan Pulau Sumatera berada dalam kondisi tektonik yang aktif.
Subordo
Grup
Histosols
Hemists
Haplohemists
Entisols
Fluvaquents
Aquents
Fluvents
Fluvaquents
Endoaquents
Udifluvents
Orthents
Udpthents
Endoaquepts
Aquepts
Eutrudepts
Inceptisols
Udepts
Dystrudepts
Andisols
Udands
Subgrup/Jenis Tanah
(USDA, 2003)
Typic Haplohemists
Typic Fluvaquents
Typic Endoaquents
Aquic Udifluvents
Typic Udifluvents
Lithic Udpthents
Typic Udpthents
Fluvaquentic Endoaquepts
Typic Eutrudepts
Lithic Eutrudepts
Oxyaquic Eutrudepts
Aquic Eutrudepts
Fluventic Eutrudepts
Typic Eutrudepts
Oxic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Lithic Hapludands
Typic Hapludands
(PPT, 1983)
Orgoanol Hemik
Aluvial Kecamatan
Gleisols Hidrik
Aluvial Gleik
Aluvial Kecamatan
Litosol
Litosol
Gleisol Fluvik
Gleisol Kecamatan
Kambisol Litik
Kambisol Eutrik
Kambisol Gleik
Kambisol Eutrik
Kambisol Eutrik
Kambisol Oksik
Kambisol Kecamatan
Andosol Litkik
Andosol Kecamatan
18
Ordo
Subordo
Grup
Alfisols
Udalfs
Hapludalfs
Subgrup/Jenis Tanah
(USDA, 2003)
Lithic Hapludalfs
Ultisols
Udults
Kandiudults
Typic Kandiudults
(PPT, 1983)
Mediteran Litik
Podsolik Kandik
2.5 GEOMORFOLOGI
Geomorfologi daerah di Kabupaten Aceh Barat Daya dapat di bagi tiga, yaitu: Daerah
pesisir (Selatan), kenampakan yang ada adalah di daerah pantai struktur tanahnya berupa
pasir, banyak di tumbuhi pohon kelapa, tambaktambak rakyat, pemukiman penduduk
desa pantai, tempat pembenihan, di daerah muara merupakan tempat TPI dan PPI.
Daerah tengah kenampakan yang ada adalah di dominasi persawahan, kebun-kebun
penduduk, pemukiman penduduk dan ibukota Kabupaten berada di wilayah ini di lewati
jalan Nasional Meulaboh Medan.
Daerah Utara kenampakan yang ada adalah daerah pegunungan bergelombang, daerah
berbukit atau dataran tinggi yang dikontrol oleh litologi dan struktur sesar. Daerah ini
umumnya merupakan kawasan budidaya berupa perkebunan rakyat dan kawasan hutan
meliputi Hutan Lindung dan Taman Nasional Gunung Leuser.
2.6 IKLIM
Kabupaten Aceh Barat daya beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara
3.228-4.912 mm per tahun. Bulan januari sampai agustus merupakan bulan musim
kemarau, sedangkan musim hujan biasanya terjadi pada bulan september sampai
desember.
Dengan curah hujan yang tinggi ini, sering terjadi penyimpangan dimana pada musim
kemarau sering juga terjadi hujan. Tidak pernah terjadi curah hujan kurang dari 100 mm di
bulan kering, sedangkan rata-rata bulan basah dengan curah hujan kurang dari 100 mm,
sedangkan rata-rata bulan basah dengan curah hujan lebih dari 200 mm adalah 9,5 bulan.
Kabupaten dengan keadaan alamnya yang sedemikian rupa, sangat dipengaruhi oleh iklim
yang terjadi di daerah ini.Hampir sepanjang tahun turun hujan yang mengakibatkan
keadaan iklim di wilayah ini cenderung basah.Hujan pada umumnya terjadi pada bulan
Oktober hingga April. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember dengan
perbedaan temperatur antara siang dan malam sebesar 5 - 7 oC. Banyaknya curah hujan
sangat dipengaruhi oleh iklim, kondisi geografis dan perputaran arus udara. Akibat kondisi
yang demikian, maka jumlah curah hujan yang tercatat dimasing masing stasiun
19
20
21
Untuk Distribusi Sifat Hujan (%) Kabupaten Aceh Barat Daya secara umum pada bulan
Oktober 2014 adalah di bawah normal yaitu 31 84% dan . Kondisi ini dapat dilihat pada
Gambar 2.2 Peta Distribusi Sifat Hujan bulan Oktober 2014 seluruh Indonesia yang
dikeluarkan BMKG Pusat.
Berdasarkan data prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Pusat,
Distribusi Curah Hujan (mm) Kabupaten Aceh Barat Daya secara umum diperkirakan pada
bulan November 2014 memiliki tingkat curah hujan meningkat menjadi kategori menengah
tinggi 201 300 mm. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 2-3. Sedangkan distribusi sifat hujan
diperkirakan di bawah normal berkisar antara 31 84% (Gambar 2-4)
Berdasarkan Peta Prakiraan distribusi Curah Hujan Desember 2014 yang dikeluarkan
oleh BMKG Pusat untuk Kabupaten Aceh Barat Daya diperkirakan terjadi peningkatan
Curah Hujan tinggi yaitu berkisar antara 301-400 mm (Gambar 2-5). Sedangkan
distribusi sifat hujan pada bulan Desember 2014 diperkirakan di bawah normal berkisar
22
antara 51 84% (
).
23
24
25
2.7 HIDROLOGI
Sumber Mata Air di Kabupaten Aceh Barat daya berasal dari pegunungan.Hal ini dapat
terlihat dari morfologi wilayahnya. Daerah cekungan yang merupakan rawa belakang dan
didominasi oleh tanah orgonosol terdapat di kuala Batee, daerah tersebut merupakan
daerah genangan permanen.Potensi dan prospek air tanah di kabupaten aceh barat daya
adalah :
Dataran rendah di kecamatan blangpidie, yang tersusun dari sedimen lepas atau
setengah padu (kerikil, pasir, lanau dan lempung) merupakan daerah rawa gambut.
Wilayah ini memiliki potensi dan prospek air tanah yang tinggi, sedangkan wilayah
dengan endapan yang sama namun tersusun dari tanah mineral, mempunyai
potensi dan prospek air tanah yang tergolong rendah.
Dataran tinggi yang tersusun dari batuan beku atau malihan dan sedimen padu (tak
terbedakan). Wilayah ini memiliki potensi dan prospek air tanah yang sangat
rendah. Penyebaran daerah ini menempati areal terluas.
Ketersediaan sumberdaya air di wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya dapat bersumber
dari air permukaan, air sungai dan air tanah. Wilayah di bagian Barat Aceh Barat Daya
seperti di Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Blang pidie, dan Kecamatan Jeumpa
mempunyai sumber air tanah dan air permukaan yang besar.Sumber air permukaan dapat
diperoleh dari air yang terdapat di sungai-sungai.
Pada umumnya penduduk wilayah perencanaan dalam memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai keperluan sehari-hari menggunakan air sungai dan mata air, hal ini di karenakan
bagian Timur Kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki kawasan hutan dengan
pegunungan yang luas secara otomatis menyimpan sumber air baku yang di alirkan oleh
anak sungai. Selain banyaknya sungai kecil yang mengalir sebagai konsumsi pemakaian
air bersih untuk keperluan sehari-hari masyarakat, kondisi air tanah juga telah mulai di
manfaatkan oleh sebagaian masyakarat di perkotaan kabupaten Aceh Barat Daya.
Sebagai Kabupaten yang memiliki daerah ketinggian (dataran tinggi) dan berada pada
Daerah Aliran Sungai Krueng Babahrot dan Krueng Batee Kabupaten Aceh Barat Daya
merupakan wilayah yang banyak memiliki lokasi mata air dimana arah aliran sungainya
mengalir ke bagian utara maupun selatan. Sumberdaya air yang ada di Kabupaten Aceh
Barat Daya selain diperoleh dari mata air dan air tanah juga diperoleh dari sungai.
Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk kedalam 6
(enam) daerah aliran sungai (DAS).
26
Sungai Pinang, Krueng Tangan-Tangan dan Krueng Manggeng. Jika dilihat bentuk pola
alirannya, maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub pararel di bagian
hulu hal ini karena wilayah yang bergunung sehingga pola aliran yang terbentuk mengikuti
lereng dari suatu jalur pegunungan, sedangkan pada bagian hilir berbentuk linier.Keadaan
sungai-sungai tersebut sebagian ada yang sudah terkena erosi yang mengakibatkan
lingkungan rusak dan rawan bahaya banjir.Banjir ini disebabkan karena terjadinya
penggundulan hutan di wilayah hulu sungai.
27
28
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
29
sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk
lebih dari satu rumah
Lebih dari 98% dari semua air di atas bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam poripori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya terdapat di danau, sungai dan
reservoir. 96% air tanah dan digambarkan sebagai air yang terdapat pada bahan yang
jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya adalah lengas tanah pada daerah
tidak jenuh di atas muka air tanah.
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara
butir-butir tanah dan didalam retakan batuan. Air tanah adalah sejumlah air di bawah
permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem
drainase, juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir kepermukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan.
Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah yang bergerak di dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah
disebut lapisan permeabel, seperti lapisan pasir atau kerikil. Sedangkan lapisan yang sulit
dilalui air tanah disebut lapisan impermeabel, seperti lempung.
30
2. Air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air
permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap
melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai ABT (groundwater).
3. Air yang masuk kedalam tanah sebagai ABT, sebagian mengisi lapisan
tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer
yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan
airnya (discharge area).
Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air
permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk
bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan
berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian pula sebaliknya.
Untuk menguraikan terjadinya air tanah, diperlukan peninjauan mengenai bagaimana dan
dimana air tanah tersebut berada. Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi
menyediakan air pada zona bawah tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan
melakukan distribusi dan mempengaruhi gerakan tanah, sehingga peranan geologi
terhadap hidrologi air tanah tidak dapat diabaikan.
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air.
Air tanah terbentuk dari air hujan dan air permukaan yang meresap ke zona tak jenuh dam
kemudian meresap semakin dalam hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Dalam kamus hidrologi, air tanah adalah salah satu fase dalam daur hidrologi, yaitu suatu
peristiwa yang selalu berulang dari atmosfer bumi dan kembali ke atmosfer. Penguapan
dari darat, laut atau air pedalaman, akan menimbulkan proses pengembunan membentuk
31
awan, kemudian terjadi proses pencurahan hujan, dan proses penyerapan kedalam tanah,
dan menguap kembali.
Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:
32
tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah telah habis, air akan bergerak kebawah kedalam
daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh air ini disebut
Air Tanah
.
Gambar 3-3 Pergerakan Air Tanah
Air tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui ruang antarbutir.
Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial.
Energi potensial air tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya (piezometric) pada tempat
yang bersangkutan. Air tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke arah titik
dengan energi potensial rendah. Antara titik titik-titik dengan energi potensial sama tidak
terdapat pengaliran air tanah.
Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama energi potensialnya disebut garis
kontur muka air tanah atau garis isohypse. Sepanjang garis kontur tersebut tidak terdapat
aliran air tanah, karena arah aliran air tanah tegak lurus dengan garis kontur.
33
34
1.
2.
3.
4.
Munculan air tanah ke permukaan karena budidaya manusia lewat sumur bor dapat
dilakukan dengan menembus saluran tebal akuifer (fully penetrated) atau hanya
menembus sebagian tebal akuifer (partially penetrated).
Dari daur hidrologi dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan dan
komponen lain, seperti bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan,
vegetasi tertutup, serta manusia yang berada dipermukaan. Air tanah dan air permukaan
saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran, dan lain-lain)
terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian pula
sebaliknya. Struktur air tanah dapat dilihat pada gambar 3.7 sebagai berikut :
35
Air tanah yang dipompa keluar, akan mempengaruhi ketinggian interface, sehingga dalam
penggunaan air tanah tidak boleh melebihi debit maksimum yang sesuai dengan daya
dukung lingkungan sekitar. Pergeseran garis interface yang terjadi perlahan-lahan karena
penggunaan pompa dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut ini.
Untuk mencegah kenaikan interface yang signifikan yang dapat mempengaruhi rasa air
tanah tawar menjadi payau, pengambilan air tanah harus sesuai dengan debit maksimum
yang diperbolehkan.
36
dimungkinkan adanya gerakan air melalui struktur tersebut dalam keadaan biasa.
Sebaliknya formasi batuan yang sama sekali tidak tembus air (impermeable) aquiclude.
Formas batuan tersebut mengandung air tetapi tidak dimungkinkan adanya gerakan air
yang dapat melaluinya, contohnya tanah liat. Aquifuge adalah formasi batuan kedap air
yang tidak mengandung atau mengalirkan air, contohnya adalah batu granit.
Macam macam akifer yaitu :
1. Akifer bebas (Unconfined Aquifer)
Lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air.
2. Akifer tertekan (Confined Aquifer)
Yaitu akifer yang seluruh jumlah airnya dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas
maupun yang di bawah, serta memiliki tekanan jenuh lebih besar daripada tekanan
atmosfer.
3. Akifer semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
Yaitu akifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi
lolos air dan dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
4. Akifer semi bebas (Semi Unconfined Aquifer)
Yaitu akifer yang bagian bawahnya lapisan kedap air , sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air.
Keempat tipe akifer di atas diilustrasikan dalam penampang pada Gambar 3-9 di bawah.
5. Akifer terangkat (perched) merupakan kondisi khusus,
dimana air tanah pada akifer ini terpisah dari air tanah utama lapisan yang relatif kedap air
dengan penyebaran terbatas, dan terletak di atas muka air tanah utama (Gambar 3-10).
37
Bagian batuan yang tidak terisi oleh bagian padatnya akan diisi oleh air tanah. Ruangruang tersebut dinamakan rongga-rongga atau pori-pori. Karena rongga-rongga tersebut
dapat bekerja sebagai pipa air tanah, maka rongga-rongga tersebut merupakan bagian
penting dalam studi air tanah. Rongga-rongga tersebut ditandai oleh besarnya, bentuknya,
ketidak teraturannya (irregularity) dan distribusinya. Pori berukuran kapiler dan dapat
membawa air disebut air pori.
Air tanah merupakan suatu bagian dalam proses sirkulasi alamiah. Jika pemanfaatan air
tanah itu memutuskan sistem sirkulasi, seperti pemompaan air tanah yang melebihi
besarnya pengisian kembali air tanah, maka akan mengakibatkan pengurangan volume air
tanah yang ada di dalam tanah. Berkurangnya volume air tanah akan terlihat dalam bentuk
penurunan permukaan air atau penurunan tekanan air tanah secara terus menerus.
Penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan penurunan fasilitas pemompaan dan
jika penurunan ini melampaui suatu batas tertentu, maka fungsi pemompaan akan hilang.
Akhirnya sumber air tanah tersebut akan menjadi kering.
38
Air yang berada pada zona tak-jenuh disebut air gantung (vodose water), dan yang
tersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat (capillary water).
ABT adalah bagian dari air yang ada di bawah permukaan tanah (sub-surface water), yakni
yang berada di zona jenuh air (zone of saturation). Keterdapatan ABT pada zona jenuh
mengisi ruang-ruang antara butir batuan rongga-rongga batuan (Gambar 3-12).
Batuan itu sendiri, ditinjau dari sifatnya terhadap kelololosan air dapat dibedakan atas:
1.
Akuifer
Suatu formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang lulus dan mampu
melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air. Ini berarti, formasi
tersebut mempunyai kemampuan menyimpan dan mengalirkan air. Pasir dan kerikil
merupakan contoh suatu jenis akuifer.
2.
Akuiklud
Suatu lapisan jenuh air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat melepaskan air dalam
jumlah berarti. Lempung adalah salah satu jenis dari Akuilud.
3.
Akuifug
39
Lapisan batuan yang relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat mengalirkan
air. Batu Granit termasuk jenis ini.
4.
Akuitard
Lapisan jenuh air namun hanya sedikit lulus air dan tidak mampu melepaskan air dalam
jumlah berarti ke sumur-sumur. Lempung pasiran adalah salah satu contohnya.
Akuifer karena sifatnya seperti yang telah disebutkan di muka merupakan lapisan batuan
yang sangat penting dalam usaha penyadapan ABT. Litologi atau penyusun batuan dari
lapisan akuifer di Indonesia yang penting adalah:
1. Endapan aluvial
Merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada. Endapan ini terdiri dari
bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. Air tanah pada endapan ini mengisi ruang
antar butir. Endapan ini tersebar di daerah dataran.
2. Endapan vulkanik muda
Merupakan endapan hasil kegiatan gunung berapi, yang terdiri dari bahan-bahan lepas
maupun padu. ABT pada endapan ini menempati baik ruang antar butir pada material lepas
maupun mengisi rekahan/rongga batuan padu. Endapan ini tersebar di sekitar wilayah
gunung berapi.
3. Batu gamping
Merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang karena proses geologis
diangkat ke permukaan. ABT di sini mengisi terbatas pada rekahan, rongga, maupun
saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar di tempat-tempat yang dahulu berwujud
lautan. Karena proses geologis, fisik, dan kimia, di beberapa daerah sebaran endapan
batuan ini membentuk suatu morfologi khas, yang disebut karst.
40
Dimana :
V = kecepatan aliran (tanda negatif artinya aliran air menuju ke energi yang rendah).
K = koefesien kelulusan air (hydraulic conductivity)
Kelulusan suatu material geologi (batuan) sangat tergantung pada ukuran besar butiran
serta sistem bukaan yang ada. Suatu lapisan batuan yang mempunyai angka kelulusan K
dan tebal zona jenuh air b, maka dapat dikatakan lapisan batuan ini mempunyai angka
keterusan T (Transmissibility), dinyatakan dengan persamaan:
T = K x b = () x (m) = ()
Dimana :
T = transmibilitas (m2/hari)
K = koefesien kelulusan air (m/hari)
b = ketebalan akifer (m)
S=
Dimana :
T = transmibisibilitas
S = storage
To = waktu 0
r = jarak antara sumur pengamat dan sumur uji (m)
41
Harga T dan S dicari dengan cara pengeplotan waktu pengujian dan drawdown pada kertas
semi log, sehingga diperoleh t0 dan S yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung
besarnya nilai transmibility (T) dengan persamaan :
T=
Dimana :
T = Transmibility
Q = Debit Pemompaan
S = selisih drawdown pada satu kali siklus logaritma
Dari nilai transmibility (T) di atas maka harga storativitas (S) juga dapat diperoleh.
Penurunan muka air tanah pada sumur tunggal berbeda dengan penurunan muka air tanah
pada sumur banyak. Pada sumur banyak penurunan tersebut akan saling mempengaruhi,
tergantung dari jarak antar sumur (Gambar 3-14).
42
Sedangkan standar kualitas air minum menurut Public Health Service Drinking Water
Standard mencakup kualitas fisik dan kimia air minum.
Standar fisik air minum memiliki lima unsur persyaratan, yaitu :
1. Suhu
2. Warna
3. Bau dan Rasa
43
2.
Zat padat terlarut adalah bahan-bahan terlarut (diameter 10-6 mm) dan koloid (diameter 106
- 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain yag tidak tersaring
pada kertaas saring berdiameter 0,45 m. Menurut United State Public Health Service,
standar maksimum zat padat terlarut sebesar 1.000 mg/liter untuk air minum, sedangkan
menurut persyaratan dari Depatemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) adalah
1.500 mg/liter.
3.
Zat Organik
Zat organik yang dimaksud adalah KmnO4. Jumlah maksimal kandungan bahan organik
yang diperbolehkan berada dalam air minum menurut DepKes adalah 10 mg/liter.
4.
CO2 agresif
Pada air tanah, kadar CO2 biasanya sekitar 10 mg/liter karena sifat air tanah yang
cenderung alkalis.
5. Kesadahan
Kesadahan adalah gambaran kation (ion positif) logam divalent (valensi dua). Kation
divalent dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan, sedangkan anion yang
terdapat didalam air dapat membentuk endapan atau karat pada peralatan logam. Standar
kandungan kesadahan (CaCO3) pada air mengacu pada standar mutu air minum No.
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 500 mg/liter.
6. Besi (Fe)
Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup oksigen hampir tidak pernah lebih dari 0,3
mg/liter. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05 0,2 mg/liter. Ketentuan
standar Fe pada air minum menurut DepKes RI adalah 0,1 1 mg/liter. Sedangkan standar
kandungan besi (Fe) mengacu pada standar baku mutu air minum No.
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 0,3 mg/liter.
7. Mangan (Mn)
Ketentuan standar mangan menurut DepKes RI pada air minum adalah di bawah 0.05
0,5 mg/liter. Sedangkan standar kandungan mangan (Mn) pada air mengacu pada standar
baku mutu air minum No. 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 0,1 mg/liter.
8. Klorida (Cl)
Ketentuan standar klorida menurut DepKes RI pada air minum adalah di bawah 200
mg/liter. Sedangka standar kandungan klorida pada air mengacu pada standar mutu air
minum No. 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 250 mg/liter.
9. Sulfat (SO4)
Ketentuan standar sulfat menurut DepKes RI pada air minum adalah 2000 400 mg/liter.
Sedangkan standar kandungan sulfat pada air mengacu pada standar baku mutu air
minum No. 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 250 mg/liter.
44
Parameter
Unit
Kadar Maksimum
Diperbolehkan
4
Tidak berbau
1
A. Fisik
1
Bau
Mg/l
1.500
Kekeruhan
NTU
25
Rasa
Tidak berasa
Suhu
Co
Suhu udara + 3 Co
Warna
50
Mg/l
0,001
B. Kimia
1
i. Kimia Anorganik
Air raksa
Mg/l
0,05
Arsen
Mg/l
Besi
Mg/l
1,5
45
Kadmium
Mg/l
Kadar Maksimum
Diperbolehkan
0,005
Kesadahan
Mg/l
500
Klorida
Mg/l
600
Mg/l
0,05
No
Parameter
6+
Unit
Kromium
Mangan
Mg/l
10
10
Nitrat sebagai n
Mg/l
11
Nitrit sebagai n
Mg/l
0,01
12
pH
Mg/l
6,5 9
13
Selenium
Mg/l
15
14
Seng
Mg/l
0,1
15
Sianida
Mg/l
400
16
Sulfat
Mg/l
0,05
17
Timbal
Mg/l
0,0007
Mg/l
0,01
Benzene
Mg/l
0,00001
Mg/l
0,01
Mg/l
0,1
Klorofom
Mg/l
0,01
2-4-D
Mg/l
10
DDT
Mg/l
0,007
Detergent
Mg/l
0,03
10
1.2-Dichloroethane
Mg/l
0,10
11
1.1- Dichloroethane
Mg/l
0,03
12
Mg/l
0,5
13
Hexachlorobenzene
Mg/l
0,01
14
Mg/l
0,0003
15
Methoxychlor
Mg/l
0,003
16
Pentachlorophenol
Mg/l
0,00001
17
Total Pesticide
Mg/l
0,004
18
2.5.6-trichlorophenol
Mg/l
0,10
C. Mikrobilogik
1
Koliform Tinja
Total/100ml
Total Koloform
Total/100ml
10 (air perpipaan)
D. Radioaktifitas
46
Bg/lt
Kadar Maksimum
Diperbolehkan
0,1
Bg/l
No
Parameter
Unit
= miligram
= mili liter
= True color unit
= liter
= baquarel
= Nephelometric turbidity units
47
Kategori Kota
Metropolitan
1.000.000
Standar (liter/orang/hari)
120
Kota Besar
500.000 1.000.000
100
Kota Sedang
100.000 500.000
90
Kota Kecil
20.000 100.000
60
Semi Urban
3000 20.000
45
48
49
bakau, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalam wilayah tersebut. Adapun
penampang pesisir dapat dilihat pada Gambar 3-15 di bawah ini.
Gambar 3-15 Ilustrasi ekosistem wilayah pesisir. Sumber : Diolah dari teori Todd
Shore line adalah tempat bertemunya air laut dengan daratan. Shore adalah area yang
terdapat ketika air laut pasang dan air laut surut. Coast atau pesisir adalah area yang tidak
terpengaruh oleh gelombag air laut namun masih dipengaruhi oleh rembesan air laut.
Pasang surut terjadi dua kali dalam satu hari.
50
51
mencegah aliran bawah permukaan pada tanah yang tidak seragam dapat dilakukan
dengan menanamkan vegetasi secara vertikal.
3. Perubahan struktur lapisan tanah
Jika suatu lapisan kedap air terdapat disuatu tempat dalamprofil tanah, akar tanaman akan
terbatas pada lapisan di atas lapisan kedap air tersebut dan simpanan air tanah tersebut
akan terbatas juga. Pada intinya, pengelolaan air tanah harus dimulai pada pengendalian
aliran permukaan sebelum proses peresapan kedalam tanah, artinya aliran permukaan
harus tetap bisa tertahan, tetapi juga air harus bisa meresap ke dalam tanah. Jadi, ada
keseimbangan antara air yang mengalir dan air yang meresap ke dalam tanah.
52
Daya dukung psikologi obyek wisata alam berkisar antara 20 m2 untuk tiap
pengunjung pada suatu titik, atau dapat diartikan bahwa 1 - 10 m2/orang dapat
menggunakan area perkemahan dengan kepadatan tinggi, atau sampai seluas 1 Ha untuk
kondisi obyek wisata terisolasi seperti zona rimba.
4. Komponen manajerial
Daya dukung obyek wisata alam bila ditinjau dari komponen manajerial mencakup
jumlah pengunjung maksimum yang dapat dilayani pada suatu area. Komponen manajerial
dipengaruhi tipe dan jumlah fasilitas fisik yang tersedia bagi pengunjung.
Daya dukung air adalah kemampuan sejumlah air untuk mendukung kehidupan
manusia. Permintaan terhadap penggunaan air semakin meningkat. Jumlah penduduk
yang memerlukan air terus bertambah, sedangkan penyediaan air dan kemampuan alam
untuk menahan air semakin berkurang.
53
BAB 4
GAMBARAN DAERAH PENYELIDIKAN
4.1.1 Litologi
Berdasarkan peta geologi bersistem lembar Tapaktuan dapat diketahui bahwa lithologi
daerah penyelidikan merupakan tersusun oleh Endapan Allvium Fluviatil dan Pantai yang
terdiri dari kerikil, pasir dan lempung. Hal ini terbukti dengan hasil pengamatan di lapangan
bahwa lithologi (batuan penyusun utama) yang terdapat di daerah penelitian adalah satuan
endapan alluvium fluviatil dan alluvium pantai. Secara megaskopis (kasat mata) dapat
dilihat bahwa satuan endapan alluvium fluviatil dan alluvium pantai yang terdapat di daerah
penyelidikan terdiri atas kerikil, pasir dan lempung yang memiliki sifat fisik yaitu sortasi
bagus, porositas tinggi dan tidak kompak (sedimen lepas/material lepas ) sehingga sangat
baik sebagai lapisan reservoir air tanah yang berfungsi sebagai penyimpan dan pembawa
air tanah
4.1.3 Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh Formasi Endapan Alluvium (Qh) yang
merupakan batuan yang paling muda dan berumur 2 juta tahun yang silam. Formasi
Endapan Alluvium (Qh) ini merupakan bagian dari batuan yang terbentuk pada zaman
Cainozoic Quarter antara Plistosen dan Holosen. Endapan Alluvium ini terdiri dari kerikil,
pasir, kerakal dan lempung yang bersortasi baik, porositas yang tinggi dan merupakan
batuan sedimen lepas. Formasi ini juga mewakili satuan geomorfologi daratan pantai yang
ada di Kabupaten Aceh Barat Daya.
54
4.1.4 Geomorfologi
Pada Peta Topografi Daerah penyelidikan termasuk kedalam Satuan Geomorfologi
Dataran. Satuan ini menunjukan elevasi atau kemiringan < 20 dan ketinggian 0 18 m di
atas permukaan laut. Kondisi ini dapat dilihat dari keadaan topografinya atau geomorfologi
nya semakin melandai kerah laut. Ini disebabkan oleh proses sedimentasi (pengendapan)
material batuan secara cepat pada daerah tepian pantai sehingga memperlihatkan adanya
batuan dengan susunan yang tidak terpilah secara baik (gradasi buruk). Namun pada
umumnya lihtologi batuan yang terdapat pada daerah penyelidikan memperlihatkan
susunan batuannya seragam (homogen).
Batas satuan geomorfologi dataran dengan satuan geomorfologi perbukitan dibatasi oleh
kontak struktur yang berarah baratlaut tenggara
Kondisi sungai pada satuan geomorfologi ini umumnya berbentuk melebar dengan bentuk
lembah dasar sungai menyerupai huruf U . Sungai yang ada pada daerah penyelidikan
tersebut termasuk dalam katagori sungai yang memiliki stadium tua. Hal ini dapat
dibuktikan dari proses erosi yang terjadi pada tengah sungai berjalan lambat dan intensitas
erosi yang terjadi pada sungai stadium tua ini lebih dominan kearah lateral (tepi sungai)
sehingga pola aliran sungai umumnya mempunyai banyak kelokan-kelokan (meandering).
Lithologi penyusun satuan geomorfologi ini berupa alluvium fluviatil dan alluvium pantai
yang terdiri dari batuan sedimen lepas yang berukuran kerikil, pasir hingga lempung dan
bersifat homogeny (seragam) pada umumnya. Sebagian besar lahan di daerah ini
dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, kebun perumahan dan pemukiman.
55
56
berada dekat dengan permukaan tanah, memiliki air tanah bebas (confined akifer)
didalamnya dan masih tergolong dengan air tanah dangkal serta berada dalam suatu
cekungan air tanah. Mandala air tanah dataran memiliki satuan lithologi berupa material
sedimen lepas seperti endapan alluvium fluviatil dan alluvium pantai, pasir, kerikil, lempung
dan soil/tanah yang diakibatkan oleh hasil dari pelapukan batuan sekitarnya. Pada peta
topografi dapat dilihat bahwa mandala air tanah dataran ditandai dengan bentuk kontur
yang renggang. Kontur-kontur renggang tersebut mengindikasikan suatu daerah yang
landai.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka tipologi sistem akifer daerah
penyelidikan adalah merupakan tipologi sistem akifer endapan alluvial. Hal ini dibuktikan
dengan komposisi lithologi batuan penyusun dan tingkat/daya kelulusan batuan dalam
meluluskan, menyimpan dan mengalirkan air tanah di daerah penyelidikan. Dilihat pada
sumur gali warga bahwa kondisi muka air tanahnya sangat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya intensitas curah hujan dan pasang surut air laut di daerah penyelidikan. Sungai
berstadium tua yang terdapat di daerah penyelidikan juga dipengaruhi oleh curah hujan.
Berdasarkan penggolongan sistem akifernya maka akifer yang terdapat di daerah daerah
penyelidikan merupakan akifer bebas (unconfined aquifer) dimana lapisan yang berada di
bawah akifer ini merupakan lapisan kedap air (impermaebel), sedangkan dibagian atas
akifer ini tidak ada lapisan penutup sehingga muka air tanah dekat dengan tanah dan
langsung kelihatan. Arah aliran air tanah pada akifer bebas ini dikontrol oleh kondisi geologi
dan kondisi topografi.
Kedalaman sumur gali sangat bervariasi. Rata rata kedalaman sumur penduduk adalah
6 (enam) meter atau sama dengan 1 (satu) batang pipa. Dilihat dari kedalaman sumurnya
maka air tanah yang dimanfaatkan oleh masyarakat masih termasuk dalam katagori Air
Tanah Dangkal atau Air Tanah Bebas artinya kedalamannya akifernya masih di bawah 50
meter dari permukaan tanah. Sedangkan sumber air alternatif yaitu sungai tidak dapat
dipergunakaan untuk keperluan sehari-hari seperti MCK (mandi,cuci,kakus) karena telah
tercemar oleh air laut yang merembes pada saat terjadinya pasang surut air laut. Hampir
rata-rata kondisi sumur sangatlah dipengaruhi oleh musim baik musim kemarau maupun
musim penghujan.
Air tanah di daerah penyelidikan pada umumnya tercemar oleh rembesan air limpasan (run
off) dari permukaan . Genangan air yang terjadi didaerah penyelidikan lebih disebabkan
oleh intensitas curah hujan yang tinggi dan pasang purnama. Air tanah di daerah
penyelidikan sangat gampang tercemar disebabkan oleh penggalian atau pengeborannya
tidak terlalu dalam artinya masih termasuk dalam kategori air tanah dangkal yang muka air
tanahnya dekat dengan permukaan tanah sehingga limpasan air permukaan dapat
merembes atau memasuki zona akifer tanah dangkal sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi kualitas air tanah dangkal.
Untuk kawasan daerah rawa-rawa atau berdekatan dengan rawa, kualitas air tanah
cenderung menurun karena daerah rawa tersebut langsung bersentuhan dengan air laut
57
sehingga sangat rentan dan mudah tercemar oleh rembesan air laut ketika terjadi pasang
surut air laut. Penurunan kualitas air tanah di daerah rawa dan sekitarnya bisa diakibatkan
oleh pasang surut air laut dan kondisi lithologi batuannya yang lebih dominan batu
lempung, lanau dan lumpur yang masih merupakan lingkungan pengendapan laut dangkal
sehingga air tanah dangkal di daerah ini cenderung memiliki bau lempung atau lumpur
yang menyengat. Hal ini diakibatkan air tanah dangkalnya lebih banyak berada pada akifer
yang dominan memiliki komposisi lempung, lanau dan lumpur. Pada umumnya lithologi
atau akifer air tanah di Kecamatan Babah Rot didominasi oleh alluvial pantai yang
merupakan akifer pantai sehingga tidak menutup kemungkinan air tanah dangkalnya bisa
saja tercemar oleh rembesan atau intrusi air laut. Namun secara kuantitas umumnya air
tanah pada lapisan akifer ini cenderung sedang sampai tinggi.
Untuk kawasan daerah pinggir pantai yang berjarak kurang dari 100 meter, pada umumnya
ditempati oleh lithologi berupa reservoir atau akifer alluvial pantai. Akifer ini lebih
didominasi oleh batu pasir halus dan dengan ukuran butir yang homogen. Kandungan
lempung dan lumpur pada lapisan akifer ini sangat sedikit sekali sehingga warna air tanah
cenderung jernih dan tidak memiliki bau yang menyengat. Lapisan akifer ini juga memiliki
ketebalan yang cukup tebal sehingga dapat menampung dan mengalirkan air tanah
dengan baik. Namun secara kuantitas air tanah yang ada pada lapisan akifer ini cenderung
sedikit dan sangat tergantung dengan musim hujan.
58
4.2
Gambar 4-3 Penggunaan lahan sebagai kebun kelapa sawit didaerah dataran Desa Cut
Seumantok milik masyarakat
59
Gambar 4-4 Penggunaan lahan sebagai lahan basah (sawah) oleh penduduk Desa Cot
Seumantok
4.2.2 Iklim
Keadaan iklim di wilayah ini seperti halnya dengan keadaan iklim Indonesia umumnya,
yakni termasuk daerah iklim hujan tropis (tropical rain climate). Curah hujan tahunan ratarata di wilayah ini berkisar antara 1.500 5.000 mm. Tercatat bulan kering terjadi antara
Mei hingga Agustus, dan bulan basah antara September hingga April. Oleh karena itu di
daerah penyelidikan merupakan termasuk daerah yang memiliki kelembaban yang cukup
baik.
4.2.3 Penduduk
Pada tahun tahun 2012, bersumber dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlah
penduduk di Kecamatan Babah Rot adalah sebanyak 15673 jiwa. Mayoritas mata
pencaharian penduduk adalah melaut (nelayan), berdagang (wirausaha), dan sebagian
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dibidang pendidikan mayoritas penduduk
Kecamatan Babah Rot mengecam pendidikan paling rendah Tamatan Sekolah Menengah
Umum (SMU) dan paling tinggi Tamatan Sarjana dari Perguruan Tinggi. Berdasarkan
kondisi tersebut dapat di katakan bahwa penduduk di Kecamatan Babah Rot telah
mengalami kemajuan di Bidang Pendidikan.
60
dua di antaranya merupakan sumur bor dangkal, sedangkan lainnya merupakan sumur
gali.
Gambar 4-5 Lokasi pengambilan conto air tanah. Sumber: citra satelit Google Earth.
Gambar 4-6 Pengambilan conto air dari sumur gali di kebun milik
Pak Kaharudin di Ds. Cot Seumantok
61
Dua conto diambil dari sumur gali yang terletak di lingkungan mesjid, Mesjid Desa Cot
Seumantok dan Mesjid An-Nur di Dusun Lok Mane, Desa Cot Seumantok. Dapat dilihat
pada Gambar 4-5 adalah citra satelit yang memperlihatkan posisi lokasi pengambilan conto
air yang tersebar di lima lokasi di Desa Cot Seumantok.
Pengambilan satu conto air dari sumur bor dangkal dilakukan dari Rumah Bpk. M. Azmi di
Desa Cot Seumantok. Karena tidak dimungkinkan untuk mengambil conto air secara
langsung dari sumur bor, maka conto air diambil dari saluran kran yang telah dipompa
terlebih dahulu (Gambar 4-7).
62
BAB 5
HASIL PENYELIDIKAN
63
Aceh Barat Daya yang paling sedikit memiliki luas cekungan air tanah. Aceh Barat Daya
hanya memiliki 10% dari total luas CAT Meulaboh. Sehingga diperkirakan bahwa
Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki cekungan air tanah dalam yang sangat sedikit sekali
pada umumnya dan hampir tidak ada di Kecamatan Babah Rot pada khususnya.
Kemungkinan untuk mendapatkan air tanah dalam dengan metode pemboran dalam di
Kecamatan Babah Rot sangat kecil sekali mengingat akifer yang berpotensi di daerah
tersebut merupakan akifer bebas atau akifer dangkal dengan kedalamannya diperkirakan
kurang dari 50 meter. Namun untuk mengetahui kondisi dan kedalaman lapisan akifer air
tanah dalam harus dilakukan pengukuran dan pendugaan dengan metode geolistrik. Dan
pada akhirnya hasil pemboranlah yang akan membuktikan kebenaran dari hasil
pengukuran data geolistrik tersebut. Dengan demikian secara garis besar dapat diketahui
potensi air tanahnya baik air tanah bebas dan air tanah dalam di Kabupaten Aceh Barat
Daya. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu sistem pengelolaan air tanah yang baik
dan optimal bagi kesinambungan tersedianya air tanah di masa yang akan datang.
64
kebutuhan air bersih. Hal ini dikarenakan akifer bebas tersebut tidak mendapatkan
pasokan air dari sumber alternatif air yang lain. Dengan demikian dapat di katakan bahwa
di Kecamatan Babah Rot memiliki kuantitas air tanah yang rendah dan terbatas.
Tidak berbau
Tidak berasa
Tidak berwarna
Tingkat kekeruhan (4 sampel di atas baku mutu air bersih)
Zat Padat Terlarut (TDS) sangat rendah
Suhu sedikit di atas Baku Mutu Air Bersih
Tingginya suhu pada sampel air tanah tersebut dikarenakan oleh lamanya waktu
perjalanan sampel tersebut dalam perjalanan menuju laboratorium yaitu 10 sehingga
65
suhu air tanah tersebut mengalami perubahan dan menyesuaikan dengan suhu udara
diperjalanan. Namun perubahan suhu tersebut tidak mempengaruhi kualitas sampel dari
air tanah tersebut.
Untuk tingkat kekeruhan terdapat 1 (satu) sampel yang melewati standar baku mutu air
bersih yaitu sampel dari sumur bor dangkal di Mesjid An-Nur Desa Cot Semantok.
Tingginya kekeruhan yang terdapat pada satu sampel ini mungkin diakibatkan oleh kondisi
lithologi akifer dangkalnya yang banyak didominasi oleh material bekas timbunan berupa
lempung, lanau dan lumpur, sehingga menyebabkan air tanah tersebut menjadi keruh..
Untuk nilai konduktivitas/daya hantar listrik (DHL) ke-lima sampel memiliki nilai DHL yaitu
208 s/cm sampai 366 s/cm. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi mulai mengalami peningkatan. Air suling (aquades) memiliki nilai
DHL sekitar 1 mhos/cm, sedangkan untuk perairan alami sekitar 20 1500 mhos/cm.
Untuk air tanah nilai DHL di bawah perairan alami. Perairan laut memiliki nilai DHL yang
sangat tinggi karena banyak mengandung garam terlarut. Tingginya nilai DHL pada sampel
bisa saja disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama, akibat dari rembesan air laut pada saat
terjadinya pasang surut air laut. Kedua, diakibatkan oleh limpasan dari air hujan yang
meresap atau masuk kedalam akifer air tanah dangkal sehingga meningkatkan jumlah
kandungan garam, basa dan asam pada air tanah dangkal. Seperti yang kita ketahui
bahwa air hujan memiliki kandungan asam, basa dan garam yang berasal dari penguapan
air laut dan air tawar. DHL sangat berkaitan erat dengan TDS dan Salinitas
66
Untuk air tanah yang berasal dari lapisan akifer/deposit pasir umumnya memiliki
kandungan karbondioksida tinggi dan kandungan bahan terlarut (total dissolved solid/TDS)
rendah. Air tanah yang berasal dari lapisan akifer/deposit kapur (limestone) memiliki kadar
karbondioksida yang rendah (karbondioksida bereaksi dengan kapur), namun memiliki nilai
TDS yang tinggi.
Air tanah dalam biasanya memiliki kandungan besi yang relatif tinggi. Jika air tanah
mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida
yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro, dan segera
mengalami presipitasi (pengendapan) serta membentuk warna kemerahan pada air. Oleh
karena itu, sebelum digunakan untuk berbagai peruntukan, sebaiknya air tanah yang baru
disedot didiamkam terlebih dahulu selama beberapa saat untuk mengendapkan besi.
Selain itu, perlakuan ini juga bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan
menaikkan oksigen terlarut.
Daftar hasil analisa parameter fisika dan kimia sampel air tanah dari Laboratorium, secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran Laporan Kegiatan ini. Ringkasan hasil uji mutu air dari ke
lima sampel yang diambil dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Perbandingan standar Baku Mutu Air Bersih menurut PERMENKES No. 416/MEN.KES
/PER/IX/1990 dengan hasil uji mutu sampel air tanah yang diambil dari 5 lokasi di Desa Cot
Seumantok, Kecamatan Babahrot .
No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
FISIKA
1
Bau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Rasa
Tdk berasa
Tdk berasa
Tdk berasa
Tdk berasa
Warna
TCU
50
25
17.34
5.625
Kekeruhan/turbidity
NTU
25
0.68
4.03
6.28
Suhu
oC
Suhu udara
30C
29.2
29.5
29.5
Mg/l
1500
59.9
56.5
30.8
5
6
KIMIA
7
Mg/l
0,001
TD
TD
TD
Arsen (As)
Mg/l
0,05
TD
TD
TD
Besi (Fe)
Mg/l
1,0
0.0001
0.83
0.1827
67
No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
10
Fluorida (F)
Mg/l
1,5
11
Kadmium (Cd)
Mg/l
0,005
0.0036
0,0044
0.0027
12
Kesadahan (CaCO3)
Mg/l
500
38
42
36
13
Klorida (Cl-)
Mg/l
600
14.91
14.2
16.33
14
Mg/l
0,05
0.0140
0.0018
0.0088
15
Mangan (Mn)
Mg/l
0,5
0.0015
0.1183
0.0051
16
Nitrat (NO3)
Mg/l
10
5.075
2.057
1.612
17
Nitrit (NO2)
Mg/l
1,0
0.001
0.013
0.008
18
pH
6,5 9,0
5.84
5.74
5.66
19
Seng (Zn)
Mg/l
15
0.0013
0.038
0.0027
20
Sianida (Cn)
Mg/l
0,1
0.003
0,006
0.006
21
Sulfat (SO4)
Mg/l
400
7.996
12.05
7.996
22
Timbal (Pb)
Mg/l
0,05
0.0025
0.0033
0,0041
23
Selenium (Se)
Mg/l
0,01
TD
TD
TD
24
Zat Organik
Mg/l
10
1.074
1.454
1.169
Parameter
Satuan
Baku Mutu
FISIKA
1
Bau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Rasa
Tdk berasa
Tdk berasa
T7dk berasa
Warna
TCU
50
2.187
35
Kekeruhan/turbidity
NTU
25
1.23
206
Suhu
oC
Suhu udara
30C
29.6
29.3
Mg/l
1500
71.0
30.9
5
6
KIMIA
7
Mg/l
0,001
TD
TD
Arsen (As)
Mg/l
0,05
TD
TD
Besi (Fe)
Mg/l
1,0
0.0020
0.2949
10
Fluorida (F)
Mg/l
1,5
1.36
1.20
11
Kadmium (Cd)
Mg/l
0,005
0.0037
0.0038
12
Kesadahan (CaCO3)
Mg/l
500
48
20
68
Parameter
Satuan
Baku Mutu
13
Klorida (Cl-)
Mg/l
600
14
Mg/l
0,05
0.0026
0,0245
15
Mangan (Mn)
Mg/l
0,5
0.3760
0.2838
16
Nitrat (NO3)
Mg/l
10
11
4.873
17
Nitrit (NO2)
Mg/l
1,0
0.19
0.33
18
pH
6,5 9,0
5.70
5.71
19
Seng (Zn)
Mg/l
15
0.0026
0.0534
20
Sianida (Cn)
Mg/l
0,1
0.005
0.0534
21
Sulfat (SO4)
Mg/l
400
8.442
0.06
22
Timbal (Pb)
Mg/l
0,05
0.0031
33.37
23
Selenium (Se)
Mg/l
0,01
TD
TD
24
Zat Organik
Mg/l
10
1.106
1.074
Berdasarkan klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan, maka seluruh sampel air
tanah dangkal/bebas yang diambil dari daerah survey penyelidikan yaitu Kecamatan
Babah Rot dan sekitarnya, ke lima sampel termasuk dalam Klasifikasi Perairan rendah
(soft) dengan tingkat kesadahan di bawah 50 mg/liter CaCO3 dan 1 (satu) sampel termasuk
dalam Klasifikasi Peraiaran Sadah (hard) dengan tingkat kesadahan di atas 150 mg/liter
CaCO3.
Berikut daftar klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan beserta nilai tingkat
kesadahan pada sampel dapat dilihat pada tabel 5.2 yaitu :
Tabel 5.2 Klasifikasi Perairan berdasarkan Nilai Kesadahan Beserta Nilai Tingkat Kesadahan
pada ke lima sampel
Kesadahan
(mg/l) CaCO3
< 50
Klasifikasi Perairan
50 150
Menengah (Mod.hard)
150 300
Sadah (hard)
> 300
Lunak (soft)
Conto
1
38
Conto
2
42
Conto
3
36
Conto
4
48
Conto
5
20
Kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat karena kationkation penyusun kesadahan (kalsium dan magnesium) membentuk senyawa komplek
dengan logam berat tersebut. Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk
membentuk busa. Semakin besar kesadahan air, maka semakin sulit bagi sabun untuk
membentuk busa karena terjadinya presipitasi. Busa tidak akan terbentuk sebelum semua
kation pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini, air mengalami pelunakan
69
(softening) atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh sabun. Endapan yang
terbentuk dapat mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang dicuci. Residu endapan
tertahan pada pori-pori pakaian sehingga pakaian terasa kasar. Demikian juga kulit tangan
akan menjadi kasar setelah mencuci.
Perairan yang berada di dekat atau di sekitar batuan kabonat atau air tanah yang berasal
dari akifer batuan karbonat memiliki nilai kesadahan yang tinggi. Dengan demikian ke lima
conto ini menunjukkan jauhnya sumber akifer batuan karbonat di daerah penyelidikan.
Perairan lunak atau air tanah (soft) yang bersifat asam memiliki kandungan kalsium,
magnesium, karbonat dan sulfat yang rendah. Jika dipanaskan, perairan lunak atau air
tanah akan mengakibatkan terjadinya korosi pada peralatan logam. Pada perairan sadah
atau air tanah sadah (hard) memiliki kandungan kalsium, magnesium, bikarbonat dan sulfat
yang tinggi. Jika dipanaskan, perairan sadah atau air tanah sadah akan membentuk
deposit (kerak) pada wadah. Dan bila dikonsumsi dalam waktu yang lama akan
menyebabkan penyakit ginjal.
Jenis air tanah dapat diketahui berdasarkan kandungan ion-ion utamanya sehingga
batuan yang menjadi penyusun akifer air tanahnya dapat di ketahui jenisnya. Berikut daftar
jenis air tanah dan kandungan ion-ion utama dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Jenis air tanah dan kandungan ion ion utama
Parameter
(mg/liter)
Magmatik
Rock
2
5 15
Sandstone
0,2 1,5
0,2 5
Hingga 1
5 10
Hingga 100
3. Ca2+
4 30
5 40
40 90
Hingga 100
Hingga 1000
4. Mg+
26
0 30
10 50
Hingga 70
Hingga 1000
1
1.
Na+
2. K+
3
3 30
Rock
Salt
6
Hingga 1000
5.
Fe2+
Hingga 3
0,1 5
Hingga 0,1
Hingga 0,1
Hingga 2
6.
Cl-
3 30
5 20
5 15
10 50
Hingga 1000
7. NO3-
0,5 5
0,5 10
1 20
10 40
Hingga 1000
8. HCO3-
10 60
2 25
150 300
50 200
Hingga 1000
1 20
10 30
5 50
Hingga 100
Hingga 1000
Hingga 40
10 20
38
10 - 30
Hingga 30
9.
SO42-
10. SiO3
Berdasarkan kandungan unsur ion ion utamanya, maka jenis air tanah dangkal yang
terdapat di daerah Desa Cot Seumantok, Kecamatan Babah Rot dan sekitarnya dapat
diketahui. Jumlah Kandungan ion ion utama yang terdapat pada sampel beserta jenis air
tanahnya dapat dilihat pada tabel 5.4.
70
Tabel 5.4. Kandungan ion utama pada sampel dan denis air tanahnya
No
Lokasi Sampel
2
Mjd. Gp Cot
Seumantok
Sumur Gali
Rmh Bp.M. Nawi
Sumur Bor
Rmh Bp. Kaharudin
Sumur Gali
Rmh Alm. Azmi
Sumur Gali
Mjd. Dsn. Lhok Mane
Sumur Gali
Besi
Fe2+
3
0.0001
14.91
5.075
Sulfat
SO426
7.996
0.8373
14.2
2.057
12.05
0.1800
16.33
1.612
7.996
0.0020
25.56
11.0
8.422
0.2949
13.49
4.873
0.06
diantaranya
Magmatic
Rock,
Gypsum dan Rock
Salt.
Untuk kandungan bakteri E. Coli dan Coliformnya, maka ke-empat sampel air tanah
dangkal yang di ambil di Kecamatan Babah Rot dan sekitarnya tidak memenuhi syarat
menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Hal ini disebabkan tingginya kandungan bakteri E.
Coli dan Coliform yang terdapat di dalam ke-lima sampel melebihi standar baku mutu yang
di perbolehkan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (ringkasan hasil dapat dilihat pada
Tabel 5.5). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Hanya satu conto air yang memenuhi
syarat baku mutu air bersih, yaitu sampel yang diambil dari Mesjid An-Nur di Dusun Lhok
Mane.
Tabel 5.5 Kandungan Bakteri seluruh conto air di Desa Cot Seumantok, Kecamatan Babahrot
No
Lokasi &
Jenis Sampel
Baku Mutu
Mjd. Gp Cot
Seumantok
Sumur Gali
E. Coli 0
22
979
Tidak memenuhi
syarat
979
Tidak memenuhi
baku mutu air
bersih
27
979
Tidak memenuhi
baku mutu air
bersih
67
Tidak memenuhi
baku mutu air
bersih
Coliform 10
E. Coli 0
Coliform 10
E. Coli 0
Coliform 10
E. Coli 0
Coliform 10
Keterangan
71
E. Coli 0
0
Memenuhi syarat
Coliform 10
72
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1.
Daerah penyelidikan yaitu di Desa Cot Seumantok, Kecamatan Babah Rot dan
sekitarnya merupakan sistem akifer air tanah dangkal dan bebas. Hal ini di tandai
dengan muka air tanahnya yang tidak terlalu jauh dengan muka tanah. Kondisi
tinggi rendahnya muka air tanah untuk daerah pesisir sangat dipengaruhi oleh
musim baik musim penghujan maupun musim kemarau dan untuk daerah rawa
rawa tidak begitu dipengaruhi oleh musim namun hanya saja kualitasnya di
pengaruhi oleh air permukaan yang masuk melalui lapisan top soil.
2.
Jarak sumur gali dan sumur bor ke lingkugan perairan terbuka (sungai Cot
Seumantok) lebih kurang 100 meter. Diperkirakan jenis akifer bebas air tanah pada
daerah penyelidikan adalah akifer berupa lensa lensa (spot) tipis yang tersebar
tidak beraturan yang mungkin tersusun atas endapan aluvial sungai teranyam.
Akifer ini berfungsi sebagai perangkap air yang menangkap dan menyimpan air
tanah. Akan tetapi akifer ini hanya dapat menyimpan air tanah dalam jumlah yang
terbatas.
3.
Air tanah yang berada di daerah perkebunan intensif memiliki kuantitas yang
rendah dan terbatas. Hal ini dikarenakan akifer daerah penyelidikan sangat
tergantung dengan pasokan air hujan.Sumber air alternatif seperti sungai tidak bisa
dimanfaatkan karena telah tercemari sampai. Disamping itu juga berdasarkan peta
cekungan air tanah provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya
Kecamatan Babah Rot memiliki potensi cekungan air tanah dalam yang cukup,
namun belum termanfaatkan di daerah penyelidikan.
4.
Berdasarkan analisis parameter fisika dan kimia maka air tanah yang berasal dari
sumur gali dan sumur bor masih memenuhi syarat secara fisika dan kimia sesuai
dengan Baku Mutu Air bersih. Hal ini ditandai dengan hasil analisa fisika dan kimia
air tanah ke lima sampel tersebut di laboratorium masih berada di bawah ambang
batas Baku Mutu Air Bersih dan memenuhi standart Baku Mutu Air Bersih yang
ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416 /
MEN.KES / PER / 1990 Tanggal : 03 September 1990.
5.
Berdasarkan analisa parameter bakteri E.Coli dan Coliform maka air tanah yang
berasal dari 4 conto air baik sumur gali dan sumur bor tidak memenuhi syarat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416 / MEN.KES / PER /
IX/1990 Tanggal : 03 September 1990. Hanya satu conto air yang memenuhi
syarat.
73
5.
6.2 SARAN
Adapun saran-saran yang perlu ditinjak lanjuti agar penyelidikan ini bermanfaat bagi
masyarakat di Desa Cot Seumantok adalah :
1.
Perlu dilakukannya kajian khusus tentang kondisi Hidrogeologi dan Cekungan Air
Tanah Kabupaten Aceh Barat Daya secara detail dan terperinci yang mengacu
pada Peta Hidrogeologi Bersistem Indonesia Lembar 0519 Tapatuan yang
dikeluarkan oleh Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi, Bandung.
2.
3.
Pemenuhan air bersih dengan mengambil langsung dari air tanah dalam, dengan
melakukan pemboran di beberapa lokasi alternatif. Sebelum melakukan
pengeboran sebaiknya terlebih dahulu dilakukan pengukuran dan pendugaan
dengan alat geolistrik. Pengukuran ini bertujuan menduga atau mengetahui
keberadaan akifer air tanah dalam dan litologi batuan sebagai dasar pembangunan
kontruksi sumur bor dalam. Untuk mengetahui kebenaran posisi akifer air tanah dari
hasil geolistrik tersebut harus dibuktikan dengan melakukan pemboran air tanah
dalam.
4.
Pengawasan airtanah
Pengelolaan air tanah
Permodelan air tanah
Sertifikasi juru pengeboran airtanah
Eksplorasi air tanah
74