PENDAHULUAN
Katarak adalah kekeruhan lensa. Fungsi lensa sendiri adalah untuk
memfokuskan berkas cahaya ke retina, sehingga pasien yang mengalami penyakit
katarak akan mengalami pengaburan penglihatan tanpa disertai nyeri. 1 Katarak terjadi
secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
Proses ini dapat terjadi karena proses degenarasi atau ketuaan (Katarak
Senilis), trauma mata, infeksi penyakit tertentu (Diabetes Mellitus).
Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (kongenital), karena itu katarak
dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.
Penglihatan penderita katarak menjadi terganggu dan bahkan bisa menjadi
buta bila kekeruhan yang terjadi pada lensa semakin berat tanpa penanganan yang
baik. Penyebab kekeruhan yang terjadi pada lensa mata bisa bermacam-macam, bisa
terjadi akibat hidrasi (peningkatan komposisi cairan pada lensa), denatursi protein
penyusun lensa, maupun akibat kedua hal tersebut. Katarak dapat terjadi pada salah
satu mata saja, walaupun lebih sering menyerang kedua mata dan berjalan progresif
jika tidak dilakukan tindakan terapeutik dalam bentuk pembedahan.
Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan yang disebut
dengan Katarak Terkait Usia atau Katarak Senilis. Katarak sendiri terbagi atas
Katarak Terkait Usia, Katarak Anak-anak, Katarak Traumatik, Katarak Sekunder
Akibat Penyakit Intraokular, Katarak Akibat Penyakit Sistemik, Katarak Toksik, dan
Katarak Ikutan.1 Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 6 stadium yaitu insipien,
imatur, intumesen, matur, hipermatur, dan Morgagni yang akan dijelaskan kemudian.1
Angka kebutaan dan kesakitan mata di Indonesia masih tinggi. Survey
Kesehatan Indera tahun 1993 1996 menunjukkan 1,5% penduduk Indonesia
mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak (52%). Katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering ditemukan. Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi
nasional kebutaan di Indonesia adalah sebesar 0,9% dengan penyebab utama katarak.
Dilaporkan pula bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi nasional kasus katarak
(1,8%) dibandingkan dengan data SKRT 2001 (1,2%).
usia,
semakin
meningkatkan
resiko
senilis.
terhadap
Semakin
katarak.
Pada
Framingham Eye Study dari tahun 1973-1975, total and kasus baru dari katarak
senilis mencapai 23.0 kasus per 100.000 dan 3.5 kasus per 100.000, pada usia 45-64
tahun mencapai 492.2 kasus per 100.000 dan 40.8 kasus per 100.000 pada usia di atas
85 dan lebih. 3
Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus
dengan jumlah penduduk usia lanjut dan masalah gizi masyarakat. Selain
penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari,
perubahan dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga
kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa
bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena
merupakan perubahan yang berperingakat (progresif).
Bedah katarak telah mengalami perubahan dramatis selama 30 tahun terakhir
ini dengan diperkenalkannya mikroskop operasi dan peralatan bedah mikro,
perkembangan lensa intraokular, dan perubahan-perubahan teknik anestesi lokal.
Perbaikan lanjutan terus berjalan, dengan peralatan otomatis dan berbagai modifikasi
lensa intraokular yang memungkinkan dilakukannya operasi melalui insisi kecil. 10
Metode operasi yang umum dipakai untuk katarak dewasa atau anak-anak adalah
meninggalkan bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ektraksi katarak
ekstrakapsular. Penanaman lensa intraokular merupakan bagian dari prosedur ini.
Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal. Pada
ekstraksi katarak ekstrakapsular bentuk ekspresi nukleus, nukleus lensa dikeluarkan
dalam keadaan utuh, tetapi prosedur ini memerulukan insisi yang relatif besar.
Dengan berkembangnya teknologi yang semakin cepat, ditemukanlah teknik
dengan menggunakan fakoemulsifikasi dan mengalami perkembangan yang cepat dan
telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa kelebihan,
yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi post operasi yang ringan, dan
astigmatisma akibat operasi yang ringan. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada
katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
okular fleksibel (foldable) yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.10
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA MATA
A. ANATOMI MATA
Gambar 2 :
Anatomi Mata
Mata merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang
merupakan organ refraksi. Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil,
lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan
media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Bagian
berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada
pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen =
biru, tidak ada pigmen = merah / pada albino).
1. Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang
menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
a. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa
stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
d. Membran Descement
e . Endotel
siliar longus, saraf nasosiliar, dan Nervus V. Saraf siliar longus berjalan supra
koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai
kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga terjadi dekompresi endotel dan terjadi
edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan
bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan.
2. Aqueous Humor
Gambar 3 :
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. 1 Jaringan ini
berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan
bersifat bening. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam
bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terusmenerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa.
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula Zinnii,
yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Zonula Zinnii merupakan suatu
ligamentum yang menahan lensa pada tempatnya, tersusun dari banyak fibril dari
permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Di sebelah anterior
lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya terdapat humor vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.1,2
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Lensa akan dibentuk
oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel
lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat
lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus
embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah
depan nukleus lensa disebut korteks anterior, sedangkan di belakangnya disebut
korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di banding
korteks lensa yang lebih muda.4
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau saraf di lensa.1
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu yaitu :
dan jaringan kapiler yang menghasilkan aqueous humor. Otot siliaris adalah otot
polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium (zonula
Zinnii). Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan
menarik lensa, sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi
minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di
ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan
dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat)
karena elastisitas inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin
bulat), semakin besar kekuatannya sehingga berkas-berkas cahaya lebih
dibelokkan. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa
menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. 1
10
tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aqueus humor, sumber nutrisi bagi
lensa. Seiring dengan pertambahan usia, sel-sel di bagian tengah yang tidak dapat
diganti ini mati dan menjadi kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak
lagi mampu mengambil bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi untuk
penglihatan dekat.5
D. FISIOLOGI PENGLIHATAN
Mata merupakan organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan
visi, dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori dari mata yaitu kelopak
mata dan appartus lakrimal akan berfungsi untuk melindungi mata dan
seperangkat otot ekstrinsik yang berfungsi untuk menggerakkan bola mata.
Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior
untuk membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan dilalui berkas sinar
yang akan masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, yaitu lapisan
yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi strukturstruktur dalam bola mata.
Kornea adalah transparan, berbentuk kubah jendela yang menutupi bagian
depan dari mata menyediakan 2/3 dari kekuatan fokus mata. Karena tidak ada
aliran darah dalam kornea, maka kornea dapat dengan jelas ditembus oleh cahaya
dalam keadaan normal dan mempunyai permukaan yang berkilau. Kornea sangat
sensitif, dimana pada kornea terdapat banyak ujung saraf dalam kornea. Kornea
pada orang dewasa memiliki ketebalan hanya millimeter dan terdiri atas lima
lapisan: epithelium, membran bowman, stroma, membran descement dan
endothelium.
Epithelium adalah lapisan sel yang melindungi permukaan kornea. Hanya
sekitar 5-6 lapisan sel tebal dan terjadi regenerasi dengan cepat ketika kornea
mengalami cedera. Selaput bowman berada dibawah epithelium karena lapisan ini
sangat liat dan susah untuk melakukan penetrasi, selaput bowman melindungi
kornea dari cedera. Stroma merupakan lapisan paling tebal dan berada dibawah
selaput bowman. Terdiri dari sedikit serat kolagen yang mengalir paralel satu
sama lain. Bentuk khusus dari serat kolagen ini akan memberikan kejernihan
kornea. Selaput descement berada diantara stroma dan endothelium hanya berada
dibawah descement dan hanya satu lapisan sel yang tebal. Lapisan ini memompa
11
air dari kornea dan menjaganya tetap bersih. Jika terjadi kerusakan atau penyakit,
sel ini tidak akan melakukan regenerasi.
Lensa adalah suatu struktur tembus pandang yang difiksasi ligamentum
sirkular lensa (zonula zinii). Zonula melekat dibagian anterior koroid yang
menebal yang disebut korpus siliaris. Korpus siliaris mengandung serat-serat otot
melingkar dan longitudinal yang melekat dekat dengan batas korneosklera. Di
depan lensa terdapat iris yang berpigmen dan tidak tembus pandang, yaitu bagian
mata yang berwarna. Iris mengandung serat-serat otot sirkular yang dapat
mengkerut, sebagai serat-serat radial yang dapat melebarkan dan mengecilkan
pupil. Perubahan garis tengah pupil dapat mengakibatkan perubahan sampai lima
kali lipat dari jumlah cahaya yang mencapai retina. Ruang antara lensa dan retina
sebagian besar terisi oleh zat gelatinosa jernih yang disebut korpus vitreous.
Aqueous humor, merupakan suatu cairan jernih pada bilik mata depan yang
berfungsi untuk memberikan nutrisi pada kornea dan lensa, dihasilkan dikorpus
siliaris melalui proses difusi dan transport aktif dari plasma. Cairan ini mengalir
melalui pupil untuk mengisi kamera okuli anterior (ruang anterior mata). Dalam
keadaan normal, cairan ini diserap kembali melalui jaringan trabekula masuk ke
dalam kanalis Schlemm, yang merupakan suatu saluran antara iris dan kornea.
Pergerakan mata, enam otot berdempet ke sklera mengendalikan pergerakan
mata dalam orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV
(trochlear) dan VI (abducens). Gangguan pergerakan mata dapat menyebabkan
gambar gagal difokuskan pada bagian bersesuaian dari retina, ini menghasilkan
penglihatan ganda (diplopia). Atau sama dalam kasus paralysis satu mata tidak
dapat menetapkan semua objek, dihasilkan dalam monocular, dari pada binocular,
penglihatan.
Ketika cahaya bersinar pada satu mata, kedua pupil berkontriksi, konstriksi ini
adalah refleks cahaya pupil. Optik atau saraf kranial II terdiri dari 80% visual dan
serabut pupil afferent. Cahaya impuls ke dalam mata menyebabkan retina
menyebarkan impuls ke saraf optik, bidang optik, otak tengah, dan korteks visual
dari lobus occipitalis. Ini adalah otot afferent dari refleks cahaya. Di otak tengah,
serabut pupil menyebarkan dan disebarkan dengan serabut silang ke depan
nucleus Edinger whestpal dari okulomotor, atau saraf kranial III. Beberapa
serabut tinggal pada sisi yang sama. Saraf kranial ketiga adalah otot efferent, yang
mana berangkat melalui badan ciliary ke otot sphincts dari iris yang
12
Daya akomodasi, bila m. siliaris dalam keadaan istirahat, berkas sinar paralel
yang jatuh dimata yang optiknya normal (emetropia) akan difokuskan ke retina.
Selama relaksasi ini dipertahankan, maka berkas sinar dari benda yang kurang dari
6 m akan difokuskan di belakang retina dan akibatnya benda tersebut akan
nampak kabur. Proses meningkatnya kelengkungan lensa disebut akomodasi. Pada
keadaan istirahat, ketegangan lensa dipertahankan oleh tarikan ligamentum lensa.
Karena bahan lensa mudah dibentuk dan kelenturan kapsul lensa cukup tinggi,
lensa dapat ditarik menjadi gepeng. Bila pandangan diarahkan ke benda yang
dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini mengurangi jarak antara tepi-tepi
korpus siliaris dan melemaskan ligamentum lensa, sehingga lensa membentuk
mengerut membentuk benda yang lebih cembung. Pada orang berusia muda
bentuk ini dapat meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri.
Selain akomodasi, terjadi konvergensi sumbu penglihatan dan konstriksi pupil
bila seseorang melihat benda yang dekat. Respon 3 bagian ini yaitu akomodasi,
konvergensi, sumbu penglihatan, dan kontriksi pupil disebut respon melihat dekat.
Gangguan umum pada mekanisme pembentukan bayangan, pada beberapa orang
antara lain seperti bola mata berukuran lebih pendek daripada normal dan sinar
yang sejajar difokuskan dibelakang retina. Kelainan ini disebut hiperopia atau
penglihatan jauh. Akomodasi yang terus menerus, bahkan sewaktu melihat benda
jauh dapat sedikit mengkompensasi kelainan, tetapi kerja otot yang terus menerus
akan melelahkan dan dapat menimbulkan nyeri kepala dan penglihatan kabur.
Konvergensi sumbu penglihatan yang terus menerus yang disertai akomodasi,
pada akhirnya dapat menimbulkan juling (strabismus), kelainan ini dapat
diperbaiki dengan menggunakan kacamata dengan lensa konveks, yang membantu
daya bias mata dalam memperpendek jarak fokus.
14
BAB III
KATARAK
A. DEFINISI
Katarak senilis adalah penyakit gangguan penglihatan dengan karakteristik
terjadi secara perlahan-lahan, penebalan dari lensa yang bersifat progresif . Ini
adalah salah satu penyebab utama kebutaan di dunia saat ini. Hal ini sangat
disayangkan, mengingat bahwa morbiditas visual yang ditimbulkan oleh katarak
yang berkaitan dengan usia adalah reversibel. Dengan demikian, deteksi dini,
pemantauan ketat, dan intervensi bedah tepat waktu harus diperhatikan dalam
pengelolaan katarak senilis.5
Katarak senilis terjadi sebagai hasil dari perubahan kimia pada gelatinous
lens protein encapsulated di belakang iris. Sebagai hasilnya, protein terkoagulasi,
lensa perlahan-lahan keruh, dan serat lensa yang normal menjadi bengkak dan
berpindah ke dalam lensa. Karena perubahan ini, bayangan yang kabur jatuh pada
retina. Kalau kondisi ini tidak ditangani, kekeruhan perlahan-lahan menjadi
lengkap dan menghasilkan kebutaan. 3
Katarak matur dapat mewakili salah satu atau kedua dari dua jenis klinis.
Katarak kortikal matur kelihatan buram, milky white, (berpotensi) korteks yang
mencair, pada pembedahan, mengaburkan refleks merah dan sifat inti lensa yang
mendasarinya. Katarak nuklear matur berisi lensa yang sangat kuat dan inti lensa
tampak gelap di mana sebuah epinukleus tidak dapat dengan mudah digambarkan
dan sedikit sampai tidak ada korteks yang tersisa, dapat terdiri material inti lensa
dan kapsul lensa yang 'sekeras batu'. Mengingat bahwa katarak yang sangat gelap
dapat mengaburkan refleks merah dan bahwa katarak putih mungkin tempat
menggumpalnya inti yang sangat padat, mungkin ada penggabungan antara dua
15
jenis. Katarak matur menimbulkan tantangan tertentu untuk ahli bedah dan
menambahkan
risiko
pasien. 6
Gambar 7
: Mata
dengan
Katarak
16
17
Stress oksidatif telah diterima secara luas sebagai salah satu faktor yang
berperan dalam proses pembentukan katarak. Konsentrasi protein yang rusak dari
proses oksidatif akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dan lebih
tinggi secara signifikan pada lensa yang mengalami katarak. Selain itu hubungan
antara intake makanan seseorang dengan proses katarak telah diselidiki lebih
lanjut. Beberapa faktor diperkirakan penting dalam proses kekeruhan lensa pada
individu yang lebih tua. Taylor menyimpulkan penyebab dari katarak sebagai 5 D,
yaitu : daylight (sinar matahari), diet (intake makanan), diabetes (diabetes) ,
dehydration (dehidrasi), dan dont know (idiopatik). Selain itu, efek buruk dari
18
metabolisme glukosa dalam lensa dan perubahan terkait pada potensi reduksi
oksidasi sel epitel lensa tidak boleh diabaikan, mengingat efeknya memperburuk
perubahan ini oksidatif. Lensa dirancang untuk memfokuskan cahaya ke retina
sepanjang hidup individu, tetapi konsekuensi dari ini adalah foto-oksidasi struktur
lensa. Lensa mungkin muncul struktur relatif inert, tetapi memiliki tingkat ATP
setinggi seperti yang ditemukan dalam otot, jaringan yang jauh lebih aktif.
Metabolisme oksidatif jelas penting dalam menjaga lensa dalam keadaan
transparan. Namun, ini berarti bahwa, selain terus menerus dalam cahaya, lensa
juga 'bermandikan' oksigen. Reaktivitas tinggi oksigen dijelaskan pada tingkat
molekuler oleh Linus Pauling: oksigen adalah unsur yang paling elektro-negatif
setelah fluor dan luar biasa dalam memiliki dua elektron pada orbital px2p yang
antibonding dalam orientasi spin paralel. Prinsip eksklusi Pauli berarti bahwa,
dalam reduksi oksigen ke air, reaksi ini harus berlangsung melalui perantara dari
radikal superoksida O-2. Jadi dioksigen yang relatif jinak molekul O2 dikonversi
menjadi radikal bebas yang sangat reaktif. Stres oksidatif dikaitkan dengan
peningkatan
spesies
oksigen
reaktif
yang
dikenal
untuk
mempercepat
19
opasitas lensa. Pada tahun 1965, Feldman GL dan Felman LS menemukan kadar
kolesterol, cephalins, lesitin, dan shingomyelin yang lebih tinggi pada lensa
manusia yang katarak bila dibandingkan dengan lensa yang normal. Sekitar 40%
dari total lipid serat lensa manusia adalah kolesterol, adanya faktor intrinsik atau
ekstrinsik memodifikasi kadarnya dan dapat mengubah sifat lensa optik.
Pembentukan kristal ini terkait dengan komposisi lipid lensa, dan diperkirakan
berhubungan dengan sphingomyelin andihydrosphingomyelin. Peran kolesterol
dalam pembentukan katarak juga didukung oleh pengamatan yang dilakukan di
berbagai patologi yang berhubungan dengan defek metabolisme kolesterol.
Dengan demikian, pasien dengan Smith-Lemli-Opitz sindrom, aciduria mevalonic,
atau cerebrotendinous xanthomatosis yang ditandai dengan mutasi pada enzim
metabolisme kolesterol (7-dehydrocholesterol reduktase, mevanolate kinase, dan
CYP27A1, Resp.) sering mengalami katarak. Lensa manusia secara terus menerus
dalam lingkungan fotoksidatif kuat, paparan kronis terhadap sinar UV, dan ozon
dapat menyebabkan pembentukan dari beberapa turunan oksida kolesterol
(oxysterols) yang berkontribusi untuk mengganggu sintesis kolesterol dan
homeostasis dalam serat lensa manusia. Selain itu 7-ketokolesterol telah
disebutkan dapat mempengaruhi aktivitas Na / K ATPase, dan homeostasis lipid
intraselular, oxysterol ini diperkirakan merupakan suatu faktor risiko penting
dalam patofisiologi terjadinya katarak. Telah dijelaskan bahwa aktivitas Na / K
ATPase adalah pemeliharaan gradien konsentrasi ionik dan transparansi lensa, dan
komposisi lipid yang tidak lazim memodifikasi fluiditas membran lensa. Oxyterol
dapat berinteraksi dengan membran sel dan untuk menyebabkan perubahan
kolesterol dan fosfolipid, selain itu oxyterol dapat memodifikasi distribusi
kolesterol serat lensa manusia dan berkontribusi pada opasitas lensa. 8
C. GEJALA KLINIS
Katarak sering dibandingkan dengan melihat melalui kaca depan mobil yang
berkabut atau melalui lensa kamera kotor. Katarak dapat menyebabkan berbagai
keluhan dan perubahan visual, termasuk penglihatan kabur, kesulitan melihat saat
terang (sering akibat sinar matahari atau lampu mobil saat mengemudi di malam hari),
penglihatan warna menjadi kusam, rabun jauh meningkat disertai dengan perubahan
yang sering pada resep kacamata, dan kadang-kadang penglihatan ganda dalam satu
mata. Beberapa orang melihat fenomena yang disebut "pandangan kedua" di mana
20
kemampuan membaca seseorang bertambah sebagai hasil dari rabun jauh mereka
yang meningkat.4 Katarak biasanya bertahap dan tidak nyeri serta tidak berhubungan
mata merah atau gejala lainnya kecuali jika mereka menjadi sangat maju. 1,4
D. TIPE-TIPE KATARAK
Ada tiga jenis - jenis katarak :
1. Katarak Nuklear
Katarak nuklear menunjukkan peningkatan kerusakan oksidatif pada
protein dan lipid dari lensa, menyebabkan interaksi antara protein yang
menyebabkan aggregasi dan peningkatan penyebaran sinar. 2
Bukti menunjukkan hubungan yang kuat antara penuaan dan peningkatan
jumlah glutation yang dioksidasi pada inti lensa yang menandakan
ketidakseimbangan antara oksidasi protein dan lemak, dan reduksi glutation. 2
Pembentukan katarak nuklear mungkin disebabkan oleh pemisahan
sitoplasma sel lensa (substansi seperti jelly) menjadi fase liquid protein-rich
dan protein-poor, sehingga menambah kekeruhannya. 2
2. Katarak Kortikal
Kekeruhan kortikal dimulai dari daerah yang kecil dari lensa perifer dan
menyebar secara perlahan-lahan di sekitar lingkaran lensa. Beberapa
mekanisme yang mungkin menginisiasi terjadinya katarak kortikal: kerusakan
pada serat membran plasma, hilangnya molekul protektif (seperti glutation),
pemecaahan protein yang berlebihan (proteolisis), dan kerusakan pada sistem
yang bertanggung jawab untuk homeostasis kalsium. Faktor-faktor ini saling
berhubungan dan mengacaukan setiap proses yang dapat mempengaruhi yang
lain secara langsung. Misalnya, kehilangan homeostasis kalsium dapat
menyebabkan kekeruhan disekitar bagian perifer lensa dan terhadap nukleus
menghasilkan peningkatan level kalsium yang dapat merusak sel pada katarak
kortikal. Peningkatan kalsium menyebabkan proteolisis, aggregasi protein, dan
penghamburan cahaya. 2
3. Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subkapsular posterior disebabkan oleh stress lingkungan seperti
sinar ultraviolet, diabetes, dan konsumsi obat. Penghamburan sinar terjadi
pada kumpulan sel yang bengkak di bagian belakang lensa, dibawah kapsul
lensa.2
21
Progresifitas penyakit dari semua jenis katarak ditandai oleh kekeruhan lensa
yang meningkat, meskipun kekeruhan manifestasinya berbeda di masing-masing
jenis. Setiap jenis katarak yang berkaitan dengan usia memiliki mekanisme
tertentu yang mengarah ke perkembangannya. Ini termasuk: kerusakan oksidatif,
agregasi protein, kerusakan glutathione, kerusakan pada serat membran sel,
pemecahan protein, migrasi sel epitel lensa yang abnormal, atau perubahan
menyimpang pada sel serat lensa. Kekeruhan mengikuti gradien tapi pewarnaan
lensa yang progresif dari nuansa kuning ke coklat ketika kondisi katarak
meningkat. 2
Dalam prosesnya sendiri katarak senil secara klinik dibagi dalam 6
stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, hipermatur, dan Morgagni.
Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal sebagai berikut : kekeruhan
mulai dari
Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjapi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
22
Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa .
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bial
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal. Akan terjadi kekruhan
seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Bilik
mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak hipermatur
Katarak hipermatur katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenrasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan Zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan ini
disebut katarak Morgagni. 4
Gambar 8: Gambaran bentuk dari katarak senilis
23
E. DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik sangat penting untuk menentukan perkembangan
dan gangguan fungsional pada penglihatan akibat katarak dan dalam
mengidentifikasi kemungkinan penyebab lain dari kekeruhan lensa. Seorang
pasien dengan katarak senilis sering memperlihatkan riwayat penurunan secara
bertahap yang bersifat progresif dan gangguan pada penglihatan. Kelainan pada
penglihatan bervariasi tergantung pada jenis katarak pada pasien. 5
Diplopia
monocular.
Kadang-kadang,
perubahan
nuclear
yang
Mata sering menjadi sakit, merah, dan berpasir, terutama bila terkena
angin, asap atau debu.
Setelah pengambilan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisis yang teliti
memiliki
prognosis
visual
yang
harus
sangat
25
26
F. PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi mungkin tidak diperlukan. Sejauh ini
tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose
reduktase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak
gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya
agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan
antioksidan vitamin C dan E. 4
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih
dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
27
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi. 4
Untuk menentukan kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan
tajam penglihatan Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Beberapa pembedahan katarak yang dikenal adalah:
-
mengeluarkan
lensa
bersama dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa
(korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior)
dengan meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini pada saat ini dianggap
lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit. 4
Operasi katarak ekstrakapsular, atau Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. 4
Pada ekstraksi lensa ekstra kapsular dilakukan tindakan sebagai berikut :
1) Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam 10
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
sampai jam 2
Dibuat pungsi bilik mata depan
Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
Dibuat luka kornea dari jam 10-2
Nukleus lensa dikeluarkan
Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja
Luka kornea djahit
Flep konjungtiva dijahit
Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang akan
29
Gambar 9 : EKEK
Operasi Katarak Intra Kapsular, atau Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
ekstraksi
intrakapsular
ini
tidak
boleh
dilakukan
atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. 4
30
31
Gambar
10 :
Operasi Phacoemulsifikasi
32
Lebih dari 90% dari semua operasi katarak di Amerika Serikat-atau lebih
dari 1 juta per tahun-diikuti dengan implantasi lensa intraokuler. Membaiknya
teknik bedah dan implant lensa yang semakin baik memerankan peranan yang
besar dalam kemajuan ini. Akan tetapi, perangsang utamanya adalah kerugian
yang ditimbulkan oleh kacamata afakia, antara lain pembesaran bayangan, aberasi
sferik, lapangan pandang terbatas, dan tidak ada kemungkinan menggunakan lensa
binokuler bila mata lainnya fakik. Sekitar 90% implant berada di kamera posterior
dan 10% di kamera anterior. Ada banyak jenis lensa, tetapi semuanya terdiri dari
33
dua bagian dasar: optik sferis biasanya dibuat dari polimetilmetakrilat; dan
footplates atau haptik untuk menahan lensa pada posisinya. 1
Lensa
kamera
posterior
umumnya
digunakan
pada
prosedur
ekstrakapsular. Kombinasi ini lebih disukai daripada lensa kamera anterior karena
insidensi komplikasi yang mengganggu pandangan lebih kecil, seperti hyphema,
glaukoma sekunder, edema makula, blok pupil. Insidensi kerusakan endotel
kornea dan keratopati bulosa pseudofakik pada pasien dengan lensa kamera
posterior juga lebih kecil. Akan tetapi, jenis lensa kamera anterior yang lebih baru
sudah menurunkan komplikasi-komplikasi ini. Lensa kamera anterior digunakan
untuk pasien-pasien yang menjalani bedah intrakapsular atau kalau kapsul
posterior sudah ruptur tanpa sengaja pada saat pembedahan ekstrakapsular. 1
Kontraindikasi untuk implantasi lensa intraokular antara lain uveitis
berulang, retinopati diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma
neovaskular. Pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okuler dapat
menerima lensa intraokuler, tetapi lensa kamera posterior lebih disukai. Usia
dianggap merupakan kontraindikasi relatif, tetapi semakin muda saja, pasien yang
menerima lensa intraokuler setiap tahunnya. 1
Sebagai ganti lensa intraokuler adalah lensa kontak, tetapi banyak pasien
lanjut usia tidak dapat menerima atau memasangnya dengan mudah. Pada keadaan
tertentu, kalau tidak dapat digunakan lensa intraokuler atau lensa kontak, dapat
dipakai kacamata afakia. 1
Perawatan Pasca-operasi (Katarak Senilis)
34
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul biasa disebabkan oleh pembedahan, seperti :
1.
Hilangnya vitreus. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreus dapat masuk ke dalam bilik anterior yang merupakan
resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrumen yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(vitreus). Pemasangan lensa intraokuler sesegera mungkin tidak dapat
dilakukan pada kondisi ini.
2.
Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi
insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan
sesegera dengan pembedahan.
3.
Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarang terjadi (kurang dari 0,3 %). Pasien datang dengan :
a.
Mata merah yang nyeri;
b.
Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari
c.
4.
setelah pembedahan;
Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion).
Astigmatisme pasca operasi. Mungkin dibutuhkan pengangkatan
35
posterior.
Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan, maka
jahitan dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan
mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan
jahitan.9
H. PROGNOSIS
Katarak terkait usia biasanya berjalan lambat selama bertahun-tahun, dan
pasien kemungkinan meninggal sebelum dibutuhkan tindakan operasi. Jika terdapat
indikasi operasi, ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih
dari 90% kasus; sisanya mungkin telah disertai dengan kerusakan retina atau
mengalami komplikasi pascabedah yang lebih serius sehingga mencegah perbaikan
visus yang signifikan, mis. glaukoma, ablatio retina, perdarahan intraokular, atau
infeksi. 1
BAB IV
PHACOEMULSIFIKASI
36
A. DEFINISI
Phacoemulsifikasi berasal dari 2 kata, yaitu phaco (lensa) dan emulsification
(menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak). Phacoemulsifikasi adalah teknik
operasi pembedahan katarak dengan menggunakan peralatan ultrasonic yang akan
bergetar dan menghancurkan lensa mata yang mengeruh, kemudian lensa yang telah
hancur berkeping-keping akan dikeluarkan dengan menggunakan alat fako, diikuti
dengan insersi lensa buatan intraocular pada posisi yang sama dengan posisi lensa
mata sebelumnya.11
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi teknik fakoemulsifikasi :
a. Tidak mempunyai penyakit endotel
b. Bilik mata dalam
c. Pupil dapat dilebarkan hingga 7mm.
Kontraindikasi teknik Fakoemulsifikasi:
a. Terdapat tanda-tanda infeksi
b. Luksasi atau subluksasi lensa
C. KEUNTUNGAN DARI TEKNIK OPERASI PHACOEMULSIFIKASI
Phacoemulsification termodern memiliki kelebihan sebagai berikut :11
1. Kinder cut
Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.
2. Smaller incision
Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.
Implikasinya:
a. Insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea
melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme
(efek samping yang biasa terjadi pada operasi katarak).
b. Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap
infeksi
3. Easy to operate
Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro
tersebut maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan
para dokter melakukan tindakan operasi.
4. Heals faster
Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali beraktivitas. Rasa
tidak nyaman setelah operasi, hilang dalam 3 hari.
37
38
h.
i.
Pasca
bedah
diberikan tetes
mata
antibiotika
(NeomycinPolymixin B)
dan
anti
inflamasi
39
40
Gambar 14.
Pembuatan alur
pada Nukleus
41
Gambar 17.
Aspirasi Korteks
Lensa
42
Gambar 20.
Pemasukan
Intraokular lensa
43
fako
Vitreus yang ikut teraspirasi kedalam alat fako ditandai dengan
tergangung dari besarnya, ukuran, dan tipe dari sisa material lensa, dan
presentasi kemungkinan dari prolaps vitreus. Prinsip penanganannya
adalah sebagai berikut:
Bahan vibroelastik (Viscoat) disuntikkan di bagian posterior
dari nukleus dengan tujuan bahan tersebut masuk ke COA dan
mencegah herniasi dari vitreus ke arah anterior. Jika inti
nukleus masih dalam keadaan utuh perlu dipertmbangkan untuk
44
berukuran
besar
bisa
digunakan
tekhnik
viscoexpression.
Setelah sisa dari nukleus dibersihkan, ruang COA diisi dengan
bahan viscoelastik dan dilakukan manual aspirasi cannula
terjadinya capsulorhexis.
Penggunaan asetilcolin (miochol) dapat membuat dilatasi pupil
sehingga mempermudah implantasi IOL di COP atau
45
46
47
Gambar 26.
IOL
dan Fragmen
nuklear dalam
vitreus
Perdarahan Suprachoroidalis11
Disebabkan oleh karena ruptur dari arteri ciliaris posterior.
Pada kasus yang berat mungkin disebabkan oleh karena tekanan dari
intraokular. Insidens dari komplikasi ini sudah jarang terjadi (0,04%)
dengan adanya phacoemulsifikasi. Faktor yang mendukung terjadinya
komplikasi ini adalah dari usia, adanya glaucoma, penyakit
cardiovaskular sistemik, robeknya vitreus, dan tindakan EKEK tanpa
Phacoemulsifikasi.
Tanda:
COA yang dangkal dan progresif, pem=ningkatan Tekanan
perdarahan.
Menurunkan
asetazolamide .
Pengobatan postoperatif dengan menggunakan topikal dan
Tekanan
Intraokular
dengan
obat
48
BAB V
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa dengan derajat kepadatan yang sangat
bervariasi. Usia merupakan faktor resiko terjadinya katarak senilis. Semakin
meningkatnya usia, semakin meningkatkan resiko terhadap katarak. Dengan
bertambahnya umur, lensa akan mengalami perubahan menjadi lebih berat dan tebal
sedangkan kemampuan akomodasinya berkurang. Lapisan kortikal baru akan terus
bertambah dalam pola konsentris lensa, sedangkan nukelus sentral mengalami
kompresi dan mengeras dalam proses yang disebut sklerosis nuklear.
49
intraokular yang dapat dilipat (foldable intraocular lens). Jika digunakan lensa
intraokular yang kaku, insisi perlu dilebarkan hingga kira-kira 5mm. Keuntungankeuntungan yaang didapat dari tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi intraoperasi
lebih terkendali, menghindari penjahitan, perbaikan luka yang lebih cepat dengan
derajat distorsi kornea yang lebih rendah, dan mengurangi peradangan intraokular
pasca operasi- yang semua berakibat pada rehabilitasi penglihatan yang lebih singkat.
Walaupun demikian, tekhnik fakoemulsifikasi menimbulkan resiko yang lebih tinggi
terjadinya pergeseran materi nukleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul
posterior, kejadian ini membtuhkan tindakan bedah vitreoretina yang kompleks.10-13
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum Ed. 14. Jakarta: Widya
Medika. 2000. Hal 9-11;175-83.
2. Departemen Kesehatan. Gangguan Kesehatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010
3. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran , Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2002;IX:148-52
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009;89;200-11.
5. Sherwood L. Sistem Saraf Perifer Divisi Aferen, Indera. Fisiologi Manusia. Ed. 2.
Jakarta: EGC. 2001;5:165-67.
51
Intraocular
Lens
Implantation
diunduh
dari
for
cataracts.
Diunduh
dari
52