Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang (1,2,3,4)
Laringitis adalah radang akut atau kronis dari laring. Laringitis akut adalah
radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut
atau manifestasi dari radang saluran nafas atas. Bila laringitis ini berlangsung
lebih dari 3 minggu maka disebut laringitis kronis. Laringitis kronis adalah proses
inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu
yang lama. Laringitis kronis terjadi karena pemaparan oleh penyebab yang terus
menerus.
Laringitis kronis ini dapat timbul pada anak anak maupun dewasa.
Angka kejadian untuk laringitis kronik ini lebih banyak diderita oleh pria dari
pada wanita.
Etiologi dari laringitis kronik dapat disebabkan oleh infeksi virus, infeksi
tuberculosis, infeksi jamur, sifilis, pajanan terhadap debu, kebiasaan merokok dan
sering mengkonsumsi alkohol.
Berdasarkan etiologinya, laringitis kronik dapat dibagi atas laryngitis
kronik non spesifik dan spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat disebabkan
oleh faktor eksogen (rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan
kimia, infeksi kronik saluran napas atas atau bawah, asap rokok) dan faktor
endrogen ( bentuk tubuh, kelainan metabolik,) sedangkan yang spesifik
disebabkan tuberkulosis dan sifilis.
Pengobatan untuk laringitis kronik adalah dengan cara menganjurkan
pasien untuk tidak banyak bicara, menjauhkan pasien dari faktor pemicu seperti
asap, dan debu. Pemberian antibiotik dapat diberikan apabila terdapat tanda
tanda infeksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi laring (1,2,3,4,5,6,8,9)

Gambar1. Anatomi Laring(18)

Gambar 2. Anatomi Laring dan Faring(19)


Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuk
laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung
dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus
laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri
dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan
ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang
berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah

superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat
mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung
ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara
itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago
tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan
superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid
bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah
prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.

Gambar 3: Gambar Laring Sebagai Kotak Suara(20)

Gambar4: gambar anatomi laring(21)

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis
sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita
suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis
suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah
tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan
yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang
kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago
kornikulata dan kuneiformis.

Gambar 5: gambar laring normal(22)

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot
ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik
suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang
berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,
m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara
berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang
membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk
teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid
kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabangcabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior
(n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan
sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus
superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena
tiroid superior dan inferior.

2.2. Fisiologi Laring (1,2,3)


Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang
telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat
dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur

besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka
didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi
darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu
gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.

Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,


mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi
dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

2.3. Laringitis Kronis


2.3.1. Definisi (1,2,3)
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring
yang berlokasi di saluran nafas atas, yang terjadi lebih dari 3 minggu. Sering
merupakan radang kronis laring yang disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi
septum yang berat, polip hidung atau bronchitis kronis, mungkin juga karena
disebabkan peyalahgunaan suara(vocal abuse) seperti berteriak teriak atau
bersuara keras. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan
menebal dan pada pemeriksaan Patologis anatomis terdapat metaplasi
skuamosa.

Gejalanya adalah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tengorokan


sehingga pasien sering berdehem tanpa mengeluarkan secret disebabkan
mukosa yang menebal. Pada pemeriksaan tanpak mukos menebal dengan
permukaan tidak rata dan hiperemis. Bila terdapat daerah yang dicurigai tumor
penting untuk dilakukan biopsi. Terapi yang penting adalah mengobati
peradangan di hidung, faring serta bronkus yang bias jadi merupakan salah satu
penyebab laryngitis kronis. Pasein hendaknya diminta untuk tidak banyak
berbicara(vocal rest).

2.3.2. Etiologi (1,2,3,4,5)


Hampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis.
Laringitis biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada traktus respiratorius
bagian atas. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai
macam sebab diantaranya adalah.:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Infeksi bakteri
Infeksi tuberkulosis
Sifilis
Leprae
Virus
Jamur
Actinomycosis
Penggunaan suara berlebih
Kebiasaan merokok
Alergi
Faktor lingkungan seperti asap, debu
Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis
Alkohol
Gatroesophageal refluks

2.3.3. Klasifikasi Laringitis Kronis (1,2,3,4,5)


Berdasarkan Etiologi dapat dibagi atas laryngitis kronik non spesifik dan
spesifik.
Laringitis kronik non spesifik dapat disebabkan oleh

faktor eksogen

(rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan kimia, infeksi kronik


saluran napas atas atau bawah, asap rokok) dan faktor endrogen ( bentuk tubuh,
kelainan metabolik,) sedangkan yang spesifik disebabkan tuberkulosis dan
sifilis.

2.3.3.1. Laringitis Kronik Non Spesifik (1,2,3)


Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang
terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak
merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan

dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease


(GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi
di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan
disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang,
terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam
konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema
laring.
2.3.3.2. Laringitis Kronis Spesifik (1,2,3)
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan
laringitis luetika.
A. Laringitis tuberculosis (1,2,3)
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca
pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap.
Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta
vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai
kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
1) Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis,
dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga
tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel
berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat
akan pecah dan terbentuk ulkus
2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi
membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat
nyeri.

3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago


laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan
tulang rawan.
4)

Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding

posterior, pita suara dan subglotik.


B. Laringitis luetika (1,2,3,4)
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium yang paling berhubungan
dengan laringitis kronis ialah stadium tersier dimana terjadi pembentukan guma
yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul
ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua
dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Tabel. 1(12,13,14)
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
laringitis akut

Rhinovirus

Laringitis kronis
Infeksi bakteri

Parainfluenza virus

Infeksi tuberkulosis

Adenovirus

Sifilis

Virus mumps

Leprae

Varisella zooster virus

Virus

Penggunaan asma inhaler

Jamur

Penggunaan suara berlebih dalam

Actinomycosis

pekerjaan : Menyanyi, Berbicara

Penggunaan suara berlebih

dimuka umum Mengajar

Alergi

Alergi

Streptococcus grup A

Moraxella catarrhalis

granulomatosis, amiloidosis

Gastroesophageal refluks

Alkohol

Faktor lingkungan seperti asap, debu


Penyakit sistemik : wegener

Gatroesophageal refluks
2.4. Patofisiologi (4,5,6,7)
laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan
adanya peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis
kronis proses peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya
sudah tidak ada. Proses inflamasi akan menyebabkan kerusakan pada epitel
bersilia pada laring, terutama pada dinding belakang laring. Hal ini akan
menyebabkan gangguan dalam pengeluaran sekret dari traktus trakeobronkial.
Bila hal ini terjadi, sekret akan berada tetap pada dinding posterior laring dan
sekitar pita suara menimbulkan reaksi timbulnya batuk. Adanya sekret pada
daerah pita suara dapat menimbulkan laringospasme. Perubahan yang berarti
juga dapat terjadi pada epitel dari pita suara berupa hiperkeratosis, diskeratosis,
parakeratosis dan akantosis.

Virus
Kurangnya informasi
defesit pengaruh
mengenai Pencegahan
infeksi pernapasan

Laringitis

Banyak
Kerusakan
Laringitis
Kesulitan
Kronis
Keletihan pita
Bahan
kimia
komunikasi
Demam
Menggunakan
menelan
Sembuh
Sakit
tenggorokan
&
suara
serak
dan batuk
Akut
Inflamasi
verbal
suara
Batuk

Laringitis

Nyeri
Sekitar
mata dan
Laringitis
Tersumbat
Asap
dan
Debu
Sekresi
leutika
kedua
sisiBerlebihan
hidung

Tuberkul

Penatalaksana
an
medikamento
Penatalaksanaan
Operatif
Disfonia
Tabel 2 : Bagan Patofisiologi Laryngitis Kronis(15,16,17)
2.5. Manifestasi Klinis (1,2,3,4,5,7)

Suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia)

Batuk berat

Suara serak yang persisten

Tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman

Demam

Tidak enak badan

Sakit tenggorokan

Pembengkakan Laring yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan

10

pernafasan

Laringitis tuberkulosis

Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa


kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau berimingguminggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis,
nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru.
Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau
paralysis pita suara.

Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:

Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar.
Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik
kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya
meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan
epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester.
Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding
posterior, pita suara, dan subglotik.

2.6. Pemeriksaan Penunjang (1,2,3,4,6,7)


1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.

11

2.7. Penatalaksanaan (1,2,3,4,5,6,7)


a. Non Medikamentosa
- Menganjurkan pasien untuk tidak banyak bicara
- Menganjurkan pasien untuk menjauhi faktor pemicu seperti kebiasaan
merokok
- Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
mempercepat proses penyembuhan.
- Kontrol post operatif ke poliklinik THT.
b. Medikamentosa
- Antibiotik; Amoxicilin 3 x 500 mg tablet
- Ambroxol 3 x 30 mg tablet
- Ekspektoran
- jangka pendek dapat diberikan steroid
Laringitis Tuberkulosis : Pemberian obat

antituberkulosis

primer dan skunder dan analgesik : Asam Mafenamat untuk


nyeri, bila penderita mengeluh nyeri

.2.8. Prognosis (1,2,3,4,7,8)


Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada penyebab dari
laringitis kronis tersebut.
2.9. Anjuran (1,2,3,4)
1. Pasien diminta untuk tidak banyak bicara untuk mengobati peradangannya.
2. Menjauhkan dari faktor pemicu, seperti pajanan asap, kebiasaan merokok,
minum es, gorengan
3. Antibiotik penisilin dapat diberikan dengan dosis anak 3x500 mg/kgBB dan
dewasa 3x500 mg/hari.
4. Laringitis tuberkulosis : Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari
sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses

12

spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA

- .

Tabel 2. (1,2,10,11)
Diagnosis banding
Diagnosis Banding
Teori
Laringitis Kronik
Nodul Pita suara
Definisi
Laringitis
kronis
adalah Nodul pita suara adalah
inflamasi

dari

membran peradangan kronik pada

mukosa laring yang berlokasi pita

suara

dengan

di saluran nafas atas, yang pembentukan suatu massa


terjadi lebih dari 3 minggu.

jaringan

yang

letaknya

Gambar 6: gambar vocal cord untuk membandingkanpada


dengan
nodul pitasepertiga
suara
perbatasan
depan dan sepertiga tengah
- Sering

pada

anak

dan

dewasa
- Lebih sering pada wnita
- Etiologi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Infeksi bakteri
Infeksi tuberkulosis
Sifilis
Leprae
Virus
Jamur
Actinomycosis
Penggunaan suara
berlebih
9. Kebiasaan merokok
10. Alergi

13

pita suara
- Penyakit

ini

biasa

ditemukan pada orang


dewasa
- Disebabkan
penyalahgunaan

oleh
suara

yang terlalu keras dan


lama,

seperti

yang

sering

terjadi

pada

profesi guru, penyanyi


dan sebagainya.

11. Faktor lingkungan


seperti asap, debu
12. Penyakit sistemik :
wegener
granulomatosis,
amiloidosis
13. Alkohol
14. Gatroesophageal

- Gejala
berupa
suara

awal

dapat

terputusnya
pada

waktu

menyanyikan

nada

tinggi,

suara

timbul

serak yang menetap,

refluks

kadang disertai batuk


- Keluhan :

Suara serak atau tidak


dapat
suara

mengeluarkan
sama

sekali

(afonia)

Batuk berat

Suara

serak

yang

persisten

Tenggorokan

terasa

gatal dan tidak nyaman

Demam

Tidak enak badan

Sakit tenggorokan

Pembengkakan Laring
yang

dapat

menyebabkan
terjadinya

gangguan

Pemeriksaan

pernafasan
Pemeriksaan fisik tampak

Pada pemeriksaan laring

fisik

mukosa menebal, permukaanya

tampak nodul di pita suara

14

tidak rata dan hiperemis.

sebesar kacang hijau atau


lebih kecil, berwarna
keputihan.

BAB III
KESIMPULAN
1. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi beberapa
minggu sebelum pasien datang ke dokter dengan keluhan gangguan pernafasan
dan nyeri.
2. Manifestasi klinis laringitis sangat tergantung pada beberapa faktor seperti
kausanya, besarnya edema jaringan, regio laring yang terlibat secara primer dan
usia pasien. Pasien biasanya datang dengan keluhan satu gejala atau lebih
seperti rasa tidak nyaman pada tenggorok, batuk, perubahan kualitas suara atau
disfonia, odinofonia, disfagia, odinofagia, batuk, dispneu atau stridor.
Manifestasi laringitis kronis terutama pada laringitis kronis iritasi yang paling
berat adalah terjadinya ulserasi epitelium laring dengan granulasi.
3. Diagnosis laringitis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang
mendasari..Laringitis kronis terbanyak disebabkan oleh iritasi misalnya asap
rokok, sehingga pasien disarankan beristirahat total dengan menghentikan
kebiasaan merokok dan demikian pula pada laringitis kronis akibat
penyalahgunaan suara, pasien disarankan beristirahat. Pada pasien non
perokok, kemungkinan besar laringitis kronis dipicu oleh iritasi silent dari
asam lambung, sehingga perlu diberikan anti-refluks dari penyekat H 2 hingga
penyekat pompa proton, disertai modifikasi gaya hidup.

15

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermani B, Abdurrahman Hartono& Arie Cahyono, Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala


Leher, edisi ke 7, Jakarta:FKUI,2012, 216 - 219
2. Ballenger JJ. Penyakit Telinga ,Hidung, Tenggorok , Kepala dan Leher.
Edisi 13. Jilid 1. Alih Bahasa : Staf Ahli Bag. THT FKUI. Jakarta : Bina
Rupa Aksara 1994; 1-4, 10-5, 229.
3. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku
Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
4. Brown Scott : Orolaryngology. 6th ed. Vol. 1. Butterworth, Butterworth &
Co Ltd. 1997. page 1/12/1-1/12/18
5. Moore, E.J and Senders, C.W. Cleft lip and palate. In : Lee, K.J. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut.
McGraw-Hill, 2003: 241-242.
6. Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear,
head and neck. 13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1993
7. Graney, D. and Flint, P. Anatomy. In : Cummings C.W. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Second edition. St Louis : Mosby, 1993.
8. Hollinshead, W.H. The pharynx and larynx. In : Anatomy for surgeons.
Volume 1 : Head and Neck. A hoeber-harper international edition, 1966 : 425456
9. Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function. In : Byron J. Bailey.
Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition. Volume 1.
Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, 2001: 479-486.
10. http://anthriswal.blogspot.com/asuhan

keperawatan

laryngitis

diakses tanggal 01/09/2014


11. http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/02/04/laringitis

kronis/ diakses tanggal 02/09/2014

16

kronis

12. http://adf.ly/5754780/int/http://asuhankeperawatan05.blogspot.com/2013/1

2/askep-laringitis.html diakses tanggal 02/09/2014


13. http://www.scribd.com/doc/221357692/laringitis

diakses

tanggal

02/09/2014
14. http://www.artikelkedokteran.com/search/makalah-tentang-kasus-laringitis

diakses tanggal 02/09/2014


15. ocw.usu.ac.id/course/download/1110000121-special-senses-

system/sss155_slide_laringologi.pdf diakses tanggal 01/09/2014


16. https://www.academia.edu/7622714/119311701-Referat-Laringitis diakses

tanggal 01/09/2014
17. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/11/laringitis.html diakses tanggal

01/09/2014
18. http://www.edoctoronline.com/media/19/photos_040EAD64-F02E-4068-

A04D-1B1C94AFDB10.jpg gambar diakses tanggal 27/08/2014


19. http://www.edoctoronline.com/medical-atlas.asp?c=4&id=21679

gambar

diakses tanggal 02/09/2014


20. http://4.bp.blogspot.com/-

J55Pr742X8s/TpHDfrEps1I/AAAAAAAACuQ/pmey925kZaI/s320/Anato
my-of-the-larynx.jpggambar diakses tanggal28/08/2014
21. http://4.bp.blogspot.com/-

ZmT5ZfRKLug/TpHDDDuP8TI/AAAAAAAACuM/GZM9z1PHhA0/s32
0/laryngitis-cariobat.jpggambar diakses tanggal28/08/2014
22. http://2.bp.blogspot.com/-X0g-

bR9seuw/TpHEXyCpmdI/AAAAAAAACuY/bk0cL6KP2wk/s1600/laryn
x002.jpggambar diakses tanggal 27/08/2014
23. http://obatlaringitiskronisakutherbalmujarab999.files.wordpress.com/2014/

07/laringitis-kronis.jpg?w=640gambar diakses tanggal 27/08/2014


24. http://www.scribd.com/doc/147418157/Lapsus-Laringitis-Kronik

diakses

tanggal 27/08/2014
25. http://www.scribd.com/doc/203887238/LARINGITIS-KRONIK

tanggal 02/09/2014

17

diakses

26. http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/laryngitis-akut.html

diakses tanggal 01/09/2014

18

Anda mungkin juga menyukai