PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI SELF-CARE OREM
Orem mendefinisikan perawatan diri sebagai kegiatan-kegiatan, yaitu individu mulai
dan melaksanakannya untuk diri sendiri, dalam hal mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan (orem, 1991). Orem menyatakan bahwa upaya perawatan
dilakukan untuk memenuhi tiga macam kebutuhan perawatan diri: universal,
perkembangan dan deviasi kesehatan.
Kebutuhan universal meliputi aktivitas dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti
udara, air dan makanan; eliminasi, istirahat dan aktivitas, mencari ketenangan dan
interaksi social, mendapatkan kesempatan untuk hidup dan sejahtera dan kebutuhan
untuk merasa normal. Sedangkan kebutuhan perawatan diri secara perkembangan
berfokus pada proses dan kejadian perkembangan manusia, seperti kehamilan dan
kehilangan anggota keluarga. Terakhir, deviasi kesehatan meliputi kegiatan yang
muncul akibat adanya kecacatan pada struktur tubuh manusia akibat penyakit atau
tindakan medic (orem, 1991).
Orem menyatakan bahwa masalah deficit perawatan diri terjadi apabila seseorang
tidak mampu merawat dirinya sendiri atau bergantung pada orang lain (anggota
keluarga yang lain). Deficit perawatan diri terjadi apabila kebutuhan universal,
perkembangan
dan
devisiasi
kesehatan)
melampaui
kemampuan
self-care
menggunakan kekuatan atau kemampuan perawatan diri disebut sebagai self-care agency.
Self-care agency didapatkan dan dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam jangka panjang,
anggota keluarga bisa mempengaruhi kemauan klien untuk mengubah perilaku dan cara
pengobatan dan hasil keseluruhan (Rutledge et al., 1999).
KEMAMPUAN PERAWATAN
DIRI
(MENURUN)
Gangguan fungsi kognitif,
afektif dan perilaku
<
NURSING AGENCY
Tindakan keperawatan
rehabilitasi:
- Meningkatkan kemandirian
- Komunikasi terapeutik
- Kolaborasi
BAB III
PEMBAHASAN
(ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI)
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses
pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2008).
Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien disebut higiene perorangan (perry &
poter, 2006).
Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan
dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi
kesehatannya (Wartonah, 2006). Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan
aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri
secara mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau
fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing
dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias,
toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).
B. ETIOLOGI DEFISIT PERAWATAN DIRI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a. Faktor prediposisi
1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga
kebersihan kakinya. Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah
atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri (Nanda, 2006).
C. MANIFESTASI DEFISIT PERAWATAN DIRI
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan
alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku panjang dan
kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu berperilaku sesuai
norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut Nanda (2006)
meliputi :
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri,
dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan
sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri,
dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan karakteristik
ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya
ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan batasan karakteristik
ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit
dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau
BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil
berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil)
secara mandiri.
N
O
1
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri b.d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri merupakan core problem atau diagnosa utama dalam pohon
masalah diatas, berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan
diri (Keliat, 2006).
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KRITERIA
INTERVENSI
TUJUAN
KEPERAWATAN
EVALUASI
Defisit
perawatan TUM :
Ekspresi
wajah Bina hubungan saling
diri
Pasien
dapat bersahabat,
memelihara
kebersihan
percaya
menunjukan
rasa prinsip
diri senang,
dengan
komunikasi
klien terapeutik
secara mandiri
bersedia
TUK :
tangan,
1. Klien dapat
bersedia
maupun nonverbal
membina
menyebutkan
2. Perkenalkan diri
hubungan saling
percaya
mata,
klien 3.
bersedia
Tanyakan
duduk lengkap
berdampingan
perawat, panggilan
klien
bersedia 4.
masalah
dihadapinya
klien
dan
nama
dengan
mengutarakan
nama
Jelaskan
tujuan
pertemuan
yang 5.
Jujur
dan
menempati janji
6.
Tunjukan
sikap
Beri
pada
perhatian
pemenuhan
kebutuhan
dasar klien
2. Dapat
Klien dapat
1. Kaji pengetahuan
mengidentifikasi
menyebutkan
klien tentang
kebersihan diri
kebersihan dirinya
kebersihan
klien
Menjelaskan
Klien dapat
menjawab pertanyaan
1. Menjelaskan
pentingya
memahami
pentingnya
kebersihan diri
pentingnya
kebersihan diri
kebersihan diri
2. Meminta klien
menjelaskan kembali
pentingnya
kebersihan diri
3. Diskusikan dengan
klien tentang
kebersihan diri
4. Beri penguatan
positif atas
Menjelaskan
Klien dapat
jawabannya
1. Menjelaskan alat
peralatan yang
menyebutkan dan
digunakan untuk
dapat
cara
menjaga
mendemonstrasika
diri
membersihkan
2.
cara melakukan
cara
membersihkan
diri
dan
kebersihan diri
kebersihan
Memperagakan
mempergunakan alat
untuk membersihkan
diri
3.
Meminta
klien
untuk memperagakan
ulang alat dan cara
kebersihan diri
4. Beri pujian positif
Menjelaskan cara
makan yang
benar
Menjelaskan cara
mandi yang benar
Klien dapat
mengerti cara
makan
yang benar
Klien dapat
mengerti cara
mandi
yang benar
Menjelaskan cara
berdandan yang
benar
Klien dapat
mengerti cara
berdandan yang
benar
Menjelaskan cara
toileting yang
benar
Klien dapat
mengerti cara
toileting yang
benar
terhadap klien
1. Menjelaskan cara
makan yang benar
2. Beri kesempatan
klien untuk bertanya
dan
mendemonstrasikan
cara yang benar
3. Memberi pujian
positif terhadap klien
1. Menjelaskan cara
mandi yang benar
2. Beri kesempatan
klien untuk bertanya
dan
mendemonstrasikan
cara yang benar
3. Memberi pujian
positif terhadap klien
1. Menjelaskan cara
berdandan yang
benar
2. Beri kesempatan
klien untuk bertanya
dan
mendemonstrasikan
cara yang benar
3. Memberi pujian
positif terhadap klien
1. Menjelaskan cara
toileting yang benar
2. Beri kesempatan
klien untuk bertanya
dan
mendemonstrasikan
cara yang benar
Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam
merawat pasien
Keluarga dapat
mengerti tentang
merawat klien
3. Memberi pujian
positif terhadap klien
1. Menjelaskan
kepada keluarga
tentang
pengertian tanda dan
gejala defisit
perawatan diri, dan
jenis defisit
perawatan
diri yang dialami
pasien beserta proses
terjadinya
2. Menjelaskan
kepada keluarga cara
cara
merawat pasien
defisit perawatan diri
3. Beri kesempatan
keluaraga untuk
bertanya
4. Beri pujian positif
terhadap keluarga
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Selanjutnya evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien defisit perawatan
diri dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasiendefisit
perawatan diri (lihat kolom).
Evaluasi Kemampuan Pasien Defisit Perawatan Diri dan Keluarga
Nama pasien
Ruangan
Nama perawat
Petunjuk
Kemampuan
Tanggal
o
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
1
2
3
4
Pasien
Menyebutkan
pentingnya
kebersihan diri
Menyebutkan
cara
membersihkan diri
Mempraktikkan
cara
membersihkan
diri
dan
memasukkan dalam jadwal
Menyebutkan cara makan
yang baik
Mempraktikkan cara makan
yang baik dan memasukkan
dalam jadwal
Menyebutkan cara BAK/BAB
yang baik
Mempraktikkan cara BAK/BAB
yang baik dan memasukkan
dalam jadwal
Menyebutkan cara berdandan
Mempraktikkan
cara
berdandan dan memasukkan
dalam jadwal
Keluarga
Menyebutkan
pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit
perawatan diri
Menyebutkan cara merawat
pasien defisit perawatan diri
Mempraktikkan cara merawat
pasien defisit perawatan diri
Membuat jadwal aktivitas dan
minum obat pasien dirumah
(perencanaan pulang)
Ruangan
Nama perawat:
Petunjuk
Masukkan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai
SP.
N
o
A
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Kemampuan
Pasien
Sp 1 Pasien
Menjelaskan
pentingnya
kebersihan diri
Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri
Membantu
pasien
mempraktikkan cara menjaga
kebersihan diri
Menganjurkan
pasien
memasukkan dalam jadwal
kegatan harian
Nilai Sp 1 Pasien
SP 2
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Menjelaskan
cara
makan
yang baik
Membantu
pasien
mempraktikkan cara makan
yang baik
Menganjurkan
pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan
Nilai SP 2 Pasien
Sp 3 Pasien
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Menjelaskan cara eliminasi
yang baik
Membantu
pasien
mempraktikkan
cara
eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal
Menganjurkan
pasien
memasukkan dalam jadwal
harian
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Menjelaskan cara berdandan
Membantu
pasien
mempraktikkan
cara
berdandan
Tanggal
B
1
Menganjurkan
pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 4 Pasien
Keluarga
SP 1 Keluarga
Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan
pengertian,
tanda dan gejala defisit
perawatan diri, dan jenis
defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya
Menjelaskan
cara-cara
merawat
pasien
defisit
perawatan diri
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
Melatih
keluarga
mempraktikkan
cara
merawat
pasien
dengan
defisit perawatan diri
Melatih keluarga melakukan
cara
merawat
langsung
pasien defisit perawatan diri
Nilai SP 2 keluarga
SP 3 Keluarga
Membantu
keluarga
membuat jadwal aktivitas di
rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
Menjelaskan tindak lanjut
pasien setelah pulang
Nilai SP 3 Keluarga
Total nilai: SP pasien + SP
keluarga
Nilai rata-rata
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Http://Www.Scribd.Com/Doc/171119853/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-DefisitPerawatan-Diri#
Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem Dalam Konteks Tuna Wisma (Studi Literatur)
(The Aplication Of Orems Self Care Deficit In Homeless Setting).
Megah Andriany. 2007
Application Of Orem's Self-Care Deficit Theory And Standardizednursing Languages
In A Case Study Of A Woman With Diabetes. Kumar, Coleen P. International Journal Of
Nursing Terminologies And Classifications; Jul-Sep 2007; 18, 3; Proquest Nursing & Allied
Health Source. Pg. 103
SPIRITUALITY AND SELF CARE: EXPANDING SELF-CARE DEFICIT NURSING
THEORY. MARY LOUISE WHITE. 2010
Defisit perawatan diri pada klien skizofrenia: aplikasi teori keperawatan orem. Herni
susantri. 2010