Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang merupakan salah satu program yang
gencar digalakkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Program ini mewajibkan setiap
warga negara untuk bersekolah selama 9 tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari
tingkat kelas 1 sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Seperti kita ketahui bersama, pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi
pembangunan bangsa. Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional. Sumber daya
manusia yang bermutu, yang merupakan produk pendidikan, merupakan kunci keberhasilan
pembangunan suatu negara.
Program ini dilatar belakangi dari munculnya Program Wajib Belajar 6 tahun pada
tahun 1984 dan berakhir pada tahun 1993. Kemudian, pada tahun 1994 melalui Inpres nomor
1 tahun 1994 ditingkatkan menjadi Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. Hal ini
berarti bahwa anak Indonesia yang berumur 7 sampai 15 tahun diwajibkan untuk mengikuti
pendidikan dasar 9 tahun.
Namun kenyataannya, saat ini masih banyak kita jumpai anak-anak yang putus
sekolah dan mereka lebih memilih bekerja untuk membantu menopang perekonomian
keluarga. Lalu, apakah program yang sudah digulirkan sejak 16 tahun yang lalu in sudah
berhasil? Memang tidak semua daerah dapat kita jumpai, dominasi daerah pedesaanlah yang
terdapat banyak anak putus sekolah. Dan apakah faktor penyebab semua ini?
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda
pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang
signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik,
dan budaya. Karena itu, Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara
dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia
sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan Pemerintah bertanggung jawab
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum.
1

Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di
masa depan, bahkan lebih penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi era global yang sarat
dengan persaingan antarbangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian, pendidikan
menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu
bangsa untuk bisa memenangi kompetisi global. Sejak tahun 1984, pemerintah Indonesia
secara formal telah mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan
dengan wajib belajar pendidikan sembilan tahun mulai tahun 1994. Upaya-upaya ini
nampaknya lebih mengacu pada perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
(dimensi equality of access).
Seiring dengan kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh dalam segala
aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan di dunia
pendidikan. Dalam bidang pendidikan, TIK banyak memiliki peranan. Kemajuan teknologi
adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi
akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan.Teknologi Informasi seakan telah
menjadi pengalihfungsian buku, guru dan sistem pengajaran yang sebelumnya masih bersifat
konvensional. Teknologi informasi menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi kian
berkembang dan berkembang. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif
bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi informasi sudah menikmati
banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade
terakhir ini.
Namun, TIK juga memiliki banyak kekurangan. TIK tidak hanya memberikan dapak
positif, namun juga memiliki dampak negative terhadap kehidupan, salah satunya yang
menonjol adalah di bidang pendidikan.Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (4) secara tegas
dinyatakan Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhanpenyelenggaraan pendidikan nasional. Menurut definisi yang berlaku umum,
anggaran pendidikan adalah keseluruhan sumber daya baik dalam bentuk uang maupun
barang,

yang

menjadi input dan

dimanfaatkan

untuk

kepentingan

penyelenggaraan

pendidikan. Segenap sumber daya tersebut bisa berupa investasi untuk pembangunan
prasarana dan sarana (gedung sekolah, ruang kelas, kantor, perpustakaan, laboratorium),
biaya operasional, penyediaan buku dan peralatan, serta gaji guru. Setiap komponen sumber

daya berkaitan langsung dengan keberlangsungan pelayanan pendidikan sehingga harus


dihitung sebgai satu kesatuan pembiayaaan pendidikan.
Namun, kewajiban konstitusi pemerintah untuk mengalokasikan angggaran
pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD belumlah terpenuhi sepenuhnya. Buktinya
APBN tahun 2004 yang telah disahkan pada Rapat Paripurna DPR menetapkan alokasi
anggaran pendidikan hanya 6,6%, lalu menjadi 9,3% pada tahun 2005, menjadi 12% pada
tahun 2006, menjadi 14,7% pada tahun 2007, menjadi 17,4 % pada tahun 2008, menjadi
20,1% pada tahun 2009, dan terakhir 20% pada tahun 2010. Namun, untuk anggaran yang
bersumber dari APBD, belum semua daerah menganggarkan 20% APBD-nya untuk
pendidikan sehingga pemerataan pendidikan dasar belum sepenuhnya tercapai.
Pada awalnya, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan menuntaskan
program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun pada pendidikan dasar (SD
dan SMP) paling lambat tahun 2008. Namun, ternyata program Wajar Dikdas 9 tahun yang
ditargetkan diraih tahun 2008 terancam gagal. Ini semua terjaadi karena masih banyaknya
kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraannya, khususnya yang berkaitan dengan sarana
dan prasarana TIK disetiap daeraha yang tidak merata, akses pendidikan yang relatif rendah,
serta mutu pendidikannya, dalam hal ini mencakup tenaga kependidikan, fasilitas,
pembiayaan, manajemen, proses, danp emerataan pendidikan dasar yang belum mencakup
semua wilayah terutama daerah pedesaan. Oleh karena itu, untuk melihat hasil pemerataan
program Wajar Dikdas 9 tahun yang telah dicapai, perlu diadakan pendataan guna evaluasi
agar program ini secepatnya mencapai target dengan berhasil.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan TIK dalam pemerataan Wajar Dikdas 9 tahun di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong serta penghambat wajar Dikdas 9 tahun di
Indonesia melalui TIK.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui peranan TIK dalam pemerataan wajib belajar 9 tahun di Indonesia.
2. Mengetahui faktor-faktor pendorong serta penghambat wajar Dikdas 9 tahun di
Indonesia melalui TIK.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep TIK
3

Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari konsep
yang membangunnya, yakni konsep Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi .
Teknologi informasi bisa didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi guna keperluan
pengolahan
of

informasi. Hal ini senada dengan definisi yang dicantumkan

Information

merupakan,

Technology

yang

menyebutkan

bahwa

Dictionary

teknologi informasi

the acquisition, processing, storage and dissemination of vocal, pictorial,

textual and numerical

information by a microelectronics-based combination of computing

and telecommunications... (Longley & Shain 2012: 164).


Istilah

teknologi

informasi

juga

disebutkan

di

dalam

WordNet

Glossary

Universitas Princeton sebagai suatu cabang ilmu teknik yang khusus berhubungan dengan
teknik-teknik pemanfaatan komputer

dan perangkat telekomunikasi

guna menerima,

menyimpan dan meneruskan suatu informasi. Istilah teknologi komunikasi, lebih


merujuk kepada proses pentransmisian/penyebaran informasi yang telah diolah. Munir
(2008:

14)

perangkat

mengemukakan bahwa
teknologi

yang

teknologi

komunikasi

adalah

perangkat-

terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang

digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil
(komunikatif).
Berdasarkan penjabaran dari istilah teknologi informasi dan teknologi komunikasi di
atas maka dapat dilihat sebuah diferensiasi dari kedua istilah tersebut. Teknologi informasi
lebih

menekankan pada

aspek

pengolahan

istilah

teknologi

komunikatif. Sedangkan
pada

informasi agar
komunikasi

menjadi efektif dan


lebih

menitikberatkan

segi pentransmisian/penyebaran dari informasi yang telah diolah tersebut. Dengan

demikian

bisa disimpulkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah suatu

kegiatan pengolahan dan penyebaran informasi dengan menggunakan teknologi komputasi


elektronik agar

menjadi

suatu informasi

yang

efektif dan

komunikatif

guna

disampaikan/ditransmisikan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.


Senada dengan pernyataan di atas, Poverty Reduction Dictionary juga mencantumkan
definisi TIK sebagai,
Ways of finding, gathering, and manipulating information and then presenting or
communicating
programming

it. ICT

includes

and communication

making computers

and

providing

software,

services such as email and the internet.

(Seafield Research and Development Services: 2012).


4

2.2 Peranan TIK Dalam Pemerataan Wajib Belajar Dikdas


Arti TIK bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang
dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal Pemanfaatan TIK ini di
Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan
penerapan TIK untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal penggunaan TIK
ini telah bukanlah suatu wacana yang asing di negeri Paman Sam sana. Pemanfaatan IT
dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa
yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa di dunia.
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media
utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan.
Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan medasar terhadap
peran guru: dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat
terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik,
dan lebih cerdas. Dan Teknologi Informasi dan komunikasi yang menjadi kunci untuk menuju
model sekolah masa depan yang lebih baik.
Usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan
bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan TIK.
Semisalnya, baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB)
menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai
dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan
meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan dapat menjadi
tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan serta
implementasi-implementasi lainnya di Indonesia.
Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN
(Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaraan konferensi jarak
jauh

(teleconference)

sebagai

salah

satu

aplikasi

pembelajaran

jarak

jauh.

Banyak aspek dapat diajukan untuk dijadikan sebagai alasan-alasan untuk mendukung
pengembangan dan penerapan IIK untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan
kualitas pendidikan nasional Indonesia.

Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya pulau
yang terpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali tidak bersahabat,
biasanya

diajukan

untuk

menjagokan

pengembangan

dan

penerapan TIK

untuk

pendidikan. TIK sangat mampu dan dijagokan agar menjadi fasilitator utama untuk
meratakan pendidikan di bumi Nusantara, sebab TIK yang mengandalkan kemampuan
pembelajaran jarak jauhnya tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian
daerah-daerah yang sulit tentunya diharapkan penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin
di Indonesia.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini, factor lingkungan
teknologi merupakan factor penting permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Kondisi teknologi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dalam kurun waktu lima
tahun mendatang antara lain adalah (1) kesenjangan literasi TIK antarwilayah, (2) kebutuhan
akan penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi tuntutan global, (3)
terjadinya kesenjangan antara perkembangan teknologi dan penguasaan iptek di lembaga
pendidikan, (4) semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk dalam bidang pendidikan, (5) semakin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan
berbagi pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, (6) perkembangan internet yang
menghilangkan batas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan akses terhadap
informasi, dan (7) perkembangan internet yang juga membawa dampak negatif terhadap nilai
dan norma masyarakat serta memberikan peluang munculnya plagiarisme dan pelanggaran
HAKI.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan TIK Dalam Pemerataan Wajib Belajar


a. Kelebihan TIK Dalam Pemerataan Wajib Belajar
Kelebihan TIK dalam pemerataan wajib belajar pendidikan dasar adalah dengan
menggunakan TIK pemerintah lebih mudah dalam mensosialisasikan dan mentransfer
program wajib belajar pendidikan dasar. Dari ketercapaian 11 provinsi di Indonesia dalam
pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun tentunya terdapat banyak faktor yang mendorong
terwujudnya target tersebut diantaranya yaitu:Kondisi Geografis yang Mendukung, hampir
rata-rata provinsi yang berhasil tersebut terletak pada daerah sentral/geografis sehingga
segala akses transportasi dan informasi dapat dengan mudah masuk daerah tersebut.

Taraf Hidup Masyarakat Yang Meningkat, seiring dengan perputaran roda


perekonomian yang terus berjalan, maka hasil yang diperoleh adalah meningkatnya taraf
hidup masyarakat, sehingga dengan pendapatan yang ada, perhatian para orang tuan akan
kualitas pendidikan anaknya semakin besar, bahkan mereka ingin anaknya tidak hanya
lulus SMA/MA, tapi harus sampai perguruan tinggi. Inilah yang akhirnya menimbulkan
kesadaran masyarakat akan pentingnyapendidikan. Lalu, Struktur Penduduk Yang
Dinamis, artinya komposisi penduduk suatu wilayah yang terdiri dari berbgai suku dapat
memotivasi mereka untuk senantiasa bersaing hingga pendidikan menjadi hal yang
mendapat perhatian khusus bagi mereka. Selanjutnya, Anggaran Pendidikan yang Besar
dan Tepat Sasaran, bagi daerah yang sudah berhasil tersebut, para pemimpin daerahnya
memberikan perhatian khusus dalam bidang penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun.
Bahkan, selain dana BOS dari pemerintah pusat, mereka memiliki anggaran BOS
daerah yang bersumber dari APBD untuk mempercepat pemerataan pendidikan di
daerahnya. Lalu,Keseriusan Pemerintah Daerah Membangun Pendidikan, terbukti bahwa
pemerintah daerah yang mempunyai visi membangun pendidikan secara lebih intens
memiliki hasil yang lebih optimal dibandingkan daerah yang kurang memiliki visi
memajukan pendidikan.
b. Kelemahan TIK Dalam Pemerataan Wajib Belajar
Kelemahan TIK dalam pemerataan wajib belajar pendidikan dasar adalah keterbatasan
sumber daya manusia yang belum semuannya menegrti tentang penggunaan TIK sebagai
sarana informasi. Selain itu, bagi provinsi yang belum berhasil dalam pelaksanaan Wajar
Dikdas 9 tahun memiliki berbagai kendala diantaranya adalah : Kondisi Geografis Daerah
yang Tidak Mendukung, sebagai contoh bahwa dari provinsi yang ada di Papua yakni
Provinsi Papua dan Papua Barat, tidak ada satupun provinsi yang APK-nya mencapai
target nasional yakni 95%. Ini karena daerah
Papua masih banyak daerah terpencil, pegunungan-pegunungan yang sulit diakses oleh
transportasi dan informasi sehingga pendidikan menjadi suatu komoditi yang kurang
diminati. Lalu Kemiskinan, ternyata di negara ini masih banyak penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan. Tidak hanya di pedesaan, tapi telah merambat juga ke
perkotaan sehingga para orang tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya
dan akhirnya banyak anak yang putus sekolah dan lebih mementingkan bekerja untuk
membantu menopang perekonomian keluarga. Selanjutnya Alokasi Anggaran Pendidikan
7

Yang Tidak Sesuai, hingga menyebabkan target pencapaian tuntas Wajar Dikdas 9 tahun
yang diharapkan tidak tercapai.
Oleh karena itu perlunya pengawasan dari pihak yang yang berwenang dan seluruh
masyarakat untuk mengawal pengalokasian anggaran pendidikan disetiap daerah sesuai
dengan ketetapan yang telah ditentukan. Selanjutnya, Struktur Penduduk yang Masih
Pribumi, ternyata bagi suatu daerah yang penduduknya masih kebanyakan pribumi, minat
para orang orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya sangat kecil, karena mereka tidak
memiliki pengetahuan tentang pentingnya pendidikan. Anak-anak mereka sudah disuruh
bekerja sebagai petani/ nelayan sejak kecil, hingga target pencapaian pemerataan
pendidikan dasar yang diharapkan tidak terpenuhi. Dan Kurangnya Keseriusan Pemerintah
Dalam Pemerataan Pendidikan Dasar, ini disebabkan visi Pemerintah daerah yang kurang
menyentuh dunia pendidikan. Kebanyakan pemerintah daerah lebih fokus dalam
peningkatan dibidang pertanian, perikanan, dan lain sebagainya.
2.4 Permasalahan-Permasalahan TIK Sebagai Sarana Pemerataan Wajib Belajar
DIKDAS
Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini, factor lingkungan
teknologi merupakan factor penting permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Kondisi teknologi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dalam kurun waktu lima
tahun mendatang antara lain adalah (1) kesenjangan literasi TIK antarwilayah, (2) kebutuhan
akan penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi tuntutan global, (3)
terjadinya kesenjangan antara perkembangan teknologi dan penguasaan iptek di lembaga
pendidikan, (4) semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk dalam bidang pendidikan, (5) semakin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan
berbagi pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, (6) perkembangan internet yang
menghilangkan batas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan akses terhadap
informasi, dan (7) perkembangan internet yang juga membawa dampak negatif terhadap nilai
dan norma masyarakat serta memberikan peluang munculnya plagiarisme dan pelanggaran
HAKI.

BAB III
3.1 Kesimpulan
8

Dari hasil pembahasan,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Pemerataan pendidikan dasar tingkat SD/MI dan SMP/MTs melalui program Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dengan peranan TIK yang ada di Indonesia belum
sepenuhnya berhasil.
2. Pemerataan pendidikan melalui TIK diharapkan dapt berjalan sesuai harapan akan
tetapi, hanya 11 provinsi yang telah mencapai target APK secara nasional yakni 95%.
3. Faktor pendorong keberhasilan program ini diantaranya : Sarana dan prasarana TIK
yang menunjang, Kondisi Geografis yang Mendukung,Taraf Hidup Masyarakat Yang
Meningkat, Struktur Penduduk Yang Dinamis, Anggaran Pendidikan yang Besar dan
Tepat Sasaran, Keseriusan Pemerintah Daerah Membangun Pendidikan,
4. Factor penghambat keberhasilan program ini diantaranya : Sarana dan Prasarana
TIK yang ada kurang menunjang dengan baik, Kondisi Geografis Daerah yang Tidak
Mendukung, Kemiskinan, Alokasi Anggaran Pendidikan yang Tidak Sesuai, Struktur
Penduduk yang Masih Pribumi,Kurangnya Keseriusan Pemerintah Dalam
Pemerataan Pendidikan Dasar.
5. Dalam strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional melalui TIK
tahun 2010-2014, pemerintah akan menargetkan perluasan dan pemerataan akses
pendidikan dasar universal bermutu dan berkesetaraan gender di semua provinsi,
kabupaten, dan kota.
3.2 Saran
1. Perlu dukungan semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh
masyarakat Indonesia agar pemerataan pendidikan dasar tingkat SD/MI dan
SMP/MTs di Indonesia melalui TIK dapat berhasil sesuai target APK pemerintah
yakni 95%.
2. Diperlukan Perluasan dan pemerataan akses pendidikan dasar bermutu, berkesetaraan
gender, dan relevan melalui TIK disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di semua
provinsi, kabupaten, dan kota
3. Pembangunan sarana dan prasarana TIK dan juga akses jalan dan transportasi di
daerah-daerah pedalaman sangat dibutuhkan untuk pembangunan pendidikan agar
tidak terjadinya disparitas pemerataan pendidikan dasar antara satu daerah dengan
daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://muhammadakbar92.blogspot.com/2011/05/makalah-pemerataan-pendidikandasar.html

10

2. https://philosophiaofdikaiosune.wordpress.com/2012/05/18/gagalnya-wajar-dikdas-9tahun/
3. http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=program+wajar+dikdas&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CF
wQFjAH&url=http://affandimochtar.files.wordpress.com/2008/05/005-permasalahanguru-dan-strategi-penuntasan-wajar-dikdas-9lengkap.ppt&ei=PYS3VIezB5GgugSQ7oKoDw&usg=AFQjCNGToYD8HE35JYUgfm3
FIlHp9H0XLA&sig2=GRXGJp5qk7KIflEvM2-r-w&bvm=bv.83640239,d.c2E
4. http://www.slideshare.net/rockeyliverpudlian/savedfiles?s_title=tik-untuk-pembelajaran17229507&user_login=ehary2
5. http://rofhiah.blogspot.com/2013/12/makalah-tik-dalam-bidangpendidikan.html#ixzz3PB6fy6QX

11

Anda mungkin juga menyukai