Oleh:
Herbert Helmy Ofsir
03121002023
A. JUDUL
Evaluasi Teknis Sistem Penyanggaan Split Set dan Shotcrete Untuk Mencegah
Runtuhan Baji pada Lubang Extraction Tambang Bawah Tanah Deep Mill
Level Zone (DMLZ) PT.Freeport Indonesia
B. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan
C. LATAR BELAKANG
PT. Freeport Indonesia, yang berlokasi Kecamatan Mimika Timur,
Kabupaten Timika, Provinsi Papua dengan posisi grafisnya adalah 04o 06` 04o 012`LS dan 137o 06`-137o12` BT merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan bijih (emas dan tembaga) memiliki reputasi
yang sangat baik dengan sistem produksi yang sangat mapan. Keberadaan ore
yang ada pada wilayah eksploitasi adalah berbentuk vein (urat kuarsa) yang
memanjang dan vertikal yang dinamakan dengan nama vein cikoneng dan vein
cibitung. Sistem penambangan yang diterapkan pada PT. Freeport Indonesia
merupakan sistem tambang dalam atau Underground Mining dengan metoda
block caving.
Dalam proses penambangan bawah tanah, penyanggaan (supporting)
dan penguatan (reinforcement) merupakan salah satu faktor penting dalam
keberlangsungan operasi kegiatan penambangan. Hal ini berkaitan dengan
faktor keselamatan (safety factor) kerja serta produktivitas kerja. Pentingnya
suatu penyanggaan dan penguatan dapat diperhatikan pada kegiatan produksi
dan development, seperti pada kegiatan pengeboran untuk peledakan produksi,
pemuatan, pengangkutan, kegiatan pengeboran, pembuatan main haulage
level, sill drift dll.
Penggunaan sistem penyanggaan dan penguatan yang tepat akan
berdampak pada lokasi kerja yang lebih aman serta target produksi yang
direncanakan dapat tercapai. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka
pembuatan desain penyanggaan harus sesuai dengan kondisi batuan dan
2.
Bagaimana keadaan sifat fisik dan mekanis dari batuan pada level
extraction.
3.
4.
Bagaimana pemasangan secara teknis split set dan shotcrete yang sesuai
dengan kondisi batuan dan bidang ketidakmenerusan yang digunakan
dengan menggunakan pemodelan phase 2 dan unwedge
5.
E.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui
Mengetahui keadaan sifat fisik dan mekanis dari batuan pada level
extraction
3.
4.
5.
F.
BATASAN MASALAH
Penelitian hanya difokuskan pada evaluasi teknis pemasangan split set
dan shotcrete dengan menggunakan pemodelan phase 2 dan unwedge untuk
mencapai safety factor yang aman pada lubang bukaan kegiatan produksi.
G. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran
bagi perusahaan untuk memutuskan kebijakan pemasangan jumlah split set
dan ketebalan shotcrete guna mencapai safety factor yang sesuai pada level
extraction agar kegiatan produksi berjalan dengan baik.
H
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Runtuhan Baji
Pada kegiatan ekskavasi lubang bukaan tambang bawah tanah di lokasi
masa batuan yang berkekar, jenis runtuhan yang paling umum terjadi adalah
runtuhan baji (wedges failure) yang dapat berasal dari atap (roof fall) atau
meluncur keluar dari dinding samping (sidewall wedge) dari bukaan seperti
yang disimulasikan seperti pada (Gambar 1), (Hoek, E, Kaiser, P.K., dan
Bawden W.F.,1995). Baji terbentuk karena adanya suatu struktur yang saling
memotong, seperti bidang perlapisan dan juga kekar (Irwandy A. dan Made
AR, 1998). Ketika kegiatan ekskavasi dilakukan seperti pada kegiatan
peledakan untuk membuat free face yang baru, gaya penahan dari sekitar
batuan tersebut akan berkurang dan hilang. (Hoek, dkk, 1995).
agar RQD
ditentukan berdasarkan frekuensi kekar jika tidak adanya bor inti dengan
persamaan:
= 100 0,1 (0,1 + 1)
sumber :: Priest&Hudson(1976)
adalah frekuensi diskontinu per meter
Palmstrom (1982) mengusulkan jika inti tidak tersedia, RQD dapat
diperkirakan dari jumlah kekar-kekar (joints) per satuan volume, di dalam
mana jumlah kekar per meter untuk tiap kekar ditambahkan. Konversi untuk
massa batuan yang bebas lempung adalah :
RQD = 115 - 3.3 Jv
sumber :: Bieniawski, Z.T., 1989
Jv adalah jumlah total kekar per m3.
Hubungan antara indeks RQD dan kualitas teknik dari batuan adalah
sebagai berikut (Deere, 1968) pada (Tabel 1).
Tabel 1. Hubungan RQD dan kualitas
RQD
< 25
25 50
50 75
75 90
90 - 100
(Sumber : Bieniawski, Z.T., 1989: 38)
Kualitas Batuan
Sangat jelek (very poor)
Jelek (poor)
Sedang (fair)
Baik (good)
Sangat baik (very good)
<1m
6
Sangat pendek
1-3m
4
pendek
rating
3-10m
2
sedang
10-20m
1
tinggi
>20m
0
Sangat tinggi
Bukaan / rekahan
0
6
Tidak ada
<0.1mm
5
Sangat rapat
0.1-1mm
4
sedang
1-5mm
1
lebar
>5mm
0
Sangat lebar
Kekasaran
permukaan joint
isian
6
Sangat kasar
0
6
Tidak ada
Tidak lapuk
6
5
kasar
<5mm
5
keras
Agak lapuk
5
4
Agak kasar
>5mm
4
keras
Sedang
5
1
halus
<5mm
1
lunak
Tinggi
1
0
licin
>5mm
0
lunak
Terurai
0
Pelapukan
sangat
berpengaruh
terhadap
lubang
bukaan
suatu
Kekar Terisi
Pengisi
Kering
Lembab
Basah
Tergerus
Aliran
Tidak ada
Tidak ada
Beberapa menetes
Menetes
Mengalir
Basah
Menerus
Tercuci
Menerus
lima
2
3
Popint-load
strength index
(Mpa)
NILAI
> 10
4-10
2-4
1-2
> 250
100250
50-100
25-50
15
90-100
20
12
75-90
17
Jarak Diskontinuitas
>2m
0.6-2 m
Bobot
20
15
7
50-75
13
200600 m
10
4
25-50
8
60-200
mm
8
Kekuatan
dari
batuan
utuh
Uniaxial
compressive
strength (UCS)
Bobot
RQD
Bobot
Untuk kuat
tekan rendah
UCS diperlukan
:
525
2
1-5
1
< 25
< 60 m
0
<
1
0
Kondisi Diskontinuitas
Sangat
kasar,
tidak
menerus,
tidak ada
separasi,
tidak ada
pelapuka
n
30
Bobot
Aliran per 10 m
panjang
None
terowongan
(L/min)
Air
Tekanan air
tanah
5
kekar tegangan
0
utama
Kondisi umum
Kering
Bobot
15
(Sumber : Bieniawski, Z.T., 1989: 54)
Agak
kasar,
separasi
<1
mm,
agak
lapuk
Agak
kasar,
separasi
< 1mm,
sangat
lapuk
Licin,
tebal
gouge <
5mm,
separasi
1- 5 mm,
menerus
Tebal gouge
lunak > 5mm,
separasi > 5mm,
menerus.
25
20
10
< 10
10-25
25-125
> 25
< 0.1
0.1-0.2
0.2-0.5
> 0.5
Lembab
Basah
7
Menetes
4
Mengalir
0
10
Dip 20-45
Sangat menguntugkan
Menguntungkan
Irrespective of Strike
Dip 20-45
Dip 45-90
Dip 0-20
Sedang
Fair
Sangat
menguntung
kan
Terowo
0
ngan
Bobot
Sipil
0
Lereng
0
(Sumber : Bieniawski, Z.T., 1989: 55)
menguntung
kan
cukup
Tidak
menguntung
kan
Sangat tidak
menguntung
kan
-2
-5
-10
-12
-2
-5
-7
-25
-15
-50
-25
-60
8061
II
Baik
6041
III
Cukup
4021
IV
Jelek
< 20
V
Sangat
Jelek
Penggalian
Rock bolt
(D = 20 mm, fully
grouted)
Shotcrete
Steel sets
50 mm di atap
di tempat yang
dibutuhkan.
Tidak perlu
50 - 100 mm
di atap dan 30
mm di
dinding.
Tidak perlu
100 - 150 mm
di atap dan
100 mm di
dinding.
Drift
berganda
dengan
kemajuan 0.5 - 1.5 m di top
heading,
pemasangan
penyangga seiring dengan
penggalian, shotcrete perlu
segera setelah peledakan.
150 - 200 mm
di atap, 150
mm di
dinding, dan
50 mm di
muka.
Rangka
ringan
sampai
sedang spasi
1.5 m di
tempat yang
diperlukan.
Rangka
berat sampai
ringan spasi
0.75 m
dengan steel
lagging dan
forepoling
jika perlu,
close invert.
3.
penyangga, jika jarak tersebut lebih panjang dari lebar terowongan (Lauffer,
1958).
I
20 tahun
untuk 15 m
span
II
1 minggu
untuk 10 m
span
III
1 minggu
untuk 5m
span
> 400
300-400
Sudut geser
dalam dari masa
batuan (deg)
> 45
35-45
Stand up time
rata-rata
IV
30 menit untuk
1 m span
200-300
100-200
< 100
25-35
15-25
< 15
Tabel 10. Contoh data dip dan dip direction dari data diskontinu
Gambar 6, Plot dip dan dip direction dari tiga bidang diskontinu
Dalam menentukan potensi baji (wedge) perlu diperhatikan juga data sumbu
dari sudut penunjaman (plunge) dan arah penunjaman (trend) dari sumbu tunnel
yang akan diselidiki potensi bajinya. Setelah data dimasukkan, maka software
UNWEDGE akan mendeterminasikan lokasi dan dimensi potensi terbesar yang
dapat terbentuk dari kegiatan ekskavasi (Tabel 11) dan (Gambar 7) (Hoek, E,
Kaiser, P.K., dan Bawden W.F.,1995).
Tabel 3.11.contoh data dip dan dip direction dari data diskontinu
Rumus
Keterangan
ht = tinggi beban (m)
Tinggi beban
runtuh
ht =
100 RMR
xB
100
= lebar terowongan
Beban runtuh
P = ht x
dari
Gambar 10. Baut batuan dengan pengikatan geser tipe split set
4.2.2 Perlengakapan penunjang pada sistem baut batuan
Beberapa komponen penunjang yang digunakan bersama dengan baut
batuan antara lain:
1.
Face Plate
Sebuah face plate dirancang untuk mendistribusikan beban pada kepala
baut secara merata di sekitar batuan sekililingnya. Pada (Gambar 11) berikut
dapat dilihat jenis-jenis face plate
3.
memiliki komponen yang sam dengan campuran kering hanya airnya telah
dicampurkan dalam tempat pengaduk
4.3
melakukan
pemilihan
jenis
rockboltdanshotcrete
yang
2 + 0.15 B
(ESR)
Rumus
Panjang baut
I = ht +0,5
Jarak/spasi baut
b = 2/9 x S
R = Rmax / FK
Panjang maksimum
baut
Imax = Rmax/b2
.
Keterangan
I = panjang baut (m)
ht = tinggi beban
b = jarak baut (m)
S = lebar terowongan (m)
R = beban baut yang diizinkan
(ton)
Rmax = beban baut maksimum
(ton)
FK = faktor keamanan (2-4)
Imax = panjang baut maksimum
(m)
= density batuan (ton/m3)
Ketebalan
shotcrete
Shear stress
shotcrete
4.4
Rumus
= 0,434
= 0,2
P. S
LB
FK
Keterangan
= ketebalan shotcrete (m)
P= beban runtuh (ton/m2)
S= lebar terowongan (m)
= shear stress shotcrete
(ton/m2)
LB= UCS shotcrete (ton/m2)
FK = faktor keamanan
set, besarnya span, kemampuan menahan split set (kapasitas), dan beban dari
runtuhan yang diterima.
Rumus
Cxn
W
Faktor keamanan
FK =
W
= S1 x S2 x P
n =
FK x W
C
Keterangan
FK = Faktor keamanan (1.52.0)
C = kapasitas split set (ton)
n= jumlah split set
W= Beban luas atap (ton)
W= beban luas atap (ton)
1= span (m)
S2 = Kemajuan (m)
P = beban runtuh ( ton/m2)
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori
dengan data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah.
Adapaun metode penulisan yang dilakukan adalah :
1. Studi literatur
Studi literatur yang dilakukan meliputi studi mengenai struktur geologi
berupa ketidakmenerusan massa batuan pada tambang bawah tanah,
karakterisitik dan klasifikasi sifat batuan dengan menggunakan RMR,
penyanggaan pada bukaan tambang bawah tanah, dan analisis pemasangan
split set dan shotcrete yang didapatkan melalui laporan-laporan penelitian,
paper ataupun textbook yang berkaitan dengan penelitian serta kunjungan
perpustakaan.
2. Observasi lapangan,
Kegiatan observasi lapangan dilakukan dengan meninjau langsung ke
lokasi kegiatan produksi untuk melakukan pengamatan secara aktual terhadap
pemasangan split set dan shotcrete yang diterapkan serta kegiatan-kegiatan
lain yang berkaitan dengan penelitian.
3. Pengambilan data di lapangan
Pengambilan
data
dilakukan
pada
lokasi
pengamatan
dengan
mengambil data yang berkaitan dengan penelitian dan data yang akan
dimasukkan pada perangkat lunak phase 2 dan unwedge. Data tersebut
meliputi data geometri lubang bukaan produksi secara aktual dan data
klasifikasi RMR.
4. Pengolahan dan analisis data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan memasukan data yang
didapatkan dilapangan dan dilakukan beberapa perhitungan dan kemudian
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Kegiatannya adalah sebagai berikut:
kebutuhan split set yang akan digunakan untuk menaikan safety factor dari
lubang bukaan tersebut.
\
Gambar 12. Sistematika penelitian dan penulisan
J.
K.
Kegiatan
Studi Literatur
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Draft
Maret
April
Mei
X
X
PENUTUP
Demikianlah proposal ini saya buat sebagai bahan pertimbangan bagi
agar dapat diterima untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT. Freeport
Indonesia. Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka
saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik secara moril
maupun materil dari pihak perusahaan untuk kelancaran penelitian tugas
akhir ini.
Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan
penlitian tugas akhir ini adalah:
1. Adanya Pembimbing Lapangan selama penelitian tugas akhir
DAFTAR PUSTAKA