Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul Trakeostomi. Referat ini kami
susun untuk melengkapi tugas di kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSUD Zainal
Abidin.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr. yang telah
membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan kepaniteraan dan menyusun
laporan kasus ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran dengan tangan terbuka.
Akhir kata kami berharap laporan kasus ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta
semua pihak yang ingin mengetahui materi tentang Trakeostomi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........
DAFTAR ISI............
ii
BAB I PENDAHULUAN.............
2.1 Anatomi.............................................................................
2..2 ..................................................
2. 3 Trakeostomi....................................
2
3
4
2.3.1 Definisi...................
2.3.2 Epidemiologi.....................
2.3.4 Patofisiologi....................
2.3.5 Klasifikasi......................................
11
2.3.7 Diagnosa....................................................
11
2.3.8 Penatalaksanaan...........
11
13
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trakeostomi dan trakeostomi adalah kata yang seringkali digunakan untuk tindakan
pembukaan dinding anterior leher guna mencapai trakea yang bersifat sementara. Trakeotomi
per definisi, adalah suatu insisi yang dibuat pada trakea, sementara trakeostomi merupakan
tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan napas
bagian atas. Stoma permanen setelah laringektomi yang dibuat dengan menjahitkan kulit pada
mukosa trakea sebaiknya disebut sebagai trakeostomi permanen.Trakeostomi merupakan
suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea
servikal. perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan ostomy dan
otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi
dalam ketetapan permanen atau tidaknya. apabila kanula telah ditempatkan, bukaan hasil
pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu minggu. jika dilakukan
dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu
yang kurang lebih sama. sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan
beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan,
pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar
(circumferential). kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis
prosedur pembedahan ini. perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi.
Sejarah Trakeostomi
Tindakan bedah ini memiliki reputasi yang panjang sampai baru-baru ini kurang
baik. McClelland percaya terdapat lima periode dalam perkembangan dan penerimaan
tindakan trakeostomi yang dapat dilihat. Catatan trakeostomi yang paling awal terkubur
dalam legenda. Buku suci agama Hindu Rig Veda yang ditulis antara tahun 2000 dan 1000
SM menjelaskan satu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara bila rawan leher
dipotong. Namun, para ahli sejarah menganggap Asclepiades yang lahir sekitar 124 SM
merupakan orang pertama yang melakukan operasi ini. Tidak ada catatan bedah mengenai
keberhasilan tindakan ini sebelum Brasalova (15001570) mengemukakan penanganan
bedah yang berhasil pada angina Ludwig pada tahun 1546. Pada era kedua, dari tahun 1546
hingga 1833, tindakan bedah seperti ini sangat ditakuti, dan hanya 28 trakeostomi yang
dilaporkan berhasil selama tiga abad ini.
Trousseau dan Bretonneau mempopulerkan operasi ini di Perancis. Mereka
melakukannya untuk menangani kasus diftcria dengan angka keberhasilan 25 persen (angka
penycmbuhan yang cukup tinggi pada saat itu). Era trakeostomi yang ketiga terangkat pada
tahun 1921 saat Chevalier Jackson mengemukakan teknik-teknik modern dan menentang
insisi kartilago krikoid atau cincin trakea pertama. Saran ini, bila diikuti, mengurangi angka
komplikasi yang tinggi akibat stenosis subglotis iatro-genik. Selama masa ini, indikasi untuk
trakeostomi hampir eksklusif merupakan sumbatan jalan napas bagian atas.
Era keempat dimulai tahun 1932 dengan usulan Wilson bahwa koreksi jalan napas
dapat dilakukan pada kasus-kasus paralisis pernapasan yang sulit, khususnya poiiornielitis.
Galloway juga ikut berperan dalam mengarahkan pemikiran dalam era ini, dengan melakukan
trakeostomi untuk indikasi seperti cedera kepala, cedera dada yang berat, intoksikasi
barbiturat, dan kontrol jalan napas pasca bedah. Era ini merupakan masa-masa yang penuh
rasa antusias. Selama tahun-tahun ini, lahirlah ungkapan "jika anda mempertimbangkan
trakeostomi, lakukanlah", dan pepatah ini masih diikuti oleh sebagian dokter untuk
menghindari trakeostomi pada saat kritis.
organ berotot fungsional dan bukan hanya suatu tuba berongga untuk menghantarkan udara.
Rekonstruksi laring mungkin sukar dan rehabilitasi terkadang tidak memuaskan.
Saat ini, di berbagai pusat, intubasi dilakukan pada kasus-kasus darurat atau jika
tuba dianggap dapat dilepaskan dalam satu minggu. Setelah 72 jam, bila tuba masih
diperlukan, barulah dilakukan trakeostomi. Telah terjadi sedikit komplikasi pada daerah
laring dan subglotis bilamana menjalankan protokol ini. Namun intubasi dewasa yang lama
jelas meningkatkan risiko dan keparahan komplikasi.
Pada anak dan bayi, intubasi yang lebih lama ternyata cukup berhasil. Tuba dapat
dipertahankan untuk waktu yang lebih lama hingga enam hari, seperti yang diperlihatkan
penelitian klinis. Bayi dapat ditangani untuk waktu yang lebih lama, oleh karena akan lebih
sulit melakukan dan merawat trakeostomi pada kelompok usia ini. Bahkan pada neonatus,
intubasi hingga lebih dari enam bulan telah dilaporkan berhasil. Namun adakalanya terjadi
komptikasi laring setelah intubasi yang lama pada anak.
Frekuensi stenosis subglotis dapat meningkat dengan semakin banyaknya bayi yang
menderita berbagai sindrom distres pernapasan yang diatasi dengan tindakan ini, dan perlu
berhati-hati terhadap dorongan untuk melakukan intubasi. Ungkapan yang lebih baru, "jika
anda mempertimbangkan trakeostomi, lakukanlah intubasi, dan pertimbangkan lagi" cukup
bijaksana, namun harus mengingat kenyataan bahwa intubasi adalah suatu tindakan
sementara dan harus dihentikan atau digantikan dengan tuba trakeostomi.
Argumentasi menpenai intubasi versus trakeostomi masih belum dapat diselesaikan.
Namun demikian, jika memilih intubasi, maka peralihan menjadi trakeostomi setelah enam
hari pada anak, dan setelah 72 hingga 96 jam pada dewasa memberikan basil yang paling
memuaskan saat ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2
Fungsi Trakeostomi
2.2.3
Penyebab
Contoh
1.
Kongenital/bawaan
kulit). Haemangiomas
pada,
dagu
dengan
napas
masing-masing. Jika
jalan
napas
selama
(MLB)
microlaryngobronchoscopy
2.
Infeksi
- Epiglotitis akut
-
Laryngotracheobronchitis
-
Angina Ludwig
(radang
berat
disertai
3.
Keganasan
4.
Trauma
Di maksilofasial.
Menghirup asap.
5.
Kelumpuhan
pita
Operasi esophagus
suara
6.
Benda asing .
Penyebab
Contoh
1.
Penyakit neurologis
Hilangnya
refleks
ketidakmampuan
mengakibatkan
laring
untuk
resiko
dan
menelan
tinggi
dapat
terjadinya
aspirasi.
2.
Koma
- Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
- Stroke
- Tumor otak
beresiko
aspirasi
karena
refleks
pelindung hilang.
3.
Trauma
3. Gagal nafas.
No.
Penyebab
Contoh
1.
Kerusakan paru.
2.
Penyakit paru
3.
Penyakit neurologis.
- Multiple sclerosis.
4.
Luka dada
Dapat
menyebabkan
pneumotoraks
No.
Penyebab
Contoh
1.
Penyakit paru
2.
Penurunan
tingkat
kesadaran
3.
Trauma ke kandang
otot toraks
2. Kontraindikasi Trakeostomi.
yang
No.
Waktu
dilakukan
Lama Penggunaan
Teknik Insisi
Sementara
Tindakan
1.
Darurat
2.
Non-darurat
Permanen
trakea
dan
B. Jenis Pipa
a. Cuffed Tubes.
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko
timbulnya aspirasi.
b. Uncuffed Tubes.
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko
aspirasi.
c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam).
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul
dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
d. Silver Negus Tubes.
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak
perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
e. Fenestrated Tubes.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka
ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004).
C. Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0 12 atau 24 44 French. Trakeostomi
umumnya dibuat dari plastik, namun dari perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai
lumen lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik
kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien.
D. Persiapan Pasien.
1.
2.
3.
Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan
ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan
fossa suprasternal secara infiltrasi.
E. Prosedur Inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid
sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid
orang dewasa.
2. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea
yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila
lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah
ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral.
Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika
tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke
lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.
Komplikasi Trakeostomi
No.
1.
Waktu
Komplikas
Intraoperatif
Haemorrhage (pendarahan).
Emboli udara
2.
Postoperatif
Apnea
Henti jantung
Perforasi
Sumbatan darah/secret
Emfisema subkutan
Pneumotoraks / pneumomediastinum
- Tabung berpindah
- Tabung tersumbat
- Infeksi luka
- Trakea nekrosis
- Pendarahan sekunder
- Masalah menelan
3.
Jangka panjang
Infeksi
Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
BAB IIII
PENUTUP
Kesimpulan
Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan
membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga
dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara
pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.