In vitro
Kekurangan
Banyak percobaan biologi seluler dilakukan di luar organisme atau sel ;
karena kondisi pengujian mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam
organisme, ini dapat mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan
situasi yang muncul dalam organisme hidup. Akibatnya, hasil eksperimen
tersebut sering dijelaskan dengan in vitro, bertentangan dengan in vivo.
Namun, kondisi yang terkendali hadir dalam sistem in vitro berbeda secara
signifikan dari yang in vivo, dan dapat memberikan hasil yang
menyesatkan. Oleh karena itu, dalam studi in vitro biasanya diikuti oleh
studi vivo.
In vivo
Kekurangan
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
In vitro
uji pada mikroba jika antibiotic;
pada sel kanker dari hewan utk obat anti kanker;
pada plasmodium utk obat anti malaria;
pada jamur missal candida pada obat anti keputihan/candidiasis;
pada cacing utk obat cacing;
pada virus utk obat antivirus;
pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator
diuji pada otot polos trachea marmot;
pada jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan aritmia; dll.
In vivo
o utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague
Dowley/SD bukan Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD
memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh baik dg jumlah
sample yg banyak.
- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri
ringan yakni dengan penyuntikan asam asetat glacial ke
peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan digunakan
tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau
telapak jarinya dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa
panas, digunakan boleh mencit atau tikus krn hewan akan
diletakkan di hot plate.
o
o
o
o
o
o
o
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih
secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak.
Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok
nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok
ini diberi posttest.
c. Conterbalanced Design
4. Factorial Design
galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna
hitam pada kepala dan tubuh bagian depan.
Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague Dawley
berjenis kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague
Dawley dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi
hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa,
sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang berbeda dan
dapat mempengaruhi hasil penelitian (Kesenja 2005). Tikus putih galur ini
mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif
dibandingkan dengan galur lainnya (Harkness dan Wagner 1983).
Anjing
Anjing dengan bulu pendek dan berat sekitar 12 kg paling sesuai untuk uji
toksikologi. Umur paling baik dipakai adalah 14-16 minggu, sementara
dibutuhkan 4 minggu untuk adaptasi dengan lingkungan yang baru.
Primata
Pengguanaan kera lebih menguntungkan dibandingkan pemakaian hewanhewan lain, terutama dalam hal berat badan dan postur tubuhnya yang
menyerupai manusia. Postur seperti ini memungkinkan untuk mencatat
observasi penting terutama bila neurophaty perifer merupakan
manifestasi toksik. Kerugiannya perlu banyak hewan yang dibutuhkan
untuk uji fertilitas karena produktivitasnya rendah.
Daftar Pustaka
Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha
Nasional
Fuchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York.
Pearson
Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Penerbit Alfabeta
Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara