Pelingkupan PDF
Pelingkupan PDF
Desember 2007
Diterbitkan oleh
melalui
PENGANTAR
Pengarah
Hermin Roosita, Sri Wahyuni Herly, Ary Sudijanto, Muhammad Askary (Kantor Asisten Deputi Kajian Dampak
Lingkungan, Deputi Bidang Tata Lingkungan, KLH)
Penyusun
Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Isna Marifa, Rudy
Yuwono, M. Taufiq Afiff, Eka Jatnika Sundana (konsep &
tulisan), M. Taufik Sugandi, Zarkoni (tata letak & desain
grafis), M. Nuraman Sjach (dukungan editorial)
Apresiasi
Untuk Pendanaan: Danish International Development
Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Program
(ESP) Phase 1.
Untuk Masukan dan Substansi: Dr. Prastowo (PPLHIPB), Dr. Erry N. Megantara (UNPAD), Dr. Dadang Purnama
(KLH).
Untuk Foto: Bayu Rizky Tribuwono (Qipra), Taufik Ismail
(Qipra), Heri Wibowo (Green Planet Indonesia)
Diterbitkan Oleh
Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Gedung A Lantai 6
Jl. D.I. Panjaitan Kav 24, Kebun Nanas, Jakarta 13410
Telp/Faks (021) 85904925
PO BOX 7777 JAT 13000
e-mail: amdal@menlh.go.id
Website: http:\\www.menlh.go.id
ii
DAFTAR ISI
Tentang Buku Ini.................................................................................
Susunan Buku...................................................................................
iv
iv
2
3
4
5
8
11
Esensi Mengenal Deskripsi Kegiatan....................................................
Informasi tentang Rencana Kegiatan.............................................
Penjelasan Permen LH 08/2006.........................................................
Tujuan Adanya Alternatif Rencana Kegiatan...................................
Alternatif Rencana Kegiatan dalam Pelingkupan.............................
12
12
15
15
16
23
Esensi Rona Lingkungan Hidup...........................................................
Informasi tentang Komponen Lingkungan......................................
Penjelasan Permen LH 08/2006.........................................................
Tujuan Adanya Alternatif Lokasi Kegiatan.......................................
Alternatif Lokasi Kegiatan dalam Pelingkupan.................................
Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi......................................................
24
24
26
26
27
30
35
Esensi Identifikasi Dampak Potensial....................................................
Menggunakan Alat Bantu dan Menampilkan Hasil.........................
Esensi Evaluasi Dampak Potensial.......................................................
Kriteria untuk Evaluasi Dampak Potensial.......................................
Esensi Klasifikasi dan Prioritas Dampak...............................................
Klasifikasi Dampak yang Akan Dikaji.............................................
Penentuan Prioritas Kajian............................................................
37
37
41
43
45
45
46
55
56
60
65
Metode Studi....................................................................................
Menentukan Susunan Tim Studi AMDAL..............................................
66
70
LAMPIRAN ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA . .................................................................
72
74
Disclaimer
Panduan ini adalah pedoman lepas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku. Dampak
lingkungan yang terjadi akibat
suatu kegiatan sangat bergantung
pada jenis kegiatan serta situasi,
kondisi ekosistem, kesehatan masyarakat, serta sosial ekonomi dan
sosial budaya setempat.
iii
iv
SUSUNAN BUKU
Buku
ini
dimulai
dengan
bab
yang
berjudul
MENGENAL DES
KRIPS
IATAN
RENCANA KEG
MENGENAL RO
NA
LINGKUNGAN
HIDUP
Bab 5 menjelaskan bagian kedua proses pelingkupan, yaitu untuk menentukan wilayah
studi dan waktu studi ANDAL. Bab ini memberikan penjelasan tentang esensi dari kedua
tahap tersebut.
Bab 6 menjelaskan secara garis besar unsur-unsur dari penentuan metode studi dan
pembentukan tim kajian AMDAL.
SI
N
PAN
PELINGKU
ENTING
DAMPAK P
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
E
AN METOD
MENENTUK
I
SANA STUD
DAN PELAK
MENENT
UKAN
LINGKU
P ANDA
L
vi
TUJUAN PELINGKUPAN
Seperti halnya dengan kajian-kajian yang lain, kajian ANDAL membutuhkan fokus yang
jelas, batasan yang pasti, dan mengikuti rambu-rambu yang disepakati. Fokus dan batasan
itu ditentukan sebelum kajian dilaksanakan, yaitu pada tahap merancang kajian. Tanpa
rancangan kajian yang jelas, kajian dampak lingkungan (ANDAL) berpotensi menjadi sebuah
kajian tidak berarah yang kemudian tidak ada nilai dan manfaatnya. Rancangan kajian ANDAL
itulah yang dikenal sebagai lingkup studi ANDAL dan merupakan hasil proses pelingkupan.
Dengan kata lain, pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi
kajian yang tepat sasaran.
Pada umumnya, sebuah rancangan kajian ilmiah harus menjawab pertanyaan Apa yang
dikaji? Dimana dan kapan kajian dilakukan? Bagaimana kajian akan dilakukan?
Siapa saja yang terlibat dalam kajian? Oleh karena itu, rancangan
suatu kajian ANDAL harus meliputi:
Info
Gra
fis: T
opp
eak
Rancangan kajian ANDAL yang baik akan memberi manfaat tambahan bagi pelaksanaan
AMDAL, yaitu dalam hal pemakaian biaya, tenaga, dan waktu secara efektif dan efisien.
Pada akhir proses Pelingkupan akan dihasilkan sejumlah pernyataan yang membentuk
rancangan kajian ANDAL, yaitu:
Kedua hasil pelingkupan di atas kemudian dipakai untuk menentukan metodologi studi serta
tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam ANDAL.
Seluruh langkah kerja ini didasari oleh suatu proses berpikir yang baku dalam dunia
penelitian ilmiah, yaitu bagaimana merancang suatu kajian. Dengan memahami esensi dari
setiap langkah kerja maka tidak sulit untuk memahami apa yang perlu dilakukan pada setiap
langkah kerja. Esensi proses pelingkupan cukup sederhana, sebagaimana terlihat dalam
tabel di bawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Esensi tata-laksana pelingkupan sesuai Permen LH 08/2006
Esensi proses pelingkupan ANDAL berlaku universal. Artinya, langkah kerja atau tata-laksana
yang dianjurkan dalam peraturan pemerintah dapat berubah, namun esensi pelingkupan
akan tetap sama. Oleh karena itu, buku ini akan menggunakan esensi proses pelingkupan
sebagai titik-tolak pembahasan.
Unsur-unsur ini berguna untuk membentuk rancangan kajian ANDAL atau dikenal sebagai
lingkup kajian ANDAL, yang terdiri dari:
1. batas wilayah studi dan rentang waktu prakiraan dampak;
2. metode penelitian yang diharapkan dapat membuktikan hipotesa tentang dampak
yang dikaji;
3. kedalaman studi ANDAL, digambarkan sebagai jumlah sampel yang harus dikumpulkan
dan dianalisis;
4. susunan tim AMDAL yang diperlukan untuk melakukan kajian dengan interaksi,
metodologi, dan kedalaman studi di atas.
Unsur-unsur informasi yang sebaiknya ada dalam pernyataan dampak, serta manfaatnya
untuk lingkup ANDAL, dijelaskan dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Unsur informasi dalam pernyataan dampak serta manfaatnya
Dengan demikian, uraian dampak penting hipotetik merupakan satu kesatuan informasi yang
mudah dipahami. Penyampaian pernyataan dampak dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti secara naratif dan dengan tabel atau butir-butir deskripsi singkat. Contoh diberikan
di bawah ini.
A. Secara naratif
Kajian ANDAL harus/akan mencakup kajian tentang tingkat sedimentasi (Total Suspended Solid dalam air sungai) dan dampaknya terhadap kelangsungan budidaya ikan
air tawar yang dimiliki penduduk yang mungkin terjadi di Sungai X di ruas dekat Desa Ampar akibat kegiatan pembukaan lahan untuk rencana pembangunan kompleks
perumahan Z. Peningkatan ini akan terjadi musim hujan. Dampak dapat berlangsung
sejak tahap prakonstruksi (persiapan lahan) sampai dengan tahap konstruksi.
Buku panduan ini terfokus pada proses pelingkupan sehingga lebih banyak mengulas hal-hal
yang relevan untuk Bab 2 dari dokumen KA-ANDAL.
Highlight Bab 1
1. Pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang
tepat sasaran. Karena, sebagaimana kajian ilmiah lainnya, ANDAL harus mempunyai arah, fokus, dan lingkup yang tepat.
2. Pelingkupan menghasilkan sejumlah pernyataan sebagaimana diuraikan di bawah
ini.
Dampak yang akan dikaji dalam ANDAL atau dampak penting hipotetik. Dugaan (hipotesis) awal menunjukkan bahwa dampak-dampak itu akan terjadi dan
memerlukan kajian mendalam untuk membuktikan dugaan tersebut.
Lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah di mana kajian
akan dilakukan serta faktor waktu yang berkaitan dengan kajian.
3. Pernyataan dampak sebaiknya meliputi unsur-unsur informasi berikut ini.
Komponen rencana kegiatan yang diperkirakan menjadi dampak.
Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak.
Parameter yang harus dikaji dalam ANDAL.
Lokasi prakiraan awal sebaran dampak.
Waktu di mana dampak diperkirakan terjadi.
MENGENAL
DESKRIPSI
RENCANA K
EGIATAN
MENGENAL DES
KRIPS
IATAN
RENCANA KEG
MENGENAL RO
NA
LINGKUNGAN
HIDUP
10
SI
N
PAN
PELINGKU
ENTING
DAMPAK P
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
E
AN METOD
MENENTUK
I
SANA STUD
DAN PELAK
11
Deskripsi Rencana Kegiatan merupakan salah satu input utama yang perlu disiapkan sebelum
proses pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rencana kegiatan adalah objek yang diperkirakan
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Jenis atau skala rencana kegiatan
tersebut menyebabkan kegiatan itu masuk dalam daftar wajib-AMDAL sehingga harus dikaji
dampaknya terhadap lingkungan.
Bentuk dan karakteristik komponen kegiatan tersebut (aktivitas, fasilitas atau sarana
tertentu).
12
Proses perencanaan atau kajian-kajian lain yang telah dan sedang dilakukan pemrakarsa
sehubungan dengan rencana kegiatan tersebut. Pada umumnya, pemrakarsa telah
menjalani sebagian dari proses perencanaan konvensional. Walaupun untuk setiap
sektor berbeda, proses perencanaan biasanya terdiri dari sebuah kajian umum yang
melandasi keputusan pemrakarsa untuk maju dengan rencana kegiatan (seperti prefeasibility study atau feasibility study), sebuah kajian yang membuat rancangan makro
dari kegiatan tersebut (seperti masterplan, di beberapa sektor), dan sebuah kajian
yang membuat rancangan teknis yang rinci (seperti detailed engineering design di
beberapa sektor). Selain itu, terkadang pemrakarsa telah melakukan kajian-kajian
Pemerintah menganjurkan AMDAL dilaksanakan pada tahap studi kelayakan. Harapannya adalah bahwa hasil prakiraan dampak lingkungan (ANDAL) dapat
mempengaruhi rancang-bangun dan pilihan-pilihan teknis rencana kegiatan. Namun, banyak Pemrakarsa yang cenderung melakukan AMDAL pada tahap
setelah studi kelayakan dan proses rancang-bangun sudah dimulai. Yang penting diperhatikan adalah bahwa AMDAL dilakukan sebelum detailed engineering
design selesai agar hasil AMDAL masih dapat mengarahkan desain rinci tersebut.
13
Alasan pemrakarsa ingin mengembangkan rencana kegiatan dan tujuan yang ingin
dicapai. Misalnya, pembangunan fasilitas publik pasti didasari oleh kebutuhan
masyarakat untuk suatu layanan atau fasilitas tertentu. Pemrakarsa mempunyai alasan
memilih rencana kegiatan sebagai cara memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan
untuk pembangunan pabrik atau fasilitas lain untuk kepentingan komersial juga didasari
oleh permintaan pasar yang dapat dipenuhi oleh pemrakarsa. Pilihan pemrakarsa
untuk mengembangkan rencana kegiatan juga mempunyai alasan dan pertimbangan
tertentu. Hal ini perlu dipahami untuk melandasi pembahasan tentang alternatif yang
dikaji dalam ANDAL (jika ada).
CONTOH KASUS:
PELAKSANAAN KA-ANDAL DALAM PROSES PERENCANAAN
RENCANA KEGIATAN
BP Indonesia melakukan pelingkupan (dan penyusunan KA-ANDAL) untuk Proyek Pengembangan
Lapangan Gas LNG Tangguh bersamaan dengan tahap Rekayasa Dasar (Front End Engineering Design).
Berikut diuraikan tahap-tahap perencanaan proyek secara umum berikut tahun pelaksanaannya.
Kajian konseptual (Conceptual Engineering Study). Tujuan: Menentukan kelayakan ekonomi dan
teknis serta strategi pelaksanaan proyek selanjutnya. Mencakup optimalisasi teknologi LNG,
strategi pembangunan fasilitas lepas pantai, strategi pengembangan sumur, dan pengelolaan
cadangan gas. 1996-1998.
Persiapan rekayasa dasar (Front End Engineering Design Preparation). Berbagai kajian teknik
untuk menentukan teknologi yang cocok pada rancang-bangun proses dan peralatan utama
kilang serta mengumpulkan berbagai data rinci dari lokasi kilang yang dipilih. 1998-2000.
Rekayasa dasar (Front End Engineering Design). Mencakup optimalisasi teknologi proses yang
dipilih, pembuatan rancang-bangun fasilitas-fasilitas, sehingga masalah teknis dapat diatasi
dan risiko teknis dapat ditekan serendah mungkin. FEED Kilang LNG 2000-pertengahan 2001.
FEED Fasilitas Produksi Gas 2001-2002.
Proses di atas diikuti oleh Persiapan Konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction) dan
Pelaksanaan Konstruksi(Engineering, Procurement, and Construction).
Dokumen KA-ANDAL disetujui pada bulan Mei tahun 2001.
(Sumber: Dokumen KA-ANDAL BP Tangguh, halaman 2-59)
14
MELALUI AMDAL
Perangkat lain juga dapat digunakan untuk mengkaji alternatif berdasarkan dampak lingkungan. Di banyak sektor, pertimbangan lingkungan sudah terintegrasi
dengan proses perencanaan dari tahap awal dan kajian terhadap dampak lingkungan tidak dikemas dalam suatu dokumen formal yang terpisah dari dokumen perencanaan.
15
Setiap alternatif memiliki komponen kegiatan yang berbeda sehingga dapat mengakibatkan
dampak yang berbeda terhadap lingkungan hidup. Misalnya, PLTU yang menggunakan bahanbakar batubara akan menghasilkan limbah (dan dampak turunan) yang berbeda dengan
bahan-bakar gas alam. Oleh karena itu, setiap alternatif yang sedang dipertimbangkan oleh
pemrakarsa patut menjadi bagian dari kajian AMDAL.
Dalam melakukan pelingkupan, Pelaksana Kajian harus dapat menangkap alternatif apa saja
yang masih menjadi bahan pertimbangan pemrakarsa lalu menyertakan alternatif-alternatif
tersebut dalam proses menentukan lingkup kajian ANDAL. Setiap alternatif yang dikaji akan
mempunyai konsekuensi pada pendugaan dampak, penentuan wilayah studi, penentuan
waktu kajian, dan pemilihan metode studi dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk kajian.
Diagram Gambar 4 menunjukkan bagaimana alternatif rencana kegiatan dapat mempengaruhi proses pelingkupan. Dalam diagram diberikan contoh jika ada alternatif proses/
teknologi dan alternatif pengendalian/pengelolaan dampak.
16
Foto: Istimewa
17
Akibatnya, akan ada lebih dari satu skenario dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL sesuai
dengan jumlah alternatif yang dikaji dan kombinasinya. Begitu juga lingkup kajian ANDAL
akan menjadi lebih kompleks. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada anggaran dan waktu
pelaksanaan kajian ANDAL. Oleh karena itu, jumlah dan jenis alternatif yang akan dikaji
harus dipertimbangkan dengan matang.
Contoh kasus di bawah ini menunjukkan bagaimana PT. Newmont Nusa Tenggara menggunakan AMDAL untuk mengkaji dan membantu proses pemilihan alternatif penempatan
tailing di tambangnya di Pulau Sumbawa.
CONTOH KASUS:
KAJIAN ALTERNATIF PENEMPATAN TAILING PADA KEGIATAN PERTAMBANGAN
Di dalam dokumen KA-ANDAL, PT. Newmont Nusa Tenggara masih mempertimbangkan dua alternatif untuk
penempatan tailing yang dihasilkan oleh tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa. Dalam konteks penjelasan
di atas, kajian alternatif ini termasuk sebagai kajian alternatif di tingkatan mikro (elemen kegiatan).
Alternatif yang dikaji adalah:
1. penempatan di darat, yang mengharuskan di bangunnya dua waduk penampungan tailing seluas
1900 hektar; dan
2. penempatan di dasar laut pada kedalaman 3000-4000 meter di Ngarai Senunu, sebelah selatan
Pulau Sumbawa.
Kedua alternatif ini dikaji dalam AMDAL dan menunjukkan bahwa penempatan tailing di darat memiliki
potensi dampak lingkungan yang lebih besar karena 1) letak Pulau Sumbawa di zona risiko gempa bumi dan
2) adanya risiko bendungan pecah sementara curah hujan relatif tinggi.
Hasil kajian AMDAL tersebut memberi arahan agar PT. Newmont Nusa Tenggara memilih penempatan tailing
di dasar laut dalam. Hasil Kajian AMDAL tersebut juga menjadi dasar bagi Komisi Penilai AMDAL Pusat
mengeluarkan surat kelayakan lingkungan.
18
Alternatif di laut
Sumber: Dokumen KA-ANDAL PT. Newmont Nusa Tenggara (Multisektor/Integrated Studi Analisis Dampak
Lingkungan Terpadu: Kegiatan Pertambangan Tembaga-Emas di Batu Hijau, Kec. Jereweh, Kabupaten
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, 1996)
Alternatif di darat
19
Ada kalanya pada saat AMDAL dimulai, pemrakarsa tidak lagi mempertimbangkan alternatif
melainkan sudah menentukan pilihan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Mungkin
pertimbangan lingkungan telah dilakukan dalam proses pemilihan alternatif tersebut, namun
tidak menggunakan perangkat AMDAL3. Pada situasi seperti ini, proses pelingkupan perlu mereview dan merangkum semua pertimbangan lingkungan dan pemilihan alternatif yang telah
dilakukan pemrakarsa pada tahap pra-AMDAL. Dalam proses pengenalan rencana kegiatan,
Pelaksana Kajian harus dapat memberi penjelasan tentang:
komponen-komponen rencana kegiatan yang memiliki lebih dari satu alternatif pada
tahap perencanaan awal serta menguraikan setiap alternatif yang dipertimbangkan;
Dalam dokumen KA-ANDAL (Bab 2), proses pemilihan serta pertimbangannya harus dituliskan
secara jelas.
Foto: Istimewa
3
20
Banyak perusahaan dan lembaga pemerintah (yang menjadi pemrakarsa kegiatan) telah menerapkan kebijakan lingkungan hidup atau standar operasional
baku yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan. Seluruh tahapan proses perencanaan dari sejak awal telah mempertimbangkan dampak lingkungan
yang mungkin terjadi sehingga rencana kegiatan yang dihasilkan telah selaras dengan lingkungan. Artinya, sebelum memasuki proses AMDAL, pemrakarsa
telah memilih alternatif-alternatif yang paling ramah lingkungan dan telah mengintegrasikan rencana pengendalian dampak sehingga rencana kegiatan finalnya sudah merupakan alternatif yang terbaik.
Highlight Bab 2
1. Deskripsi Rencana Kegiatan adalah salah satu input utama dari proses pelingkupan.
2. Esensi mengenal deskripsi rencana kegiatan adalah mengidentifikasi komponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak terhadap lingkungan
hidup.
3. Informasi yang perlu diketahui tentang komponen kegiatan termasuk: teknologi/proses utama, fasilitas yang akan dibangun, sumber daya yang digunakan,
limbah yang dihasilkan dan rencana mitigasi dampak yang sudah direncanakan dari awal.
4. Pelingkupan perlu mengidentifikasi jika ada alternatif yang masih dipertimbangkan pemrakarsa dan akan masuk dalam lingkup kajian ANDAL.
5. Alternatif rencana kegiatan dapat terdiri dari alternatif:
proses atau teknologi yang digunakan;
input atau bahan yang digunakan;
tata-letak bangunan atau sarana pendukung;
pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak; dan
penjadwalan atau pentahapan kegiatan.
6. Setiap alternatif yang masuk dalam lingkup kajian akan mempengaruhi proses identifikasi dampak potensial dan dampak penting hipotetik serta penentuan wilayah studi dan waktu kajian.
21
MENGENAL DES
KRIPS
IATAN
RENCANA KEG
MENGENAL R
ONA
LINGKUNGAN
HIDUP
MENGENAL RO
NA
LINGKUNGAN
HIDUP
22
SI
N
PAN
PELINGKU
ENTING
DAMPAK P
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
E
AN METOD
MENENTUK
I
D
U
T
S
SANA
DAN PELAK
23
Rona Lingkungan Hidup merupakan input lain yang perlu disiapkan sebelum proses
pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rona lingkungan hidup adalah objek yang diperkirakan
akan mengalami perubahan lingkungan akibat rencana kegiatan.
Pada tahap Pelingkupan, informasi yang diperlukan tentang komponen lingkungan sekitar
harus dapat menggambarkan kondisi lingkungan secara umum. Pada tahap ini, data primer
sifatnya masih terbatas dan tidak mendalam (rinci). Sumber-sumber informasi yang digunakan
untuk mengenal lokasi adalah sebagai berikut.
Informasi sekunder, termasuk dari laporan, peta, data Pemerintah Daerah, informasi
tentang peruntukan lahan (RTRW daerah), makalah, kliping koran atau majalah, dan
sebagainya.
Tinjauan lapangan singkat yang dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian untuk sekilas
mengenal wilayah yang akan menjadi lokasi kegiatan.
Hasil konsultasi masyarakat yang dilakukan untuk memperoleh masukan dan informasi
dari masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak atau peduli terhadap kondisi
lingkungan (lihat Boks Keterlibatan Masyarakat).
24
Sebuah check-list (atau daftar pertanyaan) dapat digunakan untuk membantu mengarahkan
pengumpulan dan pencatatan informasi yang dikumpulkan. Contoh check-list ditampilkan di
Tabel 5. Daftar pertanyaan harus disesuaikan dengan komponen lingkungan yang relevan di
lokasi rencana kegiatan, sehingga ada kemungkinan daftar akan lebih panjang atau lebih
pendek daripada contoh di bawah.
Tabel 5 Daftar Pertanyaan Indikatif untuk Pengenalan Awal Rona Lingkungan Hidup
Modifikasi dari Guidance on EIA Scoping, Office for Official Publications of the European Communities, June 2001.
25
26
Pemrakarsa mungkin telah menentukan satu lokasi terbaik untuk fasilitas atau kegiatan utama,
namun masih mempertimbangkan beberapa alternatif lokasi untuk fasilitas pendukung atau
fasilitas pengendalian dampaknya. Pemrakarsa lain mungkin masih mempertimbangkan
dua alternatif lokasi untuk fasilitas/kegiatan utamanya, namun sudah menentukan lokasi
terbaik untuk pengambilan bahan baku. Hal ini tentunya sangat bergantung pada proses
perencanaan yang dijalani pemrakarsa.
Dalam melakukan pelingkupan, semua lokasi yang masih menjadi alternatif harus dikenali
karakateristiknya. Hal ini dilakukan karena setiap lokasi mempunyai komponen lingkungan
hidup yang berbeda sehingga interaksi antarkomponen kegiatan dan komponen lingkungan
hidup dapat menyebabkan dampak yang berbeda (antara satu calon lokasi dengan yang
lainnya). Dengan demikian, seluruh upaya pengumpulan informasi tentang komponen
lingkungan, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan untuk semua calon lokasi.
Jika checklist digunakan sebagai alat bantu, Pelaksana Kajian mungkin harus membuat
lebih dari satu checklist sesuai dengan jumlah calon lokasi yang disertakan dalam proses
pelingkupan dan karakteristik lokasinya.
Adanya lebih dari satu alternatif lokasi mempunyai implikasi pada proses pelingkupan. Di
antaranya sebagai berikut.
Proses identifikasi dampak potensial juga harus dibuat per calon lokasi. Sehingga
untuk setiap alternatif lokasi akan ada satu set dampak potensial.
Proses penentuan dampak yang akan dikaji juga harus dibuat per calon lokasi. Karena
itu, dokumen KA-ANDAL akan menyebutkan beberapa set dampak yang akan dikaji
dalam ANDAL sesuai dengan jumlah lokasi yang masih dipertimbangkan.
27
Gambar 5 di bawah ini menunjukkan implikasi adanya lebih dari satu alternatif lokasi.
Gambar 5. Proses pelingkupan untuk rencana kegiatan yang memiliki 2 (dua) alternatif lokasi.
28
pelingkupan proses pemilihan lokasi sebaiknya di-review dan dirangkum, serta dalam
penyusunan dokumen KA-ANDAL, proses pemilihan lokasi harus dijelaskan. Penjelasan
tersebut agar mencakup:
kriteria seleksi lokasi, terutama yang berhubungan dengan lingkungan hidup; dan
Penjelasan di atas berfungsi untuk meyakinkan para pengambil keputusan bahwa lokasi
rencana kegiatan yang dibahas dalam KA-ANDAL (dan akan dikaji dalam ANDAL) adalah
alternatif lokasi yang terbaik berdasarkan pertimbangan lingkungan yang sesuai pula.
CONTOH KASUS:
KAJIAN ALTERNATIF LOKASI UNTUK PENENTUAN LOKASI KILANG
LNG BP TANGGUH
Dalam dokumen KA-ANDAL untuk Proyek LNG Tangguh, dijelaskan proses penentuan lokasi kilang LNG sebagai
jabaran kajian alternatif. Proses pemilihan lokasi dimulai pada pertengahan tahun 1996 dan terus berlangsung
secara bertahap sampai dengan ditentukannya 1(satu) lokasi pilihan. Proses penyaringan bertahap dan jumlah
calon lokasi yang dipertimbangkan dijelaskan dalam KA-ANDAL sebagai berikut.
Penyaringan Tahap I : 17 calon lokasi
Penyaringan Tahap II : 9 calon lokasi
Penyaringan Tahap III : 5 calon lokasi
Penyaringan Tahap IV : 4 calon lokasi
Penyaringan Tahap Akhir : 1 calon lokasi, dengan 2 (dua) pililhan calon situs Kilang LNG, yaitu Tanah
Merah dan Saengga.
Pada setiap tahap penyaringan, faktor lingkungan alam dan sosial menjadi pertimbangan, selain faktor-faktor
teknis dan ekonomis. Contoh kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
Lokasi tidak boleh berada dalam lingkungan cagar alam, Taman Nasional, maupun daerah yang secara
lingkungan dianggap masih lestari dan perlu dilindungi.
Hindari lokasi-lokasi yang mengakibatkan pipa penyalur gas harus menembus pegunungan dengan
jarak lebih dari 50 kilometer (km) dengan maksud mengurangi risiko dan biaya.
Hindari lokasi-lokasi dengan pelabuhan alam yang tidak dapat menampung kapal-kapal samudera
yang besar, yaitu untuk menghindari biaya dan dampak lingkungan dari pengerukan pantai secara
besar-besaran.
Hindari lokasi-lokasi dengan keadaan topografi yang tidak menguntungkan, seperti rawa-rawa dan
tebing-tebing yang tinggi. Dengan alasan untuk menghindari dampak biaya dan lingkungan dari
penyiapan lahan.
Hindari lokasi-lokasi di pantai yang membutuhkan pengerukan besar-besaran maupun pengerukan
berkala agar pelabuhan dapat terus dioperasikan.
Dijelaskan juga dalam KA-ANDAL upaya pengumpulan informasi tambahan dan kunjungan lapangan untuk
mendukung penyaringan bertahap di atas. Pada akhirnya, dijelaskan kenapa pilihan jatuh pada 1 lokasi
yang tersisa setelah adanya pembicaraan dengan penduduk yang mengindikasikan kesediaan mereka untuk
dimukimkan kembali di tempat lain. Pada saat KA-ANDAL mulai disiapkan, lokasi sudah mengerucut ke 1
lokasi, yaitu Tanah Merah.
(Sumber: Dokumen KA-ANDAL LNG Tangguh, BP dan PERTAMINA, halaman 2-48 sampai 2-54)
29
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh Pelaksana Kajian adalah mempelajari laporan atau data Pemerintah Daerah, hasil konsultasi masyarakat, serta mengamati kondisi
sekitar lokasi kegiatan saat kunjungan lapangan. Mungkin aparat daerah sudah mengawasi
kegiatan lain dan dampak lingkungan yang terjadi atau mereka mengetahui adanya keluhan
masyarakat tentang kegiatan lain yang menimbulkan dampak. Informasi juga dapat diperoleh
dari dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL) yang dimiliki kegiatan lain tersebut (bisa
dicari di kantor instansi lingkungan setempat). Jika pemerintah daerah tidak memiliki
informasi ini, Pelaksana Kajian dapat mencari informasi dari tokoh-tokoh masyarakat atau
30
dapat menanyakan wakil masyarakat pada saat konsultasi dengan masyarakat. Apabila ada
indikasi bahwa suatu komponen lingkungan telah atau akan menanggung beban yang tinggi,
Pelaksana Kajian perlu menggali informasi lebih jauh tentang sumber-sumber pencemaran
atau kerusakan lingkungan tersebut.
CONTOH KASUS:
PENGARUH KEGIATAN LAIN
PADA LINGKUP STUDI ANDAL
Sebuah perusahaan tekstil (AMALTEX) ingin mem-bangun pabrik baru di kota X. Pabrik tekstil
diketahui membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Dari kajian kegiatan di sekitar lokasi,
ditemukan bahwa sudah banyak kegiatan manufaktur (pabrik) lain di radius 3 kilometer
sekitar rencana lokasi kegiatan. Sebagian besar pabrik-pabrik tersebut membuang limbah
cairnya ke Sungai C (yang secara visual diketahui sudah menunjukkan tanda-tanda pencemaran ringan sampai menengah). Sumber air baku bagi sebagian besar pabrik-pabrik
tersebut adalah air tanah dalam (karena sumber air tanah dangkal tidak baik di daerah itu).
Jika AMALTEX akan menempatkan pabriknya di kota X, dapat diduga bahwa komponen
lingkungan air tanah serta air permukaan akan menerima dampak sehingga perlu dicakup
sebagai lingkup kajian ANDAL.
rumah sakit;
Pelaksana Kajian sebaiknya mengumpulkan informasi yang relevan tentang kegiatan lain
sekitar lokasi rencana kegiatan yang dapat mencakup:
Adanya beban yang tinggi pada suatu komponen lingkungan mungkin sekali menjadi faktor
penghalang (limiting factor) bagi rencana kegiatan yang baru terutama jika ada kemungkinan
31
rencana kegiatan itu juga akan mempengaruhi komponen lingkungan yang sama. Misalnya,
jika kualitas air sungai di suatu lokasi sudah mendekati ambang batas akibat adanya buangan
dari pabrik dan perumahan di hulu lokasi rencana kegiatan, kajian tentang dampak buangan
limbah cair dari rencana kegiatan baru harus mempertimbangkan kualitas air sungai yang
sudah buruk tersebut. Dalam pelingkupan, hal ini bisa mendapat perhatian khusus dan
menjadi salah satu kriteria dalam pemilihan dam-pak yang perlu dikaji atau dalam membuat
urutan prioritas dampak (lihat Bab 4).
32
Highlight Bab 3
1. Rona Lingkungan Hidup adalah salah satu input utama dari proses pelingkupan.
2. Esensi mengenal rona lingkungan hidup adalah mengidentifikasi komponen
lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak akibat rencana kegiatan.
3. Informasi yang perlu diketahui tentang komponen lingkungan hidup termasuk
karakteristik dari komponen geofisik, biologi, sosial-ekonomi-budaya serta
kesehatan masyarakat. Juga perlu dikenali kondisi masing-masing komponen
tersebut di lokasi kegiatan dan sekitarnya.
4. Pelingkupan perlu menyebutkan jika masih ada alternatif lokasi yang dipertimbangkan oleh pemrakarsa untuk komponen kegiatan tertentu.
5. Setiap alternatif yang masuk dalam lingkup kajian akan mempengaruhi proses
identifikasi dampak potensial dan dampak penting hipotetik, lokasi konsultasi
masyarakat, serta penentuan wilayah studi dan waktu kajian.
6. Jika tidak ada lagi alternatif lokasi yang dipertimbangkan pemrakarsa, seluruh
proses pemilihan lokasi harus dirangkum dalam dokumen KA-ANDAL terutama pertimbangan lingkungan yang telah dilakukan.
7. Pelingkupan perlu juga mengenal kegiatan lain di sekitar lokasi kegiatan. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kegiatan lain yang mungkin telah
menimbulkan pencemaran atau kerusakan pada komponen lingkungan hidup
yang akan terkena dampak oleh rencana kegiatan yang baru.
33
MENGENAL DES
KRIPSI
IATAN
RENCANA KEG
MENGENAL RO
NA
LINGKUNGAN
HIDUP
Foto: Heri GP
34
P
U
K
G
N
I
L
E
P
N
E
P
K
A
P
M
DA
PAN
NTING
PAN
PELINGKU
ENTING
DAMPAK P
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
E
AN METOD
MENENTUK
I
D
SANA STU
DAN PELAK
35
Permen LH 08/2006 menjelaskan bahwa proses pelingkupan dibagi menjadi dua, yaitu 1)
pelingkupan dampak penting dan 2) pelingkupan wilayah studi dan batas waktu kajian. Bab
ini akan menjelaskan proses pelingkupan dampak penting dan tahapannya. Pelingkupan
Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian akan dibahas di Bab 5.
Setelah informasi mengenai rencana kegiatan (sumber dampak) serta rona lingkungan hidup
(penerima dampak) sudah terkumpul, Pelaksana Kajian siap untuk beranjak ke inti proses
pelingkupan, yaitu mengidentifikasi dampak yang nantinya perlu dikaji dalam ANDAL.
Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1. Identifikasi Dampak Potensial. Esensinya adalah menduga semua dampak yang
berpotensi terjadi jika rencana kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini
menghasilkan daftar dampak potensial.
2. Evaluasi Dampak Potensial. Esensinya adalah memisahkan dampak-dampak
yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak
(dari dampak yang tidak lagi perlu dikaji). Langkah ini menghasilkan daftar dampak
penting hipotetik.
3. Klasifikasi dan Prioritas. Tujuannya adalah mengelompokkan dampak-dampak
yang akan dikaji agar mudah dipahami dan digunakan dalam menentukan strategi
kajian. Langkah ini menghasilkan kelompok-kelompok dampak dan urutan prioritas
dampak.
36
37
38
Hal ini dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian untuk menghindari terlewatnya suatu dampak potensial.
39
Diambil dari dokumen KA-ANDAL kegiatan pertambangan batubara di Kalimantan Selatan, PT. Interex Sacra Raya, 2004
40
besaran komponen sumber dampak (yang dapat memberi indikasi skala dampak).
Tabel 7. Contoh tabel dampak potensial kegiatan pertambangan dengan beberapa komponen lingkungan
(Diambil dan dimodifikasi dari KA-ANDAL kegiatan pertambangan batubara di Kalimantan Selatan,
PT. Interex Sacra Raya, 2004
Dampak potensial dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu 1) dampak penting (significant impact); 2) dampak tidak penting (insignificant impact); 3) tidak
diketahui atau kurang jelas apakah termasuk dampak penting atau tidak penting (unknown); dan 4) dampak yang sudah dikendalikan (mitigated impact)
(modifikasi dari ADB, 1997).
41
Dampak penting (significant impact) untuk dipastikan bahwa dampak yang akan
timbul tersebut memang betul dampak penting, yaitu dengan mempelajari besaran,
sebaran dan sifat dampak.
Dampak yang tidak lagi perlu dikaji dalam ANDAL adalah dampak yang sudah diketahui tidak penting (insignficant impact) dan dampak yang sudah diketahui dari awal dan
rancangan kegiatan sudah mencakup pengendalian dampak tersebut (ini dikenal
sebagai mitigated impact). Rencana kegiatan yang sudah mengantisipasi perlunya Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) untuk mengendalikan dampak terhadap kualitas air sungai
tidak lagi perlu mengkaji dampak limbah cair dalam ANDAL. Demikian pula jika pemrakarsa
sudah merencanakan mengendalikan debu yang ditimbulkan kendaraan atau alat-berat
di tahap konstruksi maka ANDAL tidak perlu lagi mengkaji dampak peningkatan debu ini
secara mendalam. Namun, ada kalanya dampak yang sudah dikendalikan (mitigated impact)
masih perlu dikaji. Kondisi ini terjadi jika diperkirakan baku mutu ambien akan terlampaui
walaupun mitigasi dampak dapat menekan limbah agar memenuhi baku mutu limbah atau
emisi. Kajian dalam ANDAL diperlukan untuk mengarahkan upaya pengendalian dampak
agar baku mutu ambien tidak terlampaui, yaitu dengan menentukan sasaran konsentrasi atau
beban limbah/emisi yang dapat dikeluarkan oleh rencana kegiatan.
Proses evaluasi dampak potensial ini merupakan proses memilah-milah dugaan dampak
yang sudah masuk dalam daftar dampak potensial (seperti Tabel 7) sebagaimana dijelaskan
sebelumnya. Cara melakukan pemilahan ini banyak ragamnya. Menentukan cara (atau
metode) pemilahan sangat tergantung dari para Pelaksana Kajian. Banyak ahli AMDAL
berpengalaman yang melakukan proses ini dengan mengandalkan professional judgement
yang terbentuk setelah bertahun-tahun melakukan analisis serupa. Namun, dalam buku ini
akan dijelaskan suatu pendekatan bertahap.
Apapun metode yang dipakai untuk menentukan dampak yang akan dikaji dalam ANDAL,
yang paling penting adalah bahwa, dalam dokumen KA-ANDAL, dicantumkan penjelasan
tentang kriteria yang dipakai untuk memilih serta alasan suatu dampak
dianggap penting atau tidak. Dengan demikian, proses evaluasi dampak potensial
dapat dipertahankan secara ilmiah. Penjelasan ini nantinya juga akan bermanfaat bagi pihak
penilai dokumen KA-ANDAL serta untuk tim pelaksana kajian ANDAL yang harus memahami
betul hipotesa yang dipakai untuk merancang kajian ANDAL.
42
43
banyak agar karakter dari dampak tersebut lebih jelas dan dapat dipastikan apakah dampak
tersebut dianggap dampak penting atau tidak.
Dampak potensial yang lolos dari kriteria tersebut dapat dieliminasi dari proses selanjutnya
karena dampak tersebut dikategorikan sebagai dampak tidak penting. Artinya, dampakdampak potensial ini tidak perlu dikaji dalam ANDAL.
Jika contoh daftar dampak potensial dari Tabel 7 digunakan kembali, tabelnya akan berubah
seperti dibawah ini (lihat tabel 8).
Tabel 8. Contoh tabel evaluasi dampak potensial untuk kegiatan pertambangan batubara
Kolom paling kanan menunjukkan dampak yang perlu/akan dikaji dalam ANDAL. Inilah yang
disebut sebagai dampak penting hipotetik dalam Permen LH 08/2006.
Agar dampak penting hipotetik ini jelas, informasi diatas harus dilengkapi dengan informasi
tentang lokasi, rentang waktu, parameter lingkungan serta arah kajian (lihat Bab 1 tentang
pernyataan dampak hipotetik yang lengkap). Untuk contoh kasus pertambangan yang
digunakan, pernyataan dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut.
1. Perubahan bentang alam yang diakibatkan oleh penambangan batu-bara
secara terbuka dan pembangunan jalan di Kecamatan X dan Y yang dapat berpengaruh pada penerimaan masyarakat sekitar terhadap rencana kegiatan. Kajian akan
mempelajari dampak perubahan bentang alam pada tahap persiapan, operasi, dan
pasca-operasi tambang.
44
2. Perubahan sifat fisik dan kimia tanah yang diakibatkan oleh pengupasan
lapisan tanah pucuk untuk penambangan dan pembangunan jalan di Kecamatan X
dan Y yang dapat berpengaruh pada kesuburan tanah untuk pertanian/ perladangan
masyarakat sekitar. Kajian akan mempelajari dampak perubahan bentang alam pada
tahap persiapan, operasi, dan pasca-operasi tambang.
3. Penurunan kualitas air sungai yang diakibatkan oleh pengupasan lapisan tanah
pucuk untuk penambangan dan pembangunan jalan di Kecamatan X dan Y yang
dapat berpengaruh pada pemakaian air sungai sebagai air baku PDAM setempat,
sebagai sumber air irigasi untuk pertanian/ perladangan masyarakat, serta pemakaian
air sungai untuk transportasi. Kajian akan dilakukan pada musim hujan (debit tinggi)
dan musim kemarau (debit rendah). Kajian akan mempelajari dampak perubahan
bentang alam pada tahap persiapan, operasi dan pasca-operasi tambang.
4. Perubahan pola mata pencarian masyarakat akibat perubahan fungsi lahan
dan terbukanya peluang kerja. Ini dapat berpengaruh pada tingginya penghasilan
masyarakat (peningkatan atau pengurangan), dan pada berkurangnya tenaga kerja
yang terlibat dalam sektor pertanian/perladangan. Kajian ini akan mengantisipasi
dampak ini pada tahap operasi, dan pasca-operasi tambang.
untuk mempertajam arah kajian ANDAL sehingga pemilihan strategi kajian dan metodologi bisa lebih tajam; dan
untuk memudahkan penilai/pengambil keputusan melihat tema-tema atau dampakdampak yang memerlukan perhatian khusus.
45
(dan seterusnya) akan terlihat dan dikemas dalam suatu tema yang menggambarkan isu
yang paling utama beserta dampak-dampak terkait. Pengelompokkan ini mempermudah
pelaksana kajian ANDAL maupun penilai KA-ANDAL untuk membayangkan (dan memahami)
peta dampak secara menyeluruh. Tema atau klasifikasi ini dapat mempengaruhi pemilihan
metodologi prakiraan dampak.
Untuk melakukan klasifikasi, alat bantu bagan alir dapat membantu memberi struktur pada
dampak-dampak yang akan dikaji. Setelah disusun, bagan alir dapat memunculkan tematema utama yang mengikat dan mengaitkan satu dampak dengan lainnya. Tema-tema ini
dapat dituliskan dan nanti dapat dipakai kembali saat memilih metodologi untuk kajian
ANDAL.
Tema-tema yang relevan digunakan untuk klasifikasi6 dampak adalah:
berkaitan dengan fungsi ekologis (misalnya, konservasi hutan menjadi tema utama untuk
dampak-dampak terkait dengan pembalakan hutan, erosi, peningkatan sedimentasi di
dasar sungai, maupun perubahan pola mata-pencarian masyarakat);
berkaitan dengan sasaran kebijakan (misalnya, adanya kebijakan untuk mempertahankan budidaya perikanan tradisional di suatu wilayah, mengikat dampak-dampak
terkait dengan pencemaran air, populasi, dan keanekaragaman spesies ikan, matapencarian, dan sebagainya);
Klasifikasi juga dapat dilakukan seputar tahapan rencana kegiatan (seperti, prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan pasca-operasi). Namun, jika ini dilakukan, sebaiknya dampakdampak tetap dikelompokkan menurut tema pengikat yang sesuai.
Dalam hal contoh kasus pertambangan di Tabel 8 dan 9, maka dampak yang akan dikaji
dalam ANDAL menunjukkan isu pertanian/perladangan masyarakat menjadi tema atau
arah dari kajian. Dengan demikian, metodologi penelitian yang dipilih harus mengarah ke
penelitian pertanahan untuk budidaya tanaman dan penelitian sosial berhubungan dengan
mata pencarian tersebut. Pemilihan anggota tim ANDAL juga harus melibatkan ahli tanah
yang memahami pertanian/perladangan, serta ahli sosial yang berpengalaman dengan
masyarakat pedesaan.
46
pembaca/penilai KA-ANDAL dapat secara cepat melihat dampak-dampak mana saja yang
perlu mendapat perhatian khusus. Saat penilaian AMDAL, dampak-dampak dengan
prioritas tinggilah yang akan memegang peranan penting dalam pertimbangan para
pengambil keputusan.
Urutan prioritas dampak dapat mempengaruhi beberapa aspek dari rancangan kajian ANDAL
berikut.
Pemilihan tenaga ahli, misalnya dengan memilih tenaga ahli yang senior atau superspesialis untuk dampak-dampak yang memiliki tingkat prioritas-tinggi.
Dampak-dampak yang memiliki tingkat prioritas-rendah tetap harus dikaji, tetapi mendapat
porsi yang relatif lebih kecil dalam kajian dan pembahasan dalam dokumen ANDAL. Dengan pembedaan tingkat prioritas, sumberdaya untuk kajian ANDAL juga dapat dialokasikan
sesuai tingkat prioritas dampak. Dampak prioritas-tinggi dapat diperkirakan mendapat alokasi
biaya yang lebih dibandingkan dampak dengan prioritas menengah dan rendah.
Ada 3 pendekatan yang dapat digunakan untuk memprioritaskan dampak.
1. Membuat urutan prioritas terhadap semua dampak penting hipotetik. Jika ada 8
(delapan) dampak penting hipotetik, semuanya diberikan urutan prioritas.
2. Membuat urutan prioritas terhadap tema-tema pengikat. Jika ada 3 tema untuk 8
dampak penting hipotetik, 3 tema tersebut yang diberikan urutan prioritas.
3. Membuat urutan prioritas berdasarkan tahapan kegiatan. Sehingga untuk setiap tahap
kegiatan (prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi) ada dampak-dampak
tertentu yang diprioritaskan.
Membuat urutan prioritas dampak banyak caranya. Berbagai metoda atau alat bantu ada
dalam literatur. Namun perlu disadari bahwa semua metoda menggunakan banyak asumsi,
dan berpeluang untuk diperdebatkan. Penentuan prioritas adalah sesuatu yang sarat dengan
subjektifitas, dan harus dilakukan dengan hati-hati. Pemilihan metoda banyak bergantung
pada kenyamanan para ahli yang terlibat.
Untuk sebagian ahli AMDAL berpengalaman, membuat urutan prioritas bagi kelompokkelompok dampak adalah suatu langkah yang dapat dilakukan berdasarkan professional
47
judgement atau penilaian berdasarkan naluri ilmiah yang terbentuk dari pengalaman
bertahun-tahun. Namun untuk amannya, sebaiknya Pelaksana Kajian merumuskan sejumlah
kriteria atau menggunakan suatu metoda untuk melakukan prioritasisasi.
Contoh kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
Kondisi komponen lingkungan penerima dampak sudah kritis, yaitu sudah melebihi
atau mendekati baku mutu ambien yang ditetapkan atau sudah tidak dapat
dimanfaatkan sesuai peruntukannya.
Sudah banyak terdapat keluhan masyarakat tentang dampak tersebut atau kondisi
komponen lingkungan penerima dampak.
Ahli yang terlibat dalam AMDAL sangat merisaukan dampak tersebut (berdasarkan
pengalaman dengan jenis kegiatan serupa atau karena lokasi kegiatan yang unik atau
sensitif).
Tidak ada teknologi atau pendekatan penanggulangan dampak yang tersedia dan
teruji keberhasilannya.
Salah satu cara untuk membuat urutan prioritas dampak adalah dengan menggunakan metoda
yang memprakirakan besarnya peluang terjadinya dampak (probability) dan memprakirakan
besarnya akibat atau konsekuensi (consequences) yang mungkin terjadi7. Peluang kejadian
dibuatkan suatu gradasi nilai yang mewakili gradasi peluang kejadian yang hampir pasti
sampai dengan jarang sekali. Besarnya akibatpun dibuatkan gradasi nilai yang mewakili
gradasi besarnya konsekuensi, dari yang katastropik (bencana) sampai dengan insidental
(bisa diabaikan). Contoh dibawah menggunakan gradasi yang terdiri dari 5 nilai, namun
gradasi yang lebih sederhana (misalnya dengan 3 nilai) dapat juga digunakan.
Tabel 9. Contoh teknik memprioritaskan dampak berdasarkan probabilitas dan konsekuensi
Tabel diatas menunjukkan pemetaan hasil penilaian dampak. Angka di dalam sel merupakan
hasil perkalian nilai Besarnya Peluang Kejadian dengan nilai Besarnya Akibat. Angka yang
7 Metode ini lazim dipakai untuk risk analysis di berbagai bidang. Referensi yang digunakan disini adalah The Orange Book: Management of Risk Principles
and Concepts, HM Treasury, U.K., October 2004.
48
paling tinggi (25) mengindikasikan dampak yang Peluang Kejadiannya paling besar dan
Besarnya Akibat yang paling parah. Angka yang paling rendah (1) mengindikasikan
dampak yang Peluang Kejadiannya paling kecil dan Akibatnya paling minimal. Wilayah
di antara dua sudut berlawanan ini adalah wilayah yang dapat dibagi menjadi beberapa
kategori prioritas. Dalam contoh di atas, wilayah dibagi menjadi 3 wilayah yang dibedakan
dengan warna:
Artinya, dampak-dampak yang masuk dalam kategori Prioritas Tinggi berhak mendapatkan
alokasi anggaran dan waktu tim ANDAL yang lebih besar dibandingkan dampak-dampak
yang masuk dalam kategori Prioritas Menengah dan Prioritas Rendah.
Menggunakan contoh kasus pertambangan, berikut adalah ilustrasi bagaimana metode
prioritasisasi di atas dapat dilakukan. Dari daftar dampak yang akan dikaji, masing-masing
dampak terlebih dahulu diberi nilai untuk mewakili Besarnya Peluang Kejadian dan untuk
Besarnya Akibat. Kedua nilai tersebut dikalikan, sehingga diperoleh total nilai untuk
dampak tersebut.
Nilai total ini kemudian dipakai untuk memetakan dampak tersebut pada tabel seperti di
bawah ini.
Tabel 10. Proses pemberian nilai untuk contoh kasus pertambangan batubara
49
Foto: Istimewa
dampak dengan Prioritas Menengah adalah: Perubahan Kualitas Air Sungai, Sifat Fisik
dan Kimia Tanah, serta Perubahan Pola Pencaharian Masyarakat.
Semakin banyak dampak yang dikaji, semakin banyak pula isi dari masing-masing kategori
prioritas dampak.
Akhirnya, seluruh proses pelingkupan dapat ditampilkan dalam diagram atau matriks
rangkuman pelingkupan. Hal ini dapat membantu menceritakan tahapan-tahapan dalam
mengidentifikasi dampak-dampak yang akan dikaji dalam ANDAL serta hasilnya. Dua contoh
diberikan pada Tabel 12 dan Gambar 7.
Tabel 11. Hasil prioritasisasi contoh kasus pertambangan batubara
50
51
Tabel 12. Contoh matrik pelingkupan dampak potensial rencana kegiatan pipanisasi Sarolangun - Bajubang + 96 KM
Gambar 7. Bagan Alir Proses Pelingkupan Analisis Dampak Lingkungan Penegembangan Lapangan Minyak Tiaka dan Fasilitas Penunjangnya
(Diambil dari Dokumen KA-ANDAL Pengembangan Lapangan Minyak Tiaka dan Fasilitas Penunjangnya Blok Toili, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai, Provinsi
Sulawesi Tengah JOB Pertamina-Exspan Tomori Sulawesi).
52
Highlight Bab 4
1. Pelingkupan Dampak Penting adalah meliputi: identifikasi dampak potensial,
evaluasi dampak potensial dan klasifikasi dan prioritas.
2. Esensi pelingkupan dampak penting adalah menentukan dampak-dampak
yang perlu dikaji secara mendalam di tahap studi ANDAL.
3. Dampak potensial diperoleh dengan menduga interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan hidup. Setelah itu, dampak
potensial dipilah-pilah untuk menentukan mana yang perlu dikaji secara mendalam.
4. Dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL adalah: a) dampak penting, untuk
diketahui besaran, sebaran dan dampak turunannya; b) dampak yang kurang
dipahami, untuk dipelajari lebih jauh sehingga jelas apakah termasuk dampak
penting atau dampak tidak penting. Dampak-dampak yang sudah diantisipasi
di tahap perencanaan awal, dan akan dikendalikan dengan pendekatan yang
lazim dipakai, tidak lagi perlu dikaji dalam ANDAL kecuali jika ada baku
mutu yang terlampaui.
5. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi dampak potensial (dan mengeliminasi dampak yang tidak perlu dikaji) perlu dijelaskan dalam dokumen KAANDAL.
6. Klasifikasi dan prioritas dampak penting hipotetik bertujuan untuk:
mempertajam arah kajian ANDAL, sehingga pemilihan strategi kajian dan
metodologi bisa lebih tajam; dan
memudahkan penilai/pengambil keputusan melihat tema-tema atau dampakdampak yang memerlukan perhatian khusus.
7. Klasifikasi membungkus dampak-dampak yang berhubungan dalam suatu
tema pengikat.
8. Prioritas memberi gambaran tentang dampak-dampak atau klasifikasi yang
memerlukan perhatian khusus.
9. Pendekatan untuk melakukan klasifikasi dan prioritas cukup banyak. Pendekatan yang digunakan sebaiknya dijelaskan dalam dokumen KA-ANDAL.
Pelingkupan Dampak Penting
53
MENGENAL DES
KRIPSI
IATAN
RENCANA KEG
PAN
PELINGKU
ENTING
DAMPAK P
MENGENAL RO
NA
LINGKUNGAN
HIDUP
54
PELIN
STUD
NGKUPAN
WILAYAH
DI & WAK
TU KAJIA
N
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
E
AN METOD
MENENTUK
I
D
U
SANA ST
DAN PELAK
55
Permen LH 08/2006 menjelaskan bahwa proses pelingkupan di bagi menjadi dua, yaitu
1) pelingkupan dampak penting dan 2) pelingkupan wilayah studi dan batas waktu kajian.
Bab ini menjelaskan proses pelingkupan Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian. Proses
pelingkupan dampak penting telah dibahas di Bab 4.
Sebagaimana dibahas di Bab 1, esensi pelingkupan adalah membuat rancangan kajian
ilmiah. Pada intinya, rancangan kajian ditentukan oleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan: Apa yang dikaji? Di mana dan kapan kajian dilakukan? Bagaimana kajian
akan dilakukan? Siapa saja yang terlibat dalam kajian? Jika diterjemahkan untuk kajian
ANDAL, maka rancangan kajian terdiri dari sejumlah unsur sebagaimana disebutkan dalam
Tabel 13.
Tabel 13. Unsur-unsur rancangan kajian ANDAL
Dengan terjawabnya pertanyaan Apa yang dikaji? (Bab 4), maka langkah selanjutnya
adalah menggunakan hasil Pelingkupan Dampak Penting untuk merancang aspek kajian
lainnya.
56
batas proyek, yaitu lokasi dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan
dilakukan, terutama komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak. Batas proyek
ditetapkan berdasarkan batas kepemilikan lahan (property right) yang dimiliki oleh
pemrakarsa;
batas ekologis, yaitu wilayah terjadinya sebaran dampak-dampak yang akan dikaji,
mengikuti media lingkungan masing-masing. Batas ekologis akan mengarahkan
penentuan lokasi pengumpulan data rona lingkungan awal dan analisis persebaran
dampak;
batas sosial, yaitu ruang di mana masyarakat, yang terkena dampak limbah,
emisi atau kerusakan lingkungan, tinggal atau melakukan kegiatan. Batas sosial
akan mempengaruhi identifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak sosialekonomi-kesehatan masyarakat dan penentuan masyarakat yang perlu dikonsultasikan
(pada tahap lanjutan keterlibatan masyarakat);
Masing-masing batas di-plotkan pada peta yang kemudian ditumpangkan satu-sama lain
(overlay) sehingga dapat ditarik garis luar gabungan keempat batas tersebut. Garis luar
gabungan itu yang disebut sebagai batas wilayah studi.
Batas proyek secara mudah dapat di-plotkan pada peta, karena lokasi-lokasinya dapat
diperoleh langsung dari peta-peta pemrakarsa. Selain tapak proyek utama, batas proyek
harus juga meliputi jalur-jalur transportasi untuk bahan baku atau produk, fasilitas
pendukung seperti perumahan, dermaga, tempat penyimpanan bahan, bengkel, dan
sebagainya. Untuk sebagian sektor, batas proyek ini mungkin tumpang-tindih dengan wilayah
yang hak pemanfaatannya sudah ada pada pemrakarsa, seperti Kuasa Pertambangan,
Contract of Work, Hak Pengusahaan Hutan, dan sebagainya.
Penentuan batas ekologis sedikit lebih rumit, karena harus mempertimbangkan setiap
komponen lingkungan biogeofisik-kimia yang terkena dampak (dari daftar dampak pen-ting
hipotetik). Untuk masing-masing dampak, batas persebarannya dapat di-plotkan pada
peta sehingga batas ekologis memiliki beberapa garis batas, sesuai dengan jumah dampak
penting hipotetik. Tabel dibawah ini menunjukkan hal-hal yang menentukan batas ekologis
untuk sejumlah komponen lingkungan terkena dampak.
Tabel 14. Pertimbangan untuk Menentukan Batas Ekologis untuk Komponen Lingkungan Terkena Dampak
57
58
kung, Solan, Lano, Muara Langon, Muara Komam, Serakit Busui, Songka, Batu Sopang, Kasunga, sungai Terik,
Kuaro, Rangan, dan Kertabumi.
59
kurangnya informasi tentang rentang waktu terjadinya dampak. Rentang waktu dampak
perlu diketahui karena dapat mempengaruhi evaluasi dampak penting serta rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Penjabaran dan arahan tentang waktu kajian akan dijelaskan di bawah ini.
Dengan latar-belakang di atas, maka terdapat dua definisi waktu kajian yang diminta
dalam pelingkupan. Pertama, waktu kajian dimaknai sebagai penetapan tahun (atau
tahun-tahun) yang digunakan untuk prakiraan dan evaluasi dampak dalam ANDAL atau
dikenal sebagai assesment year dalam bahasa Inggris. Prakiraan dampak dilakukan de
ngan membandingkan kondisi komponen-lingkungan dengan-kegiatan (with
project) dengan kondisi tanpa-kegiatan (without project) pada tahun yang sama. Karena
rencana kegiatan baru akan berlangsung (beroperasi) di masa mendatang, prakiraan dampak
tidak bisa menggunakan kondisi masa sekarang sebagai perbandingan. Oleh karena itu,
KA-ANDAL harus menyebutkan waktu kajian atau tahun dimana kondisi lingkungan akan
diprakirakan.
Waktu kajian lazimnya adalah tahun di mana rencana kegiatan sudah beroperasi. Pelaksana
Kajian dapat menetapkan satu waktu kajian atau lebih. Misalnya, suatu pabrik akan
beroperasi dalam waktu 2 tahun (setelah tahap konstruksi berakhir) dan diperkirakan akan
beroperasi selama 25 tahun maka Pelaksana Kajian dapat menentukan waktu kajian sebagai
tahun pertama pabrik beroperasi, tahun kelima setelah pabrik beroperasi (dihubungkan
dengan pencapaian produksi pada kapasitas maksimal, misalnya), tahun kesepuluh, dan
sebagainya. Atau bisa juga waktu kajian hanya satu, misalnya tahun ke-10. Waktu kajian
biasanya ditentukan dalam tahun (misalnya 2010).
60
Waktu kajian akan mempengaruhi pilihan metode studi dan data yang perlu dikumpulkan.
Untuk memprediksi kondisi komponen lingkungan tanpa-kegiatan pada waktu kajian,
informasi yang perlu dikumpulkan dan dianalisis8 adalah sebagai berikut.
Analisis kecenderungan (trend analysis) dari parameter-parameter relevan. Kecenderungan ini yang nantinya akan diproyeksikan ke depan untuk waktu kajian yang
dipilih. Proyeksi parameter tersebut di tahun X (misalnya 2015) adalah kondisi
parameter tanpa-kegiatan.
Pengumpulan dan analisis data ini sering menghadapi hambatan keterbatasan data yang ada dan/atau besarnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh
data dan melakukan analisis. Oleh karena itu, pendekatan waktu kajian ini digunakan saat ketersediaan data dan dana mendukung.
61
kegiatan lain yang sedang dalam proses, izin-izin kegiatan lain yang sedang dalam
proses.
Definisi kedua dari waktu kajian adalah penjelasan tentang rentang waktu dimana dampak
diperkirakan terjadi. Ada dampak yang diperkirakan terjadi hanya selama beberapa bulan
(seperti dampak-dampak terkait langsung dengan tahap konstruksi) dan ada dampak-dampak
yang diperkirakan berlangsung selama usia kegiatan ataupun lebih (seperti perubahan
bentang alam pada kegiatan pertambangan). Rentang waktu ini perlu diidentifikasi untuk
setiap dampak, sebagaimana telah dibahas di Bab 4 tentang unsur-unsur pernyataan dampak
penting hipotetik.
Penjelasan tentang rentang waktu ini akan dibuktikan pada saat prakiraan dampak di studi
ANDAL dan akan berpengaruh pada waktu-waktu pengelolaan dan pemantauan dampak
(saat penyusunan RKL-RPL).
62
Tahun prakiraan dampak (asssessment year) untuk seluruh rangkaian dampak yang
akan dikaji.
Rentang waktu terjadinya dampak untuk setiap dampak penting yang akan dikaji.
Foto: Istimewa
Dengan demikian, penyajian informasi tentang pelingkupan waktu kajian harus mencakup
dua faktor di bawah ini.
Highlight Bab 5
1. Pelingkupan Wilayah Studi dan Waktu Kajian menentukan dimana dan kapan
kajian dilakukan.
2. Wilayah studi terdiri dari batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas
adminstratif. Keseluruhannya menentukan lokasi-lokasi untuk pengumpulan
data, lokasi pengambilan sampel, lokasi yang menjadi objek prakiraan dan
evaluasi dampak.
3. Waktu kajian mempunyai dua makna, yaitu:
penetapan tahun (atau tahun-tahun) yang digunakan untuk prakiraan dan
evaluasi dampak dalam ANDAL, atau dikenal sebagai assessment year.
Prakiraan dampak membandingkan kondisi komponen-lingkungan dengankegiatan (with project) dengan kondisi tanpa-kegiatan (without project) pada
tahun prakiraan tersebut.
penjelasan tentang rentang waktu dimana dampak diperkirakan terjadi, yang
harus dibuktikan dalam studi ANDAL, dan akan berpengaruh pada waktuwaktu pengelolaan dan pemantauan dampak (saat penyusunan RKL-RPL).
4. Pemakaian tahun prakiraan (assessment year) akan berpengaruh pada data
yang dikumpulkan dan pemilihan metode analisis. Sedapat mungkin, data
komponen lingkungan yang dikumpulkan merupakan data time-series sehingga memungkinkan dilakukan proyeksi kondisi komponen lingkungan tanpakegiatan. Informasi tentang rencana pembangunan kegiatan lain juga perlu
diperoleh.
63
MENGENAL DES
KRIPSI
IATAN
RENCANA KEG
PAN
PELINGKU
ENTING
DAMPAK P
MENGENAL RO
NA
LINGKUNGAN
HIDUP
64
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
E
AN METOD
MENENTUK
I
D
U
T
S
SANA
DAN PELAK
MENENTU
KAN METO
DE
DAN PELA
KSANAAN
STUDI
65
Proses pelingkupan telah dibahas dalam bab-bab terdahulu. Hasil akhir pelingkupan
terdiri dari 1) lingkup dampak penting dan 2) lingkup wilayah studi dan waktu kajian. Bab
ini menjelaskan, secara garis besar, bagaimana menggunakan informasi tersebut untuk
menentukan metode studi dan hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan studi ANDAL.
Bagian terakhir dari rancangan kajian adalah: Bagaimana kajian akan dilakukan? Siapa
saja yang terlibat dalam kajian? Seperti dijelaskan dalam Tabel 13, pertanyaan bagaimana
akan terjawab dengan penentuan metode studi, sedangkan pertanyaan siapa terjawab
dengan penentuan susunan tim kajian ANDAL. Semua informasi yang telah dihasilkan pada
proses pelingkupan bermuara pada metode studi dan penentuan susunan tim studi ANDAL.
METODE STUDI
Kredibilitas sebuah kajian ANDAL sangat ditentukan oleh kualitas dari prakiraan dampak
yang dilakukan. Dari prakiraan itulah diperoleh informasi tentang sebaran dan besaran
dampak serta komponen-komponen lingkungan alam dan sosial yang akan mengalami
perubahan tersebut. Semakin akurat prakiraan dampak yang dilakukan semakin tajam pula
informasi yang digunakan untuk merancang rencana pengelolaan dan pemantauan dampak.
Dengan demikian, pemilihan metode-metode yang tepat untuk pelaksanaan kajian sangatlah
penting.
Metode studi yang harus ditentukan pada tahap penyusunan KA-ANDAL terdiri dari hal-hal
berikut ini.
Metode pengumpulan data (primer dan sekunder), termasuk peralatan atau instrumen
yang digunakan untuk pengambilan sampel, jumlah sampel, lokasi pengambilan
sampel komponen lingkungan biogeofisik, metode pengumpulan data sosial, dan
sebagainya. Peta lokasi pengambilan sampel di dalam wilayah studi sebaiknya juga
disertakan.
Metode analisis data yang telah terkumpul di atas. Untuk data-data sampel komponen
lingkungan biogeofisik, metode analisis data termasuk peralatan/instrumen dan
metode standar analisis laboratorium. Untuk dampak sosial, metode analisis data
termasuk metode kualitatif dan kuantitatif yang akan digunakan.
Metode prakiraan dampak penting, untuk memprakirakan besaran dan sifat dampak
penting untuk masing-masing dampak penting hipotetik. Metode yang digunakan
untuk memprakirakan besaran dampak antara lain adalah: 1) metode perhitungan
matematis (modeling), 2) percobaan/eksperimen, 3) penilaian ahli (professional
judgement), 4) metode-metode lain yang diakui secara ilmiah (skenario, analogi,
dan studi literatur kegiatan serupa). Adapun metode yang digunakan untuk memprakirakan sifat penting dampak, antara lain, dapat menggunakan Keputusan Kepala
66
Metode evaluasi dampak penting, yaitu metode yang membantu menyimpulkan hasil
kajian untuk keperluan 1) keputusan kelayakan lingkungan dan 2) arahan untuk
penyusunan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (RKL-RPL).
Semua prakiraan dampak penting ditinjau secara holistik agar pola keterkaitan dan
hubungan sebab-akibat terlihat nyata. Untuk keputusan kelayakan lingkungan, hasil
prakiraan dampak dari berbagai alternatif yang dikaji harus dibandingkan satusama-lainnya sehingga pemilihan metode evaluasi dampak harus mencakup metode
evaluasi antar-alternatif.
Untuk masing-masing jenis metode di atas, berbagai metode tersedia dan sudah lazim
dipakai. Yang penting diperhatikan adalah bahwa sebagai perangkat ilmiah, metode selalu
berkembang dan mengalami peningkatan di dunia ilmiah internasional. Pelaksana Kajian
sebaiknya mencoba untuk menjelajah literatur ilmiah internasional dan berupaya mencari
metode paling tepat untuk situasi yang dikaji dan paling mutakhir (dilihat dari pemakaiannya
dalam studi-studi di tahun-tahun yang belum lama berlalu). Pencarian literatur internasional
sudah sangat dimudahkan dengan adanya internet saat ini.
Untuk sebagian metode pengumpulan dan analisis data, juga harus diperhatikan apakah
ada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah mengatur pemakaian metode tertentu atau
sudah ada akreditasi terhadap pelaksana analisis (seperti laboratorium). Jika ada acuan yang
relevan, acuan tersebut harus digunakan.
Untuk setiap dampak penting yang akan dikaji, metode yang akan digunakan harus dijelaskan dalam dokumen KA-ANDAL. Tabel dapat juga digunakan untuk merangkum metode-
67
Untuk metode prakiraan dampak penting, Pemrakarsa diminta untuk melakukan valuasi ekonomi sehingga
tabel di bawah ini menunjukkan demikian.
Cuplikan Tabel Metode Prakiraan Dampak Penting
Keterangan
Metode Prakiraan
Dampak
Metode Valunasi
Ekonomi
Tabel juga dilengkapi keterangan tambahan berupa rumus-rumus yang digunakan, di mana metode prakiraan
dampak menggunakan model atau perhitungan matematis.
Sumber: Dokumen ANDAL, Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Ujung Pangkah, Blok Pangkah,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Amerada Hess (Indonesia-Pangkah) Limited, 2006.
68
69
70
Highlight Bab 6
1. Penentuan metode studi dan tim pelaksana studi adalah tahap terakhir
dalam menggunakan hasil pelingkupan. Kredibilitas kajian sangat bergantung pada kedua hal ini.
2. Metode studi harus ditentukan untuk setiap dampak penting yang akan
dikaji. Metode yang harus diidentifikasi terdiri dari:
metode pengumpulan data;
metode analisis data;
metode prakiraan dampak;
metode evaluasi dampak penting.
3. Tim pelaksana studi AMDAL dibentuk berdasarkan kebutuhan kajian. Artinya, susunan tim dipengaruhi oleh dampak-dampak yang akan dikaji,
tingkat prioritas dampak, metode studi yang akan digunakan, dan sebagainya.
4. Ketua tim studi AMDAL memiliki sertifikat pelatihan AMDAL Penyusun dan
seluruh anggota sebaiknya berpengalaman melaksanakan studi. Tim
pelaksana studi ANDAL bertanggung jawab atas keabsahan ilmah dari kajian serta hasil-hasilnya.
71
LAMPIRAN
KRITERIA DAMPAK PENTING
Berdasarkan PP No.27/1999 tersebut, ukuran dampak penting dapat mengacu kepada 6
kriteria. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kriteria tersebut berdasarkan Keputusan
Kepala BAPEDAL No. 56 Tahun 1994.
72
dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada komponen
lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila: Rencana usaha
atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah
komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.
dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga pada
kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya;
beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak
dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya;
dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergistik).
73
DAFTAR PUSTAKA
Amerada Hess (Indonesia-Pangkah) Limited, 2006. Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Ujung Pangkah, Blok
Pangkah, Kab. Gresik, Propinsi Jawa Timur.
Asian Development Bank, 1997. EIA Guidelines for Developing Countries.
Canter, Larry, 2001. Environmental Impact Assessment
Council on Environmental Quality, April 1981. CEQ Scoping Guidelines, Memorandum
for General Counsels, NEPA Liaisons and Participants in Scoping, Washington, D.C.
AIRMIC, ALARM, IRM, 2002. A Risk Management Standard (http://www.theirm.org/
publications/documents/Risk Management Standard 030820.pdf)
Empire State Development Corporation, 2006. Atlantic Yards Arena and Redevelopment
Project. Final Scope of Analysis for an Environmental Impact Statement. New York.
Harvey, N. 1998. Screening, Scoping and Levels of Environmental Assessment in
Environmental Impact Assessment. Oxford University Press Australia. Melbourne. P 3841; 49-50 and 57.
Herly, S. W. Revitalisasi Sistem AMDAL, Rencana Penyempurnaan Proses Pelingkupan. Kick
Off Workshop ESP Phase 1, AMDAL 20 Juli 2007. Permata Bidakara. Bandung
HM Treasury, U.K., October 2004. The Orange Book; Management of Risk Principles
and Concepts, (http://www.hm-treasury.gov.uk/media/3/5/FE66035B-BCDC-D4B311057A7707D2521F.pdf)
Megantara, Erry. N. Tanggapan Proses Pelingkupan Permen LH 08/2006. Kick Off Workshop
ESP Phase 1, AMDAL 20 Juli 2007. Permata Bidakara. Bandung
Moh. Askary, berbagai materi modul-modul pelatihan AMDAL.
Office for Official Publications for the European Communities, June 2001. Guidance on
EIA Scoping.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
Pertamina PKP dan BP, Mei 2001. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
74
Terpadu LNG Tangguh, Kabupaten Manokwari, Sorong dan Fak Fak, Propinsi Irian
Jaya.
PSLH ITB, 2006. Himpunan Peraturan tentang LH dan AMDAL. Institut Teknologi Bandung.
PT. Interex Sacra Raya, 2004. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pertambangan Batubara, KP Eksploitasi KW 00PB0262, Kec. Muara Kamam, Batusopang,
Kuaro, Kabupaten Pasir, Propinsi Kalimatan Timur, dan Kec. Jaro dan Muarauya, Kab.
Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan.
PT. Newmont Nusa Tenggara, 1996. Multisektor/ Integrated Studi Analisis Dampak
Lingkungan Terpadu. Kegiatan Pertambangan Tembaga-Emas di Batu Hijau, Kec.
Jereweh, Kabupaten Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Purnama, Dadang, 2007. Pelingkupan versi 08/2006 & 308/2005. Kick Off Workshop ESP
Phase 1, AMDAL 20 Juli 2007. Permata Bidakara, Bandung
Qipra Galang Kualita, World Bank Office Jakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup RI.
2003. Konsultasi Masyarakat dalam AMDAL : Sebuah Panduan untuk Pemrakarsa.
Soemarwoto, O. 2001. Evaluasi AMDAL dan Saran Penyempurnaannya. Seminar Evaluasi
Kebijakan dan Penerapan AMDAL, BAPEDAL. Jakarta.
Stone ,Y. 2003. Overview of Legislation and Practices in EIA in NSW. Department of
Infrastructure, Planning and Natural Resources NSW.
Suratmo, Gunarwan, 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University, Yogyakarta.
Thomas, I. 2001. Environmental Impact Assessment in Australia. The Federation Press.
Leichhardt. NSW. P 179-196.
U.S. Environmental Protection Agency, September 1993. Sourcebook for the Environmental
Assessment Process.
United Nations University, Open Education Resources, July 2006. Environmental Impact
Assessment Course Module.
75