Anda di halaman 1dari 14

1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TELINGA,HIDUNG DAN TENGGOROKAN

RS RIZKI AMALIA MEDIKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan barokahnya, kami
mampu menyelesaikan prosedur standar operasional ilmu penyakit telinga hidung dan
tenggorokan.
Rumah sakit dalam menghadapi era globalisasi dituntut agar mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Rumah
sakit harus memberikan pelayanan dan perawatan pasien secara optimal dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, kami, rumah sakit Rizki Amalia Medika telah
menginventaris dan menyusun prosedur tetap pelayanan medis dan kesehatan di
rumah sakit Rizki Amalia Medika.
Tujuan dari disusunnya buku prosedur tetap ini adalah sebagai acuan standar
bagi pelayanan kesehatan kepada pasien. Diharapkan dengan adanya buku ini mampu
memberikan panduan yang lebih baik dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,
sehingga rumah sakit Rizki Amalia Medika bisa menjadi rumah sakit yang memiliki
pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan medis. Diharapkan pula,
dengan adanya buku prosedur standar operasional ini mampu meminimalisir adanya
kejadian-kejadian atau tindakan yang tidak sesuai dengan keilmuan dan standar
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan acuan yang berlaku.
Semoga buku prosedur standar operasional ilmu penyakit telinga hidung dan
tenggorokan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Lendah,

Desember 2011

dr. Enuk Endah Sunarto TKS

DAFTAR ISI

ABSES PERITONSILER .....................................................................................


3
EPISTAKSIS ........................................................................................................
5
FARINGITIS .........................................................................................................
8
TONSILITIS AKUT................................................................................................
10
COMMON COLD..................................................................................................
11

ABSES PERITONSILER
No Dokumen

No Revisi

Halaman

DR/06/01

Prosedur Tetap

Tanggal Terbit

1/2

Ditetapkan,
Direktur

dr. Enuk Endah S


Pengertian

Abses Peritonsiler adalah penimbunan nanah di daerah sekitar


tonsil (amandel).
Abses peritonsiler merupakan komplikasi dari tonsilitis.
Abses peritonsiler bisa menyerang anak-anak yang lebih besar,
remaja dan dewasa muda. Tetapi sejak penggunaan antibiotik
untuk mengobati tonsilitis, penyakit ini sekarang relatif jarang
ditemukan.
PENYEBAB
Penyebabnya biasanya adalah bakteri streptokokus beta
hemolitik grup A.Salah satu atau kedua tonsil terinfeksi,
terbentuk nanah dan menyebar dari tonsil ke jaringan di
sekitarnya.
Infeksi bisa menyebar ke langit-langit mulut, leher ataupun dada
(termasuk paru-paru).
GEJALA
Gejalanya berupa:
a. Nyeri tenggorokan
b. Pembengkakan kelenjar getah bening leher
c. air liur menetes
d. sakit kepala
e. demam
f. suara serak (kadang-kadang).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan leher dan tenggorokan, tonsil, langit-langit,
tenggorokan, leher dan kulit dada tampak merah dan
membengkak.
Pembiakan cairan yang berasal dari abses bisa menunjukkan
adanya bakteri.

Tujuan

Penanganan yang tepat dapat menghidari komplikasi lebih


lanjut

Kebijakan

Rawat inap bila :


1. Penderita sulit menelan
2. Kondisi umum melemah

ABSES PERITONSILER
No Dokumen
DR/06/01

Prosedur

Unit terkait

No Revisi

Halaman
2/2

1. Pastikan kondisi umum pasien


2. Berikan antibiotik oral ampisilin/amoksisilin 3-4 x 250500 mg atau sefalosporin 3-4 x 250-500 mg,atau
metronidazol 3-4 x 250-500 mg
3. Berikan obat simtomatik seperti analgetik
oral,multivitamin
4. Bila pasien sulit menelan dan minum obat,dokter
jaga motivasi keluarga dan pasien untuk rawat inap
5. Pengobatan oral diganti dengan iv lewat
pemasangan infus
6. Berikan obat kumur 2xsehari seperti betadin kumur
7. Dokter jaga segera konsultasi dokter Spesialis THT
Poliklinik,UGD,rawat inap

EPISTAKSIS
No Dokumen
DR/06/02

PROSEDUR TETAP

Tanggal Terbit

No Revisi

Halaman
1/3

Disetujui oleh,
Direktur RSKB RAM
dr. Enuk Endah S

Pengertian

Perdarahan Hidung (Epistaksis, Mimisan) adalah pardarahan yang


berasal dari hidung.
Penyebab
1. Infeksi lokal

Vestibulitis
Sinusitis
2. Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cedera

Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul,


adanya benda asing di hidung, trauma pembedahan atau iritasi
oleh gas yang merangsang
Patah tulang hidung
3. Penyakit kardiovaskuler

Penyempitan arteri (arteriosklerosis)


Tekanan darah tinggi
4. Infeksi sistemik

Demam berdarah
Influenza
Morbili
Demam tifoid
Kelainan darah

Anemia aplastik
Leukemia
Trombositopenia
Hemofilia
Telangiektasi hemoragik herediter
6. Tumor pada hidung, sinus atau nasofaring, baik jinak maupun
ganas
7. Gangguan endokrin, seperti pada kehamilan, menars dan
menopause
8. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir
mendadak (seperti pada penerbang dan penyelam/penyakit Caisson)
atau lingkungan yang udaranya sangat dingin

EPISTAKSIS
No Dokumen
DR/06/02

No Revisi

Halaman
2/3

Pengertian

9. Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan mimisan ringan


disertai ingus berbau busuk
10. Idiopatik, biasanya merupakan mimisan yang ringan dan berulang
pada anak dan remaja.
Gejala

Epistaksis dibagi menjadi 2 kelompok: Epistaksis anterior :


perdarahan berasal dari septum (pemisah lubang hidung kiri dan
kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus Kiesselbach atau arteri
etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan
bila pasien duduk, darah akan keluar dari salah satu lubang
hidung. Seringkali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.
Epistaksis posterior : perdarahan berasal dari bagian hidung yang
paling dalam, yaitu dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis
posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada usia lanjut, penderita
hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit kardiovaskular. Perdarahan
biasanya hebat dan jarang berhenti spontan. Darah mengalir ke
belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokan
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Penunjang untuk memperkuat diagnosis epistaksis:

Tujuan
Kebijakan

Pemeriksaan darah tepi lengkap


Fungsi hemostatis
Tes fungsi hati dan ginjal
Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring
Penanganan yang tepat dapat menghidari terjadinya perdarahan lebih
lanjut
Rawat inap bila:
1. Penderita mengalami perdarahan hebat
2. Dari hasil pemeriksaan terdapat tanda syok
3. Penderita usia lanjut

EPISTAKSIS

No Dokumen

No Revisi

DR/06/02

Prosedur

3/3

1.
2.
3.

Perhatikan keadaan umum pasien.


Tenangkan kondisi pasien dan keluarga
Pastikan bahwa pasien tidak dalam keadaan syok.
Jika ada riwayat telah terjadi perdarahan hebat, segera
pasang Infus, periksa darah rutin, pemeriksaan fungsi
pembekuan dan golongan darah dilakukan jika perlu
transfusi
darah.
Jika pasien dalam keadaan syok, segera pasang infus
dan pemberian obat-obat yang diperlukan untuk
memperbaiki keadaan umum.
4. Menghentikan perdarahan
a. Epistaksis Anterior
Epistaksis anterior Penderita sebaiknya duduk tegak agar
tekanan vaskular berkurang dan mudah membatukkan darah
dari tenggorokan
Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan
dengan cara menekan cuping hidung selama 5-10 menit
Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan,
maka dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan
adrenalin dan lidocain atau pantocain untuk menghentikan
perdarahan dan mengurangi rasa nyeri
Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus
berlangsung, maka diperlukan pemasangan tampon anterior
yang telah diberi salep antibiotika agar tidak melekat
sehingga tidak terjadi perdarahan ulang pada saat tampon
dilepaskan.
Tampon anterior dimasukkan melalui lubang hidung depan,
dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak
rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan.
Tampon dipasang selama 1-2 hari.
Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak
perlu dirawat dan diminta lebih banyak duduk serta
mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari.
2. Epistaksis posterior

Unit terkait

Halaman

Pada epistaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke


dalam mulut sehingga pemasangan tampon anterior tidak
dapat menghentikan perdarahan.
Konsultasi dokter Spesialis THT

UGD,rawat inap,konsul dokter konsulen

10

FARINGITIS
No.dokumen
DR/06/03

PROSEDUR
TETAP

Tanggal terbit

No.Revisi

Halaman
1/2

Disetujui oleh,
Direktur RSKB RAM
dr.Enuk Endah S

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Adalah peradangan pada mucosa faring dan sering meluas


ke jaringan sekitarnya. Biasanya timbul bersama-sama
dengan tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis.
- Tanda / karakteristik : demam yang tiba-tiba, nyeri
tenggorok, sakit kepala, nyeri telan, adenopati servikal
anterior, malaise, mua, muntah, anoreksia.
- Pemeriksaan fisik : faring, palatum, tonsil berwarna
kemerahan, dan tampak adanya pembengkakan. Mungkin
disertai eksudat yang purulen.
- Penyebab
a. Non bakteri (banyak dijumpai) : virus saluran nafas
(adenovirus, influenzae, parainfluenzae, rhinovirus,
dan Respiratory syncysial virus (RSV), Epstein
Barr virus (EBV)
b. Bakteri
:
Streptococcus
pyogenesis,
Corynebacterium diphterial, Neisseria gonorrhoeae
1. Mengatasi gejala secepat mungkin
2. Membatasi penyebaran infeksi
3. Mencegah komplikasi
Rawat inap bila penderita sulit menelan dan tidak mau
makan
1. Berikan terapi simtomatik seperti
- Parasetamol : anak 10mg/kg BB/dosis, 3-4 x
/hari atau ibuprofen : Dewasa 300-400 mg / Kg
BB tiap 6-8 jam, maks 40 mg/Kg BB/hari
- Dextrometorphan : anak 2-5 th : 3-7,5 mg/dosis,
3-4 x/hari,Anak 6-12 th:7,5-15mg/dosis,34x/hari
- Gliseril Guaiyakolat: anak (6-12 tahun)50100mg/dosis,Dewasa 100-300 mg/dosis
- Ambroxol / Asetil sistein : 2-5 th : 1,5 mg/kg
BB/hari dalam dosis terbagi,5-10 th : 15 mg/
dosis 3x/hari

11

FARINGITIS
No.dokumen
DR/06/03

Prosedur

Unit terkait

No.Revisi

Halaman
2/2

2. Berikan terapi kausal Antibiotika berupa:


- Amoksisilin
Anak : 40-50 mg /kg BB / hari terbagi dalam 3
dosis
Dewasa : 3 x 500 mg selama 5 hari
- Eritromosin (untuk pasien alergi penisilin)
Anak : 30-50 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3-4
dosis
Dewasa : 4 x 250-500 mg selama 5 hari
3. Berikan obat kumur dengan larutan garam hangat
atau kumur betadin 2 kali sehari
4. Dokter jaga motivasi pasien dan keluarga untuk
rawat inap bila sulit menelan dan tidak mau makan
5. Konsul dokter Spesialis THT,bila keluhan berlanjut
Poliklinik ,rawat inap

12

TONSILITIS AKUT
No.dokumen
DR/06/04
PROSEDUR TETAP

Tanggal
terbit

No.Revisi

Halaman
1/1

Disetujui oleh,
Direktur RSKB RAM
dr.Enuk Endah S

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

- Adalah peradangan pada tonsil


- Etiologi: terbanyak karena Streptococcus
hemolyticus, S.viridans dan S.pyogenesis. dapat
juga oleh virus H.influensa, pneumokokus,
stafilokokus
- Manifestasi klinik : demam kadang naik sampai
40C,disfagia,rasa gatal/kering tenggorokan, lesu,
nyeri sendi, odinofagia, otalgia. Tonsil tampak
bengkak, merah,dengan dentritus berupa folikel
atau membran.
Mengatasi gejala secepat mungkin sehingga
membatasi penyebaran infeksi dan komplikasi lebih
lanjut
Konsul ke dokter Spesialis THT jika :
1. Terjadi kekambuhan lebih dari 6 kali dalam
setahun
2. Terjadi tanda-tanda obstruksi ( kesulitan
menelan, sulit bernafas dengan hidung )
a. Berikan terapi kausal antibiotik berupa
1. Amoksisilin
Anak : 40-50 mg /kg BB/hari, terbagi dalam 3
dosis
Dewasa : 3 x 500 mg selama 5 hari
2. Eritromisin (untuk pasien alergi penicilin)
- Anak 40-50 mg/KgBB/hari dalam dosis terbagi
- Dewasa 2 x 960 mg
b. Berikan terapi simtomatik seperti
1. Antipiretik :
- Parasetamol anak 10 mg/kg BB/dosis, 3-4
x/hari
- Ibuprofen : Dewasa 300-400 mg/dosis. Tiap 46 jam, maks 3,2 g / hari,Anak (6-12 th) 10 mg /
KgBB tiap 6-8 jam, maks 40 mg/Kg BB/hari
c. Berikan Obat kumur atau obat hisap dengan

13

Unit terkait

desinfektan
d. Konsultasi ke dokter Spesialis THT bila perlu
Poliklinik,dokter spesialis THT

COMMON COLD
No.dokumen
DR/06/05

PROSEDUR TETAP

Tanggal terbit

No.Revisi

Halaman
1/2

Disetujui oleh,
Direktur RSKB RAM
dr.Enuk Endah S

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Etiologi : rhinovirus,adenovirus
Gejala:
hidung
tersumbat,beringus,bersinbersin,tenggorokan gatal
- Pemeriksaan fisik : nasal hiperemis,mocosa edem
dan berair
Memberikan terapi dengan tepat untuk menghindari gejala
yang lebih berlanjut
Bila sudah diberikan terapi dan gejala tetap berlanjut lebih
dari 1 minggu segera lakukan pemeriksaan penunjang
Terapi
a. Simptomatik Dekongestan :
Eefedrin dewasa : 25-30 mg/dosis 3x/hari, anakanak 1 mg/ kg BB dengan dosis 3-4 x/hari
Tergantung simptom yang muncul
b. Diberikan antibiotika, bila gejala menetap selama 1
minggu (menunjukkan adanya infeksi tumpangan
bakteri) yang ditandai :
1. Sekret hidung yang purulen berwarna hijau atau
kuning
2. Sakit kepala sebelah
3. Nyeri gigi
4. Disfagia berat
5. Eksudat di faring
6. Pembesaran kelenjar limfe di leher yang nyeri
tekan
- Dewasa :
1. Amoxycilin 3 x 500 mg, atau
2. Trimetophrim-sulfamethoxazole 2 x 960 mg

14

COMMON COLD
No.dokumen
DR/06/05

Prosedur

Unit terkait

No.Revisi

Halaman
2/2

Anak-anak :
1. Amoxycilin :
Untuk kurang dari 20 kg, dosis 20-40
mg/hari BB/hari, dibagi dalam 3 dosis
Untuk lebih dari 20 kg, dosis 40-50
mg/hari BB/hari, dibagi dalam 3 dosis
2. Trimetophrim-sulfamethoxazole
40-50
mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis (untuk
usia di atas 2 bulan)
c. Lakukan pemeriksaan penunjang berupa
laboratorium dan Foto Rotgen SPN,bila sudah
diberkan terapi dan tidak ada perubahan
d. Konsultasi dokter Spesialis THT,bila gejala
dominan ke arah sinusitis
Poliklinik,Radiologi,laborat,dokter konsulen

Anda mungkin juga menyukai